Anda di halaman 1dari 16

Karakteristik Seks Primer dan Sekunder Pria

pada Masa Pubertas

Abstrak
Pubertas mengacu pada periode kebangkitan dan pematangan sistem reproduksi yang
sebelumnya nonfungsional, yang memuncak pada pencapaian kematangan seksual dan
kemapuan bereproduksi. Hormon yang ikut berperan pada masa ini adalah hormone
testostron, hormone dihidrotestosteron,dan hormon androgen. Dimulainya pubertas
diperkirakan merupakan akibat dari lepasnya generator denyut GnRH di hipotalamus dari
inhibisi sistem saraf pusat. Pada permulaan dan progresi pubertas, peptin telah dibuktikan
salah satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi pematangan generator denyut GnRH.
Kata kunci : Hormon, hormone testosterone, hormon dihidrogenase, GnRH, Peptin
Abstract
Puberty refers to the period of the rise and maturation of the reproductive system previously
nonfunctional, which culminated in the attainment of sexual maturity and reproduce Traffic.
Hormones that play a role in this period is testostron hormone, dihydrotestosterone hormone,
and androgen hormones. The start of puberty is thought to be a result of the release of GnRH
pulse generator in the hypothalamus of the central nervous system inhibition. At the onset
and progression of puberty, peptin has proven one of several factors that affect the
maturation of the GnRH pulse generator.
Keywords: Hormones, hormone testosterone, dihidrogenase hormone, GnRH, Peptin
Pendahuluan
Manusia merupakan makhluk hidup. Makhluk hidup memiliki beberapa ciri yaitu
diantaranya adalah mengeluarkan zat sisa dan tumbuh serta berkembang. Tumbuh kembang
makhluk hidup bervariasi, karena makhluk hidup itu terdiri dari mnusia, hewan, tumbuhan
dan mikroorganisme maka masing masing memiliki pola dan cara tumbuh kembang yang
berbeda. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan salah satu yang paling
kompleks di antara semua spesies makhluk hidup. Manusia juga masih memiliki perbedaan
pertumbuhan antara pria dan wanita. Pertumbuhan manusia pada pria dan wanita meliputi
1

pertumbuhan primer dan sekunder. Pertumbuhan seorang pria normal hingga pubertas
ditandai dengan perkembangan seks sekunder dan fungsi reproduksi. Genitalia pria mulai
berfungsi ketika seseorang mencapai kedewasaan (pubertas). Pubertas adalah periode
kebangkitan dan pematangan sistem reproduksi yang semula nonfungsional, serta memuncak
pada kematangan seksual dan kemampuan bereproduksi. Tanda pertama dari pubertas pada
pria adalah pembesaran testis dan penipisan kulit skrotum. Apabila timbulnya pubertas pada
pria sebelum usia 9 tahun dikenal sebagai pubertas prekoks. Genitalia pria terdiri dari
genitalia eksterna dan interna, serta saluran keluarnya. Di dalam testis terjadi pembentukan
spermatozoa yang dibantu oleh beberapa macam hormon.

Isi
Struktur Makroskopis Reproduksi Genetalia Masculina
Genetalia Masculina dibedakan menjadi :
1.

2.

Genetalia interna masculina :


a. Duktus deferens
b. Kelenjar prostat
c. Vesicular seminalis
Genetalia externa masculine
a. Penis
b. Testis

Gambar 1. Reproduksi Genetalia Maskulina1

A.Ductus Deferens
Duktus deferens atau vas deferens adalah suatu saluran berdinding tebal yang dilalui
sperma. Mulai dari anulus inguinalis medialis menuju lateral A.epigastrica inferior
kemudian turun ke dorsocaudal pada dinding lateral pelvis, menyilang ureter disisi
medialnya dan menuju ke mediocaudal pada permukaa dorsal vesica urinaria. Pada
bagian ujung akhir duct. Deferens terdapat bagian yang melebar disebut ammpula ductus
deferens. Duktus wxcretorius vas deferens bersama-sama dengan ductus excretorius gl.
Vesiculosa membentuk ductus ejaculatorius.1
B. Vesicular Seminalis
Vesicular Seminalis atau glandula vesiculosa terdiri dari dua gelembung lobus kanan dan
kiri yang berfungsi memproduksi cairan essential untuk makanan sperma, panjangnya
kira-kir 5 cm. Pada bagian ujung atas tertutup peritoneum. Pada bagian depan vesicula
seminalis berhubungan degan permukaan dorsal vesica urinaria, pada bagian
belakangnya berhubungan dengan rectum, sedangkan sisi medialnya berhubungan
dengan vas deferens.1
C. Glandula Prostata
Glandula prostata merupakan suatu kelenjar eksokrin fibromuskular. Bentuk glandula
prostate menyerupai limas terbalik dengan puncak di caudal dengan panjang kurang
lebih 3 cm. glandula prostata dilapisi oleh selaput fibrotikdan di sebelah luar dilapisi
jaringan ikat (lanjutan esica pelvis). Glandula prostate dibedakan menjadi :
1. Basis, merupakan bagian di atas depan, sekitar collum vesica urinaria
2. Apex, terletak pada diafragma urogenitale
Membrane prostatika peritoneale ( Denonvilller) dan pascia rectalis memisahkan permukaan
posterior gl. Prostaa dengan vas deferens dan vesicular seminalis.
Glandula Prostata dibedakan menjadi 5 lobus, yaitu :
1. Lobus anterior
Lobus anterior terletak didepan uretra pars prostatica dan tidak mengandung jaringan
kelenjar.
2. Lobus medius
Terletak diantra urethra dan ductus ejaculatorius. Lobus medius banyak mengandung
kelenjardan dapat berubah menjadi adenoma.
3. Lobus posterior
Terletak dibelakang urethra dan di caudal ductus ejqculqtorius. Lobus posterior mengandunt
jaringan kelenjar dan dapat berubah menjadi kanker primer.
4. Lobus lateral
3

Lobus lateral ada 2 buah, terletak disebelah kanan dan kiri urethra prs prostatica. Lobus
lateralis banyak mengndung kelenjar dan sering mengalami hipertrofi prostat.
Glandula prostate diperdarahi oleh arteri cabang-cabang a. vesicalis inferior, cabang-cabang
rectalis media, dan cabang-cabang a.pudenda interna. Sedangkan aliran darah balik melalui
plexus venosum prostaticus.
Aliran getah bening glandula prostate dialirkan nnll. Glandula prostatica dan akhrnya
bermuara ke nnnll. Iclliaca interna. Glandula prostate dipersarafi cababg-cabang plexus
hypogastricus inferior.1
D. Penis

Gambar 2. Struktus Anatomi Penis


Penis dihubungkan pada symhisis osis pubis melalui suatu jaringan ikat ligamentum
suspensoriun penis. Penis dibedakan menjadi 3 bIn, Yaitu radix penis, corpus penis, dan
glandula penis. Radix penis merupakan bagian penis yang melekat ke symphisis osis pubis
dan terdiri dari 3 massa jaringan erektil yaitu: bulbus penis,crus penis dextra, dan crus penis
sinistra. Sedangkan corpus penis merupakan lanjutan radix penis ke

arah distal. Pada

permukaan dorsal corpus penis, tepat pada garis tengah, dapat dijumpai V.dorsalis penis
superficialis. Gland penis terletak pada ujung distal corpus penis. Pada glands penis dapat
dijumpai alat-alat sebagai berikut :1
1. Meatus / orificium urethra externa.
2. Frenulum, yaitu lipatan kulit yang terletak di caudal meatus urethra externa.
4

3. Preputium, yaitu lapisan kulit yang menutupi glands penis


4. Corona glandis, yaitu pinggir dasar glands penis.
E. Scrotum
Scrotum merupakan suatu kantung yang dibentuk oleh kulit dan fascia. Kulit scrotum
berkeriput dan ditutupi rambut-rambut kasar. Pada bagain tengan scrotum, dapat dijumpai
suatu gari yang disebut raphe scrotalis. Srotum berisi testis dan epididimis. 1

F. Testis
Istilah testis berasal dari bahasa Yunani orchis, sedangkan perdarahan testis disebut
orchitis. Testis adalah organ reproduksi yang menghasilkan spermatozoa dan sebagai kelanjar
endokrin yang menghasilkan hormone androgen untuk mempertahankan tanda-tanda kelamin
skunder. Bentuk testis oval dengan konsistensi lunk. Testis dibungkus oleh tunica vaginalis
propria dan terletak dalam cavum scroti. Pada orang normal, testis kiri letaknya lebih rendah
dari pada yang kanan. Sedangkan pada situs inversus totalis dan orang kidal, testis kanan
letaknya lebih rendah daripada testis kiri. Pada testis dapat dijumpai sisa- sisa perkembangan
uung cranial ductus para mesonepros yang disebut appendix testis. Testis dapat dibedakan
menjadi bagian-bagian sebagai berikut: ekstremitas superior, extremitas inferior,facies
lateralis, facies medialis, margo anterior (convex), dan margo posterior (datar).
Sedangkan pembungkus testis dari dalam ke luar :1
Tunika albugenia, Tunica vaginalis testis lamina viceralis dan lamina parietalis, Fascia
spermatica interna, M. cremaster, Fascia spermatica externa, Tunica dartos, Cutis sroti.
Pada irisan/ potongan testis dari margo anterior ke margo posterior dapat dijumpai perenkim
testis dibungkus tunica albuginea. Tunica albuginea memberikan septula testis ke dalam
perenkim testis. Disebelah luar, tunica albuginea dibungkus lagi oleh tunica vaginalis propria
lamina viceralis. Di daerah dekat margo posterior testis yang tidak dicapai oleh septula testis
terbentuk massa jaringan ikat fibrosa yang memadat, disebut mediastinum testis. Rete testis
adalah anyaman beberapa tubuli seminiferi recti yang masuk mediastinum. Dari rete testis
dibentuk saluran-saluran yang memasuki caput epididymis disebut ductuli efferentes testis.
Testis didarahi oleh a. testiculari, cabang aorta abdominalis,. Sedangkan aliran vena nya
bermuara ke v. testicularis, yang kemudian dialirkan ke dalam vena cava inferior. Pada
penderita filariasis terdapat penimbunan cairan antara lapisan tunica vaginalis viceralis dan
parietalis yang disebut hydrocele testis. Secara fisiologis, pada masa janin testis yang terletak
di dalam cavum abdomen akan turun dan memasuki scrotum. Peristiwa ini disebut descensus
5

testiculorum. Keadaan diaman testis tidak turun kedalam srotum disebut kriptokismus.
Keadaan ini membutuhkan operasi sedini mungkin.1

G. Epidiymis dan Funiculus Spermaticus

Gambar 3. Epididimis dan Funiculus Spermaticus1

Epididymis merupakan suatu saluran berkelok-kelok yang panjangnya kurng lebih 6 meter.
Epididymis terletak disebelah dorsal testis. Epididymis dibedakan menjadi caput epididymis,
corpus epididymis, dan cauda epididymis. Pada epididymis dapat dijumpai sisa-sisa
perkemangan ductus mesonepros yang disebut pppendix epididymis. Disebelah medial
epididymis dapat dijumpai funiculus spermaticus.1
Funiculus spermqticus terdiri dari : Plexus pampiniformis, A. testicularis, A. deferentialis,
Ductus deferens, R. genetalis n. genitofemoralis, M.cremaster

Struktur Mikroskopis Reproduksi Genetalia Masculina


Alat kelamin pria terdiri atas bagian yang memproduksi sel benih dan saluran keluarnya,
selain itu dilengkapi pula beberapa kelenjar kelamin pelengkap atau pendukung.
6

A.Testis dan Epididymis

Gambar 4. Struktur Mikroskopis Testis2


Jaringan ikat padat pembungkus nya yaitu tunika albuginea testis. Jaringan ini membungkus
penuh seluruh prmukaan testis. Pada lereng kutub atas testis, jaringan ikat ini menebal
membentuk mediastium testis. Didalam mediastinum testis terdapat rete testis halleri. Dari
mediastinum ini unika albuginea ini bercabang ke dalam perenkim membentuk septula testis
yang membagi testis menjadi sejumah lobules-lobulus testis berbentuk pyramid. Di dalam
lobules testis terdapat tubulus seminiferus tempat spermatogenesis dan spermiogenesisn
terjadi. Karena didalam epitel saluran ini dapat ditemukan gambaran mitosis
1.

Gonosit / spermatogonia, sel ini paling besar, terletak dekat membrane basal. Bentuknya

bundar dengan inti bundar pula dan besarnya tidak sragam. Kromatin intinya halus.
Sel sertoli, sering terlihat diantara spermatogonia. Sel ini besar, bentuknya tampak kira-

2.

kira seperti segitiga, bagian basalnya melekat pada membrane basal, sitoplasmanya jernih,
dan sulit dilihat batas-batasnya. Yang jelas terlihat hanyalah inti selnya yang juga besar,
biasanya agak terdesak ke puncak, bentuknya lonjong dan mempunyai takik.
Spermatosit I, sel ini terlihat besar juga, bentuknya bundar dan letaknya mengarah lebih

3.

ke permukaan epitel. Tidak ada spermatosit yang terletak pada membrane basal. Intinya juga
bundar dengan kromatin yang kasar padat.
Spermatosit II, jarang kelihatan.
5.
Spermatid, sel ini kecil, bundar, dan terletak lebih mendekati permukaan epitel, bahkan
4.

sebagian berada dipermukaan. Inti sel hamper memenuhi seluruh sitoplasmanya.


Spermatozoa, sel ini biasanya dalam kelompok, menempel pada permukaan epitel atau

6.

bahkan sudah melayang dalam kelompok memenuhi bagian tengah lumen tubulus. Sel ini
7

mempunyai flagel sebagai ekornya yang nantinya dapat melecut brgelombang sehingga
spermatozoa data berenang di dalam getah kelamin pria maupun wanita. Selanjutnya
spermatozoa akan diangkut melewati beberpa saluran.
Tubulus rectus, saluran ini pendek, biasanya dapat ditemukan dimuara tubulus seminiferus

7.

di puncak lobulus di dekat mediastinum testis. Tubulus rectus mempunyai epitel kuboid
selapis.
Rete testis Halleri, tubulus rectus bermuara disini. Epitel yang melapisinya ama dengan

8.

tubulus rectus. Namun beberapa selnya ada yang bersillia tunggal (flagella). Seluruh rete atau
jala-jala saluran ini terdapat di dalam mediastinum testis. Rete ini disebut demikian karena
berupa ruangan atau saluran yang saling berhubungan satu sama lain. Di dalam lumen
bisanya dapat ditemukan spermatozoa. Pada tubulus rectus maupun tere testis tidak
ditemukan lapisan otot pada dindingnya.2
B. Tubulus Efferen
Saluran ini sudah berada di luar testis. Lumennya tampak bergelombang karena disusun oleh
epitel selapis yang terdiri atas sel torak dan sel kuboid sehingga terletak epitelnya
bergelombang tidak beraturan. Sel yang tinggi mempunyai kinosilia pada permukaannya di
luar membrane basal terdapat lapisan otot polos melingkar tipis. Di dalam lumen biasanya
terdapat spermatozoa.2
C. Duktu Epididimis

Gambar 5. Duktus Epididimis2

Saluran ini lebih besar dari pada duktus eferens. Epitelnya merupakan epitel orak selapis
dengan sel pengganti diantarannya sehingga disebut juga sel epitel torak betingkat. Selnya
8

tinggi-tinggi intinya lonjong gepeng, dengan sumbu panjangnya mengarah ke umen, dan
mempunyai sterosilia pada permukaannya. Didalam lumen terdapat spermatozoa
D. Duktus Deferen

Gambar 6. Duktus Deferen2


Saluran ini relatif lurus dan berdinding relatif tebal. Epitelnya silindris bertingkat,
mempunyai sterosilia. Epitel mukosannya bergelombang berikut lamina propria dibawahnya,
namun sel epitenya seragam tigginya. Dibawah laina propria terdapata tiga lapisa otot polos.
Lapisan yang paling dalam berkasnya tersususn memanjang. Kemudian lebih ke arah luar,
membentuk lapisan tengah terlihat lapisan otot polos yang tersusun melingkar , dan yang
palinf luar berupa lapisan otot polos yang melingkar lagi. Diluar lapisan otot terdapat tunika
adventisia yang berupa jaringan ikat longgar.2
E. Kelenjar Prostat
Kelenjar ini mukosannya berlipat-lipat dan diliputi epitel sel selapis torak atau dapat pula
betingkat. Di dalam lamina propria terdapat serat otot polos. Biasanya di dalam lumen
terdapat konkreman yang berwarna merah homogeny. Di bawah lamina propria juga terdapat
lapisan otot polos, sedangkan dipermukaan luarnya diliputi tunika adventisia yang
merupakan jaringan ikat longgar.2
F. Kelenjar Vesikulosa
Sepintas mirip dengan kelenjar prostat. Tunika mukosanya sama dengan kelenjar prostat
tetapi di dalam lamina propria tidak terdapat serat otot polos. Dibawah lamina propria juga
terdapat lapisan otot polos yang memperkuat dinding-dinding kelenjar ini. Tunika adventisia
teradapat meliputi permukaan luarnya yang terdiri atas jaringan ikat longgar.2

Fungsi dan Mekanisme Reproduksi Pria


Secara embrionis, testis berkembang dari gonal ridge yang terletak dibelakang rongga
abdomen. Pada bulan terakhir kehidupnan janin, testis mulai perlahan-lahan turun ke luar
9

rongga abdomen melintasi kanalis inguinalis kedalam skrotum, satu testis jatuh ke dalam
masing-masing kantung skrotum. Testosterone dari testis janin merupakan penyebab turunny
testis ke dalam skrotum. Walaupun waktunya agak bervariasi, penurunan testis tersebut
biasanya selesai pada bulan ke tujuh masa gestari. Akibatnya penurunan tersebut selesai pada
98% bayi laki-laki cukup bulan.3
A.Hormon
1. Hormon Testosteron
Sel leydig testis mengeluarkan testosteron yang menyebabkan maskulinisasi. Testis
melaksanakan dua fungsi, yaitu menghasilkan sperma dan mengeluarkan testosteron.
Sekitar 80% massa testis terdiri dari tubulus seminiverosa yang berkelok-kelok, yang
didalamnya berlangsung spermatogenesis. Sel-sel endokrin yang mengeluarkan
testosterone,sel leydi atau sel interstitium terletak dijaringan ikat (jaringan intersttitium)
anatara tubulus-tubulus seminiferosa. Dengan demikian bagian-bagian testis yang
menghasilkan sperma dan mengelurkan testosterone secara structural dan fungsional
berbeda. Testosterone adaalh suatu hormone steroid yang berasal dari molekul prekusor
kolesterol, seperti halnya hormone-hormon seks pada wanita, estrogen dan progesteron.
Sel-sel leydig mengandung enzim-enzim dengan konsentrasi tinggi yang diperlukan
untuk mengarahkan kolesterol mengikuti jalur yang mengahsilkan testosteron. Setelah
dihasilkan, sebagian testosterone disekresi ke dalam darah untuk diangkit, terutama
dengan terikat diprotein plasma, ke jarigan sasaran. Sebagian testosterone yang baru
diproduksi mengalir ke lumen tubulus seminiferosa, tempat hormone ini memainkan
peranan penting dalam spermatogenesis.3
Efek testosterone dapat dibagi menjadi :
1. Efek pada Sistem reproduksi sebelum lahir
Sebelum lahir, sekresi testosterone oleh testis janin merupakan penyebab
maskulinisasi saluran reproduksi dan genetalia eksterna serta menurunnya testis ke
dalam skrotum, seperti telah dijelaskan di atas. Setelah lahir sekresi testosterone
berhenti, dan testis serta sistem reproduksi lainya tetap kecil dan nonfungsional
sampai pubertas.
2. Efek pada jaringan spesifik seks setelah lahir
Pubertas mengacu pada periode kebangkitan dan pematangan sistem reproduksi
yang sebelumnya nonfungsional, yang memuncak pada pencapaian kematangan
seksual dan kemapuan bereproduksi. Awitan pubertas biasanya sekita usia sepuuh
atau empat belas tahun, wanita rata-rata mengalami pubertas dua tahun lebuh awal
10

dari pria. Pubertas biasanya berlangsung dua sampai lima tahun dan mencakup
serangkaian perubahan endokrin, fisik, dan perilaku kompleks. Masa remaja
(adolescene) adalah konsep yang lebih luas mengacu pada masa keseluruhan transisi
antara anak-anak menjadi dewasa, bukan hanya pematangan seksual. Pada pubertas,
sel-sel leydig mulai mengeluarkan testosteronnya

kembali, dan untuk pertam

kalinya terjadi spermatogenesis di tubulus seminiferosa. Testosterone bertanggung


jawab untuk pertumbuhan dan pematangan keseluruhan sistem reproduksi pria.
Dibawah pengaruh lonjakkan sekresi testosteron padan masa pubertas. Testis
membersar dan mampu melaksanakan spermatogenes, kelenjar-kelanjar sel
tambahan membesar dan mulai aktif mensekresi, sementara penis serta skrotum
membesar. Sekresi testosteron yang berlangsung terus menerus penting untuk
spermatogenesis dan untuk mempertahankan kematangan saluran reproduksi pria
selama masa dewasa. Setelah kastriasi (pengebirian, pengankatan testis secara bedah
atau kegagalan testis karena penyakit ukuran dan fungsi organ-organ seks menurun
3. Efek terkait reproduksi lainya
Testosterone bertanggung jawab dalam pembentukan labidio seksual pada masa
pubertas dan membantu mempertahankan dorongan seks pada pria dewasa.
Stimulasi perilaku ini oleh testostron penting untuk mempermudah penyalurann
sperma pada wanita. Pada manusia, labidio juga dipengaruhi oleh banyak faktor
emosional dan social yang saling berinteraksi. Setelah labidio terbentuk testosterone
tidak lagi diperlukan untuk mempertahankannya. Pria yang mengalami pengebirian
erring tetap aktif secara seksual tetapi dengan tingkat yang lebih rendah. Pada fungsi
yang terkait reproduksi lainnya, testosterone ikut serta dalam control umpan-balik
negative normal pada sekresi hormone gonadatropin oleh hipofisis anterior.
4. Efek pada karakteristik seks skunder
Perkembangan dan pemeliharaan semua karakteristik seks sekunder pria bergantung
pada testosterone. Karakteristik pria non produktif ( yang tidak berkaitan dengan
reproduksi) yang dipicu oleh testosterone ini adalah :
a. Pola pertumbuhan rambut pria (misalnya rambut dada dan janggut pada pria
dengan predisposisi genetic kebotakan).
b. Suara menjadi berat akibat pembesaran laring dan penebalan pita suara.
c. Penebalan kulit
d. Konfigurasi tubuh pria (sebagai contoh bahu lebar, otot lengan dan tungkai yang
berkembang) sebagai akibat pengendapan protein. Pria yang dikebiri sebelum
pubertas (kasi atau ennuch) tidak mengalami pematang seksual dan tidak
memperlihatkan perkembangan karakteristik seks skunder pria.
5. Efek yang Tidak berkaitan dengan reproduksi
11

Testosterone mempunyain beberapa efek pentig yang tidak berkaitan dengan


reproduksi. Testosterone mempunyai efek anabolik (sintesis) protein dan mendorong
pertumbuhan tulang, sehingga menyebabkan otot lebih berkembang pada pria dan
adanya lonjakan pertumbuhan pad pubertas.ironisnya testosterone tidak saja
merangsang pertumbuhan tulang tetapi akhirnya mencegah pertumbuhan lebih lanjut
dengan menutup ujung-ujung tulang panjang uang sedang tubuh (yaitu, osifikasi
atau penutupan lempeng epifisis. Testosterone juga merangsang sekresi minyak dari
kelenjar sebasea. Efek ini paling nyata selama lonjakan sekresi testosterone pada
masa remaja, sehingga pemuda rentan mengalami jerawat (akne).3
2. Hormon LH dan FSH
Kedua hormon gonadotropik hipofisis anterior, LH dan FSH , mengontrol sekresi
testosteron dan sepermatogenis.testis di kontrol oleh dua hormon gonadotropik yang
disekresikan oleh hiposisis anterior,luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating
hormone (FSH) yang di beri nama sesuai dengan fungsi mereka pada wanita. Kedua
hormone ini bekerja ada komponen-komponen testis yang berbeda.LH berkerja pada
sel leydig untuk mengatur sekresi testosteron,sehingga pada pria hormone ini juga
memiliki nama interstitial-cell-stimulating hormone (ICSH). FSH bekerja pada tubulus
seminiferosa,

terutama

di

sel

sertoli,untuk

menigkatkan

spermatogenesis

sebaliknya,sekresi LH dan FSH dari hipofisis anterior dirangsang

oleg sebuah

hormone hipotalamus, gonadotropin- releasing-hormone (GnRH).


Aktivitaas GnRH meningkat saat pubertas. Walaupun testis janin mengeluarkan
testosterone, yang mengarahkan perkembangan sistem reproduksi ke arah maskulin,
setelah lahir testis tidak aktif sampai saat pubertas. Selama periode prapubertas, sekresi
LH dan FSH tidak cukup adekuat untuk merangsang aktivitas testis. Penundaan
munculnya kemampuan reproduktif pada masa prapubertas memungkinkan individu
mencapai kematang fisik (walau tidak selalu disertai kematangan psikologis agar bisa
mengasuh anak. (Pematangan fisik ini terutaman penting pada wanita, yang tubuhnya
harus menunjang janin yang tumbuh). Proses pubertas diawali oleh peningkatan
aktivitas GnRH pada usia sekitar 8-12 tahun. pada masa pubetas dini letupan sekresi
GnRH berlangsung hanya pada malam hari sehingga pada malam hari terjadi
peningkatan sekresi LH dan, dengan demikian sekresi testosteron. Durasi sekresi
GnRH yang episodik tersebut semakin lama semakin panjang seiring dengan
perkembangan pubertas sampai tercipta pola sekresi GnRH, FSH, LH, dan testosterone
seperti pada dewasa dibawah pengaruh testosterone yang kadarnya terus meningkat
selama masa pubertas, terjadi perubahan-perubahan fisik yang menandai munculnya
12

karakteristik seks sekunder dan pematangan reproduksi. Tingkat aktivitas GnRH yang
rendah selama masa prapubertas tampaknya disebabakan oleh inhibisi aktif
pengeluaran GnRH oleh mekanisme saraf dan hormon. 3
Sebelum pubertas, hipotalamus sangat peka terhadap efek umpa- balik negative
testosterone, sehingga sejumlah kecil testosterone yang dihasilkan oleh testis
prapubertas sudah mampu menghambat pengeluarah GnRH. Pada saat pubertas,
hipotalamus menjadi kurang peka terhadap inhibisi umpan balik oleh testosterone.
Karena kadar testosterone yang rendah tidak lagi menghambat hipotalamus, kadar
GnRH dan hormone gonadotropik meningkat. Pada masa prapubertas sel-sel GnRH
hipotalamus juga mendapat pengaruh inhibisi dari saraf, yang pada masa pubertas juga
menghilang. Faktor yang berperan menghilngkan mekanisme-mekanisme inhibitorik
tersebut, sehigga pubertas pada manusia dapat berlangsung, masih belum diketahui. 3
3. Hormon Dihidrotestosteron
Dihidrotestosteron (DHT) dan estradiol tidak hanya berasal dari sekresi langsung testis,
tetapi juga dari konversi di jaringan perifer dari prekusor androgen dan estrogen yang
disekresi testis dan adrenal. Sekitar 40% testosterone dikonversi menjadi DHT, yang
melayani sebagai mediator intrasel kerja kebanyakan androgenik testosteron. Sebagian
kecil testosteron yang bersikulasi(0,2%) dikonversi menjadi esterogen dalam berbagai
jaringan yang mengandung enzim aromatase. Esterogen ini mempunyai efek baik
sebagai androgen atau sebagai antiandrogen. Sekitar 2% dari total testosteron di dalam
darah berada dalam keadaan bebas dan mudah berdifusi. Hormon bebas ini secara biologis paling
aktif dibanding total hormon yang ada dalam sirkulasi karena kemampuan secara pasif
bergerak ke dalam sitosol sel target. Sebagian testosteron berikatan dengan sex hormon
binding globulin dan siap berdifusi.Sel Leydig (sel intersisial) menghasilkan testosteron
(androgen utama).Meskipun hasil sekresi utama berupa testosteron, namun hormon
aktifnya dalam beberapa jaringan berupa 5-dihidrotestosteron. Sel Sertoli (tubulus
seminiferus) mampu membuat androgen dan estrogen, juga menghasilkan androgen
binding .4
Dimulainya pubertas diperkirakan merupakan akibat dari lepasnya generator denyut GnRH di
hipotalamus dari inhibisi sistem saraf pusat. Lokasi dan mekanisme yang tepat mengenai pelepasan
inhibisi ini belum diketahui. Walaupun banyak bukti yang menunjukkan bahwa sumber pencetus juga
berasal dari SSP , namun terdapat penelitian yang berkembang terhadap peran leptin yaitu suatu
hormon yang diproduksi oleh sel-sel lemak. Pada permulaan dan progresi pubertas, peptin telah
dibuktikan salah satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi pematangan generator denyut GnRH.
Individu yang tidak memiliki generator denyut GnRH hipotalamus tidak akan mengalami pubertas dan
13

adanya tumor atau pembedahan pada daerah mediobasal hipotalamus juga berhubungan dengan
pubertas yang terlambat atau bahkan tidak terjadi pubertas.5

Gambar 7. Mekanisme Kerja Hormon saat Pubertas4

Produksi testosterone oleh sel-sel interstitial leydig pada pria akan sangat meningkat pada
permulaan pubertas. Awal pubertas ditandai oleh meningkatnya kadar hormone-hormon
ICSH secara nyata, yang mula-mula diproduksi sewaktu tidur. Kadar yang tinggi sewaktu
pubertas ini menyebabkan meningkatnya produksi testosterone oleh testis. Esteron dan
estradiol juga diproduksi dan berasal dari konversi testosteron yang dibuat oleh adrenal dan
testis dan dari androstenedion. Kadar globulin pengikat hormone-hormon seksual akan
menurun saat pubertas sehingga menyebabkan lebih banyak testosterone bebas dalam
sirkulasi. Petumbuhan yang peasat terjadi pada setiap sistem organ dalam tubuh kecuali
sistem saraf pusat dan sistem saraf limfatik yang paling menonjol adalah perubahan dalam
tinggi, berat badan, serta cirri-ciri seksual skunder. Puncak dari pusatnya pertumbuhan terjadi
sekitar pada usia 14 tahun. puncak pertambahan berat badan terjdi pada usia 14 tahun dengan
separuhnya terjadi pada usia antara 12 dan 16 tahun dan kebanyakan berupa otot-otot baru .5
B. Perubahan Fisik saat Masa Pubertas
Pematangan Testis
Pematangan testis, pematangan testis saat pubertas meliputi saat dimulainya produksi
androgen oleh sel leydig,

pertumbuhan

tubulus

seminiferus, dan dimulainya

spermatogenesis. Ketiga kejadian ini dikontrol oleh gonadotropin seperti FSH dan LH.
Selama masa anak-anak, konsentrasi FSH dan LH rendah baik pada kelenjar hipofisis
14

maupun plasma. Amplitude dan frekuensi denyut kedua hormone ini juga rendah,
menunjukkan bahwa generator denyut GnRH

berputar lambat. Cirri khas dari aksis

Gonadotropin-hipofisis ini dikenal sebagai juvenile pause. Kurang lebih satu tahun
sebelum pembesaran testispelepasan derajad FSH dan LH menjadi meningkat baik dalam
amplitude ataupun konsentrasinya. Hal ini sebagian besar terjadi pada saat tidur.5
Ciri- ciri Seksual Sekunder
Testosterone dam metabolitnya, menyebabkan perubahan somatik berikut pada anak lakilaki dalam masa pubertas :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pembesaran laring
Suara yang lebih dalam
Peningkatan massa tulang
Peningkatan masa dan kekuatan otot skelet
Penebalan kulit
Peningkatan dan penebalan rambut pada batang tubuh, pubis,aksila, dan wajah.

Pertumbuhan somatik
Pertumbuhan somatic pada pubertas merupakan hasil dari interaksi yang kompleks dari
steroid seks gonad, hormon pertumbuhan (growth hormone , GH) dan faktor pertumbuhan
yang menyerupai hormone pertumbuhan. Insulin dan tiroksin juga pentung untuk
pertumbuhan yang optimal. Tidak adanya GH, IGF-1 atau reseptor IGF-1 akan
menyebabkan dwarfisme somatik ,walaupun terdapat konsentrasi hormone steroid yang
normal dalam plasma.5

Penutup
Pubertas mengacu pada periode kebangkitan dan pematangan sistem reproduksi yang
sebelumnya nonfungsional, yang memuncak pada pencapaian kematangan seksual dan
kemapuan bereproduksi. Awitan pubertas biasanya sekita usia sepuuh atau empat belas tahun,
wanita rata-rata mengalami pubertas dua tahun lebuh awal dari pria. Pubertas biasanya
brlangsung dua sampai lima tahun dan mencakup serangkaian perubahan endokrin, fisik, dan
perilaku kompleks. Masa remaja (adolescene) adalah konsep yang lebih luas mengacu pada
masa keseluruhan transisi antara anak-anak menjadi dewasa, bukan hanya pematangan
seksual. Pada pubertas, sel-sel leydig mulai mengeluarkan testosteronnya

kembali, dan

untuk pertam kalinya terjadi spermatogenesis di tubulus seminiferosa. Testosterone


bertanggung jawab untuk pertumbuhan dan pematangan keseluruhan sistem reproduksi pria.
15

Daftar pustaka

16

Anda mungkin juga menyukai