IDENTITAS PASIEN
Nama
Tanggal lahir
Jenis Kelamin
Alamat
Nomor RM
Tanggal MRS
Ny. R
:
05-09-1974
Perempuan
RJ /2014
:
18 09 2014
(07.30 WITA)
II.
SUBJEKTIF
Anamnesis
KU
AT
menimbulkan
luka
yang
tidak
ada
riwayat
penyakit
yang
sama
dalam
keluarga.
Tidak ada riwayat merokok maupun minum alkohol.
Riwayat penyakit jantung, gondok, asam urat dan
penyakit ginjal disangkal.
III.
OBJEKTIF
A. Keadaan Umum
:sakit
sedang/gizi
baik/composmentis
B. Tanda Vital dan Antropometri
a. Tekanan darah : 140/80 mmHg
b. Nadi
: 72 x/menit, reguler
c. Pernapasan
: 18 x/menit,
Tipe :
Thorakoabdominal
d. Suhu
: 36, 8 C
e. BB
: 50 kg
f. TB
: 154 cm
g. IMT
: 21,09 Kg/m (normal)
C. Pemeriksaan Fisis
Kepala
o Ekspresi
: normal
o Simetris muka
: simetris kiri=kanan
o Deformitas : o Rambut
: hitam, lurus, sukar dicabut
Mata
o Eksoftalmus/enoftalmus
: -/o Gerakan
: dalam batas normal
o Tekanan bola mata
: tidak diperiksa
o Kelopak mata
: dalam batas normal
o Konjunctiva
: anemis -/o Kornea
: jernih
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Sklera
: ikterus -/Telinga
Pendengaran
: dalam batas normal
Tophi
: (-)
Nyeri tekan di proc. Mastoideus : (-)
Hidung
Perdarahan
: (-)
Sekret
: (-)
Mulut
Bibir : kering (-)
Gigi : normal, caries (-)
Gusi : normal, perdarahan (-)
Lidah : kotor (-)
Tonsil : T1-T1 hiperemis (-)
Faring
: hiperemis (-)
Leher
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran
DVS
: R-2 cmH2O
Pembuluh darah : tidak ada kelainan
Kaku kuduk
: (-)
Tumor
: (-)
Dada
Inspeksi
:
Bentuk
: Normochest,
pergerakan napas simetri s, kiri
sama
dengan kanan.
Pembuluh darah : tidak ada kelainan
Buah dada
: tidak ada kelainan
Paru
o Palpasi
Sela iga
: kiri=kanan
Fremittus raba : vocal fremitus kiri
sama
dengan kanan,
Nyeri tekan
: (-)
Massa tumor : (-)
o Perkusi
Paru kiri
: sonor
Paru kanan
: sonor
Batas paru hepar
: ICS VI Anterior Dextra
Auskultasi
Bunyi pernapasan
Bunyi tambahan
: vesikuler,
: RhRh-
Wh-
WhWh-
Wh
o
o
o
o
Jantung
Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: ictus cordis tidak teraba
Perkusi
: pekak, batas jantung kesan normal
Auskultasi : BJ I/II murni reguler, bising (-)
o
o
o
Perut
Inspeksi
: cembung, ikut gerak napas
Auskultasi : peristaltik (+), kesan normal
Palpasi
: NT (-), MT (-)
Hepar
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
Ginjal
: tidak teraba
o Perkusi
: timpani (+)
kanan.
Palpasi : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
Perkusi :
Batas paru belakang kanan : setinggi
vertebra Th.X
Batas paru belakang kiri
: setinggi
vertebra Th.XI
Nyeri ketok
: (-)
Auskultasi
: BP : vesikuler,
BT : Rh -/-,
Wh -/Alat Kelamin
: tidak diperiksa
Anus dan rektum : tidak diperiksa
Ekstremitas
: Tampak lesi pada digiti 1
pedis dekstra dengan ukuran 2 x 2 cm Hiperemis (+),
pus(+)
warna
putih
4
kekuningan,
jaringan
ASSESSMENT
KIMIA DARAH
18-09-2015
HASIL
NILAI
23,7 x 10 /L
3,22 x 106/L
12,7
37,7
512,000
RUJUKAN
4-10 x103/L
4-6 x 106/L
12-16 g/dl
37-48
150-400
MCV
MCH
MCHC
GDS
83 fL
27,1
32,8 g/dl
564 mg/dl
103/L
80-97 fL
26,5-33,5 pg
31,5-35,0 g/dl
80-140 mg/dl
SGOT
SGPT
UREUM
CREATININE
40
18
31 l
0,9 l
<38
<41
10-50 l
L
(<1,3)
KOLESTEROL
148 mg/dl
(<1,1)
<200 mg/dl
WBC
RBC
HGB
HCT
PLT
TOTAL
FOTO
PEDIS
DEXTRA
batas normal
Mineralisasi tulang dalam batas normal
Soft tissue sekitarnya swelling
AP/LATERAL
21-09-2015
KESAN :
D. Penatalaksanaan Awal
Diet DM 1700 kcal/hari
IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
Injeksi Ceftriaxone 2gr/24jam/iv
Injeksi Ciprofloxacin 0,2 gr/12jam/intravena
Injeksi Metronidazole 0,5gr/8jam/iv
injeksi insulin
o Novorapid 8-8-8 IU/SC
o Lantus 0-0-10 IV/SC
Rawat luka pagi
Amlodipine 10 mg 1-0-0
E. Rencana Pemeriksaan
-
GDP
Foto pedis AP/lateral
Follow Up
TANGGAL
PERJALANAN PENYAKIT
INSTRUKSI
DOKTER
21-
23/8/15
S:
T
130/80
Diet
1700kkal/hari
injeksi
ceftriaxone
O : SS/GC/CM
DM
mmHg
Kepala
gr/24
N = 88 x/i
Leher
: MT(-), NT (-)
P = 24 x/i,
Thorax
jam/intravena
injeksi
VF-simetris.
BP-
ciprofloxacin
S = 36.7 vesikuler . Rh
C
gr/12jam/intrave
-/-, Wh -/- ,
Cor
Abdomen
0,5
pedis
24/09/15
T
= S:
150/80
(bila demam)
Novorapid 8-8-8
unit/SC
Lantus
unit/SC
-amlodipine
O : SS/GC/CM
N = 80 x/i
Kepala
P = 22 x/i,
Leher
: MT(-), NT (-)
Diet
1700kkal/hari
injeksi
ceftriaxone
mmHg
S = 36.6 Thorax
VF-simetris.
Abdomen
DM
jam/intravena
Amlodipine
10
mg 1-0-0
Amlodipine
-/-, Wh -/- ,
: BJ I/II murni regular
gr/24
BP-
vesikuler . Rh
Cor
0-0-10
mg/24 jam/oral
jam/oral
na
paracetamol 500
mg/8
gram/8
jam/8jam/intrave
na
injeksi
metronidazole
normal
regio
0,2
mg 1-0-0
-
injeksi
metronidazole
10
normal
0,5
H/L ttb. Ascites (-)
jam/8jam/intrave
plantar
pedis
pedis -
Kaki
diabetik
dextra
wagner IV
2. DM tipe 2 non obese
3. Hipertensi on treatment
na
paracetamol 500
mg/8
gram/8
jam/oral
(bila demam)
rawat luka
Novorapid 8-8-8
unit/SC
levemir
unit/SC
-amlodipine
mg/24 jam/oral
Monitor:
Rawat luka/hari
0-0-10
5
25/09/15
T
150/80
mmHg
O : SS/GC/CM
N = 80 x/i
Kepala
P = 22 x/i
Leher
: MT(-), NT (-)
S= 36,6
Thorax
VF
Diet
1700kkal/hari
injeksi
ceftriaxone
simetris, BP: -
jam/intravena
injeksi
ciprofloxacin
Rh -/-, Wh -/- ,
:
0,2
gr/12jam/intrave
Abdomen
gr/24
vesikuler .
Cor
DM
na
injeksi
metronidazole
normal
0,5
jam/8jam/intrave
plantar
pedis
pedis -
jam/oral
(bila demam)
rawat luka
Novorapid 8-8-8
unit/SC
lantus
unitr/SC
-amlodipine
A.
1. Kaki diabetik dextra wagner
IV
2. DM tipe 2 non obese
3. Hipertensi on treatment
na
paracetamol 500
mg/8
gram/8
0-0-10
5
mg/24 jam/oral
Monitor:
GDP
Rawat luka/hari
Planning: Konsul
Bedah
RESUME
10
tertusuk
benda
kecil
dan
tajam.
Namun
pasien
11
DISKUSI
Pasien ini masuk rumah sakit dengan keluhan luka pada
telapak kaki kanan. Dialami sejak 2 minggu yang lalu, Luka
terjadi karena tertusuk benda kecil dan tajam. Namun pasien
menghiraukannya hingga lama-kelamaan menimbulkan luka
yang tidak kunjung sembuh disertai ada bengkak, tidak ada
nyeri, kemerahan, berbau dan pus.
Pada pemeriksaan status gizi IMT pasien tersebut 21,09
kg/m2 yang digolongkan dalam kategori normal. Dari hasil
anamnesis didapatkan riwayat DM dan hipertensi namun tidak
berobat teratur. Dari pernyataan tersebut alur pikir menjadi
terarah pada kaki diabetik. Kaki diabetik terutama terjadi pada
penderita DM yang telah menderita 6 bulan atau lebih, terutama
bila
kadar
glukosa
darah
tidak
terkendali,
Sebab
akan
menjadi
vaskulopati
menurunnya
dan
sirkulasi
neuropati
darah
dan
yang
adanya
12
aliran
lamellar
berubah
menjadi
turbulen
yang
penatalaksanaan
yang
diberikan
utamanya
positif,
gram
negatif
maupun
anaerob,
pemberian
13
insulin
)atau
kerja
panjang
(long-acting
insulin
dan
pengontrolan
gula
darah.
Hal
lain
yang
perlu
14
TINJAUAN PUSTAKA
A PENDAHULUAN
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan
metabolik yang ditandai dengan adanya hiperglikemia yang
disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin, atau
keduanya.1
15
sel
dan
semua
tingkatan
anatomik.
Manifestasi
kaki,
yang
kemudian
dapat
berkembang
menjadi
ulkus/gangren diabetik.1
Kaki diabetik adalah segala bentuk kelainan yang terjadi
pada kaki yang disebabkan oleh diabetes mellitus. Faktor utama
yang mempengaruhi terbentuknya kaki diabetik merupakan
kombinasi neuropati otonom dan neuropati somatik, insufisiensi
vaskuler, serta infek rsi.
16
DM
selalu
menyangkut
kaki
diabetik.
Angka
kematian dan angka amputasi masih sangat besar, masingmasing 16% dan 25% (data RSUPNCM tahun 2003). Nasib para
penyandang DM pasca amputasi pun masih sangat buruk.
Sebanyak
14,3%
akan
meninggal
dalam
setahun
pasca
17
Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi daya tahan jaringan terhadap
trauma seperti kelainan makrovaskuler dan mikrovaskuler,
jenis kelamin, merokok, dan neuropati otonom. Faktor yang
meningkatkan kemungkinan terkena trauma seperti neuropati
motorik,
neuropati
sensorik,
limited
joint
mobility,
dan
Faktor presipitasi
Perlukaan di kulit (jamur).
Trauma.
Tekanan berkepanjangan pada tumit saat berbaring lama.
D PATOFISIOLOGI
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada
penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan
kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati
sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan
berbagai perubahan pada kulit
kurang
juga
akan
lebih
18
lanjut
menambah rumitnya
1 Vaskulopati
Pada pembuluh darah, akibat komplikasi DM terjadi
ketidakrataan permukaan lapisan dalam arteri sehingga aliran
lamelar berubah menjadi turbulen yang berakibat pada
mudahnya terbentuk trombus. Pada stadium lanjut seluruh
lumen arteri akan tersumbat dan manakala aliran kolateral
tidak cukup, akan terjadi iskemia dan bahkan gangren yang
luas.3
Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM
antara lain berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh
darah perifer yang terutama sering terjadi pada tungkai
bawah. Pada penderita muda, pembuluh darah yang paling
awal mengalami angiopati adalah arteri tibialis. Kelainan arteri
akibat diabetes juga sering mengenai bagian distal dari arteri
femoralis profunda, arteri poplitea, arteri tibialis dan arteri
digitalis pedis. Akibatnya perfusi jaringan distal dari tungkai
menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat
19
viskositas
membrana
darah
basalis
dan
serta
fungsi
trombosit,
penurunan
produksi
prostaglandin.
Hiperglikemia
akibat
gangguan
meningkatkan
keseimbangan
aktivasi
PKC
NO
dan
intraselular
terjadi neovaskularisasi.
Hiperglikemia akan meningkatkan sintesis diacylglycerol
(DAG) melalui jalur glikolitik. Peningkatan kadar DAG akan
meningkatkan
aktivitas
PKC.
Baik
DAG
maupun
PKC
20
terjadinya
stres
oksidatif
dan
peningkatan
oxidized
yang
lebih
peningkatan
bersifat
kadar
asam
aterogenik.
lemak
Di
bebas
samping
dan
itu
keadaan
protein.
Hiperglikemia akan disertai dengan tendensi protrombotik
dan agregasi platelet. Keadaan ini berhubungan dengan
beberapa faktor antara lain penurunan produksi NO dan
penurunan aktivitas fibrinolitik akibat peningkatan kadar PAI1. Di samping itu, pada DM tipe 2 terjadi peningkatan
aktivitas koagulasi akibat pengaruh berbagai faktor seperti
pembentukan advanced glycosylation end products (AGEs)
dengan
disfungsi
endotel,
namun
aktivasi
dari
sel-sel
endotel
sehingga
akan
terjadi
disfungsi endotel.
Proses angiopati menyebabkan sumbatan arteri yang
berlangsung secara kronik hingga menimbulkan gejala klinik
yang menurut Fontaine dibagi menjadi stadium sebagai
berikut: I. rasa kram/kebal, II. claudicatio intermitten, III.
resting pain, IV. iskemia/infark dan/atau gangren.3
2 Neuropati
Gangguan mikrosirkulasi dan neuropati punya hubungan
yang erat dengan patogenesis kaki diabetik. Neuropati diabetik
pada fase awal menyerang saraf halus terutama di ujungujung kaki. Hal ini disebut sebagai fenomena dying back, di
mana ada teori yang menyatakan bahwa semakin panjang
saraf maka semakin rentan untuk diserang. Jadi dibandingkan
21
metabolik
sel-sel
Schwann
dan
menyebabkan
saraf-saraf
perifer
(mononeuropati
dan
sistem
saraf
keterlambatan
gastroparesis,
hipotensi
otonom
dapat
pengosongan
postural,
dan
disertai
diare
lambung
dengan
impotensi.
Pasien
katekolamin
terhadap
hipoglikemia
22
dan
tidak
Kerusakan saraf motorik akan menyebabkan atrofi otototot intrinsik yang menimbulkan kelemahan pada kaki dan
keterbatasan gerak sendi akibat akumulasi kolagen di
bawah
dermis
hingga
terjadi
kekakuan
periartikuler.
disolusi,
fragmentasi,
dan
fraktur
pada
persendian tarsometatarsal.
3 Terjadi fraktur dan kolaps persendian.
4 Timbul ulserasi plantaris pedis.
b Neuropati sensorik
Kehilangan fungsi sensorik menyebabkan penderita
kehilangan
daya
kewaspadaan
proteksi
kaki
terhadap
untuk
meningkatkan
reaksi
pertahanan
dan
cara
mengubah
posisi
kaki
untuk
mencegah
23
saraf
sensorik
(karena
gangguan
pengantaran
sudah
tahap
lanjut
dan
dapat
membahayakan
keselamatan pasien.3
Berbagai macam mekanisme terjadinya luka dapat
terjadi pada pasien DM, seperti:3
1 Tekanan
rendah
tetapi
terus
menerus
dan
kaki diabetik
gangguan saraf
otonom yang
produksi
keringat
berkurang
atau
tidak
ada,
memudahkan
infeksi
lalu
selanjutnya
timbul
mengenai
tulang.
Akibatnya
terjadi
osteomielitis
terbentuk
gangren
yang
selanjutnya
merupakan
diabetes
lingkungan
akan
gula
mengalami
darah
yang
infeksi
akibat
subur
untuk
menyebabkan
imunologi.
Sebagaimana
25
diketahui,
dalam
E KLASIFIKASI
1 Klasifikasi
Edmonds
(Kings
College
London, 2004-2005)1
Stage 1: Normal Foot
Stage 2: High Risk Foot
Stage 3: Ulcerated Foot
Stage 4: Infected Foot
Stage 5: Necrotic Foot
Stage 6: Unsalvable Foot.
2 Klasifikasi Liverpool1
Klasifikasi primer:
Vaskular
Neuropati
Neuroiskemik
Klasifikasi sekunder:
Tukak sederhana, tanpa komplikasi
Tukak dengan komplikasi
3 Klasifikasi Wagner1
Wagner 0: Kulit intak/utuh
Wagner 1: Tukak superfisial
Wagner 2: Tukak dalam (sampai tendo, tulang)
Wagner 3: Tukak dalam dengan infeksi
26
Hospital,
4 Klasifikasi Texas1
Stadi
um
Tingkat
0
Tanpa
1
Luka
2
Luka
pasca
3
Luka
sampai
sampai
tulang/sen
di
Infeksi------------------------------------------------------Dengan
Iskemia----------------------------------------------Dengan
Infeksi
dan
Impaired
None
Perfusion
3
Size/Extent in mm2
Tissue
1
Loss/Depth
than dermis
Deep ulcer, below dermis, involving
subcutaneous
structures,
fascia,
muscle, or tendon
All
subsequent
layers
of
the
foot
Infection
tissue only
Erythema > 2 cm or infection involving
subcutaneous structure(s).
Impaired
Hypotension, azotemia
Absent
Sensation
Present
F PENATALAKSANAAN
1 Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi pencegahan terjadinya kaki
diabetik dan terjadinya ulkus, bertujuan untuk mencegah
timbulnya perlukaan pada kulit. Pencegahan primer ini juga
merupakan suatu upaya edukasi kepada para penyandang DM
baik yang belum terkena kaki diabetik, maupun penderita kaki
diabetik untuk mencegah timbulnya luka lain pada kulit.1
Keadaan kaki penyandang DM digolongkan berdasarkna
risiko terjadinya dan risiko besarnya masalah yang mungkin
timbul.
Penggolongan
kaki
diabetik
berdasarkan
risiko
28
Pengelolaan
kaki
diabetik
terutama
ditujukan
untuk
Untuk
kaki
yang
insensitif,
kategori
alas
kaki
risiko
perlu
alas
penyebaran
kaki
tekanan
yang
pada
dipakai,
kaki.
untuk
Untuk
meratakan
kasus
dengan
akan
dibahas
lebih
lanjut
pada
upaya
pencegahan sekunder.1
2 Pencegahan Sekunder
Dalam pengelolaan kaki diabetik, kerja sama multidisipliner sangat diperlukan. Berbagai hal yang harus ditangani
dengan baik agar diperoleh hasil pengelolaan yang maksimal
dapat digolongkan sebagai berikut, dan semuanya harus
dikelola bersama.
a Mechanical control (pressure control)
Kaki diabetik terjadi oleh karena adanya perubahan
weight-bearing area pada plantar pedis. Daerah-daerah yang
mendapat tekanan lebih besar tersebut akan rentan terhadap
timbulnya luka. Berbagai cara untuk mencapai keadaan
weight-bearing
dapat
dilakukan
antara
lain
dengan
Berbagai
mengurangi
cara
surgikal
tekanan
juga
pada
dapat
luka,
dipakai
seperti
untuk
dekompresi
Achilles
tendon
lengthening,
dan
partial
pasien
datang
calcanectomy).1
b Wound control
Perawatan
luka
sejak
pertama
kali
demikian
akan
sangat
mengurangi
produksi
terapi
topical
dapat
dimanfaatkan
untuk
non
surgikal
dapat
dimanfaatkan
untuk
proses
luka
inflamasi
tidak
akan
masih
beranjak
ada,
proses
pada
proses
30
kuman
Gram
positif
dan
negatif
(misalnya
terhadap
kuman
anaerob
(misalnya
metronidazol).1
d Vascular control
Keadaan vaskular yang buruk tentu akan menghambat
kesembuhan luka. Berbagai langkah diagnostik dan terapi
dapat
dikerjakan
sesuai
keadaan
dan
kondisi
pasien.
poplitea,
dan
arteri
femoralis,
serta
pengukuran
dengan
cara
noninvasif
maupun
invasif
dan
toe
pressure,
TcPO2,
31
dan
pemeriksaan
echo
faktor
risiko
terkait
aterosklerosis
yang
jelas
dikatakan
bermanfaat,
akan
pemakaian
obat
secara
rutin
guna
dianjurkan.
diperlukan
Sebelum
pemeriksaan
tindakan
angiografi
untuk
revaskularisasi,
mendapatkan
32
kaki
diabetik
sebagai
terapi
adjuvant.
Walaupun
secara
rutin
pada
pengelolaan
umum
kaki
diabetik.1
e Metabolic control
Pengolahan DM dimulai dengan pengaturan makanan
dan latihan jasmani selama beebrapa waktu (2-4 minggu).
Bila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan
intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO)
dan atau injeksi insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat
diindikasikan secara tunggal atau kombinasi, sesuai indikasi.
Dalam keadaan dekompensasi metabolic berat, misalnya
ketoasidosis, stress berat, berat badan yang menurun dengan
cepat, dan adanya ketonuria, insulin dapat diberikan secara
segera.1
Seperti halnya penatalaksanaan DM, kontrol glukosa
harian (GDS premeal dan GDP) sangat penting untuk
mengamati
efektifitas
terapi
yang
diberikan.
American
33
darah
yang
disarankan.
Status
nutrisi
harus
34
Educational Control
Edukasi sangat penting untuk semua tahap pengelolaan
Faktor kedua
mellitus
dan
pencegahan
komplikasinya
serta
dengan
rendahnya
35
respon
imun
sehingga
DAFTAR PUSTAKA
1 Waspadji S. Kaki Diabetes. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, et al (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi
V. Jakarta: FKUI, 2010: h. 1961-6.
2 American Diabetes Association. Standards of Medical Care in
Diabetes. Diabetes Care, Volume 34, Supplement 1.2011.
3 Soetjahjo A. Peranan Neuropati Diabetik. Dalam: Majalah
Kedokteran Andalas Vol. 22 No. 1. Juni 1998, h. 2-10.
4 Katsilambros,. Atlas of the diabetic foot. John Wiley & Sons
Ltd. 2003
5 Shahab A. Komplikasi Kronik DM Penyakit Jantung Koroner.
Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al (eds). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: FKUI, 2010: h.
1937-9.
6 Schteingart DE. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan Diabetes
Mellitus. Dalam: Price SA & Wilson LM (eds). Patofisiologi:
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta:
EGC, 2006: h. 1259-74.
7 Cheng dan Zinman. Tim Konsensus Insulin: Petunjuk Praktis
Terapi Insulin pada Pasien Diabetes Melitus. 2005: h.12
36