405070108
Kejahatan Seksual
KUHP bab XIV mengatur tentang Kejahatan terhadap Kesusilaan
yang di dalamnya tercakup Kejahatan Seksual.
Dari 25 buah Pasal dalam bab ini , 15 buah pasal mengatur tentang
Kejahatan Seksual dan jika diperinci lebih lanjut , maka bagian
terbesar mengatur hubungan lelaki-perempuan yang dilarang.
Homoseksualitas yang dilarang merupakan bagian kecil saja
Timbulnya banyak Kejahatan seksual merupakan efek sampingan
(side effect) dari perubahan masyarakat agraris pertukangan
(agrarisch-ambachtelijk) menjadi masyarakat industri industri
/modern seperti yang kita alami sekarang
Sebagian dari Kejahatan Seksual ini memerlukan pemeriksaan
dokter terhadap sikorban untuk membantu menerangkan
perkaranya, yaitu dimana telah terjadi persetubuhan (sexual
intercourse)
Perbuatan cabul (ontuchtige handeling) seperti mencium, merabaraba alat kelamin atau buah dada dsb, tidak mungkin dibantu oleh
pemeriksaan dokter , oleh karena tidak akan ditemukan bekasbekasnya
Pasal 285
Barangsiapa dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan memaksa seorang
perempuan bersetubuh dengan dia di luar
perkawinan, karena perkosaan dipidana
dengan pidana penjara selama-lamanya 12
tahun
Yang perlu diperksa oleh dokter terhadap si
wanita :
- adanya persetubuhan
- adanya tanda-tanda kekerasan
- Adanya tanda-tanda bekas pingsan atau
tidak berdaya (lihat catatan pada pasal 286)
Pasal 286
Barangsiapa bersetubuh dengan seseorang perempuan
di luar perkawinan , padahal diketahuinya bahwa
perempuan itu dalam keadaan pingsan atau berdaya ,
dipidana dengan penjara selama-lamanya 9 tahun
Yang perlu diperiksa oleh dokter terhadap si wanita :
- Adanya persetubuhan
- Adanya tanda-tanda bekas pingsan atau tidak berdaya
Catatan :
Jika menjadi pingsan atau tidak berdaya itu dilakukan oleh
si lelaki , maka kejadian ini menjadi suatu
perkosaan(pasal 285),mengingat bunyi KUHP pasal 89 :
Disamakan dengan melakukan kekerasan ilaha membuat
seseorang menjadi pingsan atau tidak berdaya
Pasal 287
1.
Pasal 288
1. Barangsiapa dalam perkawinan bersetubuh
dengan seorang perempuan yang diketahuinya atau
patut dapat diduganya , bahwa orang perempuan itu
belum pantas untuk dikawin, dipidana dengan pidana
penjara selama-lamanya 4 tahun , jika perbuatan itu
mengakibatkan luka.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan luka berat ,
dijatuhkan pidana selama-lamanya 8 tahun
3. Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian ,
dijatuhkan pidana penjara selama-lamanya 12 tahun
Yang perlu diperiksa oleh dokter terhadap si wanita :
- Adanya persetubuhan
- Adanya luka atau luka berat
- Apakah sudah pantas untuk di kawin
Pasal 291
1. Jika salah satu kejahatan yang
terangkan dalam pasal 286, 287,289 dan
290 itu mengakibatkan luka berat
dijatuhkan pidana penjara selamalamanya 12 tahun
2. Jika salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 285 ,
286,287,289 dan 290 ini mengakibatkan
kematian , dijatuhkan pidana penjara
selama-lamanya 15 tahun
Pasal 293
1. Barangsiapa dengan memberi atau menjajikan uang atau
barang , menyalah gunakan perbawa timbul dari hubungan
keadaan, atau dengan penyesatan sengaja menggerakan
seorang belum dewasa dan tidak cacat tingkah lakunya untuk
melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul dengan
dia padahal tentang belum kedewasaannya diketahuinya atau
patut dapat diduganya , dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya 15 tahun
2. Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan orang yang
terhadap dirinya dilakukan kejahatan itu
3. Tenggang waktu tersebut dalam pasal 74 bagi pengaduan
adalah masing-masing 9 bulan dan 12 bulan
Yang perlu diperiksa oleh dokter thd si wanita :
- Adanya persetubuhan (walaupun pasal ini hanya mensyaratkan
perbuatan cabul , dalam praktejnya dilakukan juga
persetubuhan)
- Umur 21 tahun (menurut Staatsblad 1931 No. 54 dewasa dalam
hukum berarti genap 21 tahun atau sudah /pernah kawin)
Pasal 294
1. Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya ,
anak tirinya , anak angkatnya, anak di bawah
pengawasannya yang belum dewasa , atau dengan orang
yang belum dewasa yang pemeliharaannya , pendidikan atau
penjagaanya diserahkan kepadanya atau dengan bujangnya
atau bawahnnya yang belum dewasa, dipidana dengan
pidana penjara selama-lamanya 7 tahun
2. Dipidana denga pidana yang sama :
1. Pejabat yg melakukan perbuatan cabul dengan orang yg
karena jabatan adalah bawahannya, atau dengan orang yang
penjagaannya dipercayakan atau diserahkan kepadanya
2. Pengurus , dokter, guru, pegawai, pengawas atau pesuruh
dalam penjara , tempat pekerjaan negara , tempat
pendidikan ,
rumah piatu , rumah sakit , rumah sakit
jiwa , atau lembaga
sosial , yang melakukan perbuatan
cabul dengan orang yang
dimasukan ke dalamnya
Yang perlu diperiksa oleh dokter terhadap si wanita :
Sama dengan pasal 293
Kejahatan Seksual
Dengan demikian pemeriksaan 2 yg perlul
dilakukan oleh dokter terhadap si wanita
dapat diringkas dalam bagan :
I. Persetubuhan (pasal
284,285,287,288,293,294)
II.Luka/kekerasan(pasal 285,288)
III.Luka Berat (pasal 286,287,288)
IV.Pingsan / tidak berdaya (pasal 285,286)
V.Umur (pasal 287 , 293 , 294)
VI.Belum pantas untuk dikawin (pasal 287,288)
I. Persetubuhan
Persetubuhan dalam arti biologis adalah suatu
perbuatan yang memungkin terjadinya kehamilan
(untuk prokreasi) , sehingga harus terjadi :
Erectio penis
Penetratio penis ke dalam vagina
Ejaculatio dalam vagina
Jika ketiga unsur ini disyaratkan oleh hukum ,
maka ejaculatio dalam vagina dengan mudah
dapat ditiadakan , misalnya dengan kondom atau
coitus interruptus.
Oleh karena itu , maka ilmu hukum hanya
mengharuskan adanya suatu penetratio penis ke
dalam vagina
Kepustakaan Inggris menentukan : the slightest
penetration is enough to constitute sexual
intercourse, sedangkan kepustakaan Jerman lebih
memperinci, yaitu penis telah melewati batas
depan vagina (Scheidenvorhof = introitus vaginae)
II.Luka Kekerasan
Pada umumnya luka/kekerasan ini tidak sulit
ditemukan oleh dokter.
Muka, leher , buah dada, bagian dalam paha
dan sekitar alat kelamin merupakan tempattempat yang perlu diperhatikan
Yang dapat menjadi persoalan ialah , apakah
luka-luka itu bukan-nya dibuat oleh si wanita
sendiri dengan tujuan pemerasan
Mungkin juga dapat ditemukan bekas gigitan,
misalnya pada buah dada dan bekas ini dapat
diselidiki lebih lanjut oleh ahli di bidang
odontologi forensik
V.Umur
Memang ada patokan2 biologis pada umur sekitar
12 tahun sampai 25 tahun seperti :
1. Tumbuhnya gigi2 tertentu (geraham depan,geraham
bungsu)
2. Tanda-tanda seks sekunder (buah dada,rambut
kemaluan)
3. Inti pertumbuhan pada tulang2 panjang
Tapi patokan ini sangat kasar dan kesalahannya
mungkin sampai 2 tahun ke atas atau kebawah
Dengan demikian patokan-patokan ini tidak mungkin
dipakai untuk keperluan kita ini
Penentuan umur paling tepat ialah dengan adanya
Akte Kelahiran , tapi sayangnya sebagian anggota
masyarakat kita tidak memiliki akte ini.
VISUM ET
REPERTUM
SUMPAH
Asertoris menyatakan (pasal 242)
Sbg saksi
Sbg ahli
Pronisoris berjanji (hukum prinsip)
Menjadi warga negara
Jabatan / pekerjaan
Keterangan saksi
Keterangan ahli
Keterangan terdakwa
Surat-surat
Petunjuk
BAGIAN-BAGIAN
1. PRO JUSTISIA.
Kata ini dicantumkan disudut kiri atas, dan
dengan demikian visum et repertum tidak perlu
bermaterai, sesuai dengan pasal 136 KUHAP.
2. PENDAHULUAN
Identitas korban.
Keterangan dari penyidik mengenai cara
kematian, luka, dimana korban dirawat, waktu
korban meninggal.
Keteranganmengenai orang yang menyerahkan /
mengantar korban pada dokter dan waktu saat
korban diterima dirumah sakit.
3. PEMBERITAAN.
Memakai bahasa Indonesia yg mudah
dimengerti orang awam.
Angka harus ditulis dengan hurup, (4 cm
ditulis empat sentimeter).
Tidak dibenarkan menulis diagnose luka,
(luka bacok, luka tembak dll).
Luka harus dilukiskan dengan kata-kata
Memuat hasil pemeriksaan yang objektif
(sesuai apa yang dilihat dan
ditemukan).
4. KESIMPULAN.
Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter
yang memeriksa, mengenai hasil pemeriksaan
sesuai dgn pengetahuan yang sebaik-baiknya.
Seseorang melakukan pengamatan dengan
kelima panca indera (pengelihatan,
pendengaran, perasa, penciuman dan
perabaan).
Sifatnya subjektif.
5. PENUTUP.
Memuat kata Demikianlah visum et repertum
ini dibuat dengan mengingat sumpah pada
waktu menerima jabatan.
Diakhiri dengan tanda tangan, nama
lengkap/NIP dokter.
VISUM ET REPERTUM
VISUM ET REPERTUM
35
36
37
38
Bagian Pemberitaan
Disebutkan KU korban sewaktu datang
Luka2 / cedera / penyakit yang ditemukan
pada pem. Fisik: letak, jenis, sifat luka,
ukuran luka
Pemeriksaan penunjang
Tindakan medis yg dilakukan
Riwayat perjalanan penyakit selama
perawatan
Keadaan akhir saat perawatan selesai
Gejala yang dpt dibuktikan scr objektif
dapat dimasukkan dalam VeR
40
VeR JENAZAH
Jenazah yang akan dimintakan VeR nya
harus dilabel: identitas mayat, dilak dengan
diberi cap jabatan, diikatkan pada ibu jari
kaki atau bag. Tubuh lain.
Pada surat permintaan VeR harus jelas
tertulis jenis pemeriksaannya, apakah
pemeriksaan luar (pemeriksaan jenazah)
atau pemeriksaan luar & dalam/autopsi
(pemeriksaan bedah jenazah)
43
44
VeR PSIKIATRIK
Pasal 44 (1) KUHP: Barangsiapa melakukan
perbuatan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan padanya disebabkan
karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya atau
terganggu karena penyakit, tidak dipidana
Diperuntukkan bagi tersangka/terdakwa
pelaku tindak pidana, bukan bagi korban.
Pembuat visum sebaiknya seorang dokter
psikiatri yang bekerja di RSJ atau RSU
Keadaan tertentu dmn kesaksian seseorang
yang amat diperlukan sedangkan ia
terganggu kejiwaannya, jika ia bersaksi di
pengadilan maka kadang hakim juga
meminta VeR psikiatrik
45
JENIS VISUM
1. Visum et Repertum korban hidup visum
yg diberikan u/ korban luka-luka k/
kekerasan, keracunan, perkosaan, psikiatri.
Visum et Repertum lgsg Langsung
diberikan stlh pemeriksaan Korban, contoh
VetR Jenasah.
Visum et Repertum sementara
VetR yg diberikan pd korban yg msh
dirawat
VetR yg diterbitkan belum ada
kesimpulan
k/ menunggu observasi lebih lanjut.
LINGKUP PROSEDUR
MEDIKOLEGAL
Pengadaan visum et repertum
Ttg pemeriksaan kedokteran trhdp
tersangka
Pemberian keterangan ahli pd masa sblm
persidangan & pmberian keterangan ahli
didlm persidangan
Kaitan VeR dgn Rahasia kedokteran
Penerbitan Surat Keterangan Kematian &
Surat Keterangan Medik
Ttg Fitness/kompetensi pasien utk
menghadapi pemeriksaan penyidik
Perundang-undangan dan
Peraturan yang Berkaitan Dengan
Pekerjaan Dokter dalam
Membantu Peradilan
Pasal 1(28)
KUHAP
Pasal 120 KUHAP
Pasal 133 KUHAP
Pasal 134 KUHAP
Pasal 135 KUHAP
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
136
160
161
162
170
KUHAP
KUHAP
KUHAP
KUHAP
KUHAP
: Barangsiapa sengaja
mencegah, menghalangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat utk pengadilan, diancam dgn
pidana penjara plg lama 9 bln pidana denda plg byk
Rp. 4.500
KETERANGAN AHLI
Pasal 1 butir 28 KUHAP : Keterangan
ahli adalah keterangan yang diberikan
oleh seorang yang memiliki keahlian
khusus tentang hal yang diperlukan
untuk membuat terang suatu perkara
pidana guna kepentingan pemeriksaan
Pasal 184 KUHAP : Akan dijadikan alat
bukti yang sah di depan sidang
pengadilan
KUHAP (Keterangan
Ahli)
Pasal 186: Keterangan ahli adalah apa yang
KETERANGAN AHLI
Pihak yang berwenang meminta
KUHAP Pasal 133 ayat (1) : penyidik
KUHAP Pasal 11 : penyidik pembantu
Kategori penyidik
Surat Keputusan Pangab No :
Kep/04/P/II/1983 tentang
Penyelenggaraan Fungsi Kepolisian
Militer
Pasal 4 huruf c : Polisi militer
sebagai penyidik
Pasal 6 ayat c : Provoost dalam
membantu Komandan/Ankum dalam
penyidikan perkara pidana, tetapi
penyelesaian selanjutnya
diserahkan kepada POM atau POLRI
KETERANGAN AHLI
(Prosedur permintaan keterangan ahli)
Permintaan oleh penyidik secara tertulis (KUHAP
Pasal 133 ayat (2) terutama untuk korban mati)
Ditujukan kepada instansi kesehatan atau
instantsi khusus, bukan individu dokter yang
bekerja dalam instansi itu
Jenasah harus
diperlakukan baik, diberi
label identitas, penyidik
wajib memberitahu
keluarga pemeriksaan yg
DASAR HUKUM
Dalam hal demikian maka bantuan seorang ahli sangat
penting diperlukan dalam rangka mencari kebenaran materiil
selengkap-lengkapnya bagi para penegak hukum tersebut.
u/ permintaan bantuan tenaga ahli pada tahap penyidikan
disebutkan pada KUHAP pasal 120 ayat (1), yg menyatakan :
Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta
pendapat orang ahli / orang yg memiliki keahlian khusus.
u/ permintaan bantuan keterangan ahli pada tahap
pemeriksaan persidangan, disebutkan pada KUHAP pasal 180
ayat (1) yg menyatakan : Dalam hal diperlukan u/
menjernihkan duduknya persoalan yg timbul di sidang
pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli
dan dapat pula minta agar diajukan bahan baru oleh yg
berkepentingan.
Tersangka :
Sel epitel dinding
vagina
Penyakit menular
seksual
Gol. Darah
Enzimatik
DNA
Hasil (akibat)
Penetrasi penis
Ejakulasi
Minggu I
Sperma
2 hari
Air mani
3 hari
Robekan hymen
Perlukaan
PMS
Obat2(NAPZA)
Kehamilan
Stress pasca
perkosaan
3 hari
Minggu II
Minggu III
PENYIDIK
POLRI
DOKTER
+
PENYIDIK POLRI
DOKTER
SURAT
KETERANGA
N DOKTER
DOKTER
FORENSIK
VER
VeR
PENYIDIK
POLISI
Dokter spesialis
forensik &
medikolegal
Dokter :
Obgyn
Psikiater
Bid. Spesialis
umum
Penyidik polri
Dokter spesialis
forensik &
medikolegal
VeR
3. Mencari : as.fosfatase
Bahan pemeriksaan : Cairan vaginal
Metoda : Cairan vaginal ditaruh pada kertas
whatman,diamkan sampai kering Semprot dengan
reagensia
Hasil yang diharapkan : Warna ungu timbul dalam
waktu kurang dari 30 detik, berarti asam fosfatase
berasal dari prostat (berarti indikasi besar), warna
ungu timbul kurang dari 65 detik (indikasi sedang)
4. Bahan pemeriksaan : pakaian
Metoda :
Inhibisi asam fosfatase dengan L (+) asam tartrat
Reaksi dengan asam fosfatase
Sinar UV : visual ; taktil dan penciuman
Patologi seks
I.
Heteroseksuil
1. Algolagni : puas bila disakiti/menyakiti lawan jenis
a. Sadisme : puas bila menyakiti (umumnya laki2)
b. Masochisme : puas bila disakiti
2. Necrophili : koitus dg mayat (wanita), sering mencuri mayat
wanita
3. Fetichisme : puas bila melihat 1 bgn tubuh lawan jenis/ memiliki
benda2 lawan jenis (yg diteruskan dg onani), kasus ini srg
mencuri/ mengintip
4. Pygmalionisme : semacam fetichisme dimana seorg jatuh cinta dg
benda mati : arca, patung, gambar, lukisan, foto ( melihat itu &
beronani sehingga mndptkan kepuasan seks), lebih srg pd laki2
5. Gerontophili : seorg jatuh cinta pd jenis kelamin lain yg jauh lebih
tua
6. Exhibitionisme : kepuasan seks didapatkan setelah menunjukan
alat kelaminnya dimuka umum (sekalipun tdk onani) berlawanan
dg Pasal 281 KUHP
DD : Dementia senilis pd ortu, serangan epilepsi, org gila
7. Transvertitisme : mendapatkan kepuasan seks bila memiliki/
memakai jenis lain srg diikuti pencurian pakaian
II. Homoseksual
1. tribadie : mendptkan kepuasan seks dg cara
menggeserkan/ penggosokan alat kelamin satu sama
lain di paha/tangan. Kdg2 disertai dg pergerakan onani
dg jari2/ memasukkan jarinya ke vagina
2. saphisme : perbuatan seks di luar batas, umunya
terjadi di antara perempuan & mengakibatkan sadisme
3. predirasti : terdapat pd laki2 dimana ia senang
memasukkan penisnya ke anus temannya
4. onani : pelaku mencari kepuasan sendiri tidak
melanggar hukum asal melakukannya tdk ditempat
umum
a.Onani dilakukan sendiri ( disebut onani )
b.Onani yg dilakukan oleh org lain yg sm jenis
kelamin ( disebut onani mutualis)
III. Lain2
1. sodomi-zoophili-bestialiteit : berhubungan seks dg
binatang, baik terdapat pd laki2 atau perempuan
2. satryasis : laki2 dg napsu seks berlebihan
3. nymphomania : wanita dg napsu berlebihan
Kesimpulan VeR
Pd wanita ini : nama, umur (bila umur tdk diketahui, sebutkan pantas
dikawini/ tdk) didapatkan :
Tanda kekerasan .
Selaput dara (deskripsikan bentuk luka dan lokasi/jam ).
Bila tdk ada kerusakan : tidak ada tanda kekerasan
Bila rusak : mengalami robek yg (bisa) diakibatkan oleh alat
kemaluan pria dalam keadaan ereksi
Bila ragu : mengalami robek sehingga alat kemaluan pria dalam
keadaan tegang tidak dpt masuk tanpa mengakibatkan
kerusakan seperti ini
Bila robekan lama : terdapat robekan lama (contoh deskripsi :
terdapat robekan tepinya masih/ tdk berdarah, rata/tdk, samapi
kedasar/tdk terdapat di tempat yg sesuai dg arah jarum jam pd
jam.)
Didapatkan sperma (semen ) pd pemeriksaan usap vagina
Intinya yg harus diutarakan dlm kesimpulan :
Adanya persetubuhan (kl bs sebutkan kpn kira2 terjadinya)
Ada tanda kekerasan/ tdk
Usia/ pantas dikawin- tdk pantas dikawin