Anda di halaman 1dari 11

Makalah PPKn

Rule of Law dan Hak Asasi Manusia

OLEH :
CARINA OCTAVIANITA
(201310220311008)
ANGGIT AYU PRADANA SIWI
(201310220311010)
REVADYA OKTAVIASARI
(201310220311014)
Kelompok 7

Ilmu dan Teknologi Pangan


Fakultas Pertanian Peternakan

Universitas Muhammadiyah Malang


2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rule of Law (Negara Hukum), Hak Asasi Manusia (HAM) dan demokrasi merupakan
konsepsi relasi social yang dilahirkan dari sejarah peradaban manusia. Ketiganya dapat dimaknai
sebagai hasil perjuangan manusia untuk mempertahankan dan mencapai harkat kemanusiaannya
dalam hidup bersama dalam sebuah komunitas. Tidak ada manusia yang di anggap menempati
posisi lebih tinggi, karena hanya satu yang mutlak dan merupakan prima facie, yaitu Tuhan.
Semua manusia memiliki potensi untuk mencapai suatu kebeneran, tetapi tidak mungkin sampai
pada kebenaran mutlak. Semua pemikiran manusia hendaknya di nilai kebenarannya secara
relative.
Rule of Law merupakan negara yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya di
dasarkan atas hukum. Negara dan lembaga-lembaganya dalam melaksanakan tindakan apapun
harus di landasi oleh hukum dan dapat di pertanggungjawabkan secara hukum. Kekuasaan
menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan
untuk menyelenggarakan ketertiban hukum. Sedangkan Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan
hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan dan merupakan
anugerah yang wajib di hormati, di junjung tinggi dan di lindungi oleh siapapun. Adapun
demokrasi biasa di artikan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, atau
pemerintahan dimana rakyat memegang peranan penting.
Konsepsi demokrasi memberikan landasan dan mekanisme kekuasaan berdasarkan
prinsip persamaan dan kesederajatan manusia. Demokrasi menempatkan manusia sebagai
pemilik kedaulatan yang kemudian di kenal dengan prinsip kedaulatan rakyat. Berdasarkan pada
teori kontrak social, untuk memenuhi hak-hak tiap manusia tidak mungkin di capai oleh masingmasing orang secara individual, tetapi harus bersama-sama. Dibuatlah perjanjian social yang
berisi tentang apa yang menjadi tujuan bersama, batas-batas hak individual dan siapa yang
bertanggungjawab untuk pencapaian tujuan tersebut dan menjalankan perjanjian yang telah
dibuat dengan batas-batasnya. Perjanjian tersebut di wujudkan dalam bentuk konstitusi sebagai
hukum tertinggi di suatu Negara (The Supreme Law of The Land) yang kemudian di elaborasi
secara konsisten daalam hukum dan kebijakan Negara.
Pemerintahan yang demokratis di harapkan dapat menjunjung tinggi kebebasan dan hak
asasi rakyatnya. Namun realitasnya suatu yang mengangkut kebebasan dan hak asasi, sangat
mudah untuk di langgar, atau melakukan kebebasan secara sewenang-wenang. Bisa saja hak
asasi yang seharusnya di junjung tinggi dapat terancam apabila tidak ada standard yang jelas
dalam membentengi kebebasan. Ide dasar Negara hukum hadir dalam rangka membatasi
kekuasaan pemerintahan agar kekuasaan tersebut tidak melanggar kepentingan hak hak asasi dari

masyarakatnya. Dari sini Nampak Rule of Law (Negara Hukum), HAM dan demokrasi sangat
terkait. Sejauh mana hubungannya bahkan komplementasi ketiganya akan penulis bahas dalam
makalah ini.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian dari Rule of Law,
2. Mengetahui Konsep dan Ciri-ciri Negara Hukum,
3. Mengetahui Negara Hukum di Indonesia,
4. Mengetahui Latar Belakang Lahirnya HAM,
5. Mengetahui Pengertian dari HAM,
6. Mengetahui HAM di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian dari Rule of Law ?
2. Apa Itu Konsep dan Ciri-ciri Negara Hukum di Indonesia ?
3. Bagaimana Negara Hukum di Indonesia ?
4. Bagaimana Latar Belakang Lahirnya HAM ?
5. Apa Pengertian dari HAM ?
6. Bagaimana HAM di Indonesia ?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rule of Law


Pengertian rule of low di Indonesia disamakan dengan pengertian rechtsstaat yaitu
Negara hokum. Istilah rule of low diberikan untuk system hokum Anglo Saxon yang menganut
cammon law. Sedangkan istilah rechtsstaat diberikan untuk sistem hokum Eropa Kontinental
yang menganut civil law.
Rule of law merupakan bentuk perumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme.
Menurut Thomas Paine, rule of law adalah tidak ada satu pun yang berada di atas hukum dan
hukumlah yang berkuasa.
Doktrin rule of low muncul pada abad ke-19, seiring dengan Negara konstitusi dan
demokrasi. Rule of law merupakan konsep tentang common law, yaitu seluruh aspek Negara
menjunjung tinggi supremasi hokum yang dibangun di atas prinsip keadilan dan egalitarian. Rule
of law berarti rule by the law, bukan rule by the man. Negara modern mendevinisikan Rule of
law sebagai konsepyang melibatkan prinsip dan aturan yang memberi pedoman pada mekanisme
tertib hokum (legal order). Rule of law menurut adanya regulasi degan kualitas tertentu.
Berdasarkan pengertiannya, Friedman membedakan Rule of law menjadi 2 (dua),
pengertian secara formal (in the formal sense) dan pengertian secara substansi (ideological
sense). Secara formal, Rule of law diartikan sebagai kekuasaan umum yang terorganisasi
(organized public power). Setiap warga Negara mempunyai aparat penegak hukum. Sedangkan
secara substansial, Rule of law terkait dengan penegakan hukum yang menyangkut ukuran
hukum yaitu baik dan buruk (just and unjust law).

2.2 Konsep Rule of law.


Rule of law muncul dari gerakan masyarakat yang menghendaki bawa kekuasaan
penyelenggara Negara harus dibatasi dan diatur melalui suatu peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya , gerkan itu dalam tradisi common law di istilahkan dengan rule of law, dan dalam
tradisi civil law diistilahkan rechtsstaat. Misalnya gerakan revolusi Prancis serta gerakan
melawan absolutism di Eropa lainnya, baik dalam melawan kekuasaan raja, bangsawan maupun
golongan teologis. Menurut Friedman, antara pengertian rechtsstaat dan rule of law sebenarnya
saling mengisi.
Konsep rule of law mulai dikenal setelah Albert Venn Dicey pada tahun 1885
menerbitkan buku Introduction to Study of the Law of the Constitution. The rule of law

bertumpu padasistem hukum Anglo Saxon atau common law system. Sejak semula doktrin rule
of law di Inggris tidak memisahkan dari doktrin supremasi parlemen. Parlemen berhak
melakukan apa saja,termasuk pada waktu melakukan realisasi rule of law.
Menurut Dicey, kedaulatan parlemen melampui aturan hukum Negara, menghindari
kesewanang-wenangan kerajaan yang dipengaruhi oleh peraturan atapun keputusan. Rakyat
(melalui parlemen) bersama dengan sang raja merupakan kekuasaan tertinggi. Tanpa sebuah
konstitusi sekalipun setiap orang memiliki rasa tanggung jawab pada pemimpinya untuk menjaga
tegaknya hukum. Rule of law juga menuntut agar Negara terus melayani rakyatnya dengan
sebaik-baiknya.
2.3 Ciri-Ciri Rule of Law
Definisi rule of law selanjutnya dirinci untuk memudahkan penilaian. Salah satu definisi
yang rinci terdapat dala Laporan Sekretaris Jedral PBB, yang mengindentifikasi bahwa rule of
law mengandung beberapa elemen penting untuk dapat mengukur sejauh mana rule of law telah
dijalankan yaitu :
a. Ditaatinya prinsip berkuasanya hukum (supremacy of law), persamaan di depan
hukum (equality before the law), pertanggung jawaban hukum (accountability to the
law)
b. Keadilan dalam penerapan hukum (fairness in the application of the law)
c. Adanya pemisahan kekuasaan (separation of power)
d. Adanya partisipasi dalam pembuatan keputusan (participation in the decision
making)
e. Kepastian hukum (legal certainty)
f. Dihindarinya kesewenang-wenangan (avoidance of arbitrariness)
g. Adanya keterbukaan prosedur dan hukum (procedural and legal transparency)
Ciri-ciri rule of law di pengaruhi oleh konsep negara hukum formil atau negara hukum
dalam arti sempit. Peranan pemerintahan hanya sedikit, karena ada dalil bahwa pemerintah yang
sedikit adalah pemerintah yang baik .
Albert Venn Dicey memberikan ciri-ciri rule of law sebagai berikut :
a. Supermasi hukum, dala arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan sehingga
seseorang hanya boleh di hukum jika melanggar hukum.
b. Kedudukan yang sama di depan hukum, baik bagi rakyat biasa maupun bagi pejabat.
c. Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atau keputusan pengadilan.
Berdasarkan bentuknya rule of law merupakan kekuasaan public yang diatur secara legal.
Setiap oraganisasi atau persekutuan hidup dalam masyarakat termasuk negara mendasarkan
pada rule of law. Substansi rule of law sangat berkaitan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dalam suatu persekutuan ataupun negara .
3

Negara Hukum di Indonesia

Negara Hukum Indonesia disebu sebagai Negara hukum sesuai dengan landasan
pendiriannya yang telah tertian dalam Undang-Undang Dasar RI tahun 1945. Dalam pasal 1 ayat
3, disebutkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Undang-Undang Dasar 1945
merupakan dasar Negara Republik Indonesia. Ketentuan tersebut menjadi dasar pijak terhadap
seluruh penyelenggaraan kekuasaaan dalam Negara Hukum Indonesia. Sebagai Negara hukum,
maka penyelenggaraan kekuasaan di Indonesia tidak didasarkan pada pemegang kekuasaan tetapi
berdasarkan atas hukum. Penyelenggaraan kekuasaan oleh pemegang kekuasaan atau pemerintah
dibatasi oleh aturan-aturan hukum yang berlaku di Negara Indonesia.
Penyelenggaraan kekuasaan pemerintah dalam Negara Hukum Indonesia dilaksanakan
berdasarkan kepada peraturan hukum positif yang mengatur berbagai hal dalam kehidupan
sehari-hari. Perwujudan negara hukum Indonesia dimplementasikan dalam bentuk peraturan
perundang-undangan, lembaga-lembaga hukum, dan aparat penegak hukum. Ada beberapa
prinsip yang terkandung dalam konsep Negara Hukum Indonesia, anatara lain :
a. Segala norma hukum di Indonesia bersumber pada pancasila sebagai hukum dasar
nasional dan norma hukum ditata menurut hirarki,
b. Penyelenggaraan kekuasaan berdasarkan konstitusi,
c. Kedaulatan rakyat atau prinsip demakrat,
d. Adanya kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintah,
e. Adanya organisasi yang memiliki kekuasaan legislatif, yakni presiden dan DPR RI,
f. Sistem pemerintahan merupakan sistem presidensial,
g. Kekuasaan kehakiman terbebs dari pengaruh kekuasaan lain nya,
h. Bertujuan untuk melindungi segenap Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdasarkan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial,
i. Adanya pengakuan dan jaminan terhadap hak manusia dan kewajiban dasar manusia.
2.4 Sejarah Lahirnya istilah HAM (Hak Asasi Manusia)
Pada masa yang lalu, manusia kurang mengakui adanya derajat manusia yang lain
sehingga mengakibatkan terjadinya penindasan antara manusia yang satu dengan yang lainnya.
Contoh yang paling kongkret dapat dilihat pada penjajahan dari satu bangsa ke bangsa yang lain.
Istilah HAM berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, dalam arti perubahan
peradapan manusia dari masa ke masa. Semula dikenal dengan sebutan natural right (hak-hak
alam), yang berpedoman kepada teori hukum alam bahwa segala sesuatu berasal dari alam
termasuk HAM. Istilah ini kemudian diganti dengan the right of man , tetapi akhirnya tidak
diterima, karena tidak mewakili hak-hak wanita. Setelah PD II dan terbentuknya PBB, maka
muncul istilah baru yang lebih popular sekarang yaitu human right.
Jaminan akan HAM merupakan keharusan dari sebuah negara melalui konstitusinya.
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, 10 Desember tahun 1984 merupakan tonggak
bersejarah berlakunya penjaminan hak tentang manusia sebagai manusia. Naskah tersebut
merupakan pernyataan sedunia tentang HAM yang isi pokoknya dinyatakan : Sekalian orang

dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hakhak yang sama. Mereka dikaruniai akal
dan budi, hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan. Hak-hak yang diatur
menurut Piagam PBB tentang Deklarasi Universal Human Rights 1984 itu adalah : 1) Hak
perpikir dan mengeluarkan pendapat, 2) Hak memiliki sesuatu, 3) Hak mendapatkan aliran
kepercayaan atau agama, 4) Hak untuk hidup, 5) Hak untuk kemerdeksn hidup, 6) Hak ntuk
memperoleh nama baik, 7) Hak untuk memperoleh pekerjaan, 8)Hak untuk mendapatkan
perlindungan hukum.
Wacana hak asasi manusia dalam tataran internasional telah mengalami perkembangan
yang sangat signifikasi. Sejak diproklamirkan tahun 1984, telah tercatat dua tonggak historis
lainnya : pertama, diterimanya dua kovenan PBB tentang hak sipil, polotik, ekonomi, social, dan
budaya. Dua kovenan itu sudah dimaklumkan sejak tahun 1966, namun baru berlaku sepuluh
tahun kemudian setelah diratifikasi tiga puluh lima Negara anggota PBB. Kedua , diterimanya
Deklarasi Wina beserta Program Aksinya oleh para wakil dari 171 negara pada tanggal 25 juni
1993 dalam konferensi dunia HAM PBB di Wina, Austria. Deklarasi yang kedua ini merupakan
kompromi antar visi negara-negara di Barat dengan pendangan negara-negara berkembang dalam
penegakan hak asasi manusia.
Pengakuan HAM di Indonesia dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea
Pertama : Bahwa sesungguhya Kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa. Selain itu, juga
terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar alinea keempat, dan beberapa peraturan
perundang-undagan lain di buat oleh pemerintah. Disebutka pula dalam Tap MPR Nomor
XVII/MPR/1999 bahwa hak asasi manusia (HAM) adalah hak dasar yang melekat pada diri
manusia yang sifatnya kodrati dan universal sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa dan
berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan , perkembangan manusia dan
masyarakat, yang tidak boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu oleh siapa pun. Pasal 1
Undang-Undang RI NOmer 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia juga menyeburkan bahwa
hak asasi manusian adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hkum, pemerinta dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Hak-hak yang tercantum dalam
Undang-undang RI Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusi erdiri atas : 1) Hak untuk
hidup, 2) Hak berkeluarga, 3) Hak mengembangkan diri, 4) Hak memperoleh keadilan, 5) Hak
atas kebebasan pribadi, 6) Hak atas rasa aman, 7) Ha katas kesejahteraan, 8) Hak turut serta
dalam pemerintahan, 9) Hak wanita, 10) Hak anak.
Pengaturan tentang HAM di Indonesia ditentukan dengan berpedoman pada Deklarasi
HAM PBB, Konvensi PBB tentang penghapusan segala bentuk diskriminadi terhadap wanita,
Konvensi PBB tentang hak-hak anak dan berbagai instrument internasional lain yang mengatur
tentang HAM. Materi Undang-undang ini disesuaikan juga dengan kebutuhan masyarakat
danpembangunan hukum nasional yang berdasarkan Pancasila, UUD NRI 1945, dan TAP MPR
RI Nomor XVII/MPR/1998
2.5 Pengertian Hak Asasi Manusia

Kata Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan terjemahan dari human right atau the right
of human, artinya hak-hak manusia. Namun dalam beberapa literatur pemakaian istilah hak asasi
manusia lebih sering digunakan daripada pemakaian hak-hak manusia.
Hak-hak manusia di Indonesia pada umumnya lebih dikenal dengan istilah hak asasi
sebagai terjemahan dari basic right (Inggris) dan grondrechten (Belanda), atau bias juga disebut
civil right (hak-hak fundamental). Istilah hak asasi secara monumental lahir sejak keberhasilan
Revolusi Perancis tahun 1789 dalam Declaration des Droits de Lhomme et du Citoyen (Hakhak Asasi Manusia dan Warga Negara Prancis), dengan semboyan liberte, egalite, fraternita.
Menurut Soetandyo Wignjosoebroto seperti dikutip Rahayu, HAM adalah hak
fundamental yang diakui secara universal. Hak-hak tersebut melekat pada manusia karena
hakikat dan kodrat nya sebagai manusia. HAM merupakan hak dasar yang dimiliki oleh setiap
manusia sebagai pemberian Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat diganggu gugat
keberadaannya. Hak-hak tersebut telah dibawa sejak lahir dan melekat pada diri manusia sebagai
makhluk Tuhan. Setiap manusia memiliki derajat, martabat dan hak-hak yang sama.
Secara umum HAM dapat diartikan sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan yang wajib dihiormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan etiap orang. Menurut Muladi, HAM adalah hak
yang melekat secara alamiah pada diri manusia sejak manusia lahir (inherent). Tanpa hak
tersebut manusia tidak dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang utuh.
2.6 HAM Manusia di Indonesia
2.7 Korelasi Rule of law dan HAM
Rule of law (Negara hukum) bersumber dari pengalaman demokrasi konstitusional di
eropa abad ke 19-an. Tidak berlebihan jika disimpulkan bahwa Negara demokrasi pada dasarnya
merupakan Negara hukum. Harus diadakan jaminan bahwa hukum dibangun dan ditegakkan
menurut prinsip-prinsip demokrasi dalam rule of law. Karena prinsip supermasi hukum dan
kedaulatan hukum itu sendiri pada hakikatnya berasal dari kedaulatan rakyat. Sedangkan HAM
pada dasarnya bersifat umum atau universal, karena diyakini bahwa beberapa hak yang dimiliki
manusia tidak memandang bangsa, ras atau jenis kelamin. Hak asasi manusia bersifat supralegal,
artinya tidak tergantung pada Negara atau Undang-Undang Dasar dan kekuasaan pemerintah.
Bahkan HAM memiliki kewenangan lebih tinggi berasal dari sumber yang lebih tinggi yaitu
Tuhan. Suatu Negara akan terus mengalami perubahan dari bentuk sederhana dan tertutup
menuju yang lebih kompleks dan terbuka di bawah payung hukum yang di dalam nya harus
melindungi HAM. Kepentingan paling mendasar dari setiap warga Negara adalah perlindungan
terhadap hak-haknya sebagai manusia. HAM merupakan materi inti dari naskah Undang-Undang
Dasar negara modern.

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rule of law dan HAM (Hak Asasi
Manusia) merupakan konsepsi relasi solusi yang dilahirkan dari sejarah peradapan manusia.
Keduanya dapat dimaknai sebagai hasil perjuangan manusia untuk mempertahankan dan
mencapai harkat kemanusiaannya dalam hidup bersama dalam sebuah komunitas. Rule of law
dan Ham merupakan satu kesatan komplementif. Rule of law, merupakan Negara yang
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. HAM merupakan hak
yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Rule of law, dan HAM merupakan satu kesatuan komplementif.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal, Pengadilan HAM di Indonesia, Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi
Masyarakat ,2006.
Alamudi, Abdullah (Ed), Apakah Demokrasi? , ter. Budi Prayitno, Departemen Luar Negeri
Amerika Serikat, 2002.
Ashiddiqie, Jimly, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta : Konstitusi Press, 2005.
Ashiddiqie, Pengatar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta : Mahkamah Konstitusi, 2006.
Bahar, Saafroedin, Hak Asasi Manusia, Jakarta : PustakaSinar Harapan, 1997.
Budiardjo, Mariam, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,1999.
Diecy, Albert Venn, Pengantar Study Hukum Konstitusi, Terjemah, Jakarta : Gramedia, 2010.
Ebstern, William, Democrasy, Encilopedia, Jilid VIII, New York : MacMillan Education
Company, 1988.
Faqih, Mansur, Meretas Jalan Demokrasi, Yogyakarta : Kanisius, 1998.
Freidman Lawrence M., The Legal System : A Social Science Perspektive, New York : Russel
Sage Foundation, 1986.
Gaffar, Affan, Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999.
Hazin, Nur Khalifah dan A.R. Elihan, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya : Karya Ilmu, 1998.
Http://www. Socialjustice.org/negarahukum-HAM-demokrasi, diakses tanggal 30 November
2014.
Http://www.nrgarahukum.com/hukum/negara-hukum, diakses tanggal 30 Novmber 2014.
Madjid, Nurcholis, Cita-Cita Politik Islam Era Revormasi, Jakarta : Paramadin, 1999.
Masdar, Amaruddin, Membaca Pikiran Gus Dur dan Amien Raistentang Demokrasi,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999.
Muzaffar, Chandra, Hak Asasi Manusia dan tata Dunia Baru (Menggugat Demokrasi Global
Barat), Bandung: Mizan,2003.
Rahayu, Implikasi Globalisasi terhadap Perkembangan Kesadaran Hak Asasi Manusia
Indonesia, Makalah Disampaikan pada Sidang Senat Guru Besar Universitas Diponegoro
dalam Rangka Pengusulan Jabatan Guru Besar, Semarang 2011.
Rais, M.Amien, Demokrasi dan Proses Politik, Jakarta : LP3ES, 1998.
Syafiie, Inu Kencara, Ilmu Pemerintahan, Bandung : Mandar Maju, 2003.

Anda mungkin juga menyukai