Anda di halaman 1dari 26

Laboratorium Satuan Operasi I

Shell and Tube Heat Exchanger

I. JUDUL PERCOBAAN
Shell and Tube Heat Exchanger
II. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan yang ingin dicapai setelah melakukan percobaan ini adalah:
1. Untuk dapat memahami prinsip kerja alat penukar panas Shell and Tube
2. Untuk dapat mengetahui karakteristik alat pengukur panas dengan menghitung :
a. LMTD pada aliran berlawanan arah.
b. Koefisien perpindahan panas keseluruhan
III.PERALATAN YANG DIGUNAKAN
1. Alat penukar panas (Shell and Tube Heat Exchanger)
2. Thermo bath (sumber fluida)
3. Data HE, panjang total= 1,5 ;pipa besar= 1 dan pipa kecil=
IV. DASAR TEORI
Heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang sangat penting dalam proses
industri. Prinsip kerja heat exchanger adalah perpindahan panas dari fluida panas menuju
fluida dingin. Heat exchanger dapat digunakan untuk memanaskan dan mendinginkan
fluida. Sebelum fluida masuk ke reaktor, biasanya fluida dimasukan terlebih dahulu ke
dalam alat penukar kalor agar suhu fluida sesuai dengan spesifikasi jenis reaktor yang
digunakan. Di dunia industri, heat exchanger merupakan unit alat yang berperan dalam
berbagai unit operasi, misalnya dalam industri obat-obatan farmasi, industri perminyakan,
industri makanan-minuman dan lain-lain.
Percobaan dalam skala kecil (skala laboratorium) ini dimaksudkan agar praktikan
lebih memahami tentang kecepatan transfer panas, keefektifan, jenis dan berbagai macam
hal yang menyangkut heat exchanger agar ilmu pengetahuan ini dapat diterapkan pada
skala yang lebih besar, yaitu skala industri.
Dalam industri proses kimia masalah perpindahan energi atau panas adalah hal yang
sangat banyak dilakukan. Sebagaimana diketahui bahwa panas dapat berlangsung lewat
tiga cara, dimana mekanisme perpindahan panas itu sendiri berlainan adanya. Adapun
perpindahan itu dapat dilaksanakan dengan:

1.

Secara molekular, yang disebut dengan konduksi

2.

Secara aliran yang disebut dengan perpindahan konveksi.

3.

Secara gelombang elektromagnetik, yang disebut dengan radiasi.


Pada heat exchanger menyangkut konduksi dan konveksi (Sitompul, 1993).

Laboratorium Satuan Operasi I


Shell and Tube Heat Exchanger

Heat exchanger yang digunakan oleh teknisi kimia tidak dapat dikarakterisasi
dengan satu rancangan saja, perlu bermacam-macam peralatan yang mendukung.
Bagaimanapun satu karakteristik heat exchanger adalah menukar kalor dari fase panas ke
fase dingin dengan dua fase yang dipisahkan oleh solid boundary (Foust, 1980).
Beberapa jenis heat exchanger :
1. Concentric Tube Heat Exchanger (Double Pipe)
Double pipe heat exchanger atau consentric tube heat exchanger yang ditunjukkan
pada gambar 1 di mana suatu aliran fluida dalam pipa seperti pada gambar 1 mengalir
dari titik A ke titik B, dengan space berbentuk U yang mengalir di dalam pipa. Cairan
yang mengalir dapat berupa aliran cocurrent atau countercurrent. Alat pemanas ini dapat
dibuat dari pipa yang panjang dan dihubungkan satu sama lain hingga membentuk U.
Double pipe heat exchanger merupakan alat yang cocok dikondisikan untuk aliran
dengan laju aliran yang kecil (Geankoplis, 1983).

Gambar 1. Aliran double pipe heat exchanger

Gambar 2. Hairpin heat exchanger


2

Laboratorium Satuan Operasi I


Shell and Tube Heat Exchanger

(source : Kern, Process Heat Transfer, 1983)

Exchanger ini menyediakan true counter current flow dan cocok untuk extreme
temperature crossing, tekanan tinggi dan rendah untuk kebutuhan surface area yang
moderat (range surface area: 1 6000 ft2). Hairpin heat exchanger tersedia dalam :
-

Single tube (double pipe) atau berbagai tabung dalam suatu hairpin shell (multitube),

Bare tubes, finned tube, U-Tubes,

Straight tubes,

Fixed tube sheets


Double pipe heat exchanger sangatlah berguna karena ini bisa digunakan dan
dipasang pada pipe-fitting dari bagian standar dan menghasilkan luas permukaan panas
yang besar. Ukuran standar dari tees dan return head diberikan pada tabel 1.
Tabel 1. double Pipe Exchanger fittings
Outer
Pipe, IPS

Inner
Pipe, IPS

(source : Kern, Process Heat Transfer, 1983)

Double pipe exchangers biasanya dipasang dalam 12-, 15- atau 20-ft Panjang
efektif, panjang efektif dapat membuat jarak dalam each leg over di mana terjadi
perpindahan panas dan mengeluarkan inner pipe yang menonjol melewati the exchanger
section. (Kern, 1983).
Susunan dari concentric tube ditunjukan pada gambar di bawah ini. Aliran dalam
type heat exchanger dapat bersifat cocurrent atau counter current dimana aliran fluida
panas ada pada inner pipe dan fluida dingin pada annulus pipe.
3

Laboratorium Satuan Operasi I


Shell and Tube Heat Exchanger

Gambar 3 Double pipe heat exchanger aliran cocurrent dan counter current

Pada susunan cocurrent maka fluida di dalam tube sebelah dalam (inner tubes)
maupun yang di luar tube (dalam annulus), artinya satu lintasan tanpa cabang. Sedangkan
pada aliran counter current, di dalam tube sebelah dalam dan fluida di dalam annulus
masing-masing mempunyai cabang seperti terlihat pada gambar 4 dan gambar 5.

Gambar 4. Double-pipe heat exchangers in series

Laboratorium Satuan Operasi I


Shell and Tube Heat Exchanger

Gambar 5. Double-pipe heat exchangers in seriesparallel


Keuntungan dan kerugian penggunaan double pipe heat exchanger:
a)

Keuntungan
1.

Penggunaan

longitudinal

tinned

tubes

akan

mengakibatkan suatu heat exchanger untuk shell sides fluids yang mempunyai
suatu low heat transfer coefficient.
2.
Counter

current

flow

mengakibatkan

penurunan

kebutuhan surface area permukaan untuk service yang mempunyai suatu


temperature cross.
3.

Potensi

kebutuhan

untuk

ekspansi

joint

adalah

dihapuskan dalam kaitan dengan konstruksi pipa-U.


Konstruksi sederhana dalam penggantian tabung dan

4.

pembersihan.

b)

Kerugian
1. Bagian hairpin adalah desain khusus yang mana secara normal tidak dibangun
untuk industri standar dimanapun selain ASME code.
2. Bagian multiple hairpin tidaklah selisih secara ekonomis bersaing dengan single
shell dan tube heat exchanger.
3. Desain penutup memerlukan gasket khusus. (Kern, 1983).

2. Shell And Tube Heat Exchanger


Shell and tube heat exchanger biasanya digunakan dalam kondisi tekanan relatif
tinggi, yang terdiri dari sebuah selongsong yang di dalamnya disusun suatu annulus
dengan rangkaian tertentu (untuk mendapatkan luas permukaan yang optimal). Fluida
mengalir di selongsong maupun di annulus sehingga terjadi perpindahan panas antara
fluida dengan dinding annulus misalnya triangular pitch dan square pitch (Anonim1,
2009).

Laboratorium Satuan Operasi I


Shell and Tube Heat Exchanger

Gambar 6. Shell and Tube, (a) Square pitch dan (b) Triangular pitch

Keuntungan square pitch adalah bagian dalam tube-nya mudah dibersihkan dan
pressure drop-nya rendah ketika mengalir di dalamnya (fluida)
(Kern, 1983).

Gambar 7. shell and tube heat exchanger

Keuntungan dari shell and tube:


1. Konfigurasi yang dibuat akan memberikan luas permukaan yang besar dengan bentuk
atau volume yang kecil.
2. Mempunyai lay-out mekanik yang baik, bentuknya cukup baik untuk operasi
bertekanan.
3. Menggunakan teknik fabrikasi yang sudah mapan (well-astablished).
4. Dapat dibuat dengan berbagai jenis material, dimana dapat dipilih jenis material yang
digunakan sesuai dengan temperatur dan tekanan operasi.
5. Mudah membersihkannya.
6. Prosedur perencanaannya sudah mapan (well-astablished).
6

Laboratorium Satuan Operasi I


Shell and Tube Heat Exchanger

7. Konstruksinya sederhana, pemakaian ruangan relatif kecil.


8. Pengoperasiannya tidak berbelit-belit, sangat mudah dimengerti (diketahui oleh para
operator yang berlatar belakang pendidikan rendah).
9. Konstruksinya dapat dipisah-pisah satu sama lain, tidak merupakan satu kesatuan
yang utuh, sehingga pengangkutannya relatif gampang
(Sitompul,1993).
Kerugian penggunaan shell and tube heat exchanger adalah semakin besar jumlah
lewatan maka semakin banyak panas yang diserap tetapi semakin sulit perawatannya
(Kern, 1983).

Bagian bagian Shell and Tube Heat Exchanger


Secara keseluruhan komponen utama penyusun shell and tube heat exchanger
adalah:
1. Shell
Biasanya berbentuk silinder yang berisi tube bundle sekaligus sebagai wadah
mengalirnya zat.
2. Head stationer
Head stationer merupakan salah satu bagian ujung dari penukar panas. Pada bagian
ini terdapat saluran masuk fluida yang mengalir ke dalam tube.
3. Head bagian belakang
Head bagian belakang ini terletak diujung lain dari alat penukar panas
4. Sekat (baffle)
Sekat digunakan untuk membelokkan atau membagi aliran dari fluida dalam alat
penukar panas. Untuk menentukan sekat diperlukan pertimbangan teknis dan operasional.
Macam-macam baffle yaitu:
a) Horizontal cut baffle
Baik untuk semua fase gas atau fase liquid dalam shell. Baik ada dissolves gas
dalam liquid yang dapat dilepaskan dalam heat exchanger maka perlu diberi notches
dalam baffle.
b) Vertical cut baffle
Baik untuk liquid yang membawa suspended matter atau yang heavy fouling fluida.
c) Disc and doughtnut baffle
Fluida harus bersih, bila tidak akan terbentuk sediment dibelokkan doughtnut
Kurang baik, sebab bila ada dissolved gas yang terlepas, bisa dilepaskan melalui top dari
doughtnut, bila ada kondensat liquid tidak dapat di drain tanpa large ports pada
doughtnut.
d) Baffle dengan annular orifice
Baffel ini jarang digunakan kerena terdiri dari full circular plate dengan lubanglubang untuk semua tube.
7

Laboratorium Satuan Operasi I


Shell and Tube Heat Exchanger

e) Longitudinal baffle
Digunakan pada shell side untuk membagi aliran shell side menjadi dua atau
beberapa bagian untuk memberikan kecepatan yang lebih tinggi untuk perpindahan panas
yang lebih baik.
5. Tube
Tube merupakan pemisah dan sebagai pengantar panas yang berbeda suhunya
diantara dua zat yang berada di dalam suatu alat. Pemilihan tube ini harus sesuai dengan
suhu, tekanan, dan sifat korosi fluida yang mengalir. Tube ada dua macam, yaitu tube
polos (bare tube) dan tube bersirip (finned tube)
6. Tube sheet
Berfungsi sebagai tempat duduk tube bundle pada shell Channel and pass partition
Channel merupakan tempat keluar masuknya fluida pada tube, sedangkan pass
partition merupakan pembatas antara fluida yang masuk dan keluar tube.
7. Shell cover and channel cover
Shell cover and channel cover adalah tutup yang dapat dibuka pada saat
pembersihan.
3. Plate Type Heat Exchanger
Plate type heat exchanger terdiri dari bahan konduktif tinggi seperti stainless steel
atau tembaga. Plate dibuat dengan design khusus dimana tekstur permukaan plate saling
berpotongan satu sama lain dan membentuk ruang sempit antara dua plate yang
berdekatan. Jika menggabungkan plate-plate menjadi seperti berlapis-lapis, susunan
plate-plate tersebut tertekan dan bersama-sama membentuk saluran alir untuk fluida. Area
total untuk perpindahan panas tergantung pada jumlah plate yang dipasang bersama-sama
seperti gambar dibawah

Gambar 8. Plate type heat exchanger dengan aliran countercurrent


(Allan, 1981).
8

Laboratorium Satuan Operasi I


Shell and Tube Heat Exchanger

4. Jacketed Vessel With Coil and Stirrer


Unit ini terdiri dari bejana berselubung dengan coil dan pengaduk, tangki air panas,
instrumen untuk pengukuran flowrate dan temperatur. Fluida dingin dalam vessel
dipanaskan dengan mengaliri selubung atau koil dengan fluida panas. Pengaduk dan
baffle disediakan untuk proses pencampuran isi vessel. Volume isi tangki dapat
divariasikan dengan pengaturan tinggi pipa overflow. Temperatur diukur pada inlet dan
outlet fluida panas, vessel inlet dan isi vessel

Gambar 9. Skema Dari Jacketed Vessel With Coil And Stirrer

Hal-hal yang mempengaruhi rancangan suatu heat exchanger, yaitu:


1.

Panas Konduksi Melalui Dinding Plat


Transfer panas di antara dua fluida melalui sebuah dinding pemisah secara umum
dapat ditulis:
qk

k.A
(T1 T2 )
l

(Tim Dosen PS Teknik Kimia, 2009).

L
T1
9

Laboratorium Satuan Operasi I


Shell and Tube Heat Exchanger

qk
T2

Gambar 10. Konduksi Panas Melalui Dinding

10

Laboratorium Satuan Operasi I


Shell and Tube Heat Exchanger

2.

Transfer Panas Konveksi


Kecepatan transfer panas konveksi dari permukaan benda yang bersuhu tinggi ke
fluida yang bersuhu rendah (Gambar 2.10) bisa dihitung dengan persamaan berikut:

qc hc . A. Ts T
Fluid
T
hc

qc

Gambar 11. Konveksi dari Permukaan ke Fluida

Kecepatan transfer panas konveksi bisa ditulis sebagai berikut:

qc

3.

Ts T T

1
Rc
hc . A

Koefisien Transfer Panas Overall, U (Dinding Plat Datar)


Kecepatan transfer panas antara dua fluida melalui dinding pemisah yang datar,
dapat dihitung dengan persamaan:

Q = U . A. (Ta Tb)

11

Laboratorium Satuan Operasi I


Shell and Tube Heat Exchanger

U.A.(Ta Tb)

=...........................................................................

Ta Tb
1
hc, a . A

k.A

1
hc ,b . A

1
1
hc, a . A

1
R

hc,b . A

U.A =

1
1 L 1

hc, a k hc,b .
U=
(Tim Dosen PS Teknik Kimia, 2009).

4.

Fouling Factor (Faktor Pengotor)


Koefisien transfer panas overall heat exchanger sering berkurang akibat adanya
timbunan kotoran pada permukaan transfer panas yang disebabkan oleh scale, karat, dan
sebagainya. Pada umumnya pabrik heat exchanger tidak bisa menetapkan kecepatan
penimbunan kotoran sehingga memperbesar tahanan heat exchanger. Fouling factor
dapat didefinisikan sebagai berikut:

Rf

1
1

Ud U

(Tim Dosen PS Teknik Kimia, 2009).

12

Laboratorium Satuan Operasi I


Shell and Tube Heat Exchanger

Tabel 2. Fouling factors (coefficients), typical values

(source : Coulson, Chemical Engineering, vol 6, page : 640)


5.

Transfer Panas antara Dua Fluida Melalui Sebuah Dinding

Ta
T1
fluida a

hc, a

hc ,b q
fluida b

k
T2

Tb

Gambar 12. Transfer Panas dari Fluida a ke b

13

Laboratorium Satuan Operasi I


Shell and Tube Heat Exchanger

Jika Ta > Tb , panas akan mengalir dari fluida a ke permukaan dinding sebelah kiri
dengan cara konveksi. Di dalam dinding, panas mengalir secara konduksi dari permukaan
sebelah kiri ke permukaan sebelah kanan.
Heat transfer rate konveksi dari fluida a bersuhu Ta ke permukaan dinding sebelah
kiri Tb.

q h c.a . A (Ta T1 )
q
h c .a A

Ta T1

Transfer panas konduksi dari permukaan dinding sebelah kiri ke sebelah kanan.
q

k.A
(T1 T2 )
L

q
T1 T2
k.A L

Kecepatan transfer panas konveksi dari permukaan dinding sebelah kanan ke


fluida b.

q h c.b . A.(T2 Tb )
q
T2 Tb
h c.b . A
Penjumlahannya adalah:

14

Laboratorium Satuan Operasi I


Shell and Tube Heat Exchanger

Ta Tb
1
L
1

hc , a kA hc ,b

T T
a
b

Ta Tb
T

1
L
1 R

h c , a kA h c ,b

(Tim Dosen PS Teknik Kimia, 2009).

6.

Log Mean Temperature Difference (LMTD)


Sebelum menentukan luas permukaan panas alat penukar kalor, maka ditentukan
dulu nilai dari

dihitung berdasarkan temperatur dari fluida yang masuk dan

keluar. Selisih temperatur rata-rata logaritmik (Tlm) (logaritmic mean overall temperature
difference-LMTD) depat dihitung dengan formula berikut :
LMTD

Ta Tb
ln

Ta
Tb

(Kern, 1983).

Untuk aliran countercurrent ;

15

Laboratorium Satuan Operasi I


Shell and Tube Heat Exchanger

Gambar 13. LMTD untuk aliran countercurrent

LMTD

T1 t2 T2 t1
T1 t2
ln
T 2 t 1

Untuk aliran cocurrent;

Gambar 14. LMTD untuk aliran concurrent

LMTD

7.

T 1 t 1 T 2 t 2
T 1 t1
ln
T 2 t2

Keefektifan
Keefektifan heat exchanger adalah ratio/ perbandingan transfer panas aktual
dengan transfer panas maksimum yang mungkin terjadi.
Keefektifan heat exchanger ()

mcp 1 h. Th,in Th,out


q act

q max mcp min Th,in Tc,in

16

Laboratorium Satuan Operasi I


Shell and Tube Heat Exchanger

mcp 1 h. Tc,out Tc,in


q act

q max mcp min Th,in Tc,in

Karena itu, jika kita mengetahui keefektifan heat exchanger, kita bisa menentukan
kecepatan transfer panas:

q q act .q max
q . mcp min Th,in Tc,in

V. PROSEDUR KERJA
1. Sebelum melakukan praktek, rangkaian peralatan terlebih dahulu dipastikan sudah
terpasang dengan baik termasuk pipa untuk suplai fluida panas dan dingin yang
masuk dan pipa untuk untuk fluida panas dan dingin yang keluar sudah terpasang
pada rangkaian alat Shell and Tube Heat Exchanger, pemasangan Termocouple serta
2.

regulator tekanan disesuaikan.


Alat Shell and Tube Heat Exchanger dihubungkan dengan komputer dimana

perangkat lunak untuk operasi Shell and Tube Heat Exchanger telah diinstal.
3. Alat dinyalakan
4. Suhu fluida panas masuk diatur menjadi 50 0C sedangkan untuk suhu fluida dingin
digunakan suhu fuida air 20 0C.Untuk laju alir fluida dingin yang masuk diatur
menjadi 75%. Sedangkan untuk laju alir fluida panas yang masuk diatur menjadi 1
L/menit.
5. Suhu dibiarkan stabil (memonitor suhu menggunakan layar sensor pada layar
perangkat lunak atau kontrol konsol).
6. Ketika suhu stabil pilih ikon untuk merekam berikut, atau secara manual perhatikan
nilai: T1, T2, T3, T4, Fhot, Fcold.
7. Biarkan penukar panas untuk menstabilkan kemudian mengulangi bacaan di atas.
8. Jika menggunakan perangkat lunak, menyimpan data login dengan memilih 'Simpan'
atau 'Save As' dari menu 'File'. Browse ke lokasi yang diinginkan untuk
menempatkan data yang disimpan dan memberikan hasil nama yang bermakna
(misalnya HT33A).

17

Laboratorium Satuan Operasi I


Shell and Tube Heat Exchanger

VI. DATA PENGAMATAN


Keterangan ;

T1 = suhu fluida panas masuk


T2 = suhu fluida panas keluar
T3 = suhu fluida dingin masuk
T4 = suhu fluida dingin keluar

Tabel pengamatan : shell and tube heat exchanger

VII.

No
.

T1
(C)

T2
(C)

T3
(C)

T4
(C)

hot
pump
set(%)

1
2
3
4
5
6

50.2
50.1
49.9
61.7
61.4
61

46.6
46.8
46.9
57.4
57.1
56.4

21.1
21.2
21.5
22.4
23.4
24

25.8
26.3
26.8
30.3
30.7
30.6

30.8
34
39
39
35.4
30.8

cool
pump
set(%)
75
75
75
75
75
75

Hot
Mass
flow
rate
(kg/s)
0.041
0.05
0.058
0.058
0.049
0.04

cool
Mass
flow
rate
(kg/s)
0.028
0.029
0.028
0.028
0.028
0.027

PERHITUNGAN
7.1.
Menghitung Suhu rata rata (T average) fluida panas dan dingin
Dalam satuan kelvin
T 1T 2
1. Tav (hot) =
2
=

323.2319.6
2

= 321.4 K
Tav(cool) =

T 4T 3
2
298.8294.1
=
2

18

Laboratorium Satuan Operasi I


Shell and Tube Heat Exchanger

= 296.45 K

Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1 : Perhitungan nilai suhu rata rata ( T average)
T1 (K)

T2 (K)

T avg Hot

T3 (K)

T4 (K)

T avg
Cool

323.2
323.1
322.9
334.7
334.4
334

319.6
319.8
319.9
330.4
330.1
329.4

321.4
321.45
321.4
332.55
332.25
331.7

294.1
294.2
294.5
295.4
296.4
297

298.8
299.3
299.8
303.3
303.7
303.6

296.45
296.75
297.15
299.35
300.05
300.3

7.2.

Mencari data fisis Cp, Menentukan Nilai R & S dan Menentukan FT


1. Untuk Cp dapat dilihat pada fig.2 buku Process Heat Transfer oleh Donald
Q.Kern halaman 804
2. Menentukan nilai R dan S
T 1T 2
a. R= T 4T 3
=

323.2319.6
298.8294.1

= 0.765957447
b. S =

T 4T 3
T 1T 2
298.8294.1
323.2319.6

= 0.161512027
3. Untuk FT dapat dilihat pada fig.18 buku Process Heat Transfer oleh Donald
Q.Kern dengan cara memplotkan nilai R dan S pada grafik, halaman 828
19

Laboratorium Satuan Operasi I


Shell and Tube Heat Exchanger

Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut :


Tabel 2 : Nilai cp hot & cp cool, nilai R & S dan nilai FT
Cp hot
(kj/kg K)

cp cool
(kj/kg K)

FT

4.18
4.18
4.18
4.184
4.184
4.184

4.18
4.18
4.18
4.179
4.179
4.179

0.765957447
0.647058824
0.566037736
0.544303797
0.589041096
0.696969697

0.161512027
0.176470588
0.186619718
0.201017812
0.192105263
0.178378378

1
1
1
1
1
1

7.3.

Menghitung nilai LMTD


( T 2T 3 )( T 1T 4 )
T 2T 3
LMTD =
ln
T 1T 4

LMTD =

( 319.6294.1 )( 323.2298.8 )
319.6294.1
ln
323.2298.8

LMTD = 24.94596
Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3 : hasil perhitungan nilai LMTD
N0

LMTD

1
2
3
4
5
6

24.94596
24.68906
24.23181
33.16744
32.17669
31.38938

20

Laboratorium Satuan Operasi I


Shell and Tube Heat Exchanger

7.4.

Menghitung Nilai T
T = FT x LMTD
= 1 x 24.94596
= 24.94596
Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4 : hasil perhitungan nilai T
N0

FT

LMTD

1
2
3
4
5
6

1
1
1
1
1
1

24.94596
24.68906
24.23181
33.16744
32.17669
31.38938

24.94596
24.68906
24.23181
33.16744
32.17669
31.38938

7.5.

Menghitung nilai a
Nilai a didapatkan dari table.10 buku Process Heat Transfer oleh Donald Q.Kern
dengan cara konveri nilai d0 pada m menjadi inchi. Kemudian dimasukkan pada table
dan didapatkan nilai a
Do= 0.00635 m
Do = 0.635 cm
1 inc h
Do = 0.635 cm x 2.54 cm
Do = 0.25 inch
didapatkan nilai a = 0.141 ft2/ft

7.6.

Menghitung nilai A
do

0.25 in

L
a"

39.685 in
0.141 ft2/ft

0.00635 m
1.00799
9 m
0.04298 m2/m

A = jumlah tube x L x a
A = 7 x 1.007999 m x 0.04298 m2/m
A = 0.30327 m2
7.7.
Menghitung nilai Qd panas dan Qd dingin
a. Q hot
Q = m x Cp x T
21

Laboratorium Satuan Operasi I


Shell and Tube Heat Exchanger

Q = 0.041 kg/s x4.18 kj/kg.K x 3.6 K


Q= 0.616968 kj/s
b. Q cool
Q = m x Cp x T
Q = 0.028 kg/s x 4.18 kj/kg.K x 4.7 K
Q = 0.550088 kj/s
Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5 : hasil perhitungan nilai Qd panas dan Qd dingin
Hot
Mass
flow
rate
(kg/s)

cool
Mass
flow rate
(kg/s)

cp hot
(kj/kg K)

Cp cool
(kj/kg K)

T
Hot

T
Cool

Q Hot
(kj/s)

Q cool
(kj/s)

0.041

0.028

4.18

4.18

3.6

4.7

0.6169
68

0.05

0.029

4.18

4.18

3.3

5.1

0.6897

0.058

0.028

4.18

4.18

5.3

0.058

0.028

4.184

4.179

4.3

7.9

0.049

0.028

4.184

4.179

4.3

7.3

0.04

0.027

4.184

4.179

4.6

6.6

0.5500
88
0.6182
22
0.6203
12
0.9243
95
0.8541
88
0.7446
98

7.8.

0.7273
2
1.0434
9
0.8815
69
0.7698
56

Menghitung Nilai Ud panas dan Ud dingin


Q h ot
a. Ud hot = A x t
Ud hot =

0.616 kj/s
0.303m 2 x 24.94 K

Ud hot = 0.081kj/m2.K

b. Ud cold =
Ud cold =

Q cold
A x t
0.55 kj/s
0.303m 2 x 24.94 K

Ud cold = 0.072 kj/m2.K

22

Laboratorium Satuan Operasi I


Shell and Tube Heat Exchanger

Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 6 : hasil perhitungan nilai Ud panas dan Ud dingin
No

Ud hot

Ud cool

1
2
3
4
5
6

0.081553
0.092115
0.098973
0.103741
0.090342
0.080873

0.072712
0.082569
0.084411
0.091901
0.087536
0.07823

VIII. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini kita menggunakan alat penukar panas shell and tube,
dimana kita ingin mengetahui prinsip kerja dari alat tersebut dan karakteristiknya dengan
menghitung nilai LMTD dan koefisien perpindahan panas keseluruhan. LMTD atau Log
Mean Temperature Different, disini terdapat dua rumus untuk menghitung LMTD dan
yang kami gunakan yaitu rumus LMTD counter curren atau berlawanan arah karena laju
alir fluida panas dan laju alir fluida dingin berlawanan arah.
Adapun nilai LMTD dan koefisien perpindahan panas yang diperoleh dari hasil
perhitungan adalah sebagai berikut :
No

Ud hot

Ud cool

0.081553

0.072712

0.092115

0.082569

0.098973

0.084411

0.103741

0.091901

0.090342

0.087536

0.080873

0.07823

LMTD
24.9459
6
24.6890
6
24.2318
1
33.1674
4
32.1766
9
31.3893
8

Adapun prinsip kerja dari alat ini yaitu Untuk 1-1 counterflow exchanger (gambar
1), atau 1 shell pass dan 1 tube pass, fluida dingin masuk dan mengalir di dalam tubetube. Fluida dingin masuk pada ujung yang lain dan mengalir secara counterflow di
bagian luar tube tetapi masih di dalam shell. Baffle-baffle digunakan agar fluida dapat
mengalir secara bertahap melewati tube dan tidak mengalir secara paralel dengan tube.
23

Laboratorium Satuan Operasi I


Shell and Tube Heat Exchanger

T2

t1

Gambar 1. ShellT1& tube heat exchanger

t2

1 shell pass and 1 tube pass (1-1 exchanger)


Dalam suatu shell and tube heat exchanger terdapat tiga tahap perpindahan panas,
yaitu konveksi sisi shell, konduksi pada dinding tube dan konveksi sisi tube.
Jika dua fluida memasuki exchanger pada dua ujung yang sama dan mengalir
dengan arah yang sama, alirannya disebut parallel atau cocurrent flow. Untuk aliran
parallel, T2 = T1 t1 dan T1 = T2 t2.

Gambar 2. Kurva temperatur pada aliran cocurrent


Ketika dua fluida memasuki exchanger pada dua ujung yang berbeda dan
melewati exchanger unit dengan arah yang berlawanan, aliran tipe ini biasa disebut
counterflow atau countercurrent flow. Untuk aliran countercurrent, T2 = T1 t2 dan T1
= T2 t1.

24

Laboratorium Satuan Operasi I


Shell and Tube Heat Exchanger

Gambar 3. Kurva temperature pada aliran countercurrent


IX. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa nilai LMTD ( Log Mean Temperature different) untuk arus berlawanan arah dan
koefisien perpindahan panas keseluruhan adalah sebangai berikut :
No

Ud hot
(kj/m2.K
)

Ud cool
(kj/m2.K
)

0.081553

0.072712

0.092115

0.082569

0.098973

0.084411

0.103741

0.091901

0.090342

0.087536

0.080873

0.07823

LMTD
24.9459
6
24.6890
6
24.2318
1
33.1674
4
32.1766
9
31.3893
8

Daftar Pustaka
Kern, D.Q, 1983,Process Heat Transfer, McGraw Hill Book Company, New York.
Sitompul, T.M, 1993, Alat Penukar Kalor, Citra Niaga Rajawali, Jakarta.

25

Laboratorium Satuan Operasi I


Shell and Tube Heat Exchanger

Sugianto, Analisis Alat Penukar Kalor Shell and Tube dan Aplikasi Perhitungan dengan
Microsoft Visual Basic 6.0, Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas
Gunadarma
Tim Dosen Teknik PS Kimia, 2009, Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia 2, Program
Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Lambumg Mangkurat, Banjarbaru.

26

Anda mungkin juga menyukai