Anda di halaman 1dari 4

Humanitarian Intervention

in World Politics
Group 6th

Introduction to International Relation Class A


Group 6th - [2015]

Definisi Intervensi Kemanusiaan


Oppenheim Lauterpacht mengatakan bahwa intervensi sebagai campur tangan secara diktator
oleh suatu negara terhadap urusan dalam negeri lainnya dengan maksud baik untuk memelihara atau
mengubah keadaan, situasi atau barang di negeri tersebut.1
Intervensi kemanusiaan adalah suatu tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh suatu negara atau
lembaga (kumpulan negara) untuk mencapuri urusan dalam negeri suatu negara (dengan atau tanpa
persetujuan negara yang diintervensi) dalam hal mengurangi tindak pelanggaran hak individu dan
kolektif.
Lalu apakah intervensi kemanusiaan ini melanggar kedaulatan suatu negar ? Hal tersebut akan
dijelaskan lebih jauh dalam bab selanjutnya.

Intervensi vs Kedaulatan
Banyak pertanyaan muncul apakah kegiatan intervensi melompati kedaulatan suatu negara. Pada
dasarnya hal tersebut tidak dapat dikatakan melanggar kedaulatan suatu negara karena ada beberapa hal
yang mendasari terjadinya intervensi kemanusiaan. J.G Starke mengatakan ada 4 hal, -yaitu :2
1.
2.
3.
4.

Intervensi kolektif yang ditentukan dalam Piagam PBB.


Untuk melindungi hak dan kepentingan, serta keselamatan warga negaranya di Negara lain.
Berhubungan dengan Negara protektorat atas dominionnya.
Jika Negara yang akan diintervensi dianggap telah melakukan pelanggaran berat atas hukum
internasional.

Intinya adalah, intervensi yang dilakukan suatu negara dibenarkan asalkan tidak melanggar Piagam
PBB pasal 2 (4) dan hal yang dilakukan oleh negara yang di intervensi tersebut melanggar hak asasi
manusia dan mengancam perdamaian dan keamanan dunia.

1 Huala Adolf, Aspek-Aspek negara dalam hukum internasional, cet ketiga, PT


RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 31.
2 J.G Starke, Pengantar Hukum Internasional, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 1988,
Hal.137.

Pada dasarnya Piagam PBB bukan melarang adanya intervensi, melainkan sebuah batasan agar sebuah
intervensi tidak melanggar kesatuan wilayah (territorial integrity), kebebasan politik (political
independence) dan tidak bertentangan dengan tujuan PBB.3
Intervensi, disamping tidak menjadi ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap integritas wilayah
atau kemerdekaan politik, juga harus mendapat izin atau tidak melanggar ketentuan-ketentuan dalam
Piagam PBB. Maka untuk ini suatu intervensi harus mendapat izin dari PBB melalui Dewan
Keamanan. Izin ini berbentuk rekomendasi yang berisikan pertimbangan-pertimbangan terhadap
keadaan yang menjadi alasan tindakan intervensi dan apakah intervensi itu diperlukan terhadap
keadaan-keadaan tersebut.4

Syarat Syarat dan Faktor yang mendorong suatu negara melakukan Intervensi
Kemanusiaan.
Pada dasarnya negara tidak semata mata melakukan tindakan intervensi atas dasar kemanusiaan tetapi
memiliki tujuan tertentu yang lebih kompleks. Negara akan mempertimbangkan apakah tindakan yang
akan mereka lakukan (Agresi militer maupun non-agresi) akan membawa keuntungan atau tidak. Jika
hal tersebut dirasakan tidak akan membawa keuntungan maka negara lebih memilih untuk diam.
Keuntungan yang dimaksudkan disini adalah kepentingan dari negara yang melakukan intervensi, bisa
dalam hal pengaruh politik, ekonomi ataupun hal lainnya. Dalam hal ini, penulis mengambil contoh
kasus intervensi kemanusiaan di Kosovo yang dilakukan oleh Amerika dalam mencapai
kepentingannya yang akan dijelaskan pada bagian akhir tulisan ini.

3 in any other manner inconsistent with the Purposes of the United Nations Menjaga
perdamaian dan keamanan dunia.
4 Bab VII Piagam PBB, Pasal 39, 41, dan 51

Daftar Pustaka
-

Alireza Hasani and Seyed Mehdi Hosseini, 2013, Study Humanitarian Intervention of the

Security Council, Damghan, Iran.


https://unic.un.org/aroundworld/unics/common/documents/publications/uncharter/jakarta_chart

er_bahasa.pdf, diakses pada tanggal 14 november 2015, pada pukul 13.45 WIB.
Indro Dwi haryono, Intervensi kemanusiaan dalam konflik kosovo, diakses pada tanggal 12

november 2015, pada pukul 15.03 WIB.


J.L Holzgrefe and Robert Keohane, 2003, Cambrige University-Humanitarian Intervention,

Port Melbourne, Australia


Laurie OConnor, 2010, Humanitarian In.tervention and the Crime of Aggression: The

Precarious Position of the Knights of Humanity, Dunedin, New Zealand.


Stephanie Dunnam, 2012, Wishful Thinking: In Search for a Comprehensive Understanding of
Humanitarian Intervention, Utrecht University.

Anda mungkin juga menyukai