PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri
merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun
merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri
merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami.
Perawat meggunakan berbagai intervensi untuk dapat menghilangkan nyeri
tersebut dan mengembalikan kenyamanan klien. Perawat tidak dapat melihat dan
merasakan nyeri yang dialami oleh klien karena nyeri bersifat subjektif. Perawat
menghabiskan lebih banyak waktunya bersama pasien yang mengalami nyeri dibanding
tenaga professional perawatan kesehatan lainnya dan perawat mempunyai kesempatan
untuk membantu menghilangkan nyeri dan efeknya yang membahayakan. Peran
pemberi perawatan primer adalah untuk mengidentifikasi dan mengobati penyebab
nyeri dan meresepkan obat-obatan untuk menghilangkan nyeri. Perawat tidak hanya
berkolaborasi dengan tenaga professional kesehatan lain tetapi juga memberikan
intervensi pereda nyeri, mengevaluasi efektivitas intervensi pereda nyeri, mengevaluasi
efektivitas intervensi, dan bertindak sebagai advokat pasien saat intervensi tidak efektif.
Selain itu, perawat berperan sebagai pendidik untuk pasien dan keluarga, mengajarkan
mereka untuk mengatasi penggunaan analgetik atau regimen pereda nyeri oleh mereka
sendiri jika memungkinkan.
B.
TUJUAN
a.
Tujuan Umum
Page 1
Tujuan Khusus
1.
2.
3.
4.
5.
BAB II
PEMBAHASAN
1. KONSEP DASAR NYERI
1.1 Pengertian Nyeri
Page 2
Menurut Mc. Caffery (1979), nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
memengaruhi
seseorang
dan
eksistensinya
diketahui
bila
seseorang
pernah
a. Serabut A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan transmisi 6-30 m/det) yang
memungkinkan timbulnya nyeri tajam, yang akan cepat hilang apabila penyebab
nyeri dihilangkan.
b. Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan transmisi 0,5-2 m/det) yang terdapat
pada derah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi.
Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada
tulang, pembuluh darah, saraf, otot dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur
reseptornya kompleks, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit
dilokalisasi,
Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral. Reseptor ini meliputi organ
organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal, dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada
reseptor ini biasanya difus (terus menerus). Nyeri yang timbul dari reseptor ini biasanya
tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan
iskemia dan inflamasi.
Nyeri viseral dapat menyebabkan nyeri alih (reffered pain) yaitu, nyeri yang dapat
timbul pada daerah yang berbeda/jauh dari organ asal stimulus nyeri tersebut. Nyeri
pindah ini dapat terjadi karena adanya spinaps jaringan viseral pada medula spinalis
dengan serabut yang berasal dari jaringan subkutan tubuh.
Berdasarkan jenis rangsang yang dapat diterima oleh nosiseptor, didalam tubuh
manusia terdapat beberapa jenis nosiseptor yaitu, nosiseptor ternal, nosiseptor mekanik,
nosiseptor elektrik dan nosiseptor kimia. Adanya berbagai macam nosiseptor ini
memungkinkan terjadinya nyeri karena pengaruh mekanis, kimia, listrik atau karena paru
bahan suhu.
Serabut nyeri jenis A delta merupakan serabut nyeri yang lebih banyak
dipengaruhi oleh rangsang mekanik daripada rangsang panas dan kimia, sedangkan
serabut nyeri jenis C lebih dipengaruhi oleh rangsangan suhu, kimia, dan mekanik kuat.
Proses terjadinya nyeri dapat dilihat pada gambar 2.
Page 4
Impuls nyeri diteruskan oleh serat afferen (A-Delta dan C) ke medulla spinalis melalui
dorsal horn
Slow pain
-
Saraf ini diyakini dapat menerima rangsangan nyeri dan mentransmisikannya melalui
ujung dorsal dan substansia gelatinosa ke talamus, yang akhirnya akan dihantarkan
pada daerah yang lebih tinggi sehingga timbul respons nyeri. Teori ini tidak
menjelaskan bagaimana faktor faktor multidimensional dapat memengaruhi nyeri.
b. Teori Pola (Pattern Theory)
Teori ini menerangkan bahwa ada dua serabut nyeri, yaitu serabut yang mampu
menghantarkan rangsang dengan cepat dan serabut bersinapsis pada medula spinalis
dan meneruskan informasi ke otak mengenai jumlah, intensitas, dan tipe input sensori
nyeri yang menafsirkan karakter dan kuantitas input sensori nyeri.
c. Teori Gerbang Kendali Nyeri (Gate Control Theory)
Pada tahun 1959, Melzack & Wall menjelaskan teori gerbang kendali nyeri, yang
menyatakan terdapat semacam pintu gerbang yang dapat memfasilitasi atau
memperlambat transmisi sinyal nyeri.
Secara umum dapat dijelaskan bahwa didalam tubuh manusia terdapat dua macam
transmiter implus nyeri yang berfungsi untuk menghantarkan sensasi nyeri dan sensasi
yang lain seperti rasa dingin, hangat, sentuhan, dan sebagainya. Reseptor berdiameter
kecil (Serabut A delta dan Serabut C) berfungsi untuk mentransmisikan nyeri yang
sifatnya keras dan reseptor ini biassanya berupa ujung saraf bebas yang terdapat diseluruh
permukaan kulit dan pada struktur tubuh yang lebih dalam seperti tendon, fascia dan
tulang serta organ organ interna. Sedangkan transmiter yang berdiameter besar (Serabut
A-Beta) memiliki reseptor yang terdapat pada struktur permukaan tubuh dan fungsinya
selain mentranssisikan sensai nyeri juga lebih berfungsi untuk mentransmisikan ssnsai
lain seperti sensai getaran, sentuhan, sensai panas atau dingin, serta juga terhadap tekanan
halus. Implus dari Serabut A-Beta mempunyai sifat tinhibitori (hambatan dan
ditransmisikan ke Serabut C dan A delta.
Ketika ada rangsang kedua Serabut tersebut akan membawa rangsang menuju
kornu bersalis dan terdapat pada medula spinalis (kornu posperius meduallae spinalis)
dimedula spenalis inilah terjadi interaksi antara Serabut berdiameter besar dan Serabut
berdiameter kecil disuatu area khusus yang disebut dengan supstania tantia belatinosa
(SG) pada supstantia ini dapat terjadi perubahan modifikasi serta mempengaruhi apakah
sensasi nyeri yang diterima oleh medula spenalis akan diteruskan keotak atau akan di
hambat.
Page 6
Sebelum implus nyeri dibawa kotak Serabut besar dan Serabut kecil akan
berinteraksi di area supstansitantia galatinsa : yang apabila tidak terdapat stimulus atau
implus yang ada kuat Serabut besar maka implus nyeri Serabut kecil akan dihantarkan
menuju seltugger (T) untuk kemudian dibawa ke otak yang akhirnya akan menimbulkan
sensasi nyeri yang akan dirasakan oleh tubuh. Keadaan ketika inpluus nyeri dihantarkan
ke otak inilah yang diistilahakanpintu gerbang terbuka.
Sebaliknya apabila tabrakan inpluus yang ditransmisikan oleh selaput berdiameter
besar karna adanya stimulasi kulit sentuhan,getara,hangat,dan dingin serta sentuhan panas
inplus ini akan menghambat inplus dari serabut berdiameter kecil diarea substantia
gelatinosa sehingga bisa dibawa oleh serabut kecil akan berkurang atau bahkan tidak
dihantar kan ke otak oleh substentia galatinosa,karnanya tubuh tidak dapat merasakan
sensai nyeri kondisi ini dengan pintu gerbang tertutup.
Dalam penghantaran menuju otak,sinaps substantia galatinosa akan melepaskan
substansi P yang diduga sebagai neurotransmiter utama unplus nyeri paling sedikit
terdapat 6.jaluar senden untuk inpuls nosiseftip venrtal medula spinalis,yang paling
utama adalah traktus spinotalamikus (spinothalamic tract) dan traktus spinoretikuler
(spinoreticular tract).
Impuls yang dibawa oleh traktus spinotalamikus selanjutnya sudah dibawa ke
korteks untuk dilinterpretasi sedangkan impuls yang dibawa oleh traktus spinoretikuler
akan b dibawa kedaerah talamus dan batang otak untuk mengaktifan respon respons
autonomik dan limbik (afektif mitivasional).
Apabila impuls nyeri diteruska (pitu gerbang terbuka) implus akan dieruskan ke
otak untuk kemudian diproses didalam otak tiga tingkat yang berbeda, yaitu pada
talamus, otak tengah (mid brain) dan pada korteks otak.
Talamus bertindak sebagai penerima input sensori (implus nyeri)dari traktus
spinotalamikus leteral unutk kemudia diteruskan ke korteks.
Page 7
Usia
Jenis kelamin
Pengetahuan tentang nyeri dan penyebabnya
Makna nyeri
Perhatian klien
Tingkat kecemasan
Tingkat stres
Tingkat energi
Pengalaman sebelumnya
Pola koping
Dukungan keluarga dan sosial
Alkohol
Obat-obatan
Hipnosis
Panas
Gesekan/garukan
Pengalihan perhatian
Kepercayaan yang kuat
Kelelahan
Marah
Kebosanan, depresi
Kecemasan
Nyeri kronis
Sakit/penderitaan
Nyeri Akut
Nyeri Kronis
Tujuan
Memperingatkan
adanya cedera
atau masalah
Tidak ada
Awitan
Mendadak
Intensitas
Durasi
Respons
Otonom
Konsisten dengan
Page 9
respons simpatis
Komponen
Psikologis
Respons
lainnya
Frekuensi jantung
meningkat
Volume sekuncup
meningkat
Tekanan darah
meningkat
Dilatasi pupil
Tegangan otot
meningkat
Penurunan
motilitas
gastrointestinal
Mulut kering
Ansietas
Depresi
Mudah marah
Tidur terganggu
- Libino terganggu
- Nafsu makan menurun
Nyeri kronis umumnya timbul tidak teratur, intermiten atau bahkan persisten.
Nyeri kronis dibedakan dalam dua kelompok besar, yaitu nyeri kronis maligna dan nyeri
kronis nonmaglina. Karakteristik nyeri kronis adalah penyembuhannya tidak dapa
diprediksi meskipun penyebabnya mudah ditentukan (namun, pada beberapa kasus sulit
ditemukan). Nyeri kronis dapat menyebabkan klien merasa putus asa dan frustasi. Klien
yang mengalami nyeri kronis mungkin menarik diri dan mengisolasi diri. Nyeri ini
menimbulkan kelelahan mental dan fisik.
1.5.2 Klasifikasi Berdasarkan Lokasi
Page 10
Berdasarkan lokasi nyeri, nyeri dapat dibedakan menjadi enam jenis, yaitu nyeri
superfisial, nyeri somatik dalam, nyeri viseral, nyeri alih, nyeri sebar, dan nyeri bayangan
(fantom).
Nyeri superfisial biasanya timbul akibat stimulasi terhadap kulit seperti pada
laserasi, luka bakar, dan sebagainya. Nyeri jenis ini memiliki sensasi yang tajam.
Nyeri somatik dalam (deep somatic pain) adalah nyeri yang terjadi pada otot dan
tulang serta struktur penyokong lainnya, umumnya nyeri bersifat tumpul dan distimulasi
dengan adanya peregangan dan iskemia.
Nyeri viseral adalah nyeri yang disebabkan oleh kerusakan organ internal. Nyeri
yang timbul bersifat difus dan durasinya cukup lama. Sensasi yang timbul biasanya
tumpul.
Somatik
Viseral
Kualitas
Superfisial
Tajam, menusuk
Dalam
Tajam atau tumpul,
Tajam, tumpul,
Lokalisasi
Menjalar
Stimulus penyebab
Terpusat
Tidak
Cedera, Abrasi,
difus
Menyebar
Tidak
Cedera, panas,
difus, kejang
Menyebar
Ya
Distensi,
panas/dingin
Reaksi autonom
Refleks kontraksi
Tidak
Dalam
Ya
Ya
kimiawi
Ya
Ya
otot
Nyeri sebar radiasi adalah sensai nyeri yang meluas di daerah asal ke jaringan
sekitar. Nyeri jenis ini biasanya dirasakan oleh klien seperti berjalan/bergerak dari daerah
asal nyeri ke sekitar atau ke sepanjang bagian tubuh tertentu. Nyeri dapat bersifat
intermiten atau konstan.
Page 11
Nyeri fantom adalah nyeri khusus yang dirasakan oleh klien yang mengalami
amputasi. Nyeri oleh klien dipersepsi berada pada organ yang telah diamputasi seolaholah organnya masih ada. Contohnya pada klien yang menjalani operasi pengangkatan
surabaya atau pada amputasi ekstremitas.
Nyeri alih (referred pain) adalah nyeri yang timbul akibat adanya nyeri viseral
yang menjalar ke organ lain, sehingga dirasakan nyeri pada beberapa tempat atau lokasi.
Nyeri jenis ini dapat timbul karena masuknya neuron sensori dari organ yang mengalami
nyeri kedalam medula spinalis dan mengalami sinapsis dengan serabut saraf yang berada
pada bagian tubuh lainnya. Nyeri yang timbul biasanya pada beberapa tempat yang
kadang jauh dari lokasi asal nyeri
1.5.3
Berdasarkan Organ
Berdasarkan pada tempat timbulnya, nyeri dikelompokkan dalam : nyeri organik,
Pada nyeri skala ringan sampai moderat serta pada nyeri superfisial, tubuh
bereaksi membangkitkan General Adaptation Syndrome (reaksi flight or flight), dengan
merangsang sistem saraf simpatis. Sedangkan pada nyeri yang berat dan tidak dapat
diotoleransi serta nyeri yang berasal dari organ viseral, akan mengakibatkan stimulasi
terhadap saraf parasimpatis. (lihat tabel).
Tabel 1-3. Respons fisiologis tubuh terhadap nyeri
REAKSI
Simpatis
Dilatasi Lumen Bronkus,
Peningkatan frekuensi napas
EFEK
Memungkinkan penyediaan oksigen yang
lebih banyak
Vasokontriksi perifer
Diaforesis
Dilatasi pupil
Parasimpatis
Pucat
Kelelahan otot
Karena kelemahan
Tekanan darah dan nadi
menurun
Page 13
Page 14
Page 15
4)
semua bagian atau daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien.
Keparahan (S: Severe),
Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling
subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang
ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau berat.
Page 16
keparahan
nyeri
yang
lebih
sensitif
karena
pasien
dapat
mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian daripada dipaksa memilih satu kata
atau satu angka (McGuire, 1984).
Page 17
Page 18
Perawat perlu mengkaji faktor-faktor yang dapat memperberat nyeri pasien, misalnya
peningkatan aktivitas, perubahan suhu, stres, dan lain-lain.
1.
Respon Fisiologis.
Pada saat impuls nyeri naik ke medulla spinalis menuju ke batang otak dan
thalamus, system saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon
stres. Stimulasi pada cabang simpatis pada system saraf otonom menghasilkan
respon fisiologis. Apabila nyeri berlangsung terus menerus, berat, dalam dan
melibatkan organ-organ visceral (misal: infark, miokard, kolik akibat kandung
empedu, atau batu ginjal) maka sistem saraf simpatis menghasilkan suatu aksi.
Beberapa respon fisiologis terhadap nyeri yaitu:
a) Stimulasi Simpatik: (nyeri ringan, moderat, dan superficial).
Diaphoresis.
Dilatasi pupil.
Muka pucat.
Otot mengeras.
Page 19
6.
Jenis
Butorfanol (Stadol)
Fentanil sitrat (Sublimaze)
Hidromorfon hidroklorid (Dilaudid)
Meperidin hidroklorid ( Demerol)
Metilmorfin fosfat (Ccodeine, Tylenol 3, empirin 3)
Morfin sulfat(Morphine)
NSAIDs
Page 20
Analgesik opioid ( narkotik) terdiri dari bebagai derivate dari opium seperti
morfin dan kodein. Narkotik dapat menyebabkan penurunan nyeri dan member efek
euphoria (kegembiraan) karena obat ini mengadakan ikatan dengan resptor opiate.
Table 3-2. Daftar Obat Narkotik yang Umum Digunakan.
Nama generic
Morfin sulfat
Kodein sulfat
Hidromorfon
Dialudid
Dosis
5 15 mg/3 4 j
15 60 mg/3 - 4 j
2 4 mg/4 6 j
Cara pemberian
SC, IM
SC, PO
IV, IM, SC, PO
hidroklorid
Meperidin
Demerol
50 150 mg/3 4 j
hidroklorid
Methadone
Pentazosin
Dolophine
Talwin
2,5 10 mg/ 3- 4 j
50 100 mg/ 3 4
IM, SC, PO
PO
Percodan
Levo-Dromoran
j
5 mg/ 4 6 j
2 ng/ 6 8 j
PO
PO, SC
Oksikodon
Leforvanol tatrat
Merek dagang
Ada beberapa tipe reseptor seperti mu, delta, dan kappa) dan mengaktifkan penekan nyeri
endogen pada susunan saraf pusat. Narkotik tidak hanya menekan rangsang nyeri, tetapi juga
menekan pusat pernapasan dan batuk di medulla dating otak. Dampak lain dari obat narkotik
adalah sedasi dan peningkatan toleransi obat sehingga kebutuhan dosis obat akan meningkat.
Terdapat dua jenis utama opoid, yaitu :
a. Agonis murni
Page 21
Merupakan obat opioid murni yang berikatan dengan kuat terhadap reseptor (mu),
menghasilkan efek maksimum dalam menghambat nyeri. Yang termasuk dalam obat
agonis murni adalah morfin, kodein, meperidin (Demerol), propoksifen (darfon), dan
hidromorfin (dilaudid). Obat kelompok ini tidak memiliki batas dosis maksimum.
b. Kombinasi agonis-antagonis
Obat kelompok ini dapat memberikan efek seperti opioid (dalam menghambat nyeri) jika
diberikan kepada klien yang tidak mendapat opioid murni. Obat ini juga berpengaruh
pada opioid jjka ada dalam tubuh dengan cara memblok reseptor (mu) dan
menginaktifkan obat opioid murni (agonis murni). Termasuk dalam kelompok ini adalah
buprenorfin (buprenex), dekoksin (dalgan), pentazosin hidroklorid (talwin), butolfanol
tartad (stadol) dan nalbufin hidroklorid (nubain).
Saat memberikan analgesic, perawat harus mengamati efek samping obat. Seluruh
jenis opiate akan memberikan efek mengantuk pada awal pemberian dan efek ini akan
menurun pada pemberian berikutnya. Opioid juga memberikan efek mual, muntah,
konstipasi dan depresi pernapasan. Sebelum obat narkotik diberikan, klien harus dikaji
tingkat kesadaran dan frekuensi pernapasannya. Adanya depresi pernapasan (misalnya,
dari 18 menjadi 12 kali/menit) menunjukkan dosis nerkotik berlebihan. (Lihat Tabel 3-3).
Analgesic non-opioid (analgetik non-narkotik) atau sering disebut juga
Nonsteroid Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs) seperti aspirin, asetaminofen, dan
ibuprofen selain memiliki efek anti-nyeri juga memiliki efek anti-inflamasi dan antidemam (anti-piretik). Obat-obat golongan ini menyebabkan penurunan nyeri yang
bekerja pada ujung saraf perifer di daerah yang mengalami cedera, dengan menurunkan
kadar mediator peradangan yang dibangkitkan oleh sel-sel yang mengalami cedera. Obat
ini juga menurunkan pelepasan prostaglandin di daerah cedera. Obat kelompok ini
memiliki efek maksimum ( ceiling effect), yaitu peningkatan dosis obat ini hingga kadar
tertentu tidak menyebabkan peningkatan efek analgesia. Obat ini umumnya diberikan
untuk mengatasi nyeri ringan sampai sedang.
Efek samping yang paling umum terjadi adalah gangguan pencernaan seperti
adanya ulkus gaster dan perdarahan gaster. Untuk mengatasi gangguan ini, biasanya
pemberian obat dilakukan setelah, atau bersama makanan dan atau memberikan antacid
Page 22
Mual, muntah
Sedasi
Depresi
pernapasan
Page 23
Gatal
Retensi urine
timbulnya gatal
Mungkin diperlukan untuk melakukan kateterisasi
Beri antagonis narkotik, misalnya Nalokson hidroklorid
(Narcan)
Telah atau bersama makanan dan atau memberikan antacid bersama-sama dengan
obat. NSAIDs mungkin dikontraindikasikan pada klien dengan gangguan pembekuan
darah, perdarahan gaster atau tukak lambung, penyakit ginjal, trombositopenia, dan
mungkin juga infeksi (karena NSAIDs akan meningkatkan demam).
\
1.8.2 Penatalaksanaan Nonfarmokologis
Penatalaksanaan nonfarmokologis terdiri dari berbagai tindakan penanganan nyeri
berdasarkan stimulasi fisik maupun perilaku kognitif. Penanganan fisik meliputi stimulasi
kulit, stimulasi elektrik saraf kulit transkutan (TENS, transkutaneous Elektrical Nerve
Stimulation), akupuntur, dan pemberian placebo. Intervensi perilaku kognitif meliputi
tindakan distraksi, teknik relaksasi, imajinasi terbimbing, umpan balik biologis, hipnotis,
dan sentuhan terapeutik.
Penanganan nyeri dengan tidakan fisik dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
Meningkatkan kenyamanan
Memperbaiki adanya difungsi fisik
Mengubah respons fisiologik
Menurunkan kecemasan yang berhubungan dengan imobilitas karena nyeri atau
adanya pembatasan aktivitas
Page 24
Stimulasi kulit dapat member efek penurunan nyeri yang efektif. Tindakan ini
mengalihkan tindakan klien sehingga klien berfokus pada stimulus taktil dan
mengabaikan sensasi nyeri, yang pada akhirnya adapat menurunkan persepsi nyeri.
Stimulasi kulit juga dipercaya dapat:
1. Meningkatkan pelepasan endorphin yang memblok tarnsmisi stimulus nyeri
2. Menstimulasi serabut saraf berdiameter besar A-Beta sehingga menurunkan transmisi
implus nyeri melalui serabut kecil A-delta dan serabut saraf C
Yang termasuk teknik stimulasi kulit meliputi:
Masase
Kompres panas dan dingin
Akupuntur
Stimulasi kontralateral
MASASE KULIT
Masase kulit memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan otot.
Rangsangan masase otot ini dipercaya akan merangsang serabut berdiameter besar,
sehingga mampu memblok atau menurunkan implus nyeri. Beberapa strategi stimulasi
kulit lainnya juga menggunakan mekanisme ini. Masase adalah mekanisme kulit tubuh
secara umum, dipusatkan pada punggung dan bahu, atau dapat dilakukan pada satu atau
beberapa bagian tubuh dan dilakukan sekitar 10 menit pada masing-masing bagian tubuh
untuk mencapai hasil relaksasi yang maksimal.
Masase kulit dapat dilakukan dengan menggunakan ointment (balsam gosok) atau
liniment (obat cair gosok) yang mengandung mentol untuk membantu mencapai
pengurangan nyeri. Balsem ini akan menimbulkan sensasi hangat segera setelah
pemakaian
digunakan untuk mengurangi nyeri otot dan sendi serta digunakan pada perut yang terasa
kembung.
Berikut ini contoh prosedur penanganan nyeri dengan masase punggung.
Tipe masase
Page 25
KOMPRES
Penggunaan panas dingin meliputi penggunaan kantong es, masase mandi air
dingin atau panas, penggunaan selimut atau bantal panas.
Kompres panas dingin, selain menurunkan sensari nyeri juga dapat meningkatkan
penyembuhan jaringan yang mengalami kerusakan.
Penggunaan panas, selain member efek mengatasi atau menghilangkan sensari
nyeri, teknik ini juga memberikan reaksi fisiologis antara lain:
1. Meningkatkan respons inflamasi
2. Meningkatkan aliran darah dalam jaringan
3. Meningkatkan pembentukan edema
Penggunaan panas (aplikasi kompres panas) sebaiknya dilakukan pada:
Page 26
1.
2.
3.
4.
5.
6.
menyebar keluar)
Menggunakan kantong atau bli-buli panas
Mandi air panas
Berjemur di sinar matahari
Menggunakan selimut hangat, bantal panas
Menggunakan lampu penghangat, yaitu lampu 60 watt dengan leher angsa yang
diletakkan pada jarak 45-60 cm di daerah yang sangat diberikan aplikasi hangat
Perlu diketahui bahwa apabila suhu yang di aplikasikan terlalu tinggi akan
menimbulkan rasa tidak nyaman dan kurang memberikan efek penurunan nyeri pada
klien. Untuk itu, suhu perlu di atur yaitu sekitar 52o C pada dewasa normal, 40,5-46o C
pada klien dewasa yang tidak dasar, dan 40,5-46o C pada anak kecil dibawah usia 2
tahun.
Pada aplikasi dingin, selain akan memberikan efek menurunan sensari nyeri
aplikasi dingin juga memberikan efek fisiologis:
1. Menurunkan respons inflamasi jaringan
2. Menurunkan aliran darah
3. Mengurangi edema
Penggunaan kompres dingin diindikasikan pada:
Page 27
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
dikembangkan
dari
ilmu
pengobatan
kuno
Cina
dengan
menggunakan system akupunktur. Terapis member tekanan jari-jari pada berbagai titik
organ tubuh seperti pada akupunktur. Tindakan ini merupakan tindakan sederhana dan
Page 28
mudah dipelajari. Terdapat banyak buku yang membahas teknik pijat refleksi ini. Apalagi
dengan teknik ini ternyata terbukti efektif untuk mengatasi nyeri, teknik ini dapat terus
digunakan dan dapat diajarkan kepada klien.
TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS)
Stimulasi saraf elektris transkutan menggunakan satu unit peralatan yang
dijalanankan dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi
kesemutan, getaran, atau mendengung pada area kulit tertentu. TENS telah digunakan
baik untuk menghilangkan nyeri akut atau kronis. TENS diduga dapat menurunkan nyeri
dengan menstimulasi reseptor nonnyeri di area yang sama dengan serabut yang
menstransmisi nyeri. Mekanisme ini sesuai dengan teori gerbang kendali nyeri. Pada
berbagai riset menunjukkan bahwa penggunaan TENS memberikan efek terapeutik yang
sama atau lebih efektif darpada penggunaan pereda nyeri dengan penggunaan standar.
Umumnya, TENS digunakan untuk mengatasi berbagai nyeri kronis, nyeri pascatrauma,
nyeri fantom, neuralgia perifer, sakit pinggang bawah, antritis inflmasi, trigeminus
neuralgia dan pada klien yang cemas atau depresi.
Pada penggunaan alat ini, elektroda sebaiknya tidak dipasang diatas rambut, kulit
yang iritasi, jahitan, sinus karotis (menyebabkan bradikardia), otot laring dan faring
(menyebabkan spasme) atau pada uterus ibu hamil. Perawatan alat dilakukan dengan
membersihkan eletroda minimal satu hari sekali, membersihkan elektroda minimal kulit
dengan sabun dan air, mengeringkan kulit dan memasang kembali alat TENS.
IMOBILISASI
Imobilisasi terhadap organ tubuh yang mengalami nyeri hebat mungkin dapat
meredakan nyeri. Kasus seperti arthritis reunatoid mungkin memerlukan teknik ini untuk
mengatasi nyeri. Kadang kala penugasan kesehatan memberikan intruksi kepada klien
untuk istirahat selama terjadinya nyeri tanpa disertai intrkasi instruksi yang jelas
bagaimana istirahat yang dimaksud dan berapa lama istirahat harus dilakukan. Kondisi
sering membingungkan klien, sehingga klien takut untuk memulai aktivitasnya kembali;
yang akhirnya menyebabkan penurunan minat, kemampuan penurunan beraptasi dengan
nyeri dan bahkan menimbulkan berbagai komplikasi seperti kontraktur serta nyeri otot.
Page 29
Sangat penting bagi klien untuk diajarkan tentang bagaimana ia harus beraktivitas selama
terjadinya nyeri dan kapan ia harus beristirahat. Yakinkah bahwa istirahat bukan untuk
mengobati, tetapi hanya salah satu teknik untuk meredakan nyeri yang tidak dapat
ditoleransi. Anjuran untuk istirahat harus dipertimbangkan dengan meninjau pada aspek
kerusakan dengan mobilisasi, serta dampak kerusakan terhadap nyeri tubuh.
Penatalaksaan nonfarmakologik kedua yang digunakan dalam stimulasi fisik
adalah pemberian placebo. Plasebo dalam bahasa latin berarti Saya ingin
menyenangkan merupakan zat tanpa kegiatan farmokologik dalam bentuk yang dikenal
dengan klien sebagai obat seperti kaplet, kapsul, cairan injeksi, dan sebagainya.
Plasebo umumnya terdiri atas gula, larutan salin normal, dan atau air biasa.
Karena placebo tidak memiliki efek farmakologik, obat ini hanya memberikan
efek karena dikeluarkannya produk alamiah (endogen) endorphin dalam sistme control
desenden; sehingga menimbulkan efek penurunan nyeri. Harapan klien yang positif
terhadap pengobatan dapat meningkatkan keefektifan medikasi atau intervensi lainnya.
Semakin sering klien mendapatkan informasi tentang keefektifan suatu terapi, makin
efektif intervensi tersebut nantinya. Individu yang diinformasikan bahwa suatu medikasi
diperkirakan dapat meredakan nyeri hamper pasti mengalami peredaan nyeri yang lebih
baik dibandingkan dengan klien yang diberitahu bahwa pengobatannya tidak memberikan
efek apapun. Hubungan perawat klien yang positif juga dapat member peran yang amat
penting dalam meningkatkan efek placebo.
Selama pemberian placebo, beberapa prinsip yang harus diingat adalah:
1. Efek placebo bukan suatu indikasi bahwa seseorang tidak mengalami nyeri
2. Plasebo tidak boleh digunakan untuk menguji kejujuran individu tentang nyeri atau
sebagai pengobatan lini depan
3. Respons positif terhadap placebo, yaitu penurunan nyeri, jangan pernah
diinterpretasikan sebagai suatu indikasi bahwa nyeri yang dialami klien tidak nyata
4. Jangan pernah memberikan placebo sebagai pengganti analgesic
Intervensi kognitik-perilaku meliputi tindakan distraksi, teknik relaksasi, umpan balik
biologis, hipnotis, dan sentuhan terapeutik.
Page 30
DISTRAKSI
Distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang
lain. Teknis distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivasi retikuler
menghambat stimulus nyeri, jika seseorang menerima input sensori yang berlebihan
dapat menyebabkan menghambat implus nyeri ke otak (nyeri berkurang dan tidak
dirasakan oleh klien). Stimulus yang menyenangkan dari luar dapat merangsang sekresi
endorphin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang.
Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi aktif individu,
banyaknya modalitas sensori yang digunakan, dan minat individu dalam stimulasi. Oleh
karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran, dan sentuhan mungkin akan lebih efektif
dalam menurunkan nyeri disbanding stimulus satu indra saja.
Macam-macam distraksi antara lain:
a. Distraksi visual
Melihat pertandingan, menonton televise, membaca Koran, melihat pemandangan dan
gambar termasuk distraksi visual
b. Distraksi pendengaran
Diantaranya mendengarkan music yang disukai, atau suara burung serta gemercik air.
Individu di anjurkan untuk memilih music yang tenang dan disukai, dan diminta
untuk berkonsentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk
menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari atau
kaki.
c. Distraksi pernapasan
Bernapas ritmik, anjurkan klien untuk memandang focus pada satu objek atau
memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan
dari satu sampek empat dan kemudian menghembuskan napas melalui mulut secara
perlahan sambil menghitung satu sampai empat (salam hati). Anjurkan klien untuk
berkonsentrasi pada sensai pernapasan dan terhadap gambar yang member
ketenangan. Lanjutkan teknik ini hingga terbentuk pola pernapasan yang ritmik.
Bernapas ritmik dan masase, intruksikan klien untuk melakukan pernapasan ritmik,
dan pada saat bersamaan lakukan masase pada bagian tubuh yang mengalami nyeri
dengan melakukan pijatan atau gerakan memutar di area nyeri.
d. Distraksi intelektual
Page 31
Antara lain dengan mengisi teka teki silang, bermain kartu, melakukan kegemaran (di
tempat tidur) seperti mengumpulkan prangko, menulis cerita.
e. Teknik pernapasan
Seperti bermain, menyanyi, menggambar atau sembahyang.
f. Imajinasi terbimbing
Adalah kegiatan klien membuat suatu bayangan yang menyenangkan, dan
mengonsentrasikan diri pada bayangan tersebut serta berangsur-angsur membebaskan
diri dari perhatian terhadap nyeri. Sebagai contoh: perintahkan klien untuk menutup
mata dan membayangkan atau menggambarkan hal yang menyenangkan; ketika klien
menggambarkan bayangannya, tanyakan tentang suara, cahaya, benda yang tampak
dan bau bauan yang terbayangkan. Minta klien untuk menggambarkan dengan lebih
rinci.
Teknik lain yang dapat digunakan adalah mengintruksikan klien untuk melakukan
napas ritmik, lalu klien diminta untuk membayangkan bahwa setiap napas yang
dihembuskan menyebabkan ketegangan dan ketidaknyamanan dikeluarkan. Setiap
kali melakukan inhalasi, klien harus membayangkan energy penyembuhan dialirkan
ke bagian tubuh yang mengalami nyeri.
RELAKSASI
Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merelaksasikan
ketegangan otot yang mendukung rasa nyeri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
relaksasi efektif dalam menurunkan nyeri pasca operasi. Teknik relaksasi mungkin perlu
diajarkan beberapa kali agar mencapai hasil yang optimal. Klien yang telah mengetahui
teknik ini mungkin hanya perlu diinstruksikan menggunakan teknik relaksasi untuk
menurunkan atau mencegah meningkatnya nyeri.
Tindakan relaksasi dapat dipandang sebagai upaya pembebasan mental dan fisik dari
tekanan dan stress. Dengan relaksasi, klien dapat mengubah persepsi terhadap nyeri.
Kemampuannya dalam melakukan relaksasi fisik dapat menyebabkan relaksasi mental.
Relaksasi memberikan efek secara langsung terhadap funsi tubuh, seperti:
a. Penurunan tekanan darah, nadi, dan frekuensi pernapasan
b. Penurunan komsumsi oksigen oleh tubuh
c. Penurunan tegangan otot
d. Meningkatkan kemampuan konsentrasi
e. Menurunkan perhatian terhadap stimulus lingkungan
Page 32
Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi lambat,
dan berirama. Klien dapat memejamkan matanya dan bernapas dengan perlahan dan
nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan cara menghitung lambat dalam
hati saat bersamaan dengan inhalasi (hirup, dua, tiga) dan ekhalasi (hembuskan, dua,
tiga). Pada saat perawat mengajarkan teknik ini, akan sangat membantu jika menghitung
dengan keras bersama sama klien pada awalnya. Apabila pernapasan yang teratur telah
tercapai, perintahkan klien untuk perlahan-lahan untuk merelaksasikan otot-otot pada
leher, tangan, dada, paha, dan kaki.
UMPAN BALIK TUBUH
Umpan balik tubuh (biofeedback) adalah teknik mengatasi nyeri dengan memberikan
informasi kepada klien tentang respons fisiologis tubuh terhadap nyeri yang dialami klien
(mis., tekanan darah atau tegangan otot serta EEG) dan cara untuk mengendalikan secara
involunter respons tersebut.
Dengan member informasi yang akurat tentang tekanan darah, ketegangan otot
atau melihat monitor poligraf, klien akan bersaha untuk mencapai relaksasi yang optimal,
sehingga nyeri yang dirasakan klien berkurang.
SENTUHAN TERAPEUTIK
Terapi ini sangat dipercaya dapat menolong klien yang menderita nyeri. Teknik
yang digunakan adalah perawat melakukan meditasi dalam waktu singkat sebelum kontak
dengan klien. Pada periode ini, perawat menyembunyikan tingkat energy internal,
kemudian meraba klien dan mentransmisikan energy penyembuhan. Rasionalisasi
keberhasilan metode ini tidak dapat dimengerti dengan jelas.
Selain berbagai teknik di atas, oenting juga bagi perawat untuk memberikan
pedoman
antisipasi
(anticipatory
guidance).
Teknik
ini
merupakan
teknik
2.
3.
4.
5.
6.
nyeri. Penjelasan yang diberikan dapat membantu klien mengendalikan kecemasan dan
meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
BAB III
APLIKASI TEORI
KASUS
Nn. V dibawa ke Rumah Sakit Respati pada tanggal 9 maret 2013 oleh ibunya
dengan keluhan nyeri diabdomen. Saat dilakukan pengkajian pada nn.v nyerinya skala 7
seperti ditusuk-tusuk, klien juga tampak meringis kesakitan karena nyeri yang dirasakan
hilang timbul saat bergerak. Dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil vital sign sbb:
Page 34
Pengkajian
Biodata Pasien
Nama
: Nn.V
Umur
: 16 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
Pekerjaan
: Pelajar
Status pernikahan
: Belum menikah
Alamat
Diagnosa medis
Tgl.masuk
: 9 maret 2013
Penanggung Jawab
Nama
: Ny.S
Umur
: 45 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
Pekerjaan
Status pernikahan
: Sudah menikah
Alamat
Page 35
Nn. V dibawa ke Rumah Sakit Respati pada tanggal 9 maret 2013 oleh ibunya dengan
keluhan nyeri diabdomen. Saat dilakukan pengkajian pada nn.v nyerinya skala 7
seperti ditusuk-tusuk, klien juga tampak meringis kesakitan karena nyeri yang
dirasakan hilang timbul saat bergerak. Dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil vital
sign sbb: N=80x/mnt RR=20x/mnt TD=110/70 S=38C. Nn V mengatakan sering
kencing (5-7 kali)dan merasa kesakitan saat buang air kecil, urin berwarna pekat
seperti air teh. Hasil pemeriksaan lab di dapatkan bakteri Escherichia coli sebanyak
50-90%, ditemukan leukosit dan eritrosit di dalam urin.
b. Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat kesehtan terdahulu pasien tidak pernah mengalami kecelakaan, pasien juga
tidak pernah dirawat dirumah sakit dan tidak pernah dioperasi, pasien juga tidak
c.
Page 36
Pasien mengkonsumsi kurang lebih 3000 mililiter perhari. Namun setelah sakit
asupan cairan klien berkurang karena klien juga mengalami hipertermi.
6. Eliminasi urin
Pasien sebelum sakit kencing 3 kali sehari,tidak merasa sakitt,warna urin kuning
jernih. namun setelah sakit pasien kencing 5-7 kali sehari,pasien kesakitan saat
kencing,warna urin pekat seperti air teh.
7. Sensori, persepsi dan kognitif
Pasien tidak mengalami gangguan penglihatan, pendengaran, penciuman, sensasi
taktil, dan pengecapan. Dan klien tidak pernah mengalami gangguan yang
berhubungan dengan sensori, persepsi dan kognitif.
3. Pemeriksaan Fisik
a.
Keadaan umum
Kesadaran pasien penuh, dengan hasil vital sign klien meliputi frekuensi nadi
80x/menit, respirasi klien 20x/menit, tekanan darah 110/70 mmHg, dan suhu klien
meningkat 38C.
b. Kepala
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik kulit, muka dan rambut normal. Kondisi mata
konjungtiva anemis, sklera dan lensa normal.
Hidung pasien normal tidak ditemukan septum ataupun polip, dan tidak ada gangguan
c.
d.
e.
f.
g.
dalam hidung pasien. Mulut dan bibir klien tidak ada terjadi masalah.
Telinga klien simetris, bersih dan tidak terjadi gangguan pendengaran.
Leher
Leher pasien normal tidak terjadi pembesaran pada thyroid ataupun lesi.
Tenggorokan
Tenggoroan pasien normal, tidak ada gangguan pada saat menelan.
Dada
Bentuk dada pasien normal.
Abdomen
Saat dilakukan palpasi terdapat nyeri tekan pada abdomen.
Genetalia
Genetalia pasien normal, tidak terdapat keputihan ataupun gangguan genetala lainnya.
kecil. Aktifitas klien juga banyak dibantu oleh keluarga ataupun perawat yang sedang
bertugas.
Sosial:
Sebelum sakit Nn.v sering mengikuti kegiatan masyarakat yaitu sebagi anggota
remaja masjid yang aktif.
Budaya:
Nn.v menganut budaya jawa.
Spiritual:
Sebelum sakit Nn.v sering solat berjamaah dimasjid namun setelah sakit Nn.v tidak
pernah melakukan kegiatan tersebut.
5. Pemeriksaan Penunjang
Dari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan bakteri Escherichia coli sebanyak 5090%, ditemukan leukosit dan eritrosit di dalam urin.
b.
Analisa Data
Nama klien
: Nn. V
Umur
: 16tahun
Ruang
: Anggrek
NO
1.
2.
Page 38
No.Register : 1234
Diagnosa Medis : Infeksi saluran kemih
Data Fokus
DS:
-keluhan nyeri diabdomen.
-nn.v menyatakan nyerinya
skala 7 seperti ditusuktusuk.
-klien juga tampak meringis
kesakitan karena nyeri
yang dirasakan hilang
timbul saat bergerak.
DO: DO:
-Suhu= 38C
DS: -
Etiologi
Agen injuri
Problem
Nyri akut
biologis
Penyakit
Infeksi Saluran
Kemih
Hipertermi
Gangguan
Eliminasi
3.
Urin
DS:
-. Nn V mengatakan sering
kencing (5-7 kali)dan
merasa kesakitan saat
buang air kecil, urin
berwarna pekat seperti air
teh.
DO:
-Hasil pemeriksaan lab di
dapatkan bakteri
Escherichia coli sebanyak
50-90%, ditemukan
leukosit dan eritrosit di
dalam urin.
c.
Prioritas Diagnosa
Rencana Keperawatan
Nama klien
: Nn. V
No.Register : 1234
Umur
: 16tahun
Ruang
: Anggrek
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
O
1.
Nyeri akut
berhubunga
n dengan
agen injuri
biologis
Page 39
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
3x24 jam maka nyeri
pasien akan berkurang
dengan kriteria hasil
sbb:
1.pasien dapat
mengontrol
nyerinya
2.skala nyeri
1.lakukan
pengkajian
nyeri secara
komprehensif
termasuk
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas dan
1.untuk mengetahui
tingkat kenyerian
pasien.
2.untuk menghindari
faktor penyebab
nyeri.
3.untuk mengalihkan
perhatian pasien
tentang nyeri.
4.untuk mengurangi
berkurang dari
skala 7 menjadi
skala 3
3.vital sign
RR=18-24x/menit,
HR=80100x/menit,
T=36,5-37,5C,
TD=110/80mmHg
4.pasien dapat
memanajmen
nyerinya.
2.
Hipertermi
b.d penyakit
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
3x24 jam maka suhu
tubuh pasien dapat
kembali normal dengan
kriteria hasil sbb:
1.termoregulasi=pengat
uran suhu tubuh.
Supaya suhu tubuh
pasien kembali pada
pengaturan suhu tubuh
yang normal
2.vital sign
RR=18-24x/menit,
HR=80-100x/menit,
T=36,5-37,5C,
TD=110/80mmHg
faktor
presipitasi.
2.control
lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
nyeri, seperti
suhu ruangan,
pencahayaan
dan
kebisingan.
3.ajarkan
tentang tehnik
nonfarmakolog
i.
4.berikan
analgetik
untuk
mengurangi
nyeri.
1.kaji kesadaran
pasien.
2.kaji suhu
tubuh pasien.
3.beri banyak
minum.
4.ajari keluarga
dan pasien
bagaimana
cara menjaga
agar suhu
tubuh tetap
berada pada
kondisi
normal atau
ajari cara
mengompres
rasa nyeri.
1.mengetahui
bagaimana respon
pasien.
2.agar kita mengetahui
bagaimana perubahan
suhu tubuh pasien
setiap saatnya.
3.membantu memenuhi
kebutuhan volume
cairan pasien.
4.agar kita dapat
memandirikan pasien
dan keluarganya.
3.
Gangguan
Page 40
Setelah dilakukan
1.Pantau
1.untuk mengetahui
eliminasi
urin b.d
infeksi
saluran
kemih
tindakan keperawatan
3x24 jam maka
gangguan eliminasi
urin teratasi dengan
kriteria hasil sbb:
1. Kontinensia kemih
2. Eliminasi urin
eliminasi
urine
termasuk
frekuensi,
konsistens
i, bau,
volume,
dan
warna.
2.Rekam
output
urin
3.Berikan
antibiotik.
perubahan-perubahan
urine
2.untuk mengetahui
bayak sedikitnya urin
yg keluar
3.untuk menghilangkan
infeksi.
Jam/tangga
l
08.30/
10/03/2013
No.Register : 1234
Diagnosa Medis : Infeksi saluran kemih
Implementasi
Evaluasi
1.mengkaji vital
sign
DS: DO: N=80x/mnt
RR=20x/mnt
TD=110/70
S=38C.
Waktu,Tagal :
14:00,10/03/2013
S: klien mengatakan
masih nyeri di
abdomen
2.Mengkaji
tingkat nyeri
DS : Pasien
mengatakan
nyeri di
daerah
abdomen
DO: pasien
Page 41
O: - S= 30 C
-klien tampak
nyeri ketika
dilakukan
pemeriksaan
abdomen
A: masalah belum
teratasi
Nama/ttd
kukuh
_st
tampak nyeri
ketika
dilakukan
pemeriksaan
abdomen
11.30 WIB
Page 42
3.Membantu
pasin untuk
mengotrol
nyerinya
DS:DO: pasien tmpak
mengerti
tentang tehnik
nafas dalam
yang
diajarkan oleh
perawat
1.melibatkan
keluarga
untuk
membantu
menurunkan
suhu tubuh
pasien
DS:
DO: keluarga
tanpak
mengerti apa
yang
dijelaskan/
diajarkan
perawat
2.memberi
banyak
minum
DS: pasien
mengatakan
akan berusaha
banyak
minum
P: lanjutkan intervensi
Kaji vs
Beri obat anal
14:00
08:30 /
11/03/2
013
DO: pasien
tampakmenge
rti dengan
penjelasan
perawat
1. memantau
frekueensi,wa
rna urin
DS : klien
mengatakan
sering buang
air kecil tp
sedikit
-sedikit
DO : - urin
berwarna
keruh seperti
air teh
1.kaji vital sign
DS :
DO : S=37,5C
N=80x/mnt
RR=
20x/mnt
TD=
120/70
mmHg
Waktu,Tagal
11/03/2013, 14:00
wib
S: pasien dalam
keadaan
composmentis/sad
ar
O: -S=37,5C
-pasien dalam
keadaan
compousmentis
A: masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan
intervensi
11:30 WIB
Page 43
1.kaji tingkat
kesadaran
DS
DO: Pasiendalam
keadaan
composmentis
kuku
h_st
08:30/
12/03/2
013
1.kaji tingkat
nyeri
DS: Pasien
mengatakan
sudah tidak
nyeri lagi
pada abdomen
.
DO: tidak ada
nyeri tekan
pada abdomen
S:-pasien
mengatakan
sudah tidak
merasa nyeri lagi.
- pasien mengatakan
sudah tidak sering
buang air kecil
lagi.
O:- S=37,5C
- tidak ada nyeri
tekan pada
abdomen.
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi.
11.00/
12/03/2013
14.00/
12/03/2013
1.kaji eliminasi
urine
termasuk
frekuensi,
konsistensi,
bau, volume,
dan warna.
DS: pasien
mengatakan
sudah tidak
sering buang
air kecil lagi.
Page 44
kukuh_st
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah di atas adalah sebagai berikut:
1. Definisi keperawatan Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu
keadaan yang mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika
orang tersebut pernah mengalaminya.
2. Definisi secara medis Arthur C. Curton (1983), nyeri merupakan suatu mekanisme
produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak, dan menyebabkan
individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.
3. Definisi secara spikologis Scr umum, mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan
yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik dari serabut saraf
dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional.
4. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri.
Reseptor nyeri terbagi dalam dua komponen yaitu reseptor A delta dan serabut C.
5. Teori nyeri terbagi menjadi Teori Spesifik, Teori Pattern dan pengontrolan nyeri
(gate comtrol).
Page 45
6. Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor
nyeri yang di maksud adalah niciceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas
yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit
dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung
empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau
rangsangan.
B. SARAN
1. Bagi mahasiswa diharapakn dengan adanya makalah asuhan keperawtan ini dapat
membantu dalam membuat makalah asuhan keperawtan tentang nyeri, dan
memperbanyak pengetahuan dari berbagai refrensi lainnya.
2. Bagi perawat diharapkan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tidak
hanya sebagai pemberi asuhan keperawatan namun juga berperan aktif dalam
mencegah akan terjadinya suatu penyakit.
3. Bagi dunia keperawatan diharapakan kita sebagai tenaga kesehatan mampu
memberikan pelayanan kesehatan semaksimal mungkin, dan meningkatkan kualitas
perawat yang lebih bermutu.
Page 46
Page 47