PENDAHULUAN
Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis spinal yang dikenal pula dengan nama Potts
disease of the spine atau tuberculous vertebral osteomyelitis merupakan suatu penyakit yang
banyak terjadi di seluruh dunia. Terhitung kurang lebih 3 juta kematian terjadi setiap
tahunnya dikarenakan penyakit ini(1). Penyakit ini pertama kali dideskripsikan oleh Percival
Pott pada tahun 1779 yang menemukan adanya hubungan antara kelemahan alat gerak bawah
dengan kurvatura tulang belakang, tetapi hal tersebut tidak dihubungkan dengan basil
tuberkulosa hingga ditemukannya basil tersebut oleh Koch tahun 1882, sehingga etiologi
untuk kejadian tersebut menjadi jelas(2,3).
Insidensi spondilitis tuberkulosa bervariasi di seluruh dunia dan biasanya
berhubungan dengan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang tersedia serta
kondisi sosial di negara tersebut. Spondilitis tuberkulosa merupakan 50% dari seluruh
tuberkulosis tulang dan sendi. Pada negara yang sedang berkembang, sekitar 60% kasus
terjadi pada usia dibawah usia 20 tahun sedangkan pada negara maju, lebih sering mengenai
pada usia yang lebih tua.
Terapi konservatif yang diberikan pada pasien tuberkulosa tulang belakang sebenarnya
memberikan hasil yang baik, namun pada kasus kasus tertentu diperlukan tindakan operatif
serta tindakan rehabilitasi yang harus dilakukan dengan baik sebelum ataupun setelah
penderita menjalani tindakan operatif.
BAB II
ANATOMI TULANG BELAKANG[1,2]
Tulang belakang (vertebra) terdiri dari 33 tulang: 7 buah tulang cervical, 12 buahtulang
thoracal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral dan 4 tulang coccygeus. Tulangcervical,
thoracal dan lumbal membentuk columna vertebralis, sedangkan tulang sacral dancoccygeus
satu sama lain menyatu membentuk dua tulang yaitu tulang sacrum dan coccygeus.
Discusintervertebralis merupakan penghubung antara dua corpus vertebra.
Karena proses penuaan pada discus intervebralis, maka kadar cairan dan elastisitasdiscus
akan
menurun.
Keadaan
ini
mengakibatkan
ruang
discus
intervebralis
makinmenyempit,"facet join" makin merapat, kemampuan kerja discus menjadi makin buruk,
annulus menjadilebih rapuh. Akibat proses penuaan ini mengakibatkan seorang individu
menjadi rentan mengidapnyeri punggung bawah. Gaya yang bekerja pada discus intervebralis
akan makin bertambahsetiap individu tersebut melakukan gerakan membungkuk, gerakan
yang berulang-ulang setiap hari yang hanya bekerja pada satu sisi discus intervebralis, akan
menimbulkan robekan kecil pada annulus fibrosus, tanpa rasa nyeri dan tanpa gejala
prodromal. Keadaan demikianmerupakan "locus minoris resistensi" atau titik lemah untuk
4
terjadinya hnp (hernia nucleuspulposus). Sebagai contoh, dengan gerakan yang sederhana
seperti membungkuk memungutsurat kabar di lantai dapat menimbulkan herniasi discus.
Ligamentum spinalis berjalanlongitudinal sepanjang tulang vertebra.Ligamentum ini
berfungsi membatasi gerak pada arahtertentu dan mencegah robekan.diskus intervebralis
dikelilingi oleh ligamentum anterior dan ligamentum posterior. Ligamentum longitudinal
anterior berjalan di bagian anterior corpus vertebrae, besar dan kuat, berfungsi sebagai alat
pelengkap penguat antara vertebrae yang satu dengan yang lainnya. Ligamentum longitudinal
posterior berjalan di bagian posterior corpus vertebrae, yang juga turutmembentuk
permukaan anterior canalis spinalis. Ligamentum tersebut melekat sepanjangcolumna
vertebralis, sampai di daerahlumbal yaitu setinggi L 1, secara progresif mengecil,maka ketika
mencapai L 5 - sacrum ligamentum tersebut tinggal sebagian lebarnya, yangsecara fungsional
potensi mengalami kerusakan. Ligamentum yang mengecil ini secarafisiologis merupakan
titik lemah dimana gaya statistik bekerja dan dimana gerakan spinal yangterbesar terjadi,
disitulah mudah terjadi cidera kinetik.
Otot punggung bawah dikelompokkan sesuai dengan fungsi gerakannya. Otot yang berfungsi
mempertahankan posisi tubuh tetap tegak dan secara aktifmengekstensikan vertebralumbalis
adalah : m. Quadratus lumborum, m. Sacrospinalis, m. Intertransversarii dan m.interspinalis.
Otot
fleksor
lumbalis
eksternusabdominis,
m.
adalah
Internus
muskulus
abdominalis
abdominis,
m.
mencakup
m.
Transversalisabdominis
Obliqus
dan
m.
di
bawah
berfungsimenggerakkan
punggung
bawah
dan
Medulla
spinalis
dilindungi
oleh
vertebrae.Radix
saraf
keluar
melalui
Kecuali ligament flavum, discus intervertebralis dan ligamentum interspinosum ;karena tidak
dirawat oleh saraf sensoris. Dengan demikian semua proses yang mengenaistruktur tersebut
di atas seperti tekanan dan tarikan dapat menimbulkan keluahan nyeri. Nyeri punggung
bawah sering berasal dari ligamentum longitudinalis anterior atau posterior yang mengalami
iritasi.Nyeri artikuler pada punggung bawah berasal dari facies artikularisvertebrae beserta
kapsul persendiannya yang sangat peka terhadap nyeri. Nyeri yang berasaldari otot dapat
terjadi oleh karena : aktivitas motor neuron, ischemia muscular dan pereganganmiofasial
pada waktu otot berkontraksi kuat.tulang belakang mempunyai tiga lengkungan fisiologis
yaitu lordosis servikalis,kyphosis thorakalis dan lordosis lumbalis. Bila dilihat dari samping
dalam posisi tegak ketigalengkungan fisiologis ini disebut posture atau sikap.Posture yang
baik adalah posture tidak memerlukan tenaga, tidak melelahkan, tidak menimbulkan nyeri,
yang dapat dipertahankanuntuk jangka waktu tertentu dan secara estetis memberikan
penampilan yang dapat diterima.disini terjadi keseimbangan antara kerja ligamen dan torus
minimalotot. Secara keseluruhan posture dipengaruhi oleh keadaan anatomi, suku bangsa,
latar
BAB III
SPONDILITIS TUBERKULOSA
3.1 Definisi
Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis spinal yang dikenal pula dengan
namaPott'sdisease of the spine atau tuberculous vertebral osteomyelitis merupakan suatu
penyakit yang banyak terjadi di seluruh dunia. Terhitung kurang lebih 3 juta kematian terjadi
setiaptahunnyadikarenakan penyakit ini.[3]
Spondilitis tuberkulosa merupakan salah satu kasus penyakit tertua dalam sejarahdengan
ditemukan dokumentasi kasusnya pada mummi di Mesir dan Peru. Sir Percival Pott(1799)
mendeskrispsikan penyakit ini dalam monografnya yang klasik.
Spondilitis tuberkulosa merupakan fokus sekunder dari infeksi tuberkulosis dengan
penyebaran sebagian besar secara hematogen melalui pembuluh darah arteri epifiseal
ataumelalui plexus vena batson. Pada usia dewasa, discus intervertebralis avaskular sehingga
lebih resisten terhadapinfeksi dan kalaupun terjadi adalah sekunder dari corpus vertebra. Pada
anak-anak karenadiscus intervertebralis masih bersifat vaskular, infeksi diskus dapat terjadi
primer.Penyempitandiscus intervertebralis terjadi akibat destruksi tulang pada kedua sisi
discus sehingga discusmengalami herniasi ke dalam corpus vertebra yang telah rusak.
Kompresi struktur neurologisterjadi akibat penekanan oleh proses ekstrinsik maupun
intrinsik. Proses ekstrinsik pada faseaktif diakibatkan oleh akumulasi cairan akibat edema,
abses kaseosa, jaringangranulasi,sequester tulang atau diskus.[3,4,5]
Pott disease merupakan bentuk tuberkulosis muskuloskeletal yang paling berbahaya karena
dapat menyebabkan destruksi tulang, deformitas, dan paraplegia.
Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebraT8 L3dan paling jarang pada
vertebraC1-2. Spondilitis tuberkulosis biasanya mengenai korpus vertebra, tetapi jarang
menyerang arkus vertebrae.
3.2 Insiden dan Epidemiologi
Insidensi spondilitis tuberkulosa bervariasi di seluruh dunia dan biasanya
berhubungandengan kualitasfasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang tersedia serta
kondisi sosial dinegara tersebut. Saat ini spondilitis tuberkulosa merupakan sumber
morbiditas dan mortalitasutama pada negara yang belum dan sedang berkembang, terutama di
9
asia, dimana malnutrisidan kepadatan penduduk masih menjadi merupakan masalah utama.
Pada negara-negara yangsudah berkembang atau maju insidensi ini mengalami penurunan
secara dramatis dalam kurunwaktu 30 tahun terakhir. [4,5]
Spondilitis tuberkulosa merupakan 50% dari seluruh tuberkulosis tulang dan sendi.pada
negara yang sedang berkembang, sekitar 60% kasus terjadi pada usia dibawah usia 20tahun
sedangkan pada negara maju, lebih sering mengenai pada usia yang lebih tua. Meskipun
perbandingan antara pria dan wanita hampir sama, namun biasanya pria lebih sering
terkenadibanding wanita yaitu 1,5:2,1. Umumnya penyakit ini menyerang orang-orang yang
beradadalam keadaan sosial ekonomi rendah.[4]
Tuberkulosismerupakan masalah besar bagi negara-negara berkembang karena insidensnya
cukup tinggidengan morbiditas yang serius.Indonesia adalah kontributor pasien tuberkulosis
nomor 5 didunia. Diperkirakan terdapat 583.000 kasus baru tuberkulosis per tahun, sebagian
besar beradadalarn usia produktif (15-54 tahun), dengan tingkat sosioekonomi danpendidikan
yang rendah.
Dari seluruh kasus tersebut, tulang belakang merupakan tempat yang paling seringterkena
tuberkulosa tulang (kurang lebih 50% kasus), diikuti kemudian oleh tulang panggul,lutut dan
tulang-tulang lain di kaki, sedangkan tulang di lengan dan tangan jarang terkena. Areatorakolumbal terutama torakal bagian bawah (umumnya T 10) dan lumbal bagian atasmerupakan
tempat yang paling sering terlibat karena pada area ini pergerakan dan tekanan dari weight
bearing mencapai maksimum, lalu dikuti dengan area servikal dan sakral. [5,6]
Banerjee
melaporkan
pada
499
pasiendengan
spondilitis
tuberkulosa,
tuberculosis tipik (2/3 dari tipe humandan 1/3 dari tipe bovin) dan 5-10% oleh
Mycobacterium tuberculosaatipik.
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri berbentuk batang yang bersifatacid
fastnon-motile atau disebut pula sebagai basil tahan asam (BTA). Dipergunakan teknik ZiehlNielson untuk memvisualisasikannya. Bakteri tumbuh secara lambat dalam media eggenriched
sumber
penyakit
(penular).
Menurut
Mayoclinic,
seseorang
yg
3.4 Patologi[3,5,7,8]
Tuberkulosa pada tulang belakang dapat terjadi karena penyebaran hematogen atau
penyebaran langsung nodus limfatikus para aorta atau melalui jalur limfatik ke tulang dari
fokus tuberkulosa yang sudah ada sebelumnya di luar tulang belakang. Pada
penampakannya,fokus infeksi primer tuberkulosa dapat bersifat tenang. Sumber infeksi yang
paling sering adalah berasal dari sistem pulmoner dan genitourinarius. Penyebaran basil dapat
terjadi melalui arteri intercostal atau lumbar yang memberikansuplai darah ke dua vertebrae
yang berdekatan, yaitu setengah bagian bawah vertebra diatasnyadan bagian atas vertebra di
bawahnya atau melalui pleksus batson's yang mengelilingi columna vertebralis yang
menyebabkan banyak vertebra yang terkena. Hal inilah yangmenyebabkan pada kurang lebih
11
70% kasus, penyakit ini diawali dengan terkenanya duavertebra yang berdekatan, sementara
pada 20% kasus melibatkan tiga atau lebih vertebra.
Walaupun semua vertebrae dari columna vertebralis dapat diserang namun yang
terbanyak menyerang bagian thorax. Vertebra lumbalis juga dapat terserang dan akhirnya
vertebra cervicalis pun tidak terlepas dari serangan ini. Focus yang pertama dapat terletak
pada centrum corpus vertebrae atau pada metaphyse, bisa juga pertama kali bersifat
subperiosteal. Penyakit ini juga dapat menjalar, sehingga akhirnya corpus vertebrae tidak lagi
kuat untuk menahan berat badan dan seakan-akan hancur sehingga dengan demikian columna
vertebralis membengkok. Kalau hal ini terjadi pada bagian thorax, maka akan terdapat
pembengkokan hyperkyphose yang kita kenal sebagai gibbus. Sementara itu proses dapat
menimbulkan gejala-gejala lain, diantaranya dapat terkumpulnya nanah yang semakin lama
semakin banyak, nanahini dapat menjalar menuju ke beberapa tempat diantaranya dapat
berupa :
1. Suatu abscess paravertebrae, abscess terlihat dengan bentuk spoel di kiri-kanan
columnavertebralis.
2. Abscess dapat pula menembus ke belakang dan berada di bawah fasia dan kulit di
sebelah belakang dan di luar columna vertebralis merupakan suatu abscess akan tetapi
tidak panas. Umumnya abscess ini dinamakan abscess dingin. Abscess dingin artinya
abscess tuberculose.
12
13
1.1.
3.5 Patofisiologi[3,4,5]
Basil tb masuk ke dalam tubuh sebagian besar melalui traktus respiratorius.Pada saat
terjadi infeksi primer, karena keadaan umum yang buruk maka dapat terjadi basilemia.
Penyebaran terjadi secara hematogen. Basil tb dapat tersangkut di paru, hati limpa, ginjal
dantulang.Enam hingga delapan minggu kemudian, respons imunologik timbul dan fokus
tadidapat mengalami reaksi selular yang kemudian menjadi tidak aktif atau mungkin sembuh
sempurna.Vertebra merupakan tempat yang sering terjangkit tuberkulosis tulang.Penyakit ini
paling sering menyerang corpus vertebra.Penyakit ini pada umumnya mengenai lebih dari
satu vertebra. Infeksi berawal dari bagian sentral, bagian depan, atau daerah epifisial corpus
vertebra. Kemudian terjadi hiperemi dan eksudasi yang menyebabkan osteoporosis dan
perlunakan corpus.Selanjutnya terjadi kerusakan pada korteks epifise, discus intervertebralis
dan vertebra sekitarnya. Kerusakan pada bagian depan corpus ini akan menyebabkan
terjadinya kifosis yang dikenal sebagai gibbus. Berbeda dengan infeksi lain yang cenderung
menetap pada vertebra yang bersangkutan, tuberkulosis akan terus menghancurkan vertebra
di dekatnya. Kemudian eksudat (yang terdiri atas serum, leukosit, kaseosa, tulang yang
fibrosis serta basil tuberkulosa) menyebar ke depan, di bawah ligamentum longitudinal
anterior danmendesak aliran darah vertebra di dekatnya. Eksudat ini dapat menembus
ligamentum dan berekspansi ke berbagai arah di sepanjang garis ligament yang lemah. Pada
daerah cervical,eksudat terkumpul di belakang fasia paravertebralis dan menyebar ke lateral
di belakang muskulus sternokleidomastoideus. Eksudat dapat mengalami protrusi ke depan
dan menonjol ke dalam faring yang dikenal sebagai abses faringeal. Abses dapat berjalan ke
mediastinum mengisi tempat trakea, esophagus, atau cavum pleura. Abses pada vertebra
thoracalis biasanya tetap tinggal pada daerah thoraks setempat menempati daerah
paravertebral, berbentuk massa yang menonjol dan fusiform. Abses pada daerah ini dapat
menekan medulla spinalis sehinggatimbul paraplegia.Abses pada daerah lumbal dapat
menyebar masuk mengikuti muskulus psoasdan muncul di bawah ligamentum inguinal pada
17
bagian medial paha. Eksudat juga dapatmenyebar ke daerah krista iliaka dan mungkin dapat
mengikuti pembuluh darah femoralis padatrigonum scarpei atau regio glutea. Menurut Gilroy
dan Meyer (1979), abses tuberkulosis biasanya terdapat pada daerahvertebra thoracalis atas
dan tengah, tetapi menurut Bedbrook (1981) paling sering pada vertebrathoracalis 12 dan bila
dipisahkan antara yang menderita paraplegia dan nonparaplegia maka paraplegia biasanya
pada vertebra torakalis 10 sedang yang non paraplegia pada vertebralumbalis.
Penjelasan mengenai hal ini sebagai berikut :
Arteri induk yang mempengaruhimedulla spinalis segmen thoracal paling sering
terdapat pada vertebra thoracal 8-lumbal 1 sisikiri. Trombosis arteri yang vital ini akan
menyebabkan paraplegia. Faktor lain yang perlu diperhitungkan adalah diameter relatif antara
medulla spinalis dengan canalis vertebralisnya. Intumesensia lumbalis mulai melebar kirakira setinggi vertebra thoracalis 10, sedang canalis vertebralis di daerah tersebut relative
kecil. Pada vertebra lumbalis 1, canalis vertebralisnya jelas lebih besar oleh karena itu lebih
memberikan ruang gerak bila ada kompresi dari bagiananterior.Hal ini mungkin dapat
menjelaskan mengapa paraplegia lebih sering terjadi pada lesisetinggi vertebra thoracal 10.
Kerusakan medulla spinalis akibat penyakit pott terjadi melalui kombinasi 4 faktor
yaitu :
1. Penekanan oleh abses dingin
2. Iskemia akibat penekanan pada arteri spinalis
3. Terjadinya endarteritis tuberkulosa setinggi blokade spinalnya
4. Penyempitan kanalis spinalis akibat angulasi korpus vertebra yang rusak
Diskus intervertebralis karena avaskular lebih resisten tetapiakan mengalami dehidrasi dan
penyempitan karena dirusak oleh jaringan granulasi TBC. Kerusakan progresif bagiananterior
vertebra akan menimbulkan kifosis (Savant, 2007).
Pada
saat
ini
terbentuk
tulang
baji
terutama
di
depan
III.
pekerjaannya.
Derajat III
Kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi gerak atau
aktivitaspenderita disertai denganhipoestesia atau anestesia.
IV.
Derajat IV
Gangguan saraf sensoris dan motoris disertai dengan gangguan defekasi dan
miksi.TBC paraplegia atau Pott paraplegia dapat terjadi secara dini atau
lambat tergantung dari keadaan penyakitnya.Pada penyakit yang masih aktif,
paraplegia terjadi karena tekanan ekstradural dari abses paravertebral
ataukerusakan langsung sumsum tulang belakang oleh adanya granulasi
jaringan.Paraplegia pada penyakit yang tidakaktif atau sembuh terjadi karena
tekanan pada jembatan tulang kanalis spinalis atau pembentukan jaringan
fibrosisyang progresif dari jaringan granulasi tuberkulosa.TBC paraplegia
terjadi secara perlahan dan dapat terjadidestruksi tulang disertai dengan
badan lemah/lesu,
nafsu makan berkurang,
berat badan menurun,
suhu subfebril terutama pada malam hari serta sakit pada punggung, pada anak-
Kelainan neurologis terjadi pada sekitar 50% kasus karena proses destruksi lanjut berupa :
-
Dengan lokus awal di corpus vertebra bagian anterior, merupakan penjalaran per
kontinuitatumdari vertebra di atasnya.
3.7
Diagnosis[5,7,8,9,10,11]
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik :
1. Anamnesis dan inspeksi :
Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan keterangan dari pasien, meliputi keluhan
utama, keluhan sistem badan,riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan
riwayat penyakit keluarga atau lingkungan.
1.1.
1.2.
disertai nyeri dada. Pada beberapa kasus di afrika terjadi pembesaran dari nodus
limfatikus, tuberkel disubkutan, dan pembesaran hati dan limpa.
Nyeri terlokalisir pada satu regio tulang belakang atau berupa nyeri yang
1.3.
1.5.
Abses yang besar, terutama pada anak, akan mendorongtrakhea ke Sternal notch.
Sehingga akan menyebabkan kesulitan menelan dan adanya stridor respiratoar,
sementara
kompresi
medulla
spinalis
pada
orang
dewasa
akan
jarang
terjadidan
merupakan
salah
satu
penyebab
1.6.
Bila
berbalik
iamenggerakkan
kakinya,
bukanmengayunkan
dari
sendi
1.8.
belakang)
1.9.
Adanya gejala dan tanda dari kompresi medula spinalis (defisit neurologis).
Terjadi padakurang lebih 10-47% kasus.Insidensi paraplegia pada spondilitis lebih
banyak di temukan pada infeksi di area torakal dan servikal. Jika timbul
paraplegia akan tampak spastisitas darialat gerak bawah dengan refleks tendon
dalam yang hiperaktif, pola jalan yang spastik dengan kelemahan motorik yang
bervariasi. Dapat pula terjadi gangguan fungsi kandungkemih dan anorektal.
1.10. Pembengkakan di sendi yang berjalan lambat tanpa disertai panas dan nyeri
akut seperti pada infeksi septik. Onset yang lambat dari pembengkakan tulang
ataupun sendi mendukung bahwa hal tersebut disebabkan karena tuberkulosa.
2. Palpasi :
22
2.1 Bila terdapat abses maka akan teraba massa yang berfluktuasi dan kulit diatasnya
terasasedikit hangat (disebutCold abcess, yang membedakan dengan abses
piogenik yang teraba panas). Dapat dipalpasi di daerah lipat paha, fossa iliaka,
retropharynx, atau di sisi leher (di belakang otot sternokleidomastoideus),
tergantung dari level lesi. Dapat juga teraba disekitar dinding dada. Perlu diingat
bahwa tidak ada hubungan antara ukuran lesi destruktif dan kuantitas pus
dalamCold abscess
2.2 Spasme otot protektif disertai keterbatasan pergerakan di segmen yang terkena.
3. Perkusi :
3.1 Pada
perkusi
secara
halus
atau
pemberian
tekanan
diatas
prosesus
Laboratorium :
1.1 Laju endap
darah
meningkat
(tidak
spesifik),
dari
20
sampai
lebih
dari100mm/jam.
1.2 Tuberculin skin test /Mantoux test /Tuberculine purified protein derivative(ppd)
positif. Hasil yang positif dapat timbul pada kondisi pemaparan dahulu maupun
yang baru terjadi olehMycobacterium. Tuberculin skin test ini dikatakan positif
jika tampak area berindurasi, kemerahan dengan diameter 10mm di sekitar
tempat suntikan 48-72 jamsetelah suntikan.Hasil yang negatif tampak pada 20%
kasus (tandon and pathak1973;kocen 1977) dengan tuberkulosis berat
(tuberkulosis milier) dan pada pasien yangimmunitas selulernya tertekan (seperti
baru saja terinfeksi, malnutrisi atau disertai penyakitlain)
1.3 Uji kultur biakan bakteri dan BTA ditemukan Mycobacterium.
1.4 Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional.
1.5 Pemeriksaan hispatologis ditemukan tuberkel.
1.6 Kultur urin pagi (membantu bila terlihat adanya keterlibatan ginjal), sputum dan
bilas lambung (hasil positif bila terdapat keterlibatan paruparu yang aktif)
1.7 Apus darah tepi menunjukkan leukositosis dengan limfositosis
bersifatrelatif.
1.8 Tes
darah
untuk
titer
anti-staphylococcal
dan
yang
anti-streptolysin
dan
pada
pusat
kesehatandengan
peralatan
yang
cukup
canggih)
cairan
serebrospinal
tidak
mengeksklusikan
kemungkinan
24
2.
Radiologis :[5,7,12]
Gambarannya bervariasi tergantung tipe patologi dan kronisitas infeksi.
Foto rontgen dada dilakukan pada seluruh pasien untuk mencari bukti
adanyatuberkulosa di paru (2/3 kasus mempunyai foto rontgen yang abnormal).
Foto polos seluruh tulang belakang juga diperlukan untuk mencari bukti
adanyatuberkulosa di tulang belakang. Tanda radiologis baru dapat terlihat setelah
3-8 mingguonset penyakit.
Jika mungkin lakukan rontgen dari arah antero-posterior dan lateral.
Figure:
Tuberculous spondylitis. Lateralradiograph demonstrates obliteration of the disk space
(straight arrow) with destruction of theadjacent end plates (curved arrow) and anterior
wedging
Figure.
25
26
Figure.
Tuberculous spondylitis. Axial ct scandemonstrates lytic destruction of the vertebral
body(black arrow) with an adjoining soft-tissue abscess(white arrow).
Figure.
Calcified psoas abscess. Axial ct scandemonstrates bilateral tuberculous psoas abscesseswith
peripheral calcification (arrows)
Magnetic resonance imaging (MRI)mempunyai manfaat besar untuk membedakan
komplikasi yang bersifat kompresif dengan yang bersifat non kompresif pada
tuberkulosa tulang belakang. MRI mengevaluasi infeksi diskus intervertebralis
dan osteomielitis tulang belakang serta menunjukkan adanya penekanan saraf
(Lauerman, 2006). Bermanfaat untuk :
o Membantu memutuskan pilihan manajemen apakah akan bersifat
konservatif atau operatif.
o Membantu menilai respon terapi. Kerugiannya adalah dapat terlewatinya
fragmen tulang kecil dan kalsifikasi di abses.
27
Figure.
Tuberculous spondylitis. Sagittal T2-weighted mr image demonstrates areas of
increased signal intensity due to edema invertebral bodies. Accompanying disk
narrowing (white arrow) and extension of the disease into the spinal canal (black
arrow) are also seen.
Neddle biopsi/ operasi eksplorasi (Costotransversectomi )
Dari lesi spinal mungkin diperlukan pada kasus yang sulit tetapi membutuhkan
pengalaman dan pembacaan histologi yang baik (untuk menegakkan diagnosa
yang absolut) (berhasil pada50% kasus).
Aspirasi pusparavertebral yang diperiksa secara mikroskopis untuk mencari basil
tuberkulosadan granuloma, lalu kemudian dapat diinokulasi di dalam Guinea babi.
3.8
Penatalaksanaan[4,5,13,14]
Penatalaksanaan spondilitis tuberkulosis ditujukan untuk eradikasi infeksi ,
memberikan stabilitas pada tulang belakang dan menghentikan atau memperbaiki kifosis.
Kriteria kesembuhan sebagian besar ditekankan pada tercapainya favourable status
yang didefinisikansebagai pasien dapat beraktifitas penuh tanpa membutuhkan
kemoterapi atau tindakan bedahlanjutan, tidak adanya keterlibatan system saraf pusat ,
focus infeksi yang tenang secara klinismaupun secara radiologis. Pada prinsipnya
pengobatan tuberkulosis tulang belakang harus dilakukan sesegera mungkin untuk
menghentikan progresivitas penyakit serta mencegah paraplegia.
serebrospinal.
Efek samping : hepatitis pada 1% kasus yang mengenai lebih
banyak pasien berusia lanjut usia, Peripheral neuropathy karena
defisiensi piridoksin secararelatif (bersifat reversibel dengan
pemberian suplemen piridoksin).
29
o Rifampin (rmp)
Bersifat bakterisidal, efektif pada fase multiplikasi cepat ataupun
pada
traktusGastrointestinal,Cholestatic
o Pyrazinamide (pza)
Bekerja secara aktif melawan basil tuberkulosa dalam lingkungan
yang bersifatasam dan paling efektif di intraseluler (dalam
o Ethambutol (emb)
Bersifat bakteriostatik intraseluler dan ekstraseluler
Tidak berpenetrasi ke dalam meningen yang normal
Efek samping : toksisitas okular (optic neuritis) dengan timbulnya
kondisi butawarna, berkurangnya ketajaman penglihatan dan
adanya central scotoma
Relatif aman untuk kehamilan
Dipakai secara berhati-hati untuk pasien dengan insufisiensi ginjal
Dosis : 15-25 mg/kg/hari
o Streptomycin (stm)
30
Bersifat bakterisidal
Efektif dalam lingkungan ekstraseluler yang bersifat basa
31
o Paraplegia
pada
usia
lanjut,
indikasi
untuk
operasi
diperkuat
Paraplegia
Operasi kifosis
33
Operasi kifosis dilakukan bila terjadi deformitas yang hebat, kifosis mempunyai tendensi
untuk bertambah berat terutama pada anak-anak. Tindakan operatif dapat berupa fusi
posterior atau melalui operasi radikal.
3.9
Diagnosis Banding[3,5]
1. Osteitis piogen : khasnya demam lebih cepat timbul
2. Poliomielitis : paresis/paralisis tungkai, skoliosis dan bukan kifosis
3. Skoliosis idiopatik : tanpa gimus dan tanda paralisis
4. Penyakit paru dengan bekas empiema : tulang belakang bebas penyakit
5. Metastasis tulang belakang : tidak mengenai diskus, adanya karsinoma prostat
6. Kifosis senilis : kifosis tidak local, osteoporosis seluruh kerangka
3.10
Komplikasi[3,5]
Cedera corda spinalis ( Spinal cord injury).
Dapat terjadi karena adanya tekananekstradural sekunder karena pus tuberkulosa,
sekuestra tulang, sekuester dari diskus intervertebralis (contoh : Pott's paraplegia prognosa baik) atau dapat juga langsungkarena keterlibatan korda spinalis oleh
jaringan granulasi tuberkulosa (contoh :menigomyelitis - prognosa buruk). Jika
cepat diterapi sering berespon baik (berbedadengan kondisi paralisis pada tumor).
MRI dan Mielografi dapat membantumembedakan paraplegi karena tekanan atau
karena invasi dura dan corda spinalis.
Empyema tuberkulosa karena rupturnya abses paravertebral di torakal ke dalam
pleura.
3.11
Pencegahan
Vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) merupakan suatu strain Mycobacterium
bovis yang dilemahkan sehingga virulensinya berkurang. BCG akan menstimulasi
immunitas, meningkatkan daya tahan tubuh tanpa menimbulkan hal-hal yang
membahayakan. Vaksinasi ini bersifat aman tetapi efektifitas untuk pencegahannya
masih kontroversial. Percobaan terkontrol di beberapa negara Barat, dimana sebagian
besar anakanaknya cukup gizi, BCG telah menunjukkan efek proteksi pada sekitar
80% anak selama 15 tahun setelah pemberian sebelum timbulnya infeksi pertama.
Akan tetapi percobaan lain dengan tipe percobaan yang sama di Amerika dan India
telah gagal menunjukkan keuntungan pemberian BCG. Sejumlah kecil penelitian pada
bayi di negara miskin menunjukkan adanya efek proteksi terutama terhadap kondisi
tuberkulosa milier dan meningitis tuberkulosa. Pada tahun 1978, The Joint
Tuberculosis Committee merekomendasikan vaksinasi BCG pada seluruh orang yang
34
uji tuberkulinnya negatif dan pada seluruh bayi yang baru lahir pada populasi
immigran di Inggris(Glassroth et al. 1980)(2,10). Saat ini WHO dan International Union
Against Tuberculosis and Lung Disease tetap menyarankan pemberian BCG pada
semua infant sebagai suatu yang rutin pada negara-negara dengan prevalensi
tuberkulosa tinggi (kecuali pada beberapa kasus seperti pada AIDS aktif). Dosis
normal vaksinasi ini 0,05 ml untuk neonatus dan bayi sedangkan 0,1 ml untuk anak
yang lebih besar dan dewasa. Oleh karena efek utama dari vaksinasi bayi adalah untuk
memproteksi anak dan biasanya anak dengan tuberkulosis primer biasanya tidak
infeksius, maka BCG hanya mempunyai sedikit efek dalam mengurangi jumlah
infeksi pada orang dewasa. Untuk mengurangi insidensinya di kelompok orang
dewasa maka yang lebih penting adalah terapi yang baik terhadap seluruh pasien
dengan sputum berbasil tahan asam (BTA) positif karena hanya bentuk inilah yang
mudah menular. Diperlukan kontrol yang efektif dari infeksi tuberkulosa di populasi
masyarakat sehingga seluruh kontak tuberkulosa harus diteliti dan diterapi. Selain
BCG, pemberian terapi profilaksis dengan INH berdosis harian 5mg/kg/hari selama 1
3.12
Prognosa pasien dengan spondilitis tuberkulosa sangat tergantung dari usia dan kondisi
kesehatan umum pasien,derajat berat dan durasi defisit neurologis serta terapi yang diberikan.
a. Mortalitas
Mortalitas pasien spondilitis tuberkulosa mengalami penurunan seiring dengan
ditemukannya kemoterapi (menjadi kurang dari 5%, jika pasien didiagnosa dini dan
patuh dengan regimen terapi dan pengawasan ketat).
b. Relaps
Angka kemungkinan kekambuhan pasien yang diterapi antibiotik dengan regimen
medis saat ini dan pengawasan yang ketat hampir mencapai 0%.
c. Kifosis
Kifosis progresif selain merupakan deformitas yang mempengaruhi kosmetis secara
signifikan, tetapi juga dapat menyebabkan timbulnya defisit neurologis atau
kegagalan pernafasan dan jantung karena keterbatasan fungsi paru. Rajasekaran dan
Soundarapandian dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat hubungan nyata
antara sudut akhir deformitas dan jumlah hilangnya corpus vertebra.
35
Fusi
Fusi tulang yang solid merupakan hal yang penting untuk pemulihanpermanen
spondilitis tuberkulosa.
36
BAB IV
KESIMPULAN
Spondilitis
tuberculosa
adalah
infeksi
yang
sifatnya
kronis
berupa
BAB V
Daftar Pustaka
1. Anatomi
fungsional
vertebra,
accessed
fromhttp://fisiosby.com/anatomi-fungsional-vertebrae
37
on
july,
available
2. Medlinux,
spondilitis
tuberkulosa,
accessed
on
july,
available
fromhttp://medlinux.blogspot.com/2007/09/spondylitis-tuberkulosa.html
3. Rasjad c, pengantar ilmu bedah ortopedi, jakarta: hal 144-149
4. Hidalgo ja, pott disease (tuberculous spondylitis), herchline t, talavera f, jhon
jf,mlonakis
e,
cunha
ba,
accessed
on
july,
available
fromhttp://www.emedicine.com/med/infecmedical_topics.htm
5. Wim de jong, spondilitis tbc, dalam buku ajar ilmu bedah, jakarta; hal. 1226-1229
6. Bohndorf k., imhof h. Bone and soft tissue inflammation. In :musculoskeletalimaging:
a concise multimodality approach. New york :thieme, 2001 : 150, 334-36.
7. Lindsay, kw, bone i, callander r. Spinal cord and root compresion. In : neurologyand
neurosurgery illustrated. 2NDED. Edinburgh : churchill livingstone, 1991 : 388
8. Jose A Hidalgo, MD, George Alangaden, MD. Pott Disease (Tuberculous Spondylitis)
in: http://www.emedicine.medscape.com. Updated: Aug 29, 2008.
9. Danchaivijitr, N. Diagnostic Accuracy of MR Imaging in Tuberculous Spondylitis.
[Online]. 2007 Feb 19 [cited 2008 Des 27];[5 screens]. Available from:
URL:http://www.medassocthai.org/journal
10. Anonim. Pagets disease of bone. [Online]. 2005 Oct [cited 2008 Feb 27];[4 screens].
Available from: URL:http:// www.thamburaj.com
11. Spondilitis Tb. Accessed on
29th Des 2012. Available from:
http://drofidwiantoro.blogspot.com/2011/07/spondilitis-tb_06.html
12. Isi Referat Spondilitis. Access on 31st Des 2012. Available from:
Http://www.scribd.com/doc/102639910/isi-referat-spondilitis
13. Alfarisi.doc.Patogenesis , patofisiologi , stadium , dan derajat klasifikasi spondilitis
tuberkulosa.[Online]. 2011 April 30 [cited 2012 Dec 29] ;[9 screens]. Available
from:URL:
Http://doc-alfarisi.blogspot.com/2011/04/patogenesis-patofisiologi-stadium-dan.html
14. Hidalgo, JA. Pott Disease. [Online]. 2005 Aug 25 [cited 2012 Dec 30];[17 screens].
Available from: URL:http:www.eMedicine.com/med/topic
15. Sugandha Dureja, Ishita Barat Sen, Shankar Acharya. (2014) Potential role of F18
FDG PET-CT as an imaging biomarker for the noninvasive evaluation in
uncomplicated skeletal tuberculosis: a prospective clinical observational
study. European Spine Journal. . Online publication date: 29-Jul-2014. [CrossRef]
16. P. Wu, X. Y. Wang, X. G. Li, X. J. Shen, X. Y. Pang, C. K. Luo, Z. Q. Xu, H. Zeng, P.
H. Zhang,W. Peng. (2014) One-stage posterior procedure in treating active thoracic
spinal tuberculosis: a retrospective study. European Journal of Trauma and
Emergency Surgery. . Online publication date: 21-Jun-2014. [CrossRef]
17. Kevin L. Ju, Sang Do Kim, Rojeh Melikian, Christopher M. Bono, Mitchel B. Harris.
(2014) Predicting patients with concurrent noncontiguous spinal epidural abscess
lesions. The Spine Journal. . Online publication date: 1-Jun-2014. [CrossRef]
18. Arsalan Alvi, Aisha Raees, Muhammad khan
Rehmani, Hafiz Aslam, Shafaq Saleem, JunaidAshraf. (2014) Magnetic Resonance
38
39