Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN TETAP

FASE KESETIMBANGAN
PRAKTIKUM TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI

Disusun oleh :
Fitriyani

(061340411646)

Ica Khoirunnisa

(061340411657)

Imam Nuradha Prabubelta

(061340411658)

Indah Nurcahyanti

(061340411649)

Indah Yolanda

(061340411650)

Indar Sanjaya

(061340411651)

M. Ridho Fitriyanto

(061340411652)

Kelas

: 5 EGB

Instruktur

: Endang Supratia, S.T.,M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2015/2016

FASA KESETIMBANGAN
I.

TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiwa mampu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

II.

Menjelaskan pengertian kurva baku dan kirva kesetimbangan.


Membuat campuran biner untuk kurva baku.
Menggambarkan kurva baku.
Melaksanakan praktikum untuk memperoleh data yang diperlukan.
Menghitung guna mengolah data yang diperoleh.
Menggambarkan kurva kesetimbangan berdasarkan hasil perhitungan.

ALAT DAN BAHAN


a.

Alat yang Digunakan

b.

Bahan yang digunakan

III.

Refraktometer
Tabung reaksi
Pipet ukur
Bola karet
Pipet tetes

Methanol
Aquadest

DASAR TEORI
Kesetimbangan
Kesetimbangan memberikan pengertian bahwa suatu keadaan
dimana tidak terjadi perubahan sifat makroskopis dari sitstem terhadap
waktu. Semakin dekat keadaan sistem dengan titik kesetimbanga, maka
semakin kecil gaya penggerak proses, semakin kecil pula laju proses dan
akhirnya sama dengan nol bila titik kesetimbangan telah tercapai. Seperti
kesetimbangan pada umumnya, kesetimbangan uap-cair dapat ditentukan
ketika ada variabel yang tetap (konstan) pada suatu waktu tertentu. Saat
kesetimbangan ini, kecepatan antara molekul-molekul campuran yang
membentuk fase uap sama dengan kecepatan molekul-molekulnya
membentuk cairan kembali.

Fasa Kesetimbangan
Bila suatu campuran dipisahkan dengan menggunakan proses
termal, panas dan zat biasanya dipindahkan diantara fasa yang saling
kontak satu sama lain. Suatu fasa ditentukan sebagai bagian dari suatu
sisstem fasa. Suatu sistem dikatakan setimbang bial tidak ada perubahan
yang terjadi pada kondisi eksternal. Semua perpindahan zat dan energi
melalui lapisan reversible phase. Fasa dari suatu campuran heterogeneous
dikatakan setimbang bila tidak ada perbedaan tekanan maupun temperatur.
Tekanan parsil, hukum-hukum Dalton, Roult dan Henry
Tekanan parsil PA komponen A di dalam suatu campuran uap
adalah sama dengan tekanan yang akan ditimbulkan oleh komponen A
tersebut jika ditempatkan sendiri di dalam volume dan temperatur yang
sama dengan campuran. Menurut hukum Dalton, yaotu tekanan total
adalah sama dengan penjumlahan tekanan parsil. Untuk suatu gas (uap)
ideal, tekanan parsil berbanding lurus dengan fraksi mol konstituen. Untuk
suatu campuran ideal, tekanan parsil konstituen dikaitkan dengan
konsentrasi konstituen di dalam fasa cair , dimana Roult yang
merumuskan hukum tersebut. Sedangkan untuk XA dengan harga yang
rendah , hubungan linier antara PA dan XA dirumuskan dengan
menggunakan faktor perbandingan yaitu suatu konstanta Henry H dan
bukan tekanan uap murni zat.
Jika suatu campuran mengikuti hukum Roult, maka tekanan uap
campuran dapat diperoleh secara grafik dengan memanfaatkan data
tekanan uap masing-masing komponen. Bila suatu campuran mengikuti
hukum Roult, maka harga-harga YA untuk berbagai komposisi XA dapat
dihitung berdasarkan tekanan uap masing-masing kedua komponen.
Kriteria Kesetimbangan
Kriteria kesetimbangan antar fasa ditinjau dari segi kemungkinan
perpindahan antar fasa tersebut. Dimisalkan bahwa sistem multi komponen
yang tertutup terdiri dari sejumlah fasa mempunyai temperatur dan
tekanan yang uniform, akan tetapi pada keadaan awal tidak seimbang
ditinjauh dari segi perpindahan massa. Setiap perubahan yang terjadi mesti
bersifat irreversible, yang mendekatkan sistem itu ke keadaan setimbang.
Sistem itu dibayangkan sebagai dikelilingi keadaan yang selalu setimbang

secara thermal dan mekanikal dengan sistem itu (seklipun perubahan terjdi
dalam sisitem). Karenanya pertukaran panas dan pemuain kerja antar
sistem dan sekeliling terjadi secara reversible. Dalam keadaan yang
demikian perubahan entropi dari sekeliling sistem.
Entalpi
Entalpi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan
jumlah energi dari suatu sistem termodinamika. Entalpi terdiri dari energi
dalam sistem, termasuk satu dari lima potensial termodinamika dan fungsi
keadaan, juga volume dan tekanannya (merupakan besaran ekstensif.
Satuan SI dari entalpi adalah joule, namun digunakan juga satuan British
thermal unit dan kalori.
Total entalpi (H) tidak bisa diukur langsung. Sama seperti pada
mekanika klasik, hanya perubahannya yang dapat dinilai. Entalpi
merupakan potensial termodinamika, maka untuk mengukur entalpi suatu
sistem, kita harus menentukan titik reference terlebih dahulu, baru kita
dapat mengukur perubahan entalpi H. . Perubahan H bernilai positif
untuk reaksi endoterm dan negatif untuk eksoterm. Untuk proses dengan
tekanan konstan, H sama dengan perubahan energi dalam sistem
ditambah kerja yang dilakukan sistem pada lingkungannya. Maka,
perubahan entalpi pada kondisi ini adalah panas yang diserap atau dilepas
melalui reaksi kimia atau perpindahan panas eksternal. Entalpi gas ideal,
solid, dan liquid tidak tergantung pada tekanan. Benda nyata pada
temperatur dan tekanan ruang biasanya kurang lebih mengikuti sifat ini,
sehingga dapat menyederhanakan perhitungan entalpi. Entalpi dari suatu
sistem homogen didefinisikan sebagai:

di mana:
H = entalpi sistem (joule)
U = energi dalam (joule)
P = tekanan dari sistem (Pa)

V = volume sistem (

Entropi
Entropi adalah salah satu besaran termodinamika yang mengukur
energi dalam sistem per satuan temperatur yang tak dapat digunakan untuk
melakukan usaha. Mungkin manifestasi yang paling umum dari entropi
adalah (mengikuti hukum termodinamika), entropi dari sebuah sistem
tertutup selalu naik dan pada kondisi transfer panas, energi panas
berpindah dari komponen yang bersuhu lebih tinggi ke komponen yang
bersuhu lebih rendah. Pada suatu sistem yang panasnya terisolasi, entropi
hanya berjalan satu arah (bukan proses reversibel/bolak-balik). Entropi
suatu sistem perlu diukur untuk menentukan bahwa energi tidak dapat
dipakai untuk melakukan usaha pada proses-proses termodinamika.
Proses-proses ini hanya bisa dilakukan oleh energi yang sudah diubah
bentuknya, dan ketika energi diubah menjadi kerja/usaha, maka secara
teoritis mempunyai efisiensi maksimum tertentu. Selama kerja/usaha
tersebut, entropi akan terkumpul pada sistem, yang lalu terdisipasi dalam
bentuk panas buangan.
Pada termodinamika klasik, konsep entropi didefinisikan pada
hukum kedua termodinamika, yang menyatakan bahwa entropi dari sistem
yang terisolasi selalu bertambah atau tetap konstan. Maka, entropi juga
dapat menjadi ukuran kecenderungan suatu proses, apakah proses tersebut
cenderung akan "terentropikan" atau akan berlangsung ke arah tertentu.
Entropi juga menunjukkan bahwa energi panas selalu mengalir secara
spontan dari daerah yang suhunya lebih tinggi ke daerah yang suhunya
lebih rendah. Entropi termodinamika mempunyai dimensi energi dibagi
temperatur, yang mempunyai Satuan Internasional joule per kelvin (J/K).
Hukum Pertama Termodinamika

Hukum pertama termodinamika adalah suatu pernyataan


mengenai hukum universal dari kekekalan energi dan mengidentifikasikan
perpindahan panas sebagai suatu bentuk perpindahan energi. Pernyataan
paling umum dari hukum pertama termodinamika ini berbunyi:
Kenaikan energi internal dari suatu sistem termodinamika
sebanding dengan jumlah energi panas yang ditambahkan ke dgalam
sistem dikurangi dengan kerja yang dilakukan oleh sistem terhadap
lingkungannya.
Pondasi hukum ini pertama kali diletakkan oleh James Prescott
Joule yang melalui eksperimen-eksperimennya berhasil menyimpulkan
bahwa panas dan kerja saling dapat dikonversikan. Pernyataan eksplisit
pertama diberikan oleh Rudolf Clausius pada 1850: "Terdapat suatu fungsi
keadaan E, yang disebut 'energi', yang diferensialnya sama dengan jumlah
kerja yang dipertukarkan dengan lingkungannya pada suatu proses
adiabatik."
Hukum Kedua Termodinamika
Formulasi Kelvin-Planck atau hukum termodinamika kedua
menyebutkan bahwa adalah tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin
kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata mengubah energi
panas yang diperoleh dari suatu reservoir pada suhu tertentu seluruhnya
menjadi usaha mekanik. Hukum kedua termodinamika mengatakan bahwa
aliran kalor memiliki arah; dengan kata lain, tidak semua proses di alam
semesta adalah reversible (dapat dibalikkan arahnya). Sebagai contoh jika
seekor beruang kutub tertidur di atas salju, maka salju dibawah tubuh nya
akan mencair karena kalor dari tubuh beruang tersebut. Akan tetapi
beruang tersebut tidak dapat mengambil kalor dari salju tersebut untuk
menghangatkan tubuhnya. Dengan demikian, aliran energi kalor memiliki
arah, yaitu dari panas ke dingin. Satu aplikasi penting dari hukum kedua
adalah studi tentang mesin kalor.

Isobar
Isobarik adalah proses perubahan keadaan yang terjadi pada
volume konstan. Jika gas melakukan proses termodinamika dengan
menjaga tekanan tetap konstan, gas dikatakan melakukan proses isobarik.
Karena gas berada dalam tekanan konstan, gas melakukan usaha
(W = pV). Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada tekanan
konstanQp. Berdasarkan hukum I termodinamika, pada proses isobarik
berlaku. Proses sebelumnya telah dituliskan bahwa perubahan energi
dalam sama dengan kalor yang diserap gas pada volume konstan:
QV =U
Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai
W = Qp QV
Jadi, usaha yang dilakukan oleh gas (W) dapat dinyatakan sebagai
selisih energi (kalor) yang diserap gas pada tekanan konstan (Qp) dengan
energi (kalor) yang diserap gas pada volume konstan (QV).
Isotermal
Isotermal adalah perubahan sistem, di mana suhu tetap
konstan: T = 0. Ini biasanya terjadi ketika suatu

sistem berada

dalam kontak dengan reservoir panas luar (mandi panas), danperubahan ter
jadi perlahan cukup untuk memungkinkan sistemuntuk terus
menerus menyesuaikan

diri

dengan suhu reservoirmelalui pertukaran

panas. Dalam proses isotermal, nilai T 0 = tapi Q 0

Indeks Bias

Indeks bias pada medium didefinisikan sebagai perbandingan


antara kecepatan cahaya dalam ruang hampa udara dengan cepat rambat
cahaya pada suatu medium.
Secara matematis, indeks bias dapat ditulis:

dimana:
n = indeks bias
c = kecepatan cahaya dalam ruang hampa (299,792,458 meter/detik)
= cepat rambat cahaya pada suatu medium
Indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 atau (n 1).

Pembiasan
Jika seberkas cahaya datang dan membentuk sudut terhadap
permukaan, maka berkas cahaya tersebut ada yang dibelokkan sewaktu
memasuki medium baru tersebut, dimana pembelokan itu disebut dengan
pembiasan. Alat yang di gunakan untuk mengukur indeks bias adalah
refractometer.

IV.

LANGKAH KERJA
A. Penentuan Kurva Baku
1. Membuat campuran methanol-air dalam tabung reaksi sepeti yang
ditampilkan pada Tabel Data Pengamatan 1
2. Menghitung fraksi volume etanol
3. Mengukur indeks bias masing-masing campuran menggunakan
Refraktometer

B. Penentuan Kurva Kesetimbangan


1. Membuat larutan methanol dan air dengan volume masing-masing 121
2.
3.
4.
5.
6.
7.

ml dan 54 ml dari hasil perhitungan yang telah dibuat sebelumnya


Memasukkan larutan tersebut ke dalam bejana
Menghidupkan computer serta mengeset computer sesuai prosedurnya
Menyalakan pemanas pada bejana
Menstart perubahan pada computer
Mengamati proses retrifikasi pada semua kolom fraksionasi
Mengambil hasil sampel pada setiap kolom fase cair dan uap secara
bersamaan menggunakan syringe secara manual untuk mengatur

indeks bias
8. Melakukan pengukuran indeks bias seperti langkah 7 setiap 2 menit
satu kali selama 1 jam
9. Setelah selesai mematikan pemanas pada bejana, mematikan layar
computer

V.

DATA PENGAMATAN
Percobaan 1 Kurva Baku
Volume

Volume Air

Fraksi Volume

Metanol (ml)
0,0
0,3
0,6
0,9
1,2
1,5
1,8
2,1
2,4

(ml)
3,0
2,7
2,4
2,1
1,8
1,5
1,2
0,9
0,6

Metanol
0
0,047
0,0999
0,1597
0,2282
0,3073
0,3995
0,5086
0,6396

Indeks Bias
1,33
1,3325
1,33305
1,33515
1,3357
1,3378
1,3394
1,3405
1,34156

2,7
3,0

0,3
0,0

0,7998
1

1,34515
1,34584

Percobaan 2 Kurva Kesetimbangan


No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Waktu

Temperatur

Indeks Bias Fase

Indeks Bias Fase

(menit)
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26

(C)
74,4
74,7
74,5
74,6
75,0
75,0
74,8
74,8
74,8
75,2
74,9
74,7
74,6

Cair
1,33835
1,33725
1,3373
1,3373
1,3373
1,33625
1,33725
1,3377
1,3373
1,3373
1,3373
1,3373
1,3373

Uap
1,33005
1,3320
1,33305
1,3320
1,3360
1,3310
1,3310
1,3310
1,3330
1,3310
1,3310
1,33515
1,331515

VI.

PERHITUNGAN

A. Fraksi Volume Metanol

( Volume metanol )( metanol )


BM metanol
(Volume metanol) ( Volume air ) ( air)
+
BM metanol
BM air

Fraksi mol metanol =

1. Volume metanol 0,0 ml dan volume air 3,0 ml


Fraksi mol = 0
2. Volume metanol 0,3 ml dan volume air 2,7 ml
( Volume metanol )( metanol )
BM metanol
Fraksi mol metanol = (Volume metanol) ( Volume air ) ( air)
+
BM metanol
BM air

( o , 3 ml )( 0,79 gr /ml )
32,04 gr /mol
gr
( o , 3 ml ) (0,79 )
ml ( 2,7 ml ) (1 gr /ml)
+
32,04 gr /mol
18 gr /mol

0,007397
( 0,007397 )+(0,15)

= 0,047

3. Volume metanol 0,6 ml dan volume air 2,4 ml


( Volume metanol )( metanol )
BM metanol
Fraksi mol metanol = (Volume metanol) ( Volume air ) ( air)
+
BM metanol
BM air

( o , 6 ml )( 0,79 gr /ml )
32,04 gr /mol
gr
( o , 6 ml ) (0,79 )
ml ( 2,4 ml ) (1 gr /ml)
+
32,04 gr / mol
18 gr /mol

0,01479
( 0,01479 )+(0,1333)

= 0,0999
4. Volume metanol 0,9 ml dan volume air 2,4 ml
( Volume metanol )( metanol )
BM metanol
Fraksi mol metanol = (Volume metanol) ( Volume air ) ( air)
+
BM metanol
BM air

( o , 9 ml )( 0,79 gr /ml )
32,04 gr /mol
gr
( o , 9 ml ) (0,79 )
ml ( 2,4 ml ) (1 gr /ml)
+
32,04 gr / mol
18 gr /mol
0,02219

= ( 0,02219 )+(0,1167 )
= 0,1597

5. Volume metanol 1,2 ml dan volume air 1,8 ml


( Volume metanol )( metanol )
BM metanol
Fraksi mol metanol = (Volume metanol) ( Volume air ) ( air)
+
BM metanol
BM air

( 1,2 ml ) ( 0,79 gr /ml )


32,04 gr /mol
gr
( 1,2 ml ) (0,79 )
ml ( 1,8 ml ) (1 gr /ml)
+
32,04 gr /mol
18 gr /mol

0, 02958
( 0,02958 )+(0,1)

= 0,2282
6. Volume metanol 1,5 ml dan volume air 1,5 ml
( Volume metanol )( metanol )
BM metanol
Fraksi mol metanol = (Volume metanol) ( Volume air ) ( air)
+
BM metanol
BM air

( 1,5 ml ) ( 0,79 gr /ml )


32,04 gr /mol
gr
( 1,5 ml ) ( 0,79 )
ml ( 1,5 ml ) (1 gr /ml)
+
32,04 gr /mol
18 gr /mol

0, 03698
( 0,03698 )+(0,0833)

= 0.3073
7. Volume metanol 1,8 ml dan volume air 1,2 ml
( Volume metanol )( metanol )
BM metanol
Fraksi mol metanol = (Volume metanol) ( Volume air ) ( air)
+
BM metanol
BM air

( 1,8 ml ) ( 0,79 gr /ml )


32,04 gr /mol
gr
( 1,8 ml ) ( 0,79 )
ml ( 1,2 ml ) (1 gr /ml)
+
32,04 gr /mol
18 gr /mol

0, 04438
( 0,04438 )+(0,0667)

= 0,3995
8. Volume metanol 2,1 ml dan volume air 0,9 ml
( Volume metanol )( metanol )
BM metanol
Fraksi mol metanol = (Volume metanol) ( Volume air ) ( air)
+
BM metanol
BM air

( 2,1 ml ) ( 0,79 gr /ml )


32,04 gr /mol
gr
( 2,1 ml ) (0,79 )
ml ( 0,9 ml ) (1 gr /ml)
+
32,04 gr /mol
18 gr /mol

0, 05177
( 0,05177 ) +(0,55)

= 0,5086
9. Volume metanol 2,4 ml dan volume air 0,6 ml
( Volume metanol )( metanol )
BM metanol
Fraksi mol metanol = (Volume metanol) ( Volume air ) ( air)
+
BM metanol
BM air

( 2,4 ml )( 0,79 gr /ml )


32,04 gr /mol
gr
( 2,4 ml ) (0,79 )
ml ( 0,6 ml ) (1 gr /ml)
+
32,04 gr /mol
18 gr /mol
0, 05917

= ( 0,05917 ) +(0,0333)
= 0,6396
10. Volume metanol 2,7 ml dan volume air 0,3 ml
( Volume metanol )( metanol )
BM metanol
Fraksi mol metanol = (Volume metanol) ( Volume air ) ( air)
+
BM metanol
BM air

( 2,7 ml )( 0,79 gr /ml )


32,04 gr /mol
gr
( 2,7 ml ) (0,79 )
ml ( 0,3 ml ) (1 gr /ml)
+
32,04 gr /mol
18 gr /mol
0, 06657

= ( 0,06657 ) +(0, o 167)


= 0,7998
11. Volume metanol 3,0 ml dan volume air 0,0 ml
( Volume metanol )( metanol )
BM metanol
Fraksi mol metanol = (Volume metanol) ( Volume air ) ( air)
+
BM metanol
BM air

=
=1

( 3,0 ml ) ( 0,79 gr /ml )


32,04 gr /mol
gr
( 3,0 ml ) ( 0,79 )
ml ( 0,0 ml )( 1 gr /ml)
+
32,04 gr /mol
18 gr /mol

C.

Menghitung Fraksi Mol Fase Cair

1. Diketahui
Ditanya
Dijawab :
y
-0,77865
x

: Indeks Bias = 1,33835


: x?

2. Dikeahui
Ditanya
Dijawab :
y
-0,77975
x

: Indeks Bias = 1,33725


: x?

3. Diketahui
Ditanya
Dijawab :
y
-0,7797
x

: Indeks Bias = 1,3373


: x?

4. Diketahui
Ditanya : x?
Dijawab :
y
-0,7797
x

: Indeks Bias = 1,3373

5. Diketahui
Ditanya
Dijawab :
y
-0,7797
x

: Indeks Bias = 1,3373


: x?

= - 0,587 x + 2,117
= - 0,587 x
= 1,326

= - 0,587 x + 2,117
= - 0,587 x
= 1,328

= - 0,587 x + 2,117
= - 0,587 x
= 1,328

= - 0,587 x + 2,117
= - 0,587 x
= 1,328

= - 0,587 x + 2,117
= - 0,587 x
= 1,328

6. Diketahui
: Indeks Bias = 1,33625
Ditanya : x?
Dijawab :
y
= - 0,587 x + 2,117
-0,7808 = - 0,587 x
x
= 1,33
7. Diketahui: y
= 1,33725
Dij :
y
= - 0,587 x + 2,117
-0,7798 = - 0,587 x

= 1,328

8. Dik : y = 1,3373
Dij :
y
= - 0,587 x + 2,117
-0,7797 = - 0,587 x
x
= 1,328

D. Menghitung Fraksi Mol Fase Uap


1. Dik : y = 1,3305
Dij : y
= - 0,587 x + 2,117
-0,787 = - 0,587 x
x
= 1,341
2. Dik : y = 1,3320
Dij : y
= - 0,587 x + 2,117
-0,785 = - 0,587 x
x
= 1,337
3. Dik : y = 1,33305
Dij : y
= - 0,587 x + 2,117
-0,78395 = - 0,587 x
x
= 1,3355
4. Dik : y = 1,3320
Dij : y
= - 0,587 x + 2,117
-0,785 = - 0,587 x
x
= 1,337
5. Dik : y = 1,3360
Dij : y
= - 0,587 x + 2,117
-0,781 = - 0,587 x
x
= 1,33
6. Dik : y = 1,3310
Dij : y
= - 0,587 x + 2,117
-0,786 = - 0,587 x
x
= 1,339
7. Dik : y = 1,3310
Dij : y
= - 0,587 x + 2,117
-0,786 = - 0,587 x
x
= 1,339
8. Dik : y = 1,3310
Dij : y
= - 0,587 x + 2,117
-0,786 = - 0,587 x

= 1,339

9. Dik : y = 1,3330
Dij : y
= - 0,587 x + 2,117
-0,784 = - 0,587 x
x
= 1,3356
10. Dik : y = 1,3310
Dij : y
= - 0,587 x + 2,117
-0,786 = - 0,587 x
x
= 1,339
11. Dik : y = 1,3310
Dij : y
= - 0,587 x + 2,117
-0,786 = - 0,587 x
x
= 1,339
12. Dik : y = 1,33515
Dij : y
= - 0,587 x + 2,117
-0,7819 = - 0,587 x
x
= 1,3319
13. Dik : y = 1,33515
Dij : y
= - 0,587 x + 2,117
-0,7819 = - 0,587 x
x
= 1,3319

ANALISA DATA
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui indeks bias dan fraksi mol dari
metanol, berbentuk kurva baku dan kurva kesetimbangan. Pada minggu pertama
dilakukan percobaan untuk menentukan fraksi volume metanol dan indeks bias
dengan menggunakan volume metanol dan volume aquadest dengan perbandingan
1 : 3 dan interval volume 0,3 ml sebanyak 11 kali.indeks bias merupakan
perbandingan kecepatan cahaya dalam ruang hampa udara dengan cepat rambat
cahaya pada suatu medium. Harga atau nilai indeks bias akan berubah tergantung
panjang gelombang cahaya dan suhu, dan konsentrasi bahan terlarut. Alat yang
digunakan untuk mengukur indeks bias adalah refraktometer. Dari percobaan
didapat bahwa semakin tinggi konsentrasi zat terlarut, maka indeks bias akan
semakin besar dan juga berbanding lurus dengan fraksi volune dan mol metanol.
Pada minggu ke dua dilakukan percobaan penentuan kurva kesetimbangan
dengan destilasi. Larutan yang digunakan berupa metanol sebanyak 175 ml
larutan ini dioperasikan pada temperatur awal 28,1oc. Dan dilakukan interval
waktu 2 menit untuk mendata indeks bias dari larutan. Larutan metanol mulai
menguap pada temperatur kisaran 40oc dan di injeksi pada temperatur 74,4oc dan
temperatur tertinggi 74,6oc dengan indeks bias fase cair konstan pada 1,3373 dan
indeks bias fase uapnya 1,33515.
Semakin tinggi temperatur maka akan semakin sedikit pula x H2O, karena
pada suhu 100oc merupakan titik didih air, karena titikdidih metanol lebih kecil
dari air maka metanol akan menguap terlebih dahulu atau berubah menjadi fase
uap. Dengan bertambahnya fraksi mol cair maka fraksi mol uapnya akan
bertambah pula dan sebaliknya jika semakin sedikit fraksi mol uap air maka akan
berkurang pula fraksi mol cair H2O.

KESIMPILAN

Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :


Fase kesetimbangan merupakan keadaan dimana terjadi perubahan sifat
makroskopi dari sistem terhadap waktu atau dengan kata lain suatu
larutan biner telah mencapai kesetimbangan ketika mencapai
temperatur yang konstan.
Indeks biar merupakan perbandingan kecepatan cahaya dalam hampa
udara terhadap kecepatan cahaya dalam zat tersebuta atau perbandingan
sinus sudut bar.
Semakin besar indeks bias maka semakin besar pula fraksi volume
metanol, begitun sebaliknya.
Pada kurva kesetimbangan didapatkan nilai : y = 1,003 dan R2 = -21,1

Kecepatan kurva kesetimbangan ini akan mencapai kesetimbangan pada


saat gravik hubungan waktu terhadap temperatur mencapai keadaan
konstan.

Anda mungkin juga menyukai