Pemeriksaan Penunjang Fraktur

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi DM. Yaitu
kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga DM,
riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi >4.000 g, riwaya DM pada kehamilan, dan
dislipidemia. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah
sewaktu, kadar gula darah puasa (Tabel 53.1), kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) standar. Untuk kelompok resiko tinggi yang hasil penyaringannya negatif,
perlu pemeriksaan penyaring ulang tiap tahun. Bagi pasien berusia 45 tahun tanpa faktor resiko,
pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.
Tabel 1.1 kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena
Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena
Darah kapiler
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Bukan DM

Belum pasti DM

DM

<110
<90

110-199
90-199

>200
>200

<110
<90

110-125
90-109

>126
>110

Cara pemeriksaan TTGO, adalah :


Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa.
Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak.
Pasien puasa semalam selama 10-12 jam.
Periksa glukosa darah puasa.
Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam waktu 5 menit.
Periksa glukosa darah 1 jam sesudah beban glukosa.
Selama pemeriksaan, pasien diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.7

Pemeriksaan hemoglobin glikosilasi


Hemoglobin glikosilasi merupakan pemeriksaan darah yang mencerminkan kadar
glukosa darah rata-rata selama periode waktu 2 hingga 3 bulan. Ketika terjadi kenaikan kadar
glukosa darah, molekul glukosa akan menempel pada hemoglobin dalam sel darah merah.
Ada berbagai tes yang mengukur hal yang sama tetapi memiliki nama yang berbeda,
termasuk hemoglobin A1C dan hemoglobin A1. Nilai normal antara pemeriksaan yang satu dengan
yang lainnya, serta keadaan laboratorium yang satu dan lainnya, memilikmi sedikit perbedaan
dan biasanya berkisar dari 4% hingga 8%.

Pemeriksaan urin untuk glukosa


Pada saat ini, pemeriksaan glukosa urin hanya terbatas pada pasien yang tidak bersedia
atau tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah. Prosedur yang umum dilakukan
meliputi aplikasi urin pada strip atau tablet pereaksi dan mencocokkan warna pada strip dengan
peta warna.
Pemeriksaan urin untuk keton
Senyawa-senyawa keton (atau badan keton) dalam urin merupakan sinyal yang
memberitahukan bahwa pengendalian kadar glukosa darah pada diabetes tipe I sedang
mengalami kemunduran. Apabila insulin dengan jumlah yang efektif mulai berkurang, tubuh
akan mulai memecah simpana lemaknya untuk menghasilkan energi. Badan keton merupakan
produk-sampingan proses pemecahan lemak ini, dan senyawa-senyawa keton tersebut bertumpuk
dalam darah serta urin.1

Apa saja pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menyaring penderita diabetes melitus?
Glukosa darah puasa (fasting blood glucose) adalah pemeriksaan gula darah terhadap
seseorang yang telah dipuasakan semalaman. Biasanya orang tersebut disuruh makan malam
terakhir pada pukul 22.00; dan keesokan paginya sebelum ia makan apa-apa, dilakukan
pemeriksaan darah. Nilai normal untuk dewasa adalah 70-110 mg/dL. Seseorang dinyatakan
diabetes melitus apabila kadar glukosa darah puasanya lebih dari 126 mg/dL. Sedangkan kadar
glukosa darah puasa di antara 110 dan 126 mg/dL menunjukkan gangguan pada toleransi
glukosa, yang perlu diwaspadai dapat berkembang menjadi diabetes melitus di masa mendatang.
Glukosa darah sewaktu atau glukosa darah 2 jam postprandial (2 jam setelah makan) adalah
pemeriksaan gula darah terhadap seseorang yang tidak dipuasakan terlebih dahulu. Perbedaannya
adalah untuk skrining atau pemeriksaan penyaring, biasanya diperiksa glukosa darah sewaktu.
Tanpa ditanya apa-apa atau disuruh apa-apa, glukosa darah langsung diperiksa. Sedangkan untuk
keperluan diagnostik, dilakukan pemeriksaan glukosa darah 2 jam postprandial segera setelah
glukosa darah puasa diperiksa. Beban yang diberikan adalah glukosa 75 gram yang dilarutkan
dalam 200 mL air yang dihabiskan dalam 5 menit. Selanjutnya subjek diistirahatkan selama 2
jam (tidak boleh beraktivitas fisik berlebihan). Nilai normal untuk dewasa adalah kurang dari
140 mg/dL. Seseorang dinyatakan diabetes melitus apabila kadar glukosa darah sewaktunya
lebih dari 200 mg/dL. Di antaranya dinyatakan mengalami gangguan toleransi glukosa.
Glycosylated hemoglobin (HbA1c) adalah pemeriksaan penunjang diabetes melitus yang
ditujukan untuk menilai kontrol glikemik seorang pasien. HbA1c adalah salah satu fraksi
hemoglobin (bagian sel darah merah) yang berikatan dengan glukosa secara enzimatik. HbA1c
ini menunjukkan kadar glukosa dalam 3 bulan terakhir, karena sesuai dengan umur eritrosit (sel

darah merah) yaitu 90-120 hari. Nilai HbA1c yang baik adalah 4-6%. Nilai 6-8% menunjukkan
kontrol glikemik sedang; dan lebih dari 8%-10% menunjukkan kontrol yang buruk. Pemeriksaan
ini penting untuk menilai kepatuhan seorang pasien diabetes dalam berobat. Bisa saja seorang
pasien yang sudah tahu akan diperiksa glukosa darahnya melakukan olahraga ekstra keras atau
menjaga makanannya dengan hati-hati agar saat diperiksa glukosa darah sewaktunya memberi
hasil yang normal; namun dengan pemeriksaan HbA1c, semua itu tidak bisa dibohongi.
Kepatuhan pasien dalam 3 bulan terakhir terlihat dari tinggi rendahnya kadar HbA1c. Selain itu,
HbA1c juga dapat meramalkan perjalanan penyakit, apakah pasien berpeluang besar mengalami
komplikasi atau tidak; berdasarkan kadar kontrol glikemiknya.

https://hnz11.wordpress.com/2009/06/05/pemeriksaan-diabetes-melitus/
https://id.scribd.com/doc/224398361/22401057-Pemeriksaan-Penunjang-Untuk-DiabetesMelitus

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA FRAKTUR:


Pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan pada fraktur adalah:
Radiologi :
CT scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.
Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat
perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada
masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah

1) X-ray:
- menentukan lokasi/luasnya fraktur
2) Scan tulang:
- memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
3) Arteriogram
- dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.
4) Hitung Darah Lengkap
- hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada perdarahan; peningkatan
lekosit sebagai respon terhadap peradangan.
5) Kretinin
- trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal
6) Profil koagulasi
- perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi atau cedera hati.

Anda mungkin juga menyukai