Anda di halaman 1dari 86

Algri Wijaya

405070108

Kejahatan Seksual
KUHP bab XIV mengatur tentang Kejahatan terhadap Kesusilaan
yang di dalamnya tercakup Kejahatan Seksual.
Dari 25 buah Pasal dalam bab ini , 15 buah pasal mengatur tentang
Kejahatan Seksual dan jika diperinci lebih lanjut , maka bagian
terbesar mengatur hubungan lelaki-perempuan yang dilarang.
Homoseksualitas yang dilarang merupakan bagian kecil saja
Timbulnya banyak Kejahatan seksual merupakan efek sampingan
(side effect) dari perubahan masyarakat agraris pertukangan
(agrarisch-ambachtelijk) menjadi masyarakat industri industri
/modern seperti yang kita alami sekarang
Sebagian dari Kejahatan Seksual ini memerlukan pemeriksaan
dokter terhadap sikorban untuk membantu menerangkan
perkaranya, yaitu dimana telah terjadi persetubuhan (sexual
intercourse)
Perbuatan cabul (ontuchtige handeling) seperti mencium, merabaraba alat kelamin atau buah dada dsb, tidak mungkin dibantu oleh
pemeriksaan dokter , oleh karena tidak akan ditemukan bekasbekasnya

Oleh Karena norma kesusilaan tidak pernah bersifat universal


maupun abadi , maka pemeriksaan pemeriksaan oleh dokter
perlu disesuaikan dengan bunyi pasal-pasal dalam KUHP
Adapun Pasal-pasal KUHP yang berhubungan dengan ini adalah :
Pasal 284 :
1. Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 9 bulan :
a. Laki-laki yang beristeri yang berzinah sedang diketahuinya
bahwa pasal 27 Kitab Undang-undang Hukum perdata berlaku
baginya
b. Perempuan yang bersuami yang berzinah
2. a. Laki-laki yang turut melakukan perbuatan itu , sedang
diketahuinya bahwa yang turut bersalah itu bersuami;
3. b. Perempuan yg tidak bersuami yg turut melakukan perbuatan
itu, padahal diketahuinya bahwa yang turut bersalah itu beristeri
dan pasal 27 KUHPerdata berlaku bagi yang turut bersalah itu

2. Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan suami atau


isteri yang terhina dan dalam hal bagi suami-isteri itu
berlaku pasal 27 KUHPerdata, jika dalam waktu 3 bulan
sesudah pengaduan itu ia memasukan permitaan untuk
bercerai atau pisah meja dan ranjang karena alasan itu juga
3. Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72,73 dan 75
4. Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan
dalam sidang pengadilan belum dimulai
5. Jika bagi suami-isteri itu berlaku pasal 27 Kitab
KUHPerdata , pengaduan tidak di indahkan selama
perkawinan belum diputuskan karena perceraian atau
sebelum putusan yang menyatakan pisah-meja dan ranjang
menjadi tetap
Yang perlu diperiksa oleh dokter thd si wanita :
- Adanya persetubuhan

Pasal 285
Barangsiapa dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan memaksa seorang
perempuan bersetubuh dengan dia di luar
perkawinan, karena perkosaan dipidana
dengan pidana penjara selama-lamanya 12
tahun
Yang perlu diperksa oleh dokter terhadap si
wanita :
- adanya persetubuhan
- adanya tanda-tanda kekerasan
- Adanya tanda-tanda bekas pingsan atau
tidak berdaya (lihat catatan pada pasal 286)

Pasal 286
Barangsiapa bersetubuh dengan seseorang perempuan
di luar perkawinan , padahal diketahuinya bahwa
perempuan itu dalam keadaan pingsan atau berdaya ,
dipidana dengan penjara selama-lamanya 9 tahun
Yang perlu diperiksa oleh dokter terhadap si wanita :
- Adanya persetubuhan
- Adanya tanda-tanda bekas pingsan atau tidak berdaya
Catatan :
Jika menjadi pingsan atau tidak berdaya itu dilakukan oleh
si lelaki , maka kejadian ini menjadi suatu
perkosaan(pasal 285),mengingat bunyi KUHP pasal 89 :
Disamakan dengan melakukan kekerasan ilaha membuat
seseorang menjadi pingsan atau tidak berdaya

Pasal 287
1.

Barangsiapa bersetubuh dengan seorang perempuan diluar perkawinan,


padahal diketahuinya atau patut diduganya, bahwa umur orang perempuan
itu belum cukup 15 tahun atau jika umurnya tidak jelas , bahwa orang
perempuan itu belum pantas untuk dikawin , dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya 9 tahun
2.
Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan , kecuali jika umur orang
perempuan itu belum cukup 12 tahun atau jika ada salah satu hal
berdasarkan pasal 291 dan pasal 294
Yang perlu diperiksa oleh dokter terhadap si wanita :
Adanya persetubuhan
Umur si wanita (15 tahun , 12 tahun)
Jika tidak jelas 15 tahun , apakah sudah pantas untuk dikawin
Adanya luka berat(sehubungan dengan pasal 291)
Catatan :
KUHP Belanda memakai batas umur 16 tahun. Untuk Indonesia diturunkan menjadi
15 tahun dengan alasan , bahwa didaerah tropik anak perempuan lebih cepat
mendapat menstruasi
Walaupun persetubuhan itu dilakukan atas dasar suka sama suka , namun
persetujuan si wanita itu dianggap tidak sah menurut hukum
Disini terjadi diskongruensi , karena persetujuan memerlukan kematangan psikis ,
sedangkan menstruasi menandakan kematangan fisik, yaitu sudah dapat
/mungkin menjadi hamil .

Pasal 288
1. Barangsiapa dalam perkawinan bersetubuh
dengan seorang perempuan yang diketahuinya atau
patut dapat diduganya , bahwa orang perempuan itu
belum pantas untuk dikawin, dipidana dengan pidana
penjara selama-lamanya 4 tahun , jika perbuatan itu
mengakibatkan luka.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan luka berat ,
dijatuhkan pidana selama-lamanya 8 tahun
3. Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian ,
dijatuhkan pidana penjara selama-lamanya 12 tahun
Yang perlu diperiksa oleh dokter terhadap si wanita :
- Adanya persetubuhan
- Adanya luka atau luka berat
- Apakah sudah pantas untuk di kawin

Pasal 291
1. Jika salah satu kejahatan yang
terangkan dalam pasal 286, 287,289 dan
290 itu mengakibatkan luka berat
dijatuhkan pidana penjara selamalamanya 12 tahun
2. Jika salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 285 ,
286,287,289 dan 290 ini mengakibatkan
kematian , dijatuhkan pidana penjara
selama-lamanya 15 tahun

Pasal 293
1. Barangsiapa dengan memberi atau menjajikan uang atau
barang , menyalah gunakan perbawa timbul dari hubungan
keadaan, atau dengan penyesatan sengaja menggerakan
seorang belum dewasa dan tidak cacat tingkah lakunya untuk
melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul dengan
dia padahal tentang belum kedewasaannya diketahuinya atau
patut dapat diduganya , dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya 15 tahun
2. Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan orang yang
terhadap dirinya dilakukan kejahatan itu
3. Tenggang waktu tersebut dalam pasal 74 bagi pengaduan
adalah masing-masing 9 bulan dan 12 bulan
Yang perlu diperiksa oleh dokter thd si wanita :
- Adanya persetubuhan (walaupun pasal ini hanya mensyaratkan
perbuatan cabul , dalam praktejnya dilakukan juga
persetubuhan)
- Umur 21 tahun (menurut Staatsblad 1931 No. 54 dewasa dalam
hukum berarti genap 21 tahun atau sudah /pernah kawin)

Pasal 294
1. Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya ,
anak tirinya , anak angkatnya, anak di bawah
pengawasannya yang belum dewasa , atau dengan orang
yang belum dewasa yang pemeliharaannya , pendidikan atau
penjagaanya diserahkan kepadanya atau dengan bujangnya
atau bawahnnya yang belum dewasa, dipidana dengan
pidana penjara selama-lamanya 7 tahun
2. Dipidana denga pidana yang sama :
1. Pejabat yg melakukan perbuatan cabul dengan orang yg
karena jabatan adalah bawahannya, atau dengan orang yang
penjagaannya dipercayakan atau diserahkan kepadanya
2. Pengurus , dokter, guru, pegawai, pengawas atau pesuruh
dalam penjara , tempat pekerjaan negara , tempat
pendidikan ,
rumah piatu , rumah sakit , rumah sakit
jiwa , atau lembaga
sosial , yang melakukan perbuatan
cabul dengan orang yang
dimasukan ke dalamnya
Yang perlu diperiksa oleh dokter terhadap si wanita :
Sama dengan pasal 293

Kejahatan Seksual
Dengan demikian pemeriksaan 2 yg perlul
dilakukan oleh dokter terhadap si wanita
dapat diringkas dalam bagan :
I. Persetubuhan (pasal
284,285,287,288,293,294)
II.Luka/kekerasan(pasal 285,288)
III.Luka Berat (pasal 286,287,288)
IV.Pingsan / tidak berdaya (pasal 285,286)
V.Umur (pasal 287 , 293 , 294)
VI.Belum pantas untuk dikawin (pasal 287,288)

I. Persetubuhan
Persetubuhan dalam arti biologis adalah suatu
perbuatan yang memungkin terjadinya kehamilan
(untuk prokreasi) , sehingga harus terjadi :
Erectio penis
Penetratio penis ke dalam vagina
Ejaculatio dalam vagina
Jika ketiga unsur ini disyaratkan oleh hukum ,
maka ejaculatio dalam vagina dengan mudah
dapat ditiadakan , misalnya dengan kondom atau
coitus interruptus.
Oleh karena itu , maka ilmu hukum hanya
mengharuskan adanya suatu penetratio penis ke
dalam vagina
Kepustakaan Inggris menentukan : the slightest
penetration is enough to constitute sexual
intercourse, sedangkan kepustakaan Jerman lebih
memperinci, yaitu penis telah melewati batas
depan vagina (Scheidenvorhof = introitus vaginae)

Sayangnya kejadian demikian sulit sekali


dibutuhkan dengan ilmu kedokteran , karena
bekas-bekasnya sangat tidak jelas
Oleh karena itu dokter baru dapat membuktikan
adanya suatu persetubuhan , jika penetratio itu
cukup dalam
Untuk keperluan ini kita membagi para wanita
dalam 2 golongan :
1. Yang belum pernah bersetubuh (masih
perawan)
Pendapat yg masih hidup dalam masyarakat itu
mengatakan , bahwa pada persetubuhan yg
pertama hymen (selaput dara) akan robek dan
mengeluarkan darah.
Pendapat ini tidak seluruhnya benar , oleh karena
robek tidaknya hymen itu tergantung dari :
1. Bentuk hymen
2. Elastisitas hymen

2. Yang sudah pernah bersetubuh


Pada umumnya disini sudah tidak
dipersoalkan lagi robeknya hymen, tapi
adakalanya terjadi robekan baru pada
wanita yang belum pernah melahirkan
anak , misalnya penis si pemerkosa
sangat besar .
Oleh karena pemeriksaan terhadap hymen ,
terutamapada wanita yang sudah pernah
melakukan persetubuhan , tidak memberi
hasil yang pasti , maka walaupun tidak
disyaratkan oleh hukum, dokter
memeriksa ada tidaknya ejaculatio dalam
vagina dengan mencari spermatozoa
dalam sediaan hapus cairan dalam vagina
(vaginal swab) tanpa pewarnaan.

Sebagai hasil pemeriksaan ini terdapat 2 kemungkinan :


A.Tidak ditemukan spermatozoa
hal ini mungkin disebabkan oleh :
a. Memang tidak ada persetubuhan
b. Ada persetubuhan , tapi :
i. Si lelaki mandul (a- atau oligospermia , vasektomi)
ii. Sengaja dicegah (kondom , coitus interruptus)
B. Ditemukan spermatozoa
a. Dalam keadaan hidup
Untuk berapa lama spermatozoa dapat bertahan hidup
dalam vagina , masih belum ada kata final.
Ada yang mengatakan hanya untuk beberapa jam , tapi ada
pula yang mengatakan sampai lebih dari 100 jam.
Jika di ambil tghnya , dapatlah dikatakan bahwa spermatozoa
itu dapt bertahan hidup dalam vagina selama 3x24 jam
b. Dalam keadaan mati
Hal yg sama dengan di atas , terdapat juga disini. Ada yang
mengatakan bahwa spermatozoa dalam bentuk utuh hanya
dapat bertahan untuk beberapa hari saja , tapi ada pula
yang menemukannya sampai lebih dari 17 hari.
Oleh karenanya dengan aman dapat kita katakan , bahwa
bentuk mati spermatozoa masih dapat ditemukan selama
7x24 jam.

II.Luka Kekerasan
Pada umumnya luka/kekerasan ini tidak sulit
ditemukan oleh dokter.
Muka, leher , buah dada, bagian dalam paha
dan sekitar alat kelamin merupakan tempattempat yang perlu diperhatikan
Yang dapat menjadi persoalan ialah , apakah
luka-luka itu bukan-nya dibuat oleh si wanita
sendiri dengan tujuan pemerasan
Mungkin juga dapat ditemukan bekas gigitan,
misalnya pada buah dada dan bekas ini dapat
diselidiki lebih lanjut oleh ahli di bidang
odontologi forensik

III. Luka Berat


Jika ditemukan luka-luka , maka perlu
ditentukan apakah termasuk yang
disebut dalam KUHP pasal 90 atau
tidak

IV. Pingsan / tidak berdaya


Keadaan ini sering disebabkan oleh obat
bius/tidur/ penenang. Perlu diambil contoh
darah untuk diperiksakan ke laboratorium
untuk menentukan kadar obat itu dan harus
dilakukan secepat-cepatnya. Dapat juga
diambil urine untuk bahan pemeriksaan
Dalam hal keadaan itu disebabkan oleh
penyakit (epilepsi=ayan) , maka dokter
dapat menentukan bahwa memang benar si
wanita itu menderita penyakit tersebut, tapi
tidak dapat menentukan kapan ia
mendapat serangannya

V.Umur
Memang ada patokan2 biologis pada umur sekitar
12 tahun sampai 25 tahun seperti :
1. Tumbuhnya gigi2 tertentu (geraham depan,geraham
bungsu)
2. Tanda-tanda seks sekunder (buah dada,rambut
kemaluan)
3. Inti pertumbuhan pada tulang2 panjang
Tapi patokan ini sangat kasar dan kesalahannya
mungkin sampai 2 tahun ke atas atau kebawah
Dengan demikian patokan-patokan ini tidak mungkin
dipakai untuk keperluan kita ini
Penentuan umur paling tepat ialah dengan adanya
Akte Kelahiran , tapi sayangnya sebagian anggota
masyarakat kita tidak memiliki akte ini.

VI. Pantas Untuk dikawin


Dilihat dari sudah pernah haid atau
belum

VISUM ET
REPERTUM

Adalah laporan tertulis untuk Justisi yg


dibuat o/ dokter atas sumpah, ttg segala
sesuatu yg diamati (terutama yg dilihat dan
ditemukan) pada benda yg diperiksa
berdasarkan pengetahuan sebaik-baiknya.
( Visum = dilihat, Repertum = ditemukan )

SUMPAH
Asertoris menyatakan (pasal 242)
Sbg saksi
Sbg ahli
Pronisoris berjanji (hukum prinsip)
Menjadi warga negara
Jabatan / pekerjaan

SUMPAH PALSU DAN


KETERANGAN PALSU
Pasal 242
(1) Barang siapa dalam keadaan di mana undang-undang
menentukan supaya memberi keterangan di atas sumpah
atau mengadakan akibat hukum kepada keterangan yang
demikian, dengan sengaja memberi keterangan palsu di
atas sumpah, baik dengan lisan atau tulisan, secara
pribadi maupun oleh kuasanya yang khusus ditunjuk untuk
itu, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
(2) Jika keterangan palsu di atas sumpah diberikan dalam
perkara pidana dan merugikan terdakwa atau tersangka,
yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling
lama sembilan tahun.
(3) Disamakan dengan sumpah adalah janji atau
penguatan diharuskan menurut aturan-aturan umum atau
yang menjadi pengganti sumpah.
(4) Pidana pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No. 1 - 4
dapat dijatuhkan.

MAKSUD DAN TUJUAN


PEMBUATAN
Maksud salah satu barang bukti (corpus
delicti) yg sah di pengadilan karena barang
buktinya sendiri telah berubah pada saat
persidangan berlangsung. Jadi VeR
merupakan barang bukti yang sah karena
termasuk surat sah sesuai dengan KUHP
pasal 184
Ada 5 barang bukti yang sah menurut KUHP
pasal 184, yaitu:

Keterangan saksi
Keterangan ahli
Keterangan terdakwa
Surat-surat
Petunjuk

Ada 3 tujuan pembuatan VetR, yaitu:


Memberikan kenyataan (barang bukti) pada
hakim
Menyimpulkan berdasarkan hubungan sebab
akibat
Memungkinkan hakim memanggil dokter ahli
lainnya untuk membuat kesimpulan VeR yang
lebih baru

Prosedur permintaan VetR


korban hidup
Permintaan harus secara tertulis, tdk
dibenarkan secara lisan / telepon / via pos.
Korban adalah BB, maka permintaan VetR
harus diserahkan sendiri oleh polisi
bersama-sama korban/tersangka.
Tidak dibenarkan permintaan V et R ttg
sesuatu peristiwa yang telah lampau,
mengingat rahasia kedokteran (Instruksi
Kapolri No.Ins/E/20/IX/75).

Ada alasan mengapa korban dibawa


kepada dokter.
Ada identitas korban.
Ada identitas pemintanya.
Mencantumkan tanggal permintaan.
Korban diantar oleh polisi atau
jaksa.

Prosedur permintaan VetR pd


mayat
Permintaan harus diajukan secara
tertulis, tidak dibenarkan melalui
telepon, lisan atau pos.
Mayat diantar bersama-sama SPVR o/
polisi ke Bgn Ilmu Kedokteran Forensik.
Mayat harus diikatkan label yg memuat
Identitas mayat ( KUHAP psl 133 ayat 3).
Harus sedini mungkin.

Tidak bisa permintaannya hanya untuk


pemeriksaan luar.
Ada keterangan terjadinya kejahatan.
Memberikan label dan segel pada
salah satu ibu jari kaki.
Ada identitas pemintanya.
Mencantumkan tanggal permintaan.

BAGIAN-BAGIAN
1. PRO JUSTISIA.
Kata ini dicantumkan disudut kiri atas, dan
dengan demikian visum et repertum tidak perlu
bermaterai, sesuai dengan pasal 136 KUHAP.
2. PENDAHULUAN
Identitas korban.
Keterangan dari penyidik mengenai cara
kematian, luka, dimana korban dirawat, waktu
korban meninggal.
Keteranganmengenai orang yang menyerahkan /
mengantar korban pada dokter dan waktu saat
korban diterima dirumah sakit.

3. PEMBERITAAN.
Memakai bahasa Indonesia yg mudah
dimengerti orang awam.
Angka harus ditulis dengan hurup, (4 cm
ditulis empat sentimeter).
Tidak dibenarkan menulis diagnose luka,
(luka bacok, luka tembak dll).
Luka harus dilukiskan dengan kata-kata
Memuat hasil pemeriksaan yang objektif
(sesuai apa yang dilihat dan
ditemukan).

4. KESIMPULAN.
Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter
yang memeriksa, mengenai hasil pemeriksaan
sesuai dgn pengetahuan yang sebaik-baiknya.
Seseorang melakukan pengamatan dengan
kelima panca indera (pengelihatan,
pendengaran, perasa, penciuman dan
perabaan).
Sifatnya subjektif.
5. PENUTUP.
Memuat kata Demikianlah visum et repertum
ini dibuat dengan mengingat sumpah pada
waktu menerima jabatan.
Diakhiri dengan tanda tangan, nama
lengkap/NIP dokter.

JENIS & BENTUK VeR


1. Visum et Repertum perlukaan
(termasuk keracunan)
2. Visum et Repertum kejahatan susila
3. Visum et Repertum jenazah
4. Visum et Repertum psikiatrik
1, 2, dan 3 VeR mengenai tubuh/raga
manusia yang dalam hal ini berstatus
sebagai korban tindak pidana
4 mengenai jiwa/mental tersangka
atau terdakwa atau saksi lain dari
suatu tindak pidana
34

VISUM ET REPERTUM

VISUM ET REPERTUM

35

VeR dibuat secara tertulis, sebaiknya


dengan mesik ketik, di atas sebuah kertas
putih dengan kepala surat institusi
kesehatan yang melakukan pemeriksaan,
dalam bhs Indonesia, tanpa memuat
singkatan dan sedapat mungkin tanpa
istilah asing, bila terpaksa digunakan agar
diberi penjelasan bhs Indonesia
Bila penulisan suatu kalimat dalam VeR
nerakhir tidak pada tepi kanan format,
maka sesudah tanpa tanda titik harus
diberi garis hingga ke tepi format

BAGIAN BAGIAN VeR


1. Kata Pro Justitia yang diletakkan di bagian
atas VeR khusus dibuat untuk tujuan
peradilan. Tidak dibutuhkan materai
untuk dapat dijadikan sebagai alat bukti
di depan sidang pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum
2. Bagian Pendahuluan. Kata Pendahuluan
sendiri tidak ditulis dalam VeR, langsung
dituliskan kalimat2 di bawah judul

36

Nama dr. pembuat VeR


Institusi kesehatannya
Instansi penyidik pemintanya
No. & tgl surat permintaan
Tempat & waktu pemeriksaan
Identitas korban yang diperiksa, cukup sesuai
dgn yg tertulis di surat permintaan VeR

3. Bagian Pemberitaan. Berjudul Hasil


Pemeriksaan dan berisi

Hasil pemeriksaan medis ttg keadaan kesehatan


atau sakit atau luka korban yang berkaitan dgn
perkaranya
Tindakan medis yang dilakukan
Keadaan setelah pengobatan/perawatan selesai
Bila dilakukan autopsi, maka diuraikan ttg seluruh
alat dalam yg berkaitan dgn matinya orang tsb
Temuan hasil pemeriksaan yg bersifat rahasia
tidak berkaitan dgn perkara dianggap sbg rahasia
kedokteran

4. Bagian Kesimpulan. Bagian ini berjudul


Kesimpulan dan berisi

37

Pendapat dokter berdasarkan keilmuannya


Jenis perlukaan/cedera yang ditemukan
Jenis kekerasan
Zat penyebab
Derajat perlukaan
Sebab kematian

5. Bagian Penutup. Tidak berjudul


dan berisi:
Kalimat baku Demikianlah visum et
repertum ini saya buat dengan
sesungguhnya berdasarkan
keilmuan saya dan dengan
mengingat sumpah sesuai dengan
Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana

38

VeR PADA KASUS


PERLUKAAN
Terhadap setiap pasien yang diduga korban
tindak pidana meskipun belum ada surat
permintaan VeR dari polisi, dokter harus
membuat catatan medis atas semua hasil
pemeriksaan medisnya secara lengkap dan
jelas shg dapat digunakan untuk pembuatan
VeR
Umumnya:
Luka ringan: datang ke dokter setelah melapor
ke penyidik shg membawa surat permintaan VeR
Luka sedang-berat: datang ke dokter lebih dulu
39

Bagian Pemberitaan
Disebutkan KU korban sewaktu datang
Luka2 / cedera / penyakit yang ditemukan
pada pem. Fisik: letak, jenis, sifat luka,
ukuran luka
Pemeriksaan penunjang
Tindakan medis yg dilakukan
Riwayat perjalanan penyakit selama
perawatan
Keadaan akhir saat perawatan selesai
Gejala yang dpt dibuktikan scr objektif
dapat dimasukkan dalam VeR
40

VeR PADA KORBAN KEJAHATAN


SUSILA
Umumnya korban kejahatan susila
yang dimintakan VeR nya pada dokter
adalah kasus dugaan adanya
persetubuhan yang diancam hukuman
oleh KUHP (perzinahan, perkosaan,
persetubuhan dengan wanita yang
tidak berdaya, persetubuhan dengan
wanita yang belum cukup umur, serta
perbuatan cabul)
41

Dokter berkewajiban untuk membuktikan adanya


persetubuhan atau perbuatan cabul, adanya
kekerasan (termasuk keracunan), serta usia korban
Periksa adakah penyakit hub. Seksual, kehamilan,
dan kelainan psikiatrik sbg akibat dr tindakan
pidana tsb
Dokter tidak dibebani pembuktian adanya
pemerkosaan, krn istilah pemerkosaan adalah istilah
hukum yang harus dibuktikan di depan sidang
Dalam kesimpulan: tercantum perkiraan usia
korban, ada atau tidaknya tanda persetubuhan, dan
bila mungkin menyebutkan waktu perkiraan
kejadian, dan ada tidaknya tanda kekerasan
Bila ditemukan adanya tanda2 ejakulasi atau
adanya tanda2 perlawanan (cth: darah pd kuku
korban), dokter berkewajiban mencari identitas
tersangka mll pem. Gol. Darah serta DNA
42

VeR JENAZAH
Jenazah yang akan dimintakan VeR nya
harus dilabel: identitas mayat, dilak dengan
diberi cap jabatan, diikatkan pada ibu jari
kaki atau bag. Tubuh lain.
Pada surat permintaan VeR harus jelas
tertulis jenis pemeriksaannya, apakah
pemeriksaan luar (pemeriksaan jenazah)
atau pemeriksaan luar & dalam/autopsi
(pemeriksaan bedah jenazah)
43

Pemeriksaan forensik thd jenazah meliputi:

Pemeriksaan luar jenazah: tindakan yang tidak


merusak keutuhan jaringan jenazah secara teliti
& sistematik
Pemeriksaan bedah jenazah, pemeriksaan
secara menyeluruh dengan membuka rongga
tengkorak, leher, dada, perut, dan panggul.
Kadang diperlukan pemeriksaan penunjang:
histopatologi, toksikologi, serologi, dsb
Dari pemeriksaan dapat disimpulkan: sebab,
jenis luka/kelainan, jenis kekerasan,
penyebabnya, sebab & mekanisme kematian,
serta saat kematian

44

VeR PSIKIATRIK
Pasal 44 (1) KUHP: Barangsiapa melakukan
perbuatan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan padanya disebabkan
karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya atau
terganggu karena penyakit, tidak dipidana
Diperuntukkan bagi tersangka/terdakwa
pelaku tindak pidana, bukan bagi korban.
Pembuat visum sebaiknya seorang dokter
psikiatri yang bekerja di RSJ atau RSU
Keadaan tertentu dmn kesaksian seseorang
yang amat diperlukan sedangkan ia
terganggu kejiwaannya, jika ia bersaksi di
pengadilan maka kadang hakim juga
meminta VeR psikiatrik
45

JENIS VISUM
1. Visum et Repertum korban hidup visum
yg diberikan u/ korban luka-luka k/
kekerasan, keracunan, perkosaan, psikiatri.
Visum et Repertum lgsg Langsung
diberikan stlh pemeriksaan Korban, contoh
VetR Jenasah.
Visum et Repertum sementara
VetR yg diberikan pd korban yg msh
dirawat
VetR yg diterbitkan belum ada
kesimpulan
k/ menunggu observasi lebih lanjut.

Ada 5 manfaat dibuatnya VetR sementara, yaitu


Menentukan apakah ada tindak pidana atau tidak
Mengarahkan penyelidikan
Berpengaruh terhadap putusan untuk melakukan
penahanan sementara terhadap terdakwa
Menentukan tuntutan jaksa
Medical record
Visum et Repertum lanjutan
Merupakan lanjutan dari VetR sementara, dibuat
setelah korban sembuh/meninggal.
Tgl & No. VetR sementara dicantumkan
Telah ada kesimpulannya setelah diobservasi
2. Visum et Repertum mayat.
Visum dengan pemeriksaan luar
Visum dengan pemeriksaan luar & dalam

LINGKUP PROSEDUR
MEDIKOLEGAL
Pengadaan visum et repertum
Ttg pemeriksaan kedokteran trhdp
tersangka
Pemberian keterangan ahli pd masa sblm
persidangan & pmberian keterangan ahli
didlm persidangan
Kaitan VeR dgn Rahasia kedokteran
Penerbitan Surat Keterangan Kematian &
Surat Keterangan Medik
Ttg Fitness/kompetensi pasien utk
menghadapi pemeriksaan penyidik

Perundang-undangan dan
Peraturan yang Berkaitan Dengan
Pekerjaan Dokter dalam
Membantu Peradilan
Pasal 1(28)
KUHAP
Pasal 120 KUHAP
Pasal 133 KUHAP
Pasal 134 KUHAP
Pasal 135 KUHAP

Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal

136
160
161
162
170

KUHAP
KUHAP
KUHAP
KUHAP
KUHAP

Pasal 1(28) KUHAP


Keterangan ahli adalah keterangan yang
diberikan oleh seorang yang memiliki
keahlian khusus tentang hal yang
diperlukan untuk membuat terang suatu
perkara pidana guna kepentingan
pemeriksaan.

Pasal 120 KUHAP


(1)
Dalam hal penyidik menganggap
perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli
atau orang yang memiliki keahlian khusus
(2) Ahli tersebut mengangkat sumpah atau
mengucapkan janji dimuka penyidik bahwa
ia akan memberikan keterangan menurut
pengetahuannya yang sebaik-baiknya
kecuali bila disebabkan karena harkat serta
martabat, pekerjaan atau jabatannya yang
mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat
menolak memberi kan keterangan yang
diminta

DASAR PENGADAAN VeR (masa


penyidikan)

Pasal 133 KUHAP


1. Dalam hal penyidik utk kepentingan peradilan menangani
seorang korban baik luka, keracunan atau mati yg
diduga krn peristiwa yg merupakan tindak pidana,
ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli
kpd ahli kedokteran Kehakiman atau Dokter dan atau ahli
lainya.
2. Permintaan ket. Ahli spt yg dimaksud dlm pasal 1
dilakukan scr tertulis, yg dlm surat itu disebutkan dgn
tegas untuk pemeriksaan luka, pemeriksaan mayat
& atau pemeriksaan bedah mayat.
3. Mayat yg dikirim kpd ahli kedokteran kehakiman atau
Dokter pd RS hrs diperlakukan scr baik dgn penuh
penghormatan pd mayat tsb & diberi label yg
memuat identitas mayat, dilakukan dgn diberi cap
jabatan yg diletakkan pd ibu jari kaki atau bagian lain bdn
mayat.

PERMINTAAN VeR Menurut Pasal


133 KUHAP :
Wewenang penyidik
Tertulis (RESMI)
Thdp korban, bkn tersangka
Ada dugaan akbt prstw pidana
Bila mayat :
Identitas pd label
Jns pemeriksaan yg minta
Ditujukan kpd SpF dan Dokter RS

SANKSI HUKUM BILA


MENOLAK
Pasal 216 KUHP : Barangsiapa dgn sengaja tdk
menuruti perintah/permintaan yg dilakukan menurut
UU oleh pejabat yg tgs nya mengawasi sesuatu, atau
oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula
yg diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa
tindak pidana; demikian pula barangsiapa sengaja
mencegah, menghalangi, menggagalkan guna
menjalankan ketentuan diancam dgn pidana penjara
plg lama 4 bln 2 mgg atau denda plg byk Rp. 9.000

Pasal 222 KUHP

: Barangsiapa sengaja
mencegah, menghalangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat utk pengadilan, diancam dgn
pidana penjara plg lama 9 bln pidana denda plg byk
Rp. 4.500

PERMINTAAN sbg SAKSI AHLI


(masa persidangan)
Pasal 179 (1) KUHAP :
Setiap org yg diminta pendapatnya sbg ahli
kedokteran Kehakiman atau Dokter atau
ahli lainnya wajib memberikan keterangan
ahli demi keadilan
Pasal 224 KUHAP
Brg siapa dipanggil sbg saksi, ahli atau juru
bahasa menurut UU dgn sengaja tdk
memenuhi kewajiban brdasarkan UU yg hrs
dipenuhinya diancam dlm perkara pidana,
dgn penjara plg lama 9 bln.

Memastikan sebab, cara, dan waktu kematian pada


peristiwa kematian tidak wajar pada pembunuhan, bunuh
diri, kecelakaan atau kematian yang mencurigakan

PERAN DOKTER DALAM


PROSES PERADILAN

KETERANGAN AHLI
Pasal 1 butir 28 KUHAP : Keterangan
ahli adalah keterangan yang diberikan
oleh seorang yang memiliki keahlian
khusus tentang hal yang diperlukan
untuk membuat terang suatu perkara
pidana guna kepentingan pemeriksaan
Pasal 184 KUHAP : Akan dijadikan alat
bukti yang sah di depan sidang
pengadilan

KUHAP (Keterangan
Ahli)
Pasal 186: Keterangan ahli adalah apa yang

seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.


Pasal 187(c): Surat keterangan dari seorang
ahli yang dimuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu hal atau
sesuatu keadaan yang diminta secara resmi
daripadanya.
Kedua pasal tersebut termasuk dalam alat
bukti yang sah sesuai dengan ketentuan
dalam KUHAP.

KETERANGAN AHLI
Pihak yang berwenang meminta
KUHAP Pasal 133 ayat (1) : penyidik
KUHAP Pasal 11 : penyidik pembantu

Kategori penyidik KUHAP Pasal 6 ayat (1)


PP 27 tahun 1983 Pasal 2.
1)Pejabat Polisi Negara RI yang diberi wewenang khusus
oleh UU, pangkat paling rendah Pembantu Letnan Dua.
Penyidik pembantu pangkat paling rendah Sersan Dua.
Jika pegawai negri, penyidik pangkat paling rendah
golongan II/b. Penyidik pembantu II/a.
2)Bila di suatu Kepolisian Sektor tidak ada pejabat penyidik
spt diatas, Kapolsek berpangkat bintara dibawah
Pembantu Letnan Dua dikategorikan sbg penyidik k/
jabatannya.

Kategori penyidik
Surat Keputusan Pangab No :
Kep/04/P/II/1983 tentang
Penyelenggaraan Fungsi Kepolisian
Militer
Pasal 4 huruf c : Polisi militer
sebagai penyidik
Pasal 6 ayat c : Provoost dalam
membantu Komandan/Ankum dalam
penyidikan perkara pidana, tetapi
penyelesaian selanjutnya
diserahkan kepada POM atau POLRI

KETERANGAN AHLI
(Prosedur permintaan keterangan ahli)
Permintaan oleh penyidik secara tertulis (KUHAP
Pasal 133 ayat (2) terutama untuk korban mati)
Ditujukan kepada instansi kesehatan atau
instantsi khusus, bukan individu dokter yang
bekerja dalam instansi itu

Jenasah harus
diperlakukan baik, diberi
label identitas, penyidik
wajib memberitahu
keluarga pemeriksaan yg

Korban yg masih hidup


sebaiknya diantar
petugas kepolisian guna
kepastian identitas

KEWAJIBAN DOKTER SEBAGAI


SAKSI AHLI
Wajib memberikan keterangan
ahli
Pasal 120 KUHAP
Pasal 179 ayat (1) KUHAP

Wajib mengucapkan sumpah atau


janji

DASAR HUKUM
Dalam hal demikian maka bantuan seorang ahli sangat
penting diperlukan dalam rangka mencari kebenaran materiil
selengkap-lengkapnya bagi para penegak hukum tersebut.
u/ permintaan bantuan tenaga ahli pada tahap penyidikan
disebutkan pada KUHAP pasal 120 ayat (1), yg menyatakan :
Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta
pendapat orang ahli / orang yg memiliki keahlian khusus.
u/ permintaan bantuan keterangan ahli pada tahap
pemeriksaan persidangan, disebutkan pada KUHAP pasal 180
ayat (1) yg menyatakan : Dalam hal diperlukan u/
menjernihkan duduknya persoalan yg timbul di sidang
pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli
dan dapat pula minta agar diajukan bahan baru oleh yg
berkepentingan.

JENIS BANTUAN AHLI


Membuat terang suatu perkara pidana,
mengumpulkan bukti-bukti yang
memerlukan keahlian khusus.
Memberikan petunjuk yang lebih kuat
mengenai pelaku tindak pidana.
Membantu hakim dalam menjatuhkan
putusan dengan tepat terhadap
perkara yang diperiksanya.

ALASAN SAH TIDAK MENJADI


SAKSI AHLI

Keluarga sedarah dalam garis lurus keatas


/kebawah sampai derajat ketiga dari terdakwa /
yg bersama-sama sebagai terdakwa.
Saudara dari terdakwa / yg bersama-sama
sebagai terdakwa, saudara ibu atau bapak,
juga mereka yg mempunyai hubungan k/
perkawinan dan anak-anak saudara terdakwa
sampai derajat ketiga.
Suami / istri terdakwa meskipun sudah
bercerai atau yg bersama-sama sebagai
terdakwa.

Pemeriksaan forensik dalam kasus


kejahatan terhadap kesusilaan
Korban :
Identifikasi
tanda2
persetubuhan
Tanda2 kekerasan
Perkiraan umur
Pantas dikawinin
atau tidak

Tersangka :
Sel epitel dinding
vagina
Penyakit menular
seksual
Gol. Darah
Enzimatik
DNA

Hasil pemeriksaan yg diharapkan


pd korban
penyebab

Hasil (akibat)

Penetrasi penis

Robekan selaput dara (hymen)


Perlukaan di daerah genital

Ejakulasi

Sperma dalam vagina


Air mani (pem.asam fosfatase;
kholin dan spermin)
Kehamilan

Penyakit kelamin (PHS)

Kencing nanah (GO)


Lues (sifilis)
PHS lainnya

Faktor yg berperan dalam


upaya pembuktian
I.
-

Saat pemeriksaan dilakukan


Keaslian benda bukti ( kondisi korban saat diperiksa oelh
dokter )
Kualitas pemeriksa
Koodinasi dokter penyidik

III. Penggunaan kondom

Hasil yg diharapkan dapat ditemukan


pd korban perkosaan berdasarkan saat
pemeriksaan
bukti

Minggu I

Sperma

2 hari

Air mani

3 hari

Robekan hymen
Perlukaan
PMS
Obat2(NAPZA)
Kehamilan
Stress pasca
perkosaan

3 hari

Minggu II

Minggu III

Alur pemeriksaan korban perkosaan dan


korban kejahatan seksual lain
KORBAN
DOKTER

PENYIDIK
POLRI
DOKTER
+
PENYIDIK POLRI
DOKTER

SURAT
KETERANGA
N DOKTER

DOKTER
FORENSIK
VER

VeR

: alur ideal pusat penanganan kekerasan terpadu


VeR
: alur normal KUHAP
: alur yg sering dijumpai dilapangan

PENYIDIK
POLISI

Alur yg dapat ditempuh oleh


relawan
Korban +
relawan
(pendamping)

Dokter spesialis
forensik &
medikolegal

Dokter :
Obgyn
Psikiater
Bid. Spesialis
umum

Penyidik polri

Dokter spesialis
forensik &
medikolegal

Alur pemeriksaan forensik


klinik
Korban
+
Surat permintaan VeR

Dr. Umum, dr. Obgyn, dr. Bedah, dr. bid. Spesialis


lain
Dokter forensik

VeR

PEMERIKASAAN LABORATORIUM KORBAN


KEJAHATAN SEKSUAL
I. Menentukan adanya sperma
1. Bahan pemeriksaan: cairan vagina
Metoda : tanpa pewarnaan; satu tetes cairan vaginal ditaruh
pada gelas objek dan kemudian ditutup, pemeriksaaan dibawah
mikroskop dengan pembesaran 500kali
Hasil yang diharapkan : Sperma yang masih bergerak
2. Bahan pemeriksaan: cairan vagina
Metoda : Dengan pewarnaan, dengan malachite green
Hasil yang diharapkan; bagian basis kepala sperma berwarna
ungu, bagian hidung berwarna merah muda
3. Bahan pemeriksaan : pakaian

Metoda : pakaian yang mengandung bercak diambil sedikit


pada bagian tengahnya ( konsentrasi sperma terutama di
bagian tengah ) warnai dengan pewarnaan BAEECHI selama 2
menit
Hasil yang diharapkan : Kepala sperma berwarna merah, bagian
ekor biru muda; kepala sperma tampak menempel pada
serabut-serabut benang

II. Menentukan adanya air mani


1. Mencari : Kristal kholin
Bahan pemeriksaan : cairan vaginal
Metoda :
Florence
Cairan vaginal ditetesi larutan yodium
Kristal yang terbentuk dilihat dibawah mikroskop
Hasil yang diharapkan : Kristal-kristal kholin-peryodida tampak
berbentuk jarum-jarum yang berwarna coklat
2. Mencari : Kristal spermin
Bahan pemeriksaan : cairan vaginal
Metoda :
Berberio
Cairan vaginal ditetesi larutan asam pikrat, kemudian lihat
dibawah mikroskop
Hasil yang diharapkan : Kristal-kristal spermin pikrat akan
berbentuk rhombik atau jarum kompas yang berwarna kuning
kehijauan

3. Mencari : as.fosfatase
Bahan pemeriksaan : Cairan vaginal
Metoda : Cairan vaginal ditaruh pada kertas
whatman,diamkan sampai kering Semprot dengan
reagensia
Hasil yang diharapkan : Warna ungu timbul dalam
waktu kurang dari 30 detik, berarti asam fosfatase
berasal dari prostat (berarti indikasi besar), warna
ungu timbul kurang dari 65 detik (indikasi sedang)
4. Bahan pemeriksaan : pakaian
Metoda :
Inhibisi asam fosfatase dengan L (+) asam tartrat
Reaksi dengan asam fosfatase
Sinar UV : visual ; taktil dan penciuman

III. Tujuan : menentukan adanya kuman N-gonorrheae


( GO )
Bahan pemeriksaan : sekret urethrae dan sekret
cervix uteri
Metoda : Pewarnaan Gram
Hasil yang diharapkan : Kuman N.gonorrheae
IV. Tujuan : menentukan adanya kehamilan
Bahan pemeriksaan : Urine
Metoda :
Hemagglutination inhibition test ( Pregnosticon )
Agglutination inhibition test ( Gravindex )
Hasil yang diharapkan : Terjadi agglutinasi pada
kehamilan

V. Tujuan : menentukan adanya racun ( toksikologi )


Bahan pemeriksaan : darah dan urine
Metoda :
TLC
Mikrodiffusi, dlsbnya
Hasil yang diharapkan :
Adanya obat yang daoat menurunkan atau
menghilangkan kesadaran
VI. Tujuan : penentuan golongan darah
Bahan pemeriksaan : cairan vaginal yang berisi air
mani dan darah
Metoda : Serologi ( ABO grouping test )
Hasil yang diharapkan : Golongan darah dari air
mani berbeda dengan golongan darah dari korban

Pemeriksaan lab pelaku


kejahatan seksual
I. Tujuan : menentukan adanya sel epitel vagina pd penis
Bahan : cairan yg masih melekat di sekitar corona
glandis
Metoda : dg gelas objek ditempelkan mengelilingi
corona glandis gelas objek diletakkan diatas cairan
lugol
Hasil yg diharapkan : epitel dinding vagina yg
berbentuk heksagonal tampak berwarna coklat/coklat
kekuningan
II.

Tujuan : menentukan adanya kuman N. gonorrheae (GO)


Bahan : sekret uretra
Metoda : sediaan langsung dg pewarnaan gram
Hasil yg diharapkan : ditemukan kuman GO

Pemeriksaan air mani dari


rambut dan kulit
Para pelaku kejahatan seksual tidak jarang melampiaskan
hasrat seksualnya melalui cara yg tidak lazim ( fellatio atau
sodomy)
Pem. yg rutin dikerjakan :
Daerah yg diperiksa tergantung dr peristiwanya, kepala,
bulu2 / rambut di wajah, kulit di daerah perioral, paha bgn
dalam, daerah pantat
Rambut kepala dicabut & direndam dlm larutan NaCl
Pem. Dilakukan dg pam smear & penentuan as. Fosfatase
Kulit dibasahi dg aplikator katun yg telah direndam dlm
larutan NaCl
Test yg positif pd paha/ pantat, dpt membantu
memperkirakab saat terjadinya kejahatan tsb, tentunya
tergantung dr : apakah korban telah membersihkan dirinya
atau belum

Patologi seks
I.

Heteroseksuil
1. Algolagni : puas bila disakiti/menyakiti lawan jenis
a. Sadisme : puas bila menyakiti (umumnya laki2)
b. Masochisme : puas bila disakiti
2. Necrophili : koitus dg mayat (wanita), sering mencuri mayat
wanita
3. Fetichisme : puas bila melihat 1 bgn tubuh lawan jenis/ memiliki
benda2 lawan jenis (yg diteruskan dg onani), kasus ini srg
mencuri/ mengintip
4. Pygmalionisme : semacam fetichisme dimana seorg jatuh cinta dg
benda mati : arca, patung, gambar, lukisan, foto ( melihat itu &
beronani sehingga mndptkan kepuasan seks), lebih srg pd laki2
5. Gerontophili : seorg jatuh cinta pd jenis kelamin lain yg jauh lebih
tua
6. Exhibitionisme : kepuasan seks didapatkan setelah menunjukan
alat kelaminnya dimuka umum (sekalipun tdk onani) berlawanan
dg Pasal 281 KUHP
DD : Dementia senilis pd ortu, serangan epilepsi, org gila
7. Transvertitisme : mendapatkan kepuasan seks bila memiliki/
memakai jenis lain srg diikuti pencurian pakaian

II. Homoseksual
1. tribadie : mendptkan kepuasan seks dg cara
menggeserkan/ penggosokan alat kelamin satu sama
lain di paha/tangan. Kdg2 disertai dg pergerakan onani
dg jari2/ memasukkan jarinya ke vagina
2. saphisme : perbuatan seks di luar batas, umunya
terjadi di antara perempuan & mengakibatkan sadisme
3. predirasti : terdapat pd laki2 dimana ia senang
memasukkan penisnya ke anus temannya
4. onani : pelaku mencari kepuasan sendiri tidak
melanggar hukum asal melakukannya tdk ditempat
umum
a.Onani dilakukan sendiri ( disebut onani )
b.Onani yg dilakukan oleh org lain yg sm jenis
kelamin ( disebut onani mutualis)
III. Lain2
1. sodomi-zoophili-bestialiteit : berhubungan seks dg
binatang, baik terdapat pd laki2 atau perempuan
2. satryasis : laki2 dg napsu seks berlebihan
3. nymphomania : wanita dg napsu berlebihan

Visum perkosaan & persetubuhan


kriminal lain
Pemeriksaan dimulai bila telah ada :
Permintaan tertulis dari polosi yg berwenang
Korban diantar polisi sbg pemastian identitas
saksi(perawat) wanita sbg pendamping dokter
a. Catat semua data yg didapatkan
b. Catat nama polisi, nama pendamping (saksi), nama
korban
c. Catat tempat kejadian yg sebaiknya diperiksan jg
utk mendapatkan benda bukti biologis di tempat tsb
d. Periksa keadaan umum, pakaian, kesadaran, tanda
kekerasan
e. Catat hasil pemeriksaan lokal
f. Bila korban tidak berdaya, periksalah toksikologi

Kesimpulan VeR
Pd wanita ini : nama, umur (bila umur tdk diketahui, sebutkan pantas
dikawini/ tdk) didapatkan :
Tanda kekerasan .
Selaput dara (deskripsikan bentuk luka dan lokasi/jam ).
Bila tdk ada kerusakan : tidak ada tanda kekerasan
Bila rusak : mengalami robek yg (bisa) diakibatkan oleh alat
kemaluan pria dalam keadaan ereksi
Bila ragu : mengalami robek sehingga alat kemaluan pria dalam
keadaan tegang tidak dpt masuk tanpa mengakibatkan
kerusakan seperti ini
Bila robekan lama : terdapat robekan lama (contoh deskripsi :
terdapat robekan tepinya masih/ tdk berdarah, rata/tdk, samapi
kedasar/tdk terdapat di tempat yg sesuai dg arah jarum jam pd
jam.)
Didapatkan sperma (semen ) pd pemeriksaan usap vagina
Intinya yg harus diutarakan dlm kesimpulan :
Adanya persetubuhan (kl bs sebutkan kpn kira2 terjadinya)
Ada tanda kekerasan/ tdk
Usia/ pantas dikawin- tdk pantas dikawin

Anda mungkin juga menyukai