Anda di halaman 1dari 101

DIPERKOSA ATAU TIDAK?

KELOMPOK 11

KELOMPOK 11
Nama

NIM

Marcella Dian

405070096

PENULIS

Restu Wahyuni

405070140

SEKRETARIS

Emilya Kusnaidi

405080016

Andrew

405080020

Roky Arianto

405080061

Divan Fernandes

405080065

Riana Chandra

405080073

Alberto Kosasih

405080079

Catherina Chandra

405080081

Motya Aldiarthi

405080142

Ike Martyani

405080144

Diana Marsha

405080145

Tutor : dr. Hendra

KETUA

DIPERKOSA ATAU TIDAK?


Xe, seorang perempuan berumur 15 tahun diantar oleh keluarganya ke sebuar
RS untuk dibuatkan visum. Ia mengaku telah diperkosa sekitar 12 jam yang lalu oleh
tetangganya, Qe yang berumur 20 tahun. Menurut penuturannya, kejadian berawal
dari Xe yang bertemu dengan Qe pada sore hari saat pulang sekolah. Qe menawarkan
Xe pulang bersama dengan mobil. Merasa kenal baik dengan tetangganya itu, ia tidak
menolak.
Di tengah perjalanan, Qe mengajak Xe mampir ke sebuah caf temannya. Tanpa
curiga,Xe memsan minuman bersoda. Xe mengaku setelah minum soda tersebut saat
masuk ke dalam mobilm kepalanya terasa berat dan akhirnya tak sadarkan diri. Ia
terbangun keesokan harinya di sebuah rumah dalam keadaan tak berpakaian dan
merasa sakit di daerah kemaluannya. Qe mengancam Xe untuk tidak menceritaka ke
siapapun karena Qe akan bersikeras hubungan seks itu dilakukan ataas dasar suka
sama suka. Tetapi Xe tetap mengadu ke orang tuanya.
Sesampainya di RS , dokter yang bertugas menyuruh kedua orang tua Xe
melapor terlebih dahulu ke kantor polisi terdekat. Setelah itu, dokter tersebut baru
memeriksa keadaan Xe secara meneluruh dan melakukan beberapa pemeriksaan
penunjang. Dari pemeriksaan fisik secara menyeluruh ditemukan :

Laserasi di dasra hymen pada jam


Spermatozoa dalam keadaan motil di dalam vagina.

Dokter kemudian mengobati Xe dan membuat visum et repertum


Sementara Qe diperiksa polisi lebih lanjut . Orang tua Qe marah dan akan
menuntut balik Xe, pihak polisi dan dokter yang memeriksa karena telah menuduh
anaknya melakukan perbuatan asusila.

LEARNING OBJECTIVE
Mampu menjelaskan tentang visum et repertum secara
umum
Mampu menjelaskan visum et repertum pada kasus
pemerkosaan
Mampu menjelaskan pemeriksaan korban dengan dugaan
pemerkosaan ( fisik dan penunjang )
Mampu menjelaskan kewajiban dokter dalam membantu
proses peradilan
Mampu menjelaskan sanksi memberikan keterangan palsu
Mampu menjelaskan larangan menjadi saksi ahli
Mampu menjelaskan penanganan yang tepat pada korban
dugaan perkosaan

LO 1
MAMPU MENJELASKAN TENTANG VISUM ET
REPERTUM SECARA UMUM

VISUM ET REPERTUM

DEFINISI
Visum et Repertum Visual (melihat ) dan
Repertum (melaporkan)
Visum et Repertum laporan mengenai apa yang
dilihat atau diperiksanya.
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK FK UI laporan
tertulis yang dibuat atas permintaan tertulis dari
pihak yang berwajib mengenai apa yang dilihat
atau diperiksanya berdasarkan keilmuannya dan
berdasarkan sumpah untuk kepentingan peradilan

Dari definisi diatas dapat ditarik beberapa


unsur yang penting ,yaitu :
Laporan tertulis :
sebaiknya diketik dan pada akhir alinea ditutup dengan garis
Dibuat oleh dokter:
semua jenis keahlian dokter dapat membuatnya
Permintaan tertulis dari pihak yang berwajib
permintaan dari pihak2 lain tidak dapat dialyani ( ex : permintaan
keluarga)
Apa yang dilihat / diperiksa berdarkan keilmuan
merupakan bagian dari obyektif
Berdasarkan sumpah :
Dicantumkan di bagian penutup
Kepentingan peradilan :
Berarti bukan untuk kepentingan2 lain (ex : asuransi )

JENIS JENIS VeR


Secara umum dapat disebutkan bahwa VeR memuat
keterangan mengenai orang hidup ataupun mati
Untuk orang hidup :
VeR perlukaan (termasuk keracunan)
VeR kejahatan susila (pemerkosaan)
VeR psikiatrik
Sesuai dengan kondisi subjek yang diperiksa
Untuk orang mati :
VeR jenazah

Dalam operasional penyidikan, dapat


dilaporkan berbagai penemuan dalam
pemeriksaan barang bukti/kasus, diungkapkan
dalam:
* Visum et Repertum sementara, atau
* Visum et Repertum sambungan/lanjutan,
atau
* Surat keterangan medis

VISUM ET REPERTUM KORBAN HIDUP


Dibuat setelah pemeriksaan selesai, korban tidak perlu dirawat lebih lanjut
atau meninggal.
Visum et Repetum sementara, dibuat:
setelah pemeriksaan selesai, korban masih perlu mendapat perawatan
lebih lanjut.
Visum et Repertum lanjutan dibuat bila:
Setelah selesai perawatan korban sembuh.
Setelah mendapat perawatan, korban meninggal.
Perawatan belum selesai, korban pindah RS atau
dokter lain.
Perawatan belum selesai, korban pulang paksa atau melarikan diri.

TATA CARA PENULISAN


VeR dibuat secara tertulis, sebaiknya dengan mesin ketik, diatas
sebuah kertas putih dengan kepala surat institusi kesehatan yang
melakukan pemeriksaan
Ditulis dalam bahasa Indonesia, tanpa memuat singkatan, dan
sedapat mungkin tanpa istilah asing, bila terpaksa digunakan, berikan
penjelasan dalam bahasa Indonesia
Apabila sesuatu kalimat dalam VeR berakhir tidak pada tepi kanan
format, maka sesudah tanpa tanda titik harus diberi garis hingga
ketepi kanan format.

BAGIAN- BAGIAN
1. Kata PRO JUSTISIA
Kata ini dicantumkan disudut kiri atas, dan dengan demikian visum et
repertum tidak perlu bermaterai, sesuai dengan pasal 136 KUHAP
2. Bagian Pendahuluan
Identitas korban
Keterangan dari penyidik mengenai cara kematian, luka, dimana
korban dirawat, waktu korban meninggal
Keteranganmengenai orang yang menyerahkan / mengantar korban
pada dokter dan waktu saat korban diterima dirumah sakit

3.

Bagian Pemberitaan
Syarat-syarat :
Memakai bahasa Indonesia yang mudah dimengerti orang awam
Angka harus ditulis dengan huruf, (4 cm ditulis empat
sentimeter)
Tidak dibenarkan menulis diagnosa luka (luka bacok, luka
tembak dll)
Luka harus dilukiskan dengan kata-kata
Memuat hasil pemeriksaan yang objektif (sesuai apa yang
dilihat dan ditemukan) :
Hasil pemeriksaan luar termasuk identitas korban
Hasil pemeriksaan dalam, membuka rongga tengkorak, dada
dan perut serta organ dalam, rongga mulut dan leher
Pemeriksaan penunjang jika diperlukan seperti konsultasi
dengan ahli lain : Pemeriksaan PA, Toksikologi, Balistik, Serologi,
Immunologi, Enzimatologis, Trace Evidence

4.

Bagian Kesimpulan
Identitas jenazah
Kelainan yang terdapat pada tubuh korban, baik pemeriksaan luar
maupun dalam
Hubungan kausal dan kelainan yang didapati pada pemeriksaan
(penyebab luka, persentuhan dengan benda tajam)
Sebab dan saat kematian/klasifikasi luka

5.

Bagian Penutup
Berisikan kalimat baku : Demikianlah visum et repertum ini saya
buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dengan
sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
Diakhiri dengan tanda tangan, nama lengkap/NIP dokter

Prosedur Permintaan, Penerimaan, dan Penyerahan


Visum et Repertum. Pihak yang berhak meminta VeR:
Penyidik, sesuai dengan pasal I ayat 1, yaitu pihak kepolisian
yang diangkat negara untuk menjalankan undang-undang.
Di wilayah sendiri, kecuali ada permintaan dari Pemda Tk II.
Tidak dibenarkan meminta visum pada perkara yang telah
lewat.
Pada mayat harus diberi label, sesuai KUHP 133 ayat C.
Syarat pembuat:

Harus seorang dokter (dokter gigi hanya terbatas pada gigi dan
mulut)
Di wilayah sendiri
Memiliki SIP
Kesehatan baik

PERANAN DAN FUNGSI VER


Sebagai alat bukti yang sah (KUHAP ps 184)
Berperan dalam proses pembuktian suatu perkara
pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia
Menguraikan tentang hasil pemeriksaan medik yg
tertuang di dalam bagian Pemberitahuan
Memuat keterangan atau pendapat dokter
mengenai hasil pemeriksaan medik
Menjembatani ilmu kedokteran dan hukum
Belum mampu menjernihkan persoalan di sidang
pengadilan hakim minta keterangan ahli atau diajukkan
bahan baru (KUHAP 180)

LO 2
MAMPU MENJELASKAN VISUM ET REPERTUM
PADA KASUS PEMERKOSAAN

Kasus Perkosaan
Perkosaan ialah tindakan menyetubuhi wanita yang
bukan istrinya dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan.
Persetubuhan sendiri didefinisikan sebagai penetrasi
penis ke dalam kemaluan wanita (mulai dari labia
minor).
Pada kasus akut/dini (dalam 7 hari setelah kejadian)
masih dapat dicari adanya sperma sebagai bukti.
Sedangkan bila korban diperiksa lebih dari 7 hari
setelah kejadian, kemungkinan ditemukannya sperma
lebih sulit dan pemeriksaan lebih ditujukan untuk
mengetahui terjadinya kehamilan.

Pembuatan VeR
Harus ada permintaan tertulis dari penyidik yang berwenang dan
korban harus diantar polisi. Buat visum berdasarkan keadaan
yang didapatkan pada tubuh korban saat surat permintaan VeR
diterima dokter.
Hasil pemeriksaan korban yang diperiksa datang atas inisiatif
sendiri, bukan atas permintaan polisi, tidak dapat dijadikan VeR,
tetapi hanya sebatas surat keterangan.
Untuk membuat VeR, korban harus datang dengan polisi yang
membawa surat permintaan VeR. VeR dibuat berdasarkan
keadaan yang ditemukan saat permintaan diajukan.

VeR Pada Korban Kejahatan Susila


Umumnya korban kejahatan susila yang
dimintakan VeR nya pada dokter adalah kasus
dugaan adanya persetubuhan yang diancam
hukuman oleh KUHP (perzinahan, perkosaan,
persetubuhan dengan wanita yang tidak
berdaya, persetubuhan dengan wanita yang
belum cukup umur, serta perbuatan cabul)
21

VeR Pada Korban Kejahatan Susila


Dokter berkewajiban untuk membuktikan adanya
persetubuhan atau perbuatan cabul, adanya kekerasan
(termasuk keracunan), serta usia korban
Periksa adakah penyakit hub. Seksual, kehamilan, dan
kelainan psikiatrik sbg akibat dr tindakan pidana tsb
Dokter tidak dibebani pembuktian adanya
pemerkosaan, krn istilah pemerkosaan adalah istilah
hukum yang harus dibuktikan di depan sidang

22

VeR Pada Korban Kejahatan Susila


Dalam kesimpulan: tercantum perkiraan usia korban,
ada atau tidaknya tanda persetubuhan, dan bila
mungkin menyebutkan waktu perkiraan kejadian, dan
ada tidaknya tanda kekerasan
Bila ditemukan adanya tanda2 ejakulasi atau adanya
tanda2 perlawanan (cth: darah pd kuku korban), dokter
berkewajiban mencari identitas tersangka mll pem.
Gol. Darah serta DNA

23

Tugas dokter
Tugas dokter bukan menentukan apakah korban telah diperkosa,
melainkan mencari ada/tidaknya bukti berupa tanda-tanda
persetubuhan, kekerasan dan jenis kekerasan yang menyebabkannya
sesuai kejadian.
Dokter harus teliti, waspada, dan curiga, namun tetap obyektif dan
tidak memihak. Catat setiap penemuan, termasuk hal-hal yang tidak
ditemukan, tetapi relevan dengan keterangan korban. Jangan
menyampaikan kesimpulan atau opini.
Simpan bukti-bukti yang diperoleh dalam tempat terpisah, disegel, dan
diberi label dengan jelas berisi nama korban, tanggal, nama pemeriksa,
dan dari mana bukti diperoleh. Di atas segel tulis inisial pemeriksa
secara melintang sehingga bila telah dibuka akan diketahui.
Barang bukti diserahkan secara langsung pada polisi (dengan tanda
terima) atau disimpan di tempat terkunci. Hal ini untuk menjamin bukti
dapat digunakan dengan sah di pengadilan.

Dasar Hukum
Agar kesaksiannya dalam perkara pidana dapat
membantu pengadilan dengan sebaik-baiknya,
dokter perlu mengetahui undang-undang yang
berkaitan dengan tindak pidana tersebut. Dalam
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) diatur
undang-undang tentang kejahatan terhadap
kesusilaan, yaitu:

Pasal 284
1. Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan:
l. a. seorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak (overspel), padahal
diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku baginya,
I.b. seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak, padahal
diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku baginya;
2. a. seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal
diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin;
2. b. seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan
itu, padahal diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan
pasal 27 BW berlaku baginya.
2. Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/istri yang
tercemar, dan bilamana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tenggang waktu
tiga bulan diikuti dengan permintaan bercerai atau pisah-meja dan ranjang
karena alasan itu juga.
3. Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75.
4. Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan
belum dimulai.
5. Jika bagi suami-istri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan selama
perkawinan belum diputuskan karena perceraian atau sebelum putusan yang
menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap. a

Pasal 285
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita
bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

Pasal 286
Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal
diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

Pasal 287
1. Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal
diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umumya belum lima belas
tahun, atau kalau umurnya tidak jelas, bawa belum waktunya untuk dikawin,
diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
2. Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur wanita belum
sampai dua belas tahun atau jika ada salah satu hal berdasarkan pasal 291 dan
pasal 294.

Pasal 288
1. Barang siapa dalam perkawinan bersetubuh dengan seormig wanita yang
diketahuinya atau sepatutnya harus didugunya bahwa yang bersangkutan
belum waktunya untuk dikawin, apabila perbuatan mengakibatkan luka-luka
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara
paling lama delapan tahun.
3. Jika mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.

Pasal 289
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang untuk
melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena
melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.

Pasal 290
Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:
1. barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal
diketahuinya bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya;
2. barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal
diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya, bahwa umumya belum lima
belas tahun atau kalau umumya tidak jelas, yang bersangkutan belum
waktunya untuk dikawin:
3. barang siapa membujuk seseorang yang diketahuinya atau sepatutnya harus
diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umumya tidak
jelas yang bersangkutan atau kutan belum waktunya untuk dikawin, untuk
melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau bersetubuh di
luar perkawinan dengan orang lain.

Pasal 292
Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama
kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

Pasal 293
1. Barang siapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang,
menyalahgunakan pembawa yang timbul dari hubungan keadaan, atau
dengan penyesatan sengaja menggerakkan seorang belum dewasa dan baik
tingkahlakunya untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul
dengan dia, padahal tentang belum kedewasaannya, diketahui atau selayaknya
harus diduganya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
2. Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan orang yang terhadap dirinya
dilakukan kejahatan itu.
3. Tenggang waktu tersebut dalam pasal 74 bagi pengaduan ini adalah masingmasing sembilan bulan dan dua belas bulan.

Pasal 294
1. Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengm anaknya, tirinya, anak
angkatnya, anak di bawah pengawannya yang belum dewasa, atau dengan
orang yang belum dewasa yang pemeliharaanya, pendidikan atau
penjagaannya diannya yang belum dewasa, diancam dengan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
2. Diancam dengan pidana yang sama:
1. pejabat yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang karena
jabatan adalah bawahannya, atau dengan orang yang penjagaannya
dipercayakan atau diserahkan kepadanya,
2. pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas atau pesuruh dalam penjara,
tempat pekerjaan negara, tempat pen- didikan, rumah piatu, rumah sakit,
rumah sakit jiwa atau lembaga sosial, yang melakukan perbuatan cabul
dengan orang yang dimasukkan ke dalamnya.

Pasal 295
1. Diancam:
1. dengan pidana penjara paling lama lima tahun barang siapa dengan
sengaja menyebabkan atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul
oleh anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, atau anak di bawah
pengawasannya yang belum dewasa, atau oleh orang yang belum
dewasa yang pemeliharaannya, pendidikan atau penjagaannya
diserahkan kepadanya, ataupun oleh bujangnya atau bawahannya yang
belum cukup umur, dengan orang lain;
2.
dengan pidana penjara paling lama empat tahun barang siapa dengan
sengaja menghubungkan atau memudahkan perbuatan cabul, kecuali
yang tersebut dalam butir 1 di atas., yang dilakukan oleh orang yang
diketahuinya belum dewasa atau yang sepatutnya harus diduganya
demikian, dengan orang lain.
2. Jika yang RS melakukan kejahatan itu sebagai pencarian atau kebiasaan,
maka pidana dapat ditam sepertiga.

LO 3
MAMPU MENJELASKAN PEMERIKSAAN KORBAN
DENGAN DUGAAN PEMERKOSAAN ( FISIK DAN
PENUNJANG )

Anamnesis
Tanyakan apakah pasien telah mandi, membersihkan diri, mengganti
pakaian, atau minum obat-obatan sejak kejadian tersebut. Secara
keseluruhan data yang didapat harus meliputi:
1. Identitas: umur, tanggal dan tempat lahir, status perkawinan.
2. Riwayat medis.
3. Riwayat ginekologi; termasuk riwayat menstruasi (menars, lama,
jumlah, siklus, keteraturan, nyeri), metode kontrasepsi, riwayat
penyakit menular seksual, riwayat penyakit radang panggul, koitus
terakhir, dst.
4. Riwayat obstetri; cara melahirkan, graviditas, dan paritas.
5. Tempat, tanggal dan jam terjadinya perkosaan.
6. Deskripsi kejadian dengan kata-kata pasien sendiri.

Perlu ditanyakan apakah korban pingsan dan apa sebabnya, apakah


karena korban ketakutan hingga pingsan atau korban dibuat pingsan
dengan obat tidur atau obat bius yang diberi pelaku.
Ada dua pendapat mengenai anamnesis dalam VeR saat ini. Ada
yang memasukkannya dalam VeR karena merupakan bagian dari
pemeriksaan. Tetapi, ada yang memilih tidak dimasukkan dalam
VeR karena bukan fakta yang dilihat dan ditemukan dokter sendiri.
Namun, bila diminta yang berwajib, anamnesis adalah keterangan
dari yang diperiksa yang dilampirkan pada visum.

1. Pengumpulan, penyimpanan & pengiriman


Air mani
Barang bukti yang mngandung bercak harus di
keringkan sebelum dikirim & jng teralu banyak
di manipulasi:
Pakaian
Selimut , Sprei , Sarung bantal
Kendaraan
(ambil & kirim seluruh tempat duduk,bila perlu
untuk melakukan pemeriksaan kendaraan,konsul
dahulu ke pihak laboratorium)

2. Lubang lubang tubuh manusia


Contoh barang bukti :
Korban jangan membersihkan bag tubuh yg dicederai o.k
akan merusak barang bukti.
Barang bukti hrs diambil o/ dokter yg berpengalaman

Contoh dalam vagina


Sperma motil/ tidak
Pewarnaan harus tipis & didiamkan sampai kering, tutup
objek glass ksh label (pewarnaan yg dipakai,nama
korban, nama pembuat pewarnaann, tanggal, lokasi)
Dokter membersihkan vagina dgn memakai 5-10 ml
aquadest.
Swab di taruh di tabung reaksi yg kering dan diberi label.
Seluruh Tabung reaksi di taruh di lemari pendingin
sebelum dikirim

Dubur
Kasus khusus (sodomi, hub kelamin via dubur
swab & disimpan dalam tabung reaksi yang
kering,di label)

Rongga mulut
Kasus khusus (fellatio ,hub kelamin via
oral)swab beberapa tempat dalam rongga
mulut & disimpan dalam tabung reaksi
kering,dilabel)

3. Rambut kemaluan
Rambut kemaluan disisir dgn sisir bersih
kumpulkan rambut yg terlepas yg mungkin berasal
dr rambut pelaku.
24 helai rambut/> harus dicabut ,baik korban /
tersangka

4. Kontrol
Pem gol darah dari cairan tubuh (air mani)
Ambil darah & air liur dr org Ybs untuk kontrol. Jika
tidak bersedia diambil dr data di RS.
Air liur dari korban

5. Barang bukti lain


Darah, rambut kepala diambil di kirim ke lab
menurut prosedur.

Pemeriksaan forensik dalam kasus kejahatan


terhadap kesusilaan
Korban :
Identifikasi
tanda2 persetubuhan
Tanda2 kekerasan
Perkiraan umur
Pantas dikawinin atau
tidak

Tersangka :
Sel epitel dinding vagina
Penyakit menular
seksual
Gol. Darah
Enzimatik
DNA

Hasil pemeriksaan yg diharapkan pd


korban
penyebab

Hasil (akibat)

Penetrasi penis

Robekan selaput dara (hymen)


Perlukaan di daerah genital

Ejakulasi

Sperma dalam vagina


Air mani (pem.asam fosfatase; kholin dan
spermin)
Kehamilan

Penyakit kelamin (PHS)

Kencing nanah (GO)


Lues (sifilis)
PHS lainnya

Faktor yg berperan dalam upaya


pembuktian
I.
-

Saat pemeriksaan dilakukan


Keaslian benda bukti ( kondisi korban saat diperiksa oelh dokter )
Kualitas pemeriksa
Koodinasi dokter penyidik

III. Penggunaan kondom

Hasil yg diharapkan dapat ditemukan pd korban


perkosaan berdasarkan saat pemeriksaan

bukti

Minggu I

Sperma

2 hari

Air mani

3 hari

Robekan hymen
Perlukaan
PMS
Obat2(NAPZA)
Kehamilan

Stress pasca
perkosaan

3 hari

Minggu II

Minggu III

Alur pemeriksaan korban perkosaan dan korban


kejahatan seksual lain
KORBAN
DOKTER

PENYIDIK POLRI
DOKTER
+
PENYIDIK POLRI

SURAT
KETERANGAN
DOKTER

DOKTER
DOKTER
FORENSIK
VER

VeR

: alur ideal pusat penanganan kekerasan terpadu


: alur normal KUHAP
: alur yg sering dijumpai dilapangan

PENYIDIK POLISI

VeR

Alur yg dapat ditempuh oleh relawan


Korban + relawan
(pendamping)

Dokter spesialis
forensik &
medikolegal

Dokter :
Obgyn
Psikiater
Bid. Spesialis
umum

Penyidik polri

Dokter spesialis
forensik &
medikolegal

Alur pemeriksaan forensik klinik


Korban
+
Surat permintaan VeR

Dr. Umum, dr. Obgyn, dr. Bedah, dr. bid. Spesialis lain

Dokter forensik

VeR

PEMERIKASAAN LABORATORIUM KORBAN KEJAHATAN


SEKSUAL
I. Menentukan adanya sperma
1. Bahan pemeriksaan: cairan vagina
Metoda : tanpa pewarnaan; satu tetes cairan vaginal ditaruh pada gelas objek
dan kemudian ditutup, pemeriksaaan dibawah mikroskop dengan pembesaran
500kali
Hasil yang diharapkan : Sperma yang masih bergerak
2. Bahan pemeriksaan: cairan vagina
Metoda : Dengan pewarnaan, dengan malachite green
Hasil yang diharapkan; bagian basis kepala sperma berwarna ungu, bagian
hidung berwarna merah muda
3. Bahan pemeriksaan : pakaian
Metoda : pakaian yang mengandung bercak diambil sedikit pada bagian
tengahnya ( konsentrasi sperma terutama di bagian tengah ) warnai dengan
pewarnaan BAEECHI selama 2 menit
Hasil yang diharapkan : Kepala sperma berwarna merah, bagian ekor biru
muda; kepala sperma tampak menempel pada serabut-serabut benang

II. Menentukan adanya air mani


1. Mencari : Kristal kholin
Bahan pemeriksaan : cairan vaginal
Metoda :
Florence
Cairan vaginal ditetesi larutan yodium
Kristal yang terbentuk dilihat dibawah mikroskop
Hasil yang diharapkan : Kristal-kristal kholin-peryodida tampak berbentuk
jarum-jarum yang berwarna coklat

2. Mencari : Kristal spermin


Bahan pemeriksaan : cairan vaginal
Metoda :
Berberio
Cairan vaginal ditetesi larutan asam pikrat, kemudian lihat dibawah
mikroskop
Hasil yang diharapkan : Kristal-kristal spermin pikrat akan berbentuk rhombik
atau jarum kompas yang berwarna kuning kehijauan

3. Mencari : as.fosfatase
Bahan pemeriksaan : Cairan vaginal
Metoda : Cairan vaginal ditaruh pada kertas
whatman,diamkan sampai kering Semprot dengan
reagensia
Hasil yang diharapkan : Warna ungu timbul dalam waktu
kurang dari 30 detik, berarti asam fosfatase berasal dari
prostat (berarti indikasi besar), warna ungu timbul kurang dari
65 detik (indikasi sedang)

4. Bahan pemeriksaan : pakaian


Metoda :
Inhibisi asam fosfatase dengan L (+) asam tartrat
Reaksi dengan asam fosfatase
Sinar UV : visual ; taktil dan penciuman

III. Tujuan : menentukan adanya kuman N-gonorrheae ( GO )


Bahan pemeriksaan : sekret urethrae dan sekret cervix uteri
Metoda : Pewarnaan Gram
Hasil yang diharapkan : Kuman N.gonorrheae
IV. Tujuan : menentukan adanya kehamilan
Bahan pemeriksaan : Urine
Metoda :
Hemagglutination inhibition test ( Pregnosticon )
Agglutination inhibition test ( Gravindex )
Hasil yang diharapkan : Terjadi agglutinasi pada kehamilan

V. Tujuan : menentukan adanya racun ( toksikologi )


Bahan pemeriksaan : darah dan urine
Metoda :
TLC
Mikrodiffusi, dlsbnya
Hasil yang diharapkan :
Adanya obat yang daoat menurunkan atau menghilangkan
kesadaran
VI. Tujuan : penentuan golongan darah
Bahan pemeriksaan : cairan vaginal yang berisi air mani dan
darah
Metoda : Serologi ( ABO grouping test )
Hasil yang diharapkan : Golongan darah dari air mani berbeda
dengan golongan darah dari korban

PEMERIKSAAN LAB PELAKU


KEJAHATAN SEKSUAL
I. Tujuan : menentukan adanya sel epitel vagina pd penis
Bahan : cairan yg masih melekat di sekitar corona glandis
Metoda : dg gelas objek ditempelkan mengelilingi corona
glandis gelas objek diletakkan diatas cairan lugol
Hasil yg diharapkan : epitel dinding vagina yg berbentuk
heksagonal tampak berwarna coklat/coklat kekuningan
II. Tujuan : menentukan adanya kuman N. gonorrheae (GO)
Bahan : sekret uretra
Metoda : sediaan langsung dg pewarnaan gram
Hasil yg diharapkan : ditemukan kuman GO

PEMERIKSAAN AIR MANI DARI


RAMBUT DAN KULIT
Para pelaku kejahatan seksual tidak jarang melampiaskan hasrat
seksualnya melalui cara yg tidak lazim ( fellatio atau sodomy)
Pem. yg rutin dikerjakan :
Daerah yg diperiksa tergantung dr peristiwanya, kepala, bulu2 /
rambut di wajah, kulit di daerah perioral, paha bgn dalam, daerah
pantat
Rambut kepala dicabut & direndam dlm larutan NaCl
Pem. Dilakukan dg pam smear & penentuan as. Fosfatase
Kulit dibasahi dg aplikator katun yg telah direndam dlm larutan NaCl
Test yg positif pd paha/ pantat, dpt membantu memperkirakab saat
terjadinya kejahatan tsb, tentunya tergantung dr : apakah korban
telah membersihkan dirinya atau belum

PATOLOGI SEKS
I.

Heteroseksuil
1.
Algolagni : puas bila disakiti/menyakiti lawan jenis
a.
Sadisme : puas bila menyakiti (umumnya laki2)
b.
Masochisme : puas bila disakiti
2.
Necrophili : koitus dg mayat (wanita), sering mencuri mayat wanita
3.
Fetichisme : puas bila melihat 1 bgn tubuh lawan jenis/ memiliki benda2
lawan jenis (yg diteruskan dg onani), kasus ini srg mencuri/ mengintip
4.
Pygmalionisme : semacam fetichisme dimana seorg jatuh cinta dg
benda mati : arca, patung, gambar, lukisan, foto ( melihat itu & beronani
sehingga mndptkan kepuasan seks), lebih srg pd laki2
5.
Gerontophili : seorg jatuh cinta pd jenis kelamin lain yg jauh lebih tua
6.
Exhibitionisme : kepuasan seks didapatkan setelah menunjukan alat
kelaminnya dimuka umum (sekalipun tdk onani) berlawanan dg Pasal
281 KUHP
DD : Dementia senilis pd ortu, serangan epilepsi, org gila
7.
Transvertitisme : mendapatkan kepuasan seks bila memiliki/ memakai
jenis lain srg diikuti pencurian pakaian

II. Homoseksuil
1. tribadie : mendptkan kepuasan seks dg cara menggeserkan/
penggosokan alat kelamin satu sama lain di paha/tangan. Kdg2
disertai dg pergerakan onani dg jari2/ memasukkan jarinya ke
vagina
2. saphisme : perbuatan seks di luar batas, umunya terjadi di antara
perempuan & mengakibatkan sadisme
3. predirasti : terdapat pd laki2 dimana ia senang memasukkan
penisnya ke anus temannya
4. onani : pelaku mencari kepuasan sendiri tidak melanggar hukum
asal melakukannya tdk ditempat umum
a.Onani dilakukan sendiri ( disebut onani )
b.Onani yg dilakukan oleh org lain yg sm jenis kelamin (
disebut onani mutualis)
III. Lain2
1. sodomi-zoophili-bestialiteit : berhubungan seks dg binatang, baik
terdapat pd laki2 atau perempuan
2. satryasis : laki2 dg napsu seks berlebihan
3. nymphomania : wanita dg napsu berlebihan

LO 4
MAMPU MENJELASKAN KEWAJIBAN DOKTER
DALAM MEMBANTU PROSES PERADILAN

PROSES PERADILAN
Yang berwenang meminta pemeriksaan kepada
dokter/ahli adalah penyidik, diatur dalam KUHAP
pasal 6 dengan syarat kepangkatan diatur dalam PP
RI No.27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP.

Yang berwenang/wajib melakukan pemeriksaan


adalah ahli kedokteran kehakiman, dokter, ahli lain
dengan ancaman pidana menurut KUHP pasal 224.
Umumnya VeR dan Expertise digunakan untuk
menentukan
ada
tidaknya
tindak
pidana,
mengarahkan penyidikan lanjutan, bukti/alasan
menahan tersangka, & ikut menentukan tuntutan.

PROSES PERADILAN
Kesimpulan dalam VeR dibuat oleh dokter atas sumpah sesuai dengan
KUHAP pasal 120 ayat (2) jadi ia tidak perlu lagi hadir di sidang
pengadilan.
Kedudukan ahli/dokter dalam KUHAP disamakan dengan saksi menurut
KUHAP pasal 179.
Akan tetapi bila ada hal yang belum/kurang jelas, maka dokter akan
dipanggil ke sidang pengadilan dan apabila menolak kewajiban ini, akan
ada sanksi pidana menurut KUHP pasal 522.

PROSES PERADILAN
Sumpah untuk menandatangani VeR : sumpah asertoris (
mjd saksi, jd ahli ) & sumpah promisoris ( pekerjaan,
jabatan, warga negara ).
Pelanggaran thd sumpah asertoris ( dengan sengaja
memberi keterangan palsu ) maka akan dikenakan sanksi
menurut KUHP pasal 242.
Pelanggaran thd sumpah promisoris baru dapat dikenakan
sanksi pidana apabila melanggar suatu hukum positif.

KETENTUAN HUKUM

Keterangan ahli : KUHAP 133


Penyidik : KUHAP 6
Kewajiban dokter : KUHAP 224
Pemeriksaan manusia : KUHAP 133 (1)
Pemeriksaan mayat : KUHAP 133 (2)
Izin bedah mayat : KUHAP 134
Laporan Expertise : KUHAP 120
Laporan VeR : KUHAP 133

KETENTUAN HUKUM

Definisi keterangan ahli : KUHAP 1 (28)


Keterangan ahli lisan : KUHAP 186
Membuka rahasia : KUHP 322
Perlindungan pembuatan VeR : KUHP 50
Ahli/dokter=saksi : KUHAP 179
Menolak panggilan saksi : KUHP 522
Keterangan palsu : KUHP 242
Larangan mjd saksi : KUHAP 168

Bantuan dokter pada penyidik :


Pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Pemeriksaan korban hidup
Pemeriksaan korban mati
Penggalian mayat
Menentukan umur seorang korban / terdakwa
Pemeriksaan jiwa seorang terdakwa
Pemeriksaan barang bukti lain (trace evidence).

LO 5
MAMPU MENJELASKAN SANKSI MEMBERIKAN
KETERANGAN PALSU

SANKSI KETERANGAN PALSU


Pasal 225
Barang siapa dengan sengaja tidak memenuhi perintah
undang-undang untuk menyerahkan surat-surat yang
dianggap palsu atau dipalsukan, atau yang harus
dipakai untuk dibandingkan dengan surat lain yang
dianggap palsu atau dipalsukan atau yang
kebenarannya disangkal atau tidak diakui, diancam:
1. dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling
lama sembilan bulan;
2. dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling
lama enam bulan;

Pasal 267
(1) Seorang dokter yang dengan sengaja memberikan
surat keterangan palsu tentang ada atau tidaknya
penyakit, kelemahan atau cacat, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun
(2) Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk
memasukkan seseorang ke dalam rumah sakit jiwa
atau untuk menahannya di situ, dijatuhkan pidana
penjara paling lama delapan tahun enam bulan.
(3) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa
dengan sengaja memakai surat keterangan palsu itu
seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran.

Pasal 242
(1) Barang siapa dalam keadaan di mana undang-undang menentukan
supaya memberi keterangan di atas sumpah atau mengadakan akibat
hukum kepada keterangan yang demikian, dengan sengaja memberi
keterangan palsu di atas sumpah, baik dengan lisan atau tulisan, secara
pribadi maupun oleh kuasanya yang khusus ditunjuk untuk itu, diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
(2) Jika keterangan palsu di atas sumpah diberikan dalam perkara pidana
dan merugikan terdakwa atau tersangka, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan tahun.
(3) Disamakan dengan sumpah adalah janji atau penguatan diharuskan
menurut aturan-aturan umum atau yang menjadi pengganti sumpah.
(4) Pidana pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No. 1 - 4 dapat
dijatuhkan.

LO 6
MAMPU MENJELASKAN LARANGAN
MENJADI SAKSI AHLI

LARANGAN UNTUK MENJADI SAKSI AHLI


Pasal 168 KUHAP
Kecuali ditentukan lain dalam undang-undang
ini, maka tidak dapatdidengar keterangannya
dan dapatmengundurkan diri sebagai saksi :
a.Keluarga sedarah atau semendadalam garis
lurus ke atas atau kebawah sampai sederajat
ketiga dariterdakwa atau yang bersamasamasebagai terdakwa

b.Saudara dari terdakwa atau yangbersamasama sebagai terdakwa,saudara ibu atau


saudara bapak, juga mereka yang
mempunyaihubungan karena perkawinan
dananak-anak saudara terdakwa
sampaiderajat ketiga
c.Suami atau isteri terdakwa meskipunsudah
bercerai atau yang bersama-sama sebagai
terdakwa

Pasal 169 KUHAP


(1)Dalam hal mereka sebagaimanadimaksud
dalam pasal 168 menghendakinya dan
penuntut umum serta terdakwa secara tegas
menyetujuinya dapat memberi keterangan
dibawah sumpah
(2)Tanpa persetujuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), mereka diperbolehkan
memberikan keterangan tanpa sumpah

LO 7
MAMPU MENJELASKAN PENANGANAN YANG
TEPAT PADA KORBAN DUGAAN PERKOSAAN

KESIMPULAN
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan telah
terjadi persetubuhan dimana ditemukannya
spermatozoa dalam keadaan motil dalam
vagina dan perlu dilakukan pemeriksaan lab
(darah atau urine) untuk menentukan Xe
diperkosa dalam keadaan pingsan atau tidak.

SARAN
Melakukan penanganan yang tepat untuk
korban dugaan perkosaan dengan
memperhatikan 3 aspek,yaitu : sosial, fisik ,
dan psikis.

Eva :
diktat dr handoko : dlm keadaan hidup spermatozoa masih dpt : 2hr, dlm
keadaan mati : sampai 7 hari. Dibuku forensik beda. Yang dipakai yang mana?
tergantung siklus menstruasi wanitanya (?)
mengapa pd orang yang mati spermatozoa diketemukan lebih tahan lama?
sperma tidak tahan pada suhu tinggi (??),
Sperma yang tidak bergerak = sperma yang mati?
orang tua tersangka melaporkan penyidik, dokter dan anak perempuan yang
diperkosa ke polisi, diperbolehkan atau tidak? Ibu tersangka apakah dikenakan
pasal penuduhan? Penyidik dan dokter dilindungi hukum, tidak bs dituntut
karena hanya melakukan kewajiban
Wk :
Di kuhp pasal 133 yg berwenang meminta pemeriksaan adalah penyidik, tapi
misalnya korban dan keluarganya keburu dateng ke dokter, boleh atau tidak kita
melakukan pemeriksaan dahulu? Boleh.
Pasal 224 sebagai dokter kita wajib datang untuk menjadi ahli, tapi misalkan
saja sebagai fresh graduate diminta menjadi saksi ahli, bolehkah menolak?
Tidak bisa menolak jika tidak ada alasan penting.

William
Jika di daerah tidak ada dokter forensik, boleh digantikan oleh dokter
umum? boleh karena dokter termasuk saksi ahli
Ganjar
kasus istri reserse yang diperkosa ; tidak ada bekas sidik jari, tidak ada
tanda jendela dibuka dari luar. Pemeriksaan benar diperkosa atau
tidak? Dokter hanya memeriksa adakah persetubuhan atau tidak,
tidak bisa mendiagnosis adanya perkosaan atau tidak.
jika suami istri coitus sebelum diperkosa, hasil laserasi sama? Apakah
pemeriksaan spermatozoa bisa untuk menentukan ia diperkosa suami
atau tidak? periksa air mani gol.darah, spermatozoa
Erwin
tata cara prosedur aborsi pada korban pemerkosaan? Pastikan apakah
benar kasus perkosaan atau tidak. Korban harus konseling dahulu. Aborsi
dilakukan bila ada indikasi pasien traumatik. Aborsi dilakukan sebelum
umur kehamilan 6 minggu, dihitung dari HPHT.
proses peradilan lama, haruskah korban menunggu? meminta
pengadilan mempercepat proses tanya pakar

Anda mungkin juga menyukai