Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

SEORANG WANITA 16 TAHUN DENGAN ODS KERATITIS ET


CAUSA PEMAKAIAN LENSA KONTAK DAN ODS MIOPIA
SEDANG

Diajukan untuk melengkapi tugas kepaniteraan senior


Departemen Ilmu Kesehatan Mata

Penguji kasus

: dr. A. Kentar Arimadyo S, MSi.Med, Sp.M

Pembimbing

: dr. Riani Nilam Sari Putri

Dibacakan oleh

: Desy Ayu Permitasari

Dibacakan tanggal

: 21 Maret 2013

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

HALAMAN PENGESAHAN

Melaporkan kasus Seorang Wanita 16 tahun dengan ODS Keratitis et causa


Pemakaian Lensa Kontak dan ODS Miopia Sedang:
Penguji kasus

: dr. A. Kentar Arimadyo S, MSi.Med, Sp.M

Pembimbing

: dr. Riani Nilam Sari Putri

Dibacakan oleh

: Desy Ayu Permitasari

Dibacakan tanggal

: 21 Maret 2013

diajukan untuk memenuhi tugas kepaniteraan senior di Departemen Ilmu Kesehatan


Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Semarang, 21 Maret 2013


Mengetahui,
Pembimbing

dr. Riani Nilam Sari Putri

Penguji

dr. A. Kentar Arimadyo, MSi.Med. Sp.M

LAPORAN KASUS
ODS KERATITIS ET CAUSA PEMAKAIAN LENSA KONTAK DAN ODS
MIOPIA SEDANG

Penguji kasus

: dr. A. Kentar Arimadyo S, MSi.Med, Sp.M

Pembimbing

: dr. Riani Nilam Sari Putri

Dibacakan oleh

: Desy Ayu Permitasari

Dibacakan tanggal

: 21 Maret 2013

I.

PENDAHULUAN
Lensa kontak merupakan pengganti kacamata yang berfungsi untuk

mengoreksi kelainan refraksi mata. Perkembangan dan penggunaan lensa kontak


semakin pesat, baik di negara maju maupun negara berkembang. Saat ini, telah
tersedia beragam jenis lensa kontak.1
Berdasarkan American Optometric Association, alasan orang memilih
menggunakan lensa kontak daripada kacamata karena lensa kontak mengikuti
pergerakan bola mata dan tidak sedikitpun mengurangi lapangan pandang mata,
sehingga tidak mengganggu penglihatan, memperindah penampilan, nyaman, lebih
terang, tidak ada bingkai yang mengganggu pandangan mata, mengurangi distorsi,
tidak berkabut, tidak mudah terkena air hujan, dan tidak menghalangi aktivitas.2
Tetapi penggunaan lensa kontak menimbulkan banyak dampak negatif yang
perlu diwaspadai, terlebih jika tidak mengikuti aturan pemakaian. Seperti gangguan
metabolisme mata (hypoxia), kerusakan stroma, trauma endotel, timbulnya toksik dan
alergi, keratitis steril, keratitis mikroba, gangguan aliran airmata, dan distorsi kornea
mata. Tetapi yang paling sering timbul adalah neovaskularisasi pada kornea mata
akibat hypoxia dan keratitis yang disebabkan bakteri timbul akibat adanya stres dari
1

penggunaan lensa kontak.2,3


Penelitian dari Zhong Yan menjelaskan bahwa adanya keratitis akibat
pemakaian lensa kontak pada 50 mata (37 pasien), dimana pengguna lensa kontak
extended-wear lebih tinggi prevalensinya dibandingkan dengan pengguna lensa
kontak daily-wear.4

II.

IDENTITAS PENDERITA
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Alamat
Pekerjaan
No. CM

: Nn. R
: 16 tahun
: Perempuan
: Islam
: Tlogosari Kulon, Pedurungan, Semarang
: Pelajar
: C290855

III. ANAMNESIS (Autoanamnasis tanggal 8 Maret 2013)


Keluhan utama : Kedua mata terasa nyeri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak satu minggu yang lalu pasien merasa kedua matanya terasa
nyeri saat setelah memakai lensa kontak. Pasien mengeluh matanya merah,
sedikit berair, gatal, dan merasa ada yang mengganjal di kedua matanya.
Pasien tidak mengeluh silau, cekot-cekot, dan keluar kotoran. Keluhan
dirasakan berkurang setelah ditetesi obat tetes mata Insto. Pasien telah
memakai lensa kontak jenis soft lens dengan masa pakai 6 bulan selama 2
bulan ini. Pasien memakai lensa kontak tersebut setiap hari Senin hingga
Sabtu selama 10 jam. Pasien tidak memakai lensa kontak saat tidur. Setelah
memakai lensa kontak, pasien selalu membersihkan lensa kontak dengan
larutan pembersih lensa kontak.
Sejak 5 hari yang lalu pasien merasa keluhannya tidak membaik dan
pasien merasa kedua matanya bertambah nyeri ketika memakai lensa kontak.

Pasien juga merasa ada yang mengganjal di matanya. Namun, pasien tetap
menggunakan lensa kontak tersebut selama 10 jam sehari. Oleh karena itu,
pasien berobat ke RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Riwayat Penyakit Dahulu :
o

Pasien menggunakan kacamata baca (+)

Riwayat sakit tekanan darah tinggi disangkal

Riwayat sakit kencing manis disangkal

Riwayat trauma pada mata disangkal

Riwayat operasi pada mata disangkal

Riwayat pemakaian obat dalam jangka waktu lama disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :


o

Tidak ada anggota keluarga pasien yang sakit seperti ini.

Riwayat kencing manis dan darah tinggi dalam keluarga disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi :


o

Pasien adalah seorang pelajar

Orang tua pasien bekerja sebagai PNS

Biaya pengobatan ditanggung ASKES

Kesan sosial ekonomi cukup

IV. PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 8 Maret 2013)
Status Presen :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran
: Kompos mentis
Tanda vital
: Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
3

RR : 16x/menit
Suhu : 37o C
Pemeriksaan fisik:

kepala

: tidak ada kelainan

leher

: tidak ada kelainan

thoraks : cor : tidak ada kelainan


paru : tidak ada kelainan
abdomen

: tidak ada kelainan

ekstremitas

tidak ada kelainan

Status Oftalmologi (Tanggal 8 Maret 2013)

Oculi Dexter
2/60
S -5.50 6/12 NBC
Tidak dilakukan
Gerak bola mata bebas ke

VISUS
KOREKSI
SENSUS COLORIS
PARASE/PARALYSE

Oculi Sinister
3/60
S -5.00 6/6
Tidak dilakukan
Gerak bola mata bebas ke

segala arah
Tidak ada kelainan
Edema (-), spasme (+)

SUPERCILIA
PALPEBRA SUPERIOR

segala arah
Tidak ada kelainan
Edema (-), spasme (+)

minimal
Edema (-), spasme (-)

PALPEBRA INFERIOR

minimal
Edema (-), spasme (-)

Hiperemis (-), sekret (-),

CONJUNGTIVA

Hiperemis (-), sekret (-),

edema (-)
Hiperemis (-), sekret (-),

PALPEBRALIS
CONJUNGTIVA

edema (-)
Hiperemis (-), sekret (-),

edema (-)

FORNICES

edema(-)

Injeksi silier (+), sekret (-)

CONJUNGTIVA BULBI

Injeksi silier (+), sekret (-)

Tidak ada kelainan

SCLERA

Tidak ada kelainan

Edema (+) minimal, Erosi

CORNEA

Edema (+) minimal, Erosi

(+), infiltrat (+) punctata

(+), infiltrat (+) punctata

Kedalaman cukup,

CAMERA OCULI

Kedalaman cukup ,

Tyndall Efek (-)

ANTERIOR

Tyndall Efek (-)

Kripte (+), sinekia (-)

IRIS

Kripte (+), sinekia(-)

Bulat, central, regular,

PUPIL

Bulat, central, regular,

d : 3 mm, RP (+) N

d : 3 mm, RP (+) N

Jernih

LENSA

Jernih

(+) suram

FUNDUS REFLEKS

(+) suram

T (digital) normal
Tidak dilakukan

TENSIO OCULI
SISTEM CANALIS

T (digital) normal
Tidak dilakukan

LACRIMALIS
(+)

V.

TEST FLUORESCEIN

(+)

RESUME
Seorang wanita usia 16 tahun datang ke RSUP Dr. Kariadi dengan
keluhan kedua mata terasa nyeri. Sejak satu minggu yang lalu pasien merasa
kedua matanya terasa nyeri, perih saat setelah memakai lensa kontak. Pasien
mengeluh matanya merah, sedikit berair, pandangan kabur, dan merasa ada
yang mengganjal di kedua matanya. Sejak 5 hari yang lalu pasien merasa
keluhannya tidak membaik dan pasien merasa kedua matanya bertambah
nyeri ketika memakai lensa kontak. Pasien juga merasa ada yang mengganjal
5

di kedua matanya. Oleh karena itu, pasien berobat ke RSUP Dr. Kariadi
Semarang.
Pemeriksaan fisik : Status praesens dan pemeriksaan fisik dalam batas normal
Status Oftalmologi :
Oculus Dexter

Oculus Sinister

2/60

VISUS

3/60

S -5.50 6/12 NBC

KOREKSI

S -5.00 6/6

Edema (-), spasme (+)


minimal
Injeksi silier (+), sekret (-)

PALPEBRA

Edema (-), spasme (+)


minimal
Injeksi silier (+), sekret (-)

Edema (+) minimal, Erosi


(+), infiltrat (+) punctata
(+) suram
(+)

CONJUNCTIVA
BULBI
CORNEA

Edema (+) minimal, Erosi


(+), infiltrat (+) punctata

FUNDUS
REFLEKS
TEST
FLUORESCEIN

(+) suram
(+)

VII. DIAGNOSA
ODS KERATITIS ET CAUSA PEMAKAIAN LENSA KONTAK DAN ODS
MIOPIA SEDANG
VIII. TERAPI
Cendo Ulcori ED 6 x 1 tetes ODS
Cendo Augentonic ED 4 x 1 tetes ODS
Vitamin A 6000 IU 1 x 1
IX. PROGNOSIS
Quo ad visam

OD

OS

Dubia ad bonam

Dubia ad bonam

Quo ad sanam

Dubia ad bonam

Dubia ad bonam

Quo ad vitam

Ad bonam

Quo ad cosmeticam

Ad bonam

X. SARAN
Dilakukan pemeriksaan tes sensibilitas kornea, uji schimmer, dan uji break
up time.
XI. EDUKASI
o Menjelaskan pada pasien bahwa kedua mata terasa perih karena terdapat
infeksi pada mata akibat penggunaan lensa kontak.
o Menjelaskan pada pasien untuk tidak menggunakan lensa kontak selama
kurang lebih satu bulan untuk penyembuhan infeksi pada kedua mata.
o Menjelaskan pada pasien mengenai terapi yang diberikan yaitu Cendo Ulcori
yang diberikan 6 kali sehari, mata kanan dan mata kiri masing-masing satu
tetes, dan Cendo Augentonic yang diberikan 4 kali sehari, mata kanan dan
mata kiri masing-masing juga satu tetes. Apabila waktu untuk pemberian obat
sama, makan pemberian kedua obat diberi selang waktu selama 15 menit.
o Menjelaskan apabila setelah sakit mata dinyatakan sembuh jika tetap ingin
menggunakan lensa kontak diperlukan tindakan tambahan seperti perawatan
lensa yang lebih ketat dan menjelaskan cara penggunaan lensa kontak yang
baik.
o Menyarankan pada pasien untuk mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.
o Menjelaskan kepada pasien untuk melindungi mata dari iritan seperti debu,
udara kering dan paparan sinar ultraviolet untuk menghindari peradangan

XI. DISKUSI
LENSA KONTAK
Lensa kontak adalah lensa plastik tipis yang dipakai menempel pada kornea
mata. Lensa kontak memiliki fungsi yang sama dengan kacamata, yaitu mengoreksi
kelainan refraksi, kelainan akomodasi, terapi, dan kosmetik.5
Jenis lensa kontak menurut bahan yaitu:5
1. Lensa Kaku (Rigid Lenses)
a.

Lensa Keras Standar (Standard Hard Lenses): Terbuat dari

polymethylmethacrylate, tidak dapat ditembus oksigen, sehingga


mengandalkan pemompaan air mata ke dalam celah antara lensa dan
kornea sewaktu berkedip.
b.

Lensa Kaku Permeabel-Gas (Rigid-Gas Permeable Lenses):

Terbuat dari cellulose acetat butyrat yang dikombinasi dengan


polymethylmethacrylate.

Mudah

ditembus

oksigen

sehingga

memperbaiki metabolisme kornea. Merupakan pilihan utama untuk


mengoreksi keratokonus dan astigmatisme dan pada kondisi yang
memerlukan lensa bifokus atau multifokus.
2. Lensa Lunak (Soft Lenses)
a.

Lensa Lunak Kosmetik : Terbuat dari hydroxymethyl

methacrylat (HEMA) atau silikon, yang dari silikon permeabilitas terhadap


oksigennya lebih besar. Komplikasi lebih sering timbul dibandingkan lensa kaku,
diantaranya: keratitis ulceratif, reaksi imunologik kornea terhadap deposit pada lensa,
reaksi terhadap larutan perawat lensa, dan edema korna.
b.

Lensa Lunak Terapeutik: Membentuk barier lunak antara

kornea dengan dunia luar, memberi perlindungan terhadap trikiasis dan pemajanan.
Lenda dengan kadar air tinggi dapat berfungsi sebagai "penyangga" untuk
penyembuhan epitel, seperti untuk pengobatan erosi rekurens.

Jenis lensa kontak berdasarkan lama pemakaian:


1. Daily wear : harus dilepaskan pada malam hari
2. Extended wear: dapat dipakai semalaman, biasanya selama tujuh hari
berturut-turut tanpa dilepaskan
PATOGENESIS
Pengguna lensa kontak dapat memiliki komplikasi baik secara langsung
atau akibat dari permasalahan yang ada yang diperburuk dengan pemakaian lensa
kontak. Lensa kontak secara langsung bersentuhan dengan mata dan memicu
komplikasi melalui: trauma, mengganggu kelembaban kornea dan konjungtiva,
penurunan oksigenasi kornea, stimulasi respon alergi dan inflamasi, dan infeksi.6

Hipoksia Dan Hiperkapnia

Akibat kondisi kornea yang avaskular, untuk metabolisme aerobik kornea


bergantung pada pertukaran gas pada air mata. Baik dengan menutup mata maupun
memakai lensa kontak keduanya dapat mengurangi proses pertukaran oksigen dan
karbon dioksida pada permukaan kornea. Pada lensa kontak kaku dengan diameter
yang lebih kecil dengan transmissibilitas oksigen yang sama atau lebih rendah dapat
mengakibatkan edema kornea lebih sedikit jika dibandingkan dengan lensa kontak
lunak yang diameternya lebih besar karena pertukaran air mata yang lebih baik.
Hipoksia dan hiperkapnia sedikit pengaruhnya pada lapisan stroma bagian dalam dan
endotelium, dimana mereka memperoleh oksigen dan menghasilkan karbon dioksida
ke dalam humor aquous.6
Akibat oksigenasi yang tidak memadai, proses mitosis epitel kornea yang
menurun, menyebabkan ketebalannya berkurang, mikrosis, dan peningkatan
fragilitas. Akibat pada sel-sel epitel ini dapat menyebabkan keratopati pungtat epitel,
abrasi epitel, dan meningkatkan resiko keratitis mikroba. Efek lebih lanjut dari
hipoksia adalah hypoesthesia kornea dan neovaskularisasi baik pada epitel dan
stroma. Vaskularisasi stroma dapat berevolusi menjadi keratitis interstisial, kekeruhan
yang dalam, atau kadang-kadang perdarahan intrastromal. Pada beberapa kasus
9

pemakaian lensa kontak yang lama, kornea menjadi terbiasa dengan tegangan oksigen
baru, dan edema stroma berubah menjadi lapisan stroma yang tipis.6

Alergi Dan Toksisitas

Para pemakai lensa kontak menghadapi berbagai potensial alergen. Lensa kontak
mendorong adhesi dari debris, sehingga tetap bersentuhan dengan jaringan okular.
Larutan lensa kontak dan terutama pengawet di dalamnya menginduksi respon alergi
pada individu-individu yang sensitif.

Kekuatan Mekanik

Kekuatan mekanik memicu komplikasi pada pengguna lensa kontak termasuk


abrasi akibat pemakaian atau pelepasan lensa yang tidak tepat, atau akibat fitting dan
pemakaian lensa kontak. Lensa kontak kaku yang tajam dapat menyebabkan distorsi
kornea atau abrasi. Pada kasus yang berat, permukaan kornea menjadi bengkok.
Keratokonus dapat timbul akibat kekuatan mekanik kronis dari pemakaian lensa
kontak. Permukaan yang terlipat dapat diakibatkan oleh lensa kontak lunak yang
terlalu ketat. Kerusakan epitel dapat terjadi secara sekunder akibat debris yang
terperangkap di bawah lensa. Komplikasi ini sangat penting mengingat dominannya
pemakaian lensa kontak kosmetik pada perempuan.6

Efek Osmotik

Lensa kontak meningkatkan penguapan air mata dan menurunkan refleks air
mata. Permukaan yang kering akibat rusaknya lubrikasi mata oleh lapisan air mata,
meningkatkan resiko terjadinya cedera mekanis seperti abrasi dan erosi.6
TERAPI
Terapi pada pasien keratitis akibat penggunaan lensa kontak tergantung pada
penyebab infeksi. Lensa kontak juga harus dilepas dalam jangka waktu tertentu
hingga pengobatan selesai.
KERATITIS
Kornea adalah selaput bening mata yang dapat menembus cahaya, dan

10

merupakan jaringan penututp bola mata sebelah depan yang terdiri dari :5
1. Epitel, terdiri dari 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih
2. Membrane Bowman, merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur
seperti strorma.
3. Stroma, terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang
sejajar satu dengan yang lainnya.
4. Membrane descement, merupakan membrane aseluler, bersifat sangat
elastic.
5. Endotel, yang berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk
heksagonal.
Kornea disarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar
longus dan saraf nasosiliar. Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan
mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan
terjadi edema kornea.5
Keratitis merupakan suatu kondisi dimana kornea mata yang merupakan
bagian terdepan bola mata, mengalami peradangan. Keratitis dapat disebabkan oleh
infeksi maupun noninfeksi. Penyebab keratitis bermacam-macam. Bakteri, virus dan
jamur dapat menyebabkan keratitis. Penyebab paling sering adalah virus herpes
simplex, tipe I. Selain itu penyebab lain adalah, kekeringan pada mata, pajanan
terhadap cahaya yang sangat terang, benda asing yang masuk ke mata, reaksi alergi
atau mata yang terlalu sensitif terhadap kosmetik mata, debu, polusi atau bahan
iritatif lain dan penggunaan lensa kontak yang kurang baik.7
Tanda dan gejala keratitis diantara yaitu visus menurun, silau/ fotofobi,
lakrimasi/ sensasi benda asing, injeksi siliar, kornea edem dan terdapatnya infiltrat.5

Klasifikasi keratitis berdasarkan lokasi yaitu:8


1.Keratitis superfisial: meliputi epitel kornea, membrana Bowman, dan lapisan

11

superfisial stroma.
2. Keratitis interstitial: meliputi daerah stroma kornea.
3. Keratitis profunda: meliputi daerah stroma profunda dan membrana Descemet.
Klasifikasi keratitis secara berdasarkan etiologi yaitu:5,9
1. Keratitis bakterial. Dapat disebabkan oleh Staphylococcus, Pseudomonas, dan
Enterobactericea. Pengobatan antibiotika dapat diberikan pada keratitis bakterial dini.
Biasanya pengobatan dengan dasar: Gram (-) dengan Tobramisin, Gentamisin dan
Polimiksin, sedangkan Gram (+) dengan Cefazolin, Vancomycin, dan Basitrasin.
2. Keratitis Jamur. Biasanya terdapat riwayat trauma pada kornea oleh ranting pohon,
daun, dan bagian tumbuh-tumbuhan. Jamur yang dapat mengakibatkan keratitis yaitu
Fusarium, Cephalocepharium, dan Curvularia. Sekarang ini infeksi jamur bertambah
dengan pesat akibat pemakaian antibiotik dan kortikosteroid yang tidak tepat. Pada
mata akan terlihat infiltrat yang berhifa dan satelit bila terletak di dalam stroma, serta
feathery appearance. Diagnosis pasti dibuat dengan kerokan kornea dengan KOH
10%. Pasien dengan infeksi jamur diberikan terapi Natamisin 5% setiap 1-2 jam saat
bangun maupun dengan antijamur lain seperti Mikonazole, Amfoterisin, dan lainnya.
3. Keratitis Virus.

Infeksi Herpes Simpleks. Terdapat 2 bentuk yaitu epitelial dan stromal.


Epitelial dengan bentuk keratitis dendritik, yaitu keratitis superfisial yang
membentuk garis infiltrat pada kornea yang membentuk cabang. Gejalanya
sama dengan keratitis pada umumnya ditambah dengan adanya sensibilitas
kornea yang menurun. Antivirus yang dapat diberikan yaitu Idoksuridin 0.1%
diberikan setiap 1 jam atau acyclovir. Infeksi herpes simpleks di stroma
kornea terdapat dalam bentuk keratitis diskiformis, yaitu keratitis yang
membentuk kekeruhan infiltrat yang bulat atau lonjong di dalam jaringan

kornea.
Infeksi Herpes Zoster. Virus Herpes Zoster dapat memberikan infeksi pada
ganglion Gaseri saraf trigeminus. Bila yang terkena ganglion cabang oftalmik
maka akan terlihat gejala herpes zoster pada mata. Gejala ini tidak melampaui
12

garis median kepala. Terapi yang diberikan meliputi obat antiviral intravena
dan oral. Dosis oral Acyclovir adalah 800 mg 5 kali sehari selama 10-14 hari,
famciclovir 500 mg per 8 jam selama 7-10 hari. Terapi hendaknya dimulai 72
jam setelah timbulnya kemerahan.
4. Keratitis Acanthamoeba. Acanthamoeba adalah protozoa yang hidup bebas di
dalam air tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea
oleh Acanthamoeba biasanya dihubungkan dengan penggunaan lensa kontak luna,
termasuk lensa hidrogel silikon, atau lensa kontak rigid yang dipakai semalaman,
untuk memperbaikin kelainan refraksi. Gejala awal adalah rasa nyeri yang tidak
sebanding dengan temuan klinisnya, kemerahan, dan fotofobia. Debridement
epitel bisa bermanfaat pada tahap awal penyakit. Terapi dengan obat pada
umumnya dimulai dengan isethionate propamidine topikal secara intensif dan
salah satu dari polyhexamethilene biguanide dan tetes mata neomycin Forte.

ANALISIS KASUS
Pasien ini didiagnosis ODS Keratitis et causa Pemakaian Lensa Kontak dengan dasar
pemikiran sebagai berikut:
1. Anamnesis:

13

Mata kanan dan mata kiri pasien terasa perih, gatal, sedikit berair, terasa ada

yang mengganjal pada mata saat memakai dan setelah memakai lensa kontak.
Pasien dengan riwayat memakai lensa kontak jenis soft lens dengan masa
pakai 6 bulan selama 2 bulan, dan memakai lensa kontak setiap hari Senin
hingga Sabtu, 10 jam per hari.

2. Pemeriksaan Oftalmologis (ODS)

Palpebra superior: spasme (+)


Conjunctiva bulbi: injeksi silier (+) minimal, sekret (-)
Kornea: edema (+) minimal, erosi (+), infiltrat (+)
Tes fluoroscein (+)
Fundus refleks (+) suram

Pada kasus ini diberikan terapi


Cendo Ulcori ED 6 x 1 tetes ODS
Cendo Augentonic ED 4 x 1 tetes ODS
Vitamin A 6000 IU 1 x 1

DAFTAR PUSTAKA
1. American Optometric Association. From The AOA Contact Lens & Cornea
Section. 2006. Available from: http://www.aoa.org/x5179.xml/

14

2. Castenallos G. Contact Lens Induced Ulcer - Best Treatment Option. 2010.


Available from: http://www.aoa.org/documents/CLCS%20Research%20Paper%20by
%20Giannie%20Castellanos.pdf
3. Bartlett JD dkk. Keratitis - New Paradigms in the understanding and management
of keratitis. 2011.
4. Zhi ZYKZ. Keratitis Associated with Contact Lens. 2006.
5. Vaughan DG, Taylor A, Paul R. Oftalmologi Umum Edisi 14. Jakarta: Widya
Medika; 2000.
6. Gross E. B., Complications of Contact Lenses, In: Duanes Clinical
Ophthalmology. USA; 2003.
7. Kayser F.H, Bienz K.A, Eckert J, Zinkernagel R.M. Medical Microbiology.
Jerman; 2005.
8. Nema HV, Nema Nitin. Textbook of Ophthalmogy. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers; 2012.
9. Ilyas, Sidharta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FK UI;
2008.

15

Anda mungkin juga menyukai