Aduuh...persendianku
bengkak dan nyeri!
Ignatia Karina Hallis
405100066
Blok Kardiovaskuler
FK UNTAR 2012
LO
DRA (definisi, epidemiologi, etiologi, faktor
risiko, klasifikasi, patofisiologi, gejala,
komplikasi, DD, pemeriksaan, tata laksana,
pencegahan dan KIE, prognosis)
PJR
DEFINISI
Demam reumatik suatu proses radang akut yg
didahului oleh infeksi kuman streptokokus beta
hemeolitikus grup A (SBHGA) di tenggorokan &
mempunyai ciri khas cenderung kambuh.
DR suatu penyakit inflamasi non supuratif yg
digolongkan pd kelainan vaskular kolagen atau kelainan
jar.ikat (IPD)
DR sindrom klinis sebagai komplikasi infeksi
Streptococcus beta-hemolyticus grup A, dengan satu
atau lebih gejala mayor: poliartritis migran akut, karditis,
korea minor, nodul subkutan, dan eritema marginatum.
(IKA)
DR biasa menyerang sendi tetapi jantung merupakan
organ yang terberat bila terserang DR
EPIDEMIOLOGI
Negara maju insiden menurun setelah th 1900:
AS: 0,5-2/100.000 penduduk (gordis 1985)
ETIOLOGI
Akibat interaksi individu, penyebab
penyakit, faktor lingkungan
Berhubungan erat dengan infeksi saluran
nafas bagian atas oleh Streptococcus
beta-hemolyticus group A
Faktor predisposisi
FAKTOR PADA PEJAMU
Faktor genetik
Jenis kelamin
Golongan etnik&ras (kulit
hitam>>> dibandingkan
putih)
Umur (sering mengenai
anak 5-15 tahun, puncak
sekitar 8 thn)
Status gizi
FAKTOR LINGKUNGAN
Keadaan sosio-ekop
yang buruk
Iklim&geografi
Cuaca (Perubahan
cuacainfeksi sal nafas
atas>>>DR>>>)
Kepadatan penduduk
Klasifikasi DR
DR akut
DR yang terjadi saat akut
DR inaktif
DR yang tidak menimbulkan tanda-tanda
radang
DR kronis
DR yang terjadi secara terus menerus selama
6 bulan
PATOGENESIS
Patogenesis
Lamanya masa laten streptokokus tergantung dari
manifestasi klinis yang menyertai:
Pendek : atritis dan eritema marginatum
Sedang : karditis dan nodul subkutan
Panjang : chorea
KONSEP DRA
Manifestasi klinis
Gejala peradangan umum
- Demam
- Lesu
- Anoreksia
- Lekas tersinggung
- BB tampak menurun
- Pucat
- Artralgia
b. Karditis
Proses peradangan aktif yang mengenai endokardium,
miokardium, dan pericardium. Karditis dapat meninggalkan
gejala sisa, terutama katup jantung. Yang paling sering
ditemukan bising sistol apical yang menjalar ke aksila.
Gejala dinilelah, pucat, tidak bergairah, tampak sakit
( hingga beberapa minggu )
c. Khorea
Gerakan-gerakan cepat , bilateral, tanpa tujuan dan sukar
dikendalikan, seringkali disertai kelemahan otot.
Sering pada anak perempuan sekitar umur 8 tahun
Gambaran klinis gerakan tidak terkendali pada ekstremitas,
hipotonia ok kelemahan otot, inkoordinasi gerakan, gangguan
emosi
d. Eritema marginatum
Berupa bercak-bercak merah muda dengan bagian tengahnya
pucat sedangkan tepinya berbatas tegas, berbentuk bulat atau
bergelombang, tanpa indurasi dan tidak gatal. Tempatnya
berpindah-pindah di kulit dada dan bagian dalam lengan atas
dan paha, tetapi tidak pernah terdapat dikulit muka.
e. Nodul subkutan
Terletak dibawah kulit, keras, tidak terasa sakit, berukuran
antara 3-10 mm, biasanya terdapat di bagian ekstensor
persendian terutama sendi siku, lutut, pergelangan tangan dan
kaki, daerah suboksipital dan diatas prosessus spinosus
vertebralis torakalis dan lumbalis.
Timbul setelah beberapa minggu setelah serangan akut DR
Dianggap sebagai prognosis yang buruk ok disertai karditis
berat
Atralgia
Nyeri sendi tanpa disertai tanda2 objektif pada
sendi. Atralgia biasanya melibatkan sendi2 besar.
Kadang2 nyerinya sangat berat shg tidak mampu
bergerak
Gambaran klinis
Stadium 1
Infeksi saluran napas bagian atas oleh kuman -streptococcus
hemolitikus grup A.keluhan biasanya demam, batuk, rasa sakit
waktu menelan, tidak jarang disertai muntah dan bahkan pada
anak kecil dapat terjadi diare. Infeksi ini biasanya berlangsung 24 hari dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Biasanya
terjadi 10-14 hari sebelum manifestasi pertama penyakit DR atau
PJR
Stadium 2
Disebut juga sebagai periode laten, ialah masa antara infeksi
streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik;
biasanya periode ini berlangsung 1-3 minggu, kecuali korea yang
dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian
Stadium 3
Fase akut demam reumatik, saat timbulnya berbagai manifestasi
klinis demam reumatik/penyakit jantung reumatik
fase akut : gejala peradangan
Artritis :
sendi besar, migran, lebih dari satU
tanda radang, cairan sendi steril
Karditis :
endo-myo-peri (Pancarditis)
bising baru/berubah, kardiomegali
EKG : interval P-R memanjanG
Korea Syndenham :
perubahan emosional, gerakan cepat tdk terkendali.
Eritema marginatum :
bercak merah, pucat ditengah & bulat
berpindah-pindah, tidak gatal
dada & ekstremitas
Nodulus subkutan
benjolan pada sendi siku, lutut, pergelangan tangan
kecil, keras dan sakit
Epistaksis, sakit perut dan pnemonia
Stadium 4
Disebut juga stadium infektif. Pada fase ini baik penderita demam
reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu dapat
mengalami reaktivasi penyakitnya.
Eritema marginatum
Nodule subcutaneus
Kekambuhan
Serangan reumatik menurun dari 23% mnjd
11% setelah 1-5 tahun serangan 1
Faktor yang menyebab meningkatnya
reumatik adalah kelainan jantung
PJR dgn kardiomegali 43% tnp kardiomegali
27% tanpa kelainan jantung 10%
Faktor imun jg berpengaruh
Kekambuhan dapat dicegah dengan
pencegahan sekunder
DIAGNOSIS:
(Dr. T. Ducket Jones)
KRITERIA MAYOR
KRITERIA MINOR
Karditis
Demam
Poliartritis migrans
Artralgia
Khorea
Eritema marginatum
Nodul subkutan
Anemia
Leukositosis
LED meningkat
CRP positif
Manifestasi minor
Klinis :
Artralgia
Demam
Penunjang
:
Manifestasi klinis
2 mayor atau 1 mayor + 2 minor & bukti infeksi SBHGA
2 minor & bukti infeksi SBHGA
30
31
CAPOCHES
CARDITIS : 50%, demam, batuk, sesak, nyeri dada, 1 dr 4 gx :
bising organik baru ~ insufisiensi katup (mitral, aorta)
perikarditis (taki/bradikardi, friction rub, ekstrasistole, PR int
> s/d AV blok) karditis ringan
kardiomegali karditis sedang
gagal jantung kongestif (gallop) karditis berat
POLYARTHRITIS MIGRANS : >75%, radang pd sendi besar
CHOREA SYDENHAM : 10%, pdu anak 8-12 th
ERYTHEMA MARGINATUM : 10%, tdk gatal, pd kasus berat
SUBCUTAN NODULE : 1-2%, tdk nyeri, mobil
Pemeriksaan penunjang
Terbagi atas 3 golongan :
Gol I uji radang jaringan akut, yakni
reaktan fase akut
Gol II uji bakteriolois dan serologis
yang membuktikan infeksi streptokokus
Gol III radiologis, elektrokardiografi,
dan ekokardiografi untuk menilai adanya
kelainan jantung
Pemeriksaan Penunjang
Uji laboratorium yg berguna dalam diagnosis
demam reumatik adalah:
Bukti adanya infeksi streptokok
Bukti adanya faringitis akibat SGA sebelumnya,
diperlukan untuk konfirmasi diagnosis DRA. Analisis
antibodi terhadap antigen streptokok dalam serum
penderita berguna untuk mendapatkan bukti adanya
infeksi sebelumnya. Uji yg paling sering digunakan
adalah uji antistreptolisin O (ASTO) dan uji ini secara
umum dipakai untuk uji antibodi terhadap streptokok.
Pemeriksaan penunjang
Antibodi streptokokus
Lebih menjelaskan adanya infeksi dengan adanya
kenaikan titer ASTO dan anti DNA-se. Terbentuknya
antibodi2 ini sangat sangat dipengaruhi oleh umur dan
lingkungan
Titer ASTO positif bila besarnya 210 todd pada orang
dewasa dan 320 pada anak2.
Titer pada DNA-se positif 120 todd untuk orang dewasa
dan 240 todd pada untuk anak2.
Antibodi ini dapat terditeksi pada minggu kedua sampai
minggu ketiga setelah fase akut DR atau 4-5 minggu
setelah infeksi kuman SGA di tenggorokan (whitnack F
dkk, 1985).
Gambaran elektrokardiografi
Berguna dlm mendiagnosis dan tatalaksana DRA walaupun
kadang2 mungkin normal kecuali adanya sinus takikardi
Pemanjangan interval PR tjd pd 28-40% penderita, jauh lbh
sering drpd penyakit demam yg lain.
Pemeriksaan penunjang
EKG
Tidak ada pola yg khas dari EKG pada DR
dengan karditis.
Adanya bising sistolik dapat dibantu dengan
kelainan EKG berupa interval PR yg memanjang
atau perubahan patern ST-T yg tidak spesifik
(wahab, 1980)
Apusan darah
Anemia yg ringan sering ditemukan karena infeksi
kronis DR adalah anemia normositer normokrom.
Gambaran ekokardiografi
Membantu diagnosis miokarditis dan dapat dinilai
berat ringannya miokarditis, yaitu dengan menilai
tingakt kontraktilitas miokardium dan mengukur fraksi
ejeksi.
Terdapatnya regurgitasi dan derajat regurgitas mitral
dan aorta dpt jg dinilai
Dimensi ventrikel dapat diukur dengan teknik ini
Adanya perikarditis dan kira2 jumlah cairan dapat
tampak
Ekokardiografi
Pemeriksaan 2D echo-Doppler dan colour flow Doppler
echocardiography
cukup sensitif dan memberikan informasi yang spesifik
terhadap kelainan jantung.
Pemeriksaan M-mode echocardiography
dapat memberikan informasi mengenai fungsi ventrikel.
Pemeriksaan 2D echocardiography
dapat memberikan informasi mengenai gambaran
struktur anatomi jantung secara realistic, sedangkan
Pemeriksaan 2-dimensional echo-Doppler dan colour
flow Doppler echocardiography
cukup sensitive untuk mengenali adanya aliran darah
yang abnormal dan regurgitasi katup jantung.
Diferensial Diagnosa
Arthritis/arthralgias
Rheumatoid arthritis
Reactive arthritis
Dermatomyositis
Erythema nodosum
Henoch-Schnlein purpura
Lupus erythematosus in infants and children
Chorea
Drug reaction (eg, oral contraceptive pills, phenytoin, haloperidol,
amitriptyline, metoclopramide, fluphenazine)
Huntington chorea
Chorea gravidum
Periarteritis nodosa
Erythema marginatum - Drug reactions
Subcutaneous nodules - Rheumatoid arthritis
Diagnosis banding
DR
RA
LES
Umur
5-15 tahun
5 tahun
10 tahun
Rasio kelamin
Sama
Wanita 1,5:1
Wanita 5:1
Kelainan sendi
Sakit
Kelainan Ro
Hebat
Tidak ada
Sedang
Sering
Ringan
Tidak ada
Kelainan kulit
Eritema
marginatum
Makular
Lesi kupu-kupu
Karditis
Ya
Jarang
Lanjut
Respons thd
salisilat
Cepat
Lambat
Lambat/ -
TATALAKSANA DRA
Pencegahan primordial
Pencegahan primer
eradikasi streptokokus
Terapi suportif & terapi thd komplikasi
tirah baring
obat anti-inflamasi
Pencegahan sekunder
cegah rekurensi DRA & PJR
profilaksis endokarditis infektif
Pencegahan tersier
atasi sekuele (mis: critical MS surgical valvotomy/
valvuloplasty/valve replacement)
43
FARMAKOLOGI
OBAT ANTIRADANG
YANG DIANJURKAN
MANIFESTASI
KLINIS
PENGOBATANPADA
DEMAM
REUMATIK
Artralgia
Hanya
analgesik (misal asetaminofen).
Artritis
Cara pemberian
Dosis
Frekuensi/lama
pemberian
Penisilin
Benzatin G
IM
1,2 juta S
1 kali
Penisilin prokain
IM
600.000 S
Penisilin V
Oral
250.000 S
3 kali sehari
selama 10 hari
Eritromisin
Oral
125 250 mg
4 kali sehari
selama 10 hari
Pencegahan
Bagian IPD FK-Unand/RSUP dr. Djamil padang
melaksanakan program untuk DR dan PJR :
Untuk pasien <20 tahun, mendapat suntikan
Benzatin penisilin G 1,2 juta unit tiap 4 minggu
sampai umur 25 tahun.
Untuk pasien >20 tahun, mendapat suntikan
Benzatin penisilin G (long-acting) selama 5 tahun.
Kalau setelah cara 1 atau 2 terjadi kekambuhan
lagimaka mendapat kembali suntikan Benzatin
penisilin G dengan dosis 1,2 juta unit tiap 4 minggu.
Untuk selama 5 tahun berikutnya, bila kasus berat
menjadi tiap 3 minggu.
Pencegahan
Pencegahan primer
Upaya pencegahan infeksi streptokokus grup A
beta hemolitik
Antibiotika penisilin V 2 jut/hr selama 10 hari
benzatin penisilin parentral
Eritromisin 40mg/BB/hr slama 10 hr
Pencegahan sekunder
Upaya pencegahan agar infeksi srteptokokus
group A beta hemolitik tidak menetap
Benzatin penisilin G yang long aktif
Penerapan pengobatan
sekunder
DR dengan karditis dan PJR dilakukan
selama 10 Tahun / sampai umur 40
tahun / seumur hidup
DR dengan karditis pengobatan 10 tahun
DR saja pengobatan selama 5 tahun
sampai umur 21 tahun
Lingkungan
Umur
Perkerjaan
Cuaca
Keadaan jantung
TERAPI ANTIBIOTIKA
Dosis
Antibiotika
Pencegahan primer
Benzatin penisilin G
600000-1200000 U im 1 x
Penisilin V
Azitromisin
12 mg/kg/hr po 5 hari
Eritormisin
Amoksisilin
Sefaleksin
Pencegahan sekunder
Benzatin penisilin G
Penisilin V
125-250 mg bid po
Eritormisin
40 mg/kg/hr bid po
Sulfonamid
250 mg/hr po
PENATALAKSANAAN
Pengobatan simptomatis
Obat anti radang yang dianjurkan pada demam reumatik
Manifestasi klinis
Pengobatan
Artralgia
Artritis
Karditis
PENATALAKSANAAN
Analgesik dan anti-inflamasi
Obat anti radang diberikan untuk
menekan gejala radang akut yang timbul
meskipun adanya radang dan perjalanan
penyakitnya sendiri tidak berubah. Oleh
karena itu obat anti radang sebaiknya
hanya diberikan bila diagnosis telah
ditegakkan.
Terapi Farmakologi
(1)
Antibiotics
Penicilin atau antibiotik lainnya untuk menghilangkan
bakteri streptococcus. Setelah pasien mendapat terapi
antibiotik penuh, maka akan dilanjutkan dengan
pemberian antibiotik untuk mencegah kekambuhan,
minimal lima tahun
Penisilin berguna untuk mencegah ekseserbasi penyakit
ini, sebab lebih aman dan efektif daripada sulfonamid.
Untuk profilaksis pada anak, diberikan penisilin
Terapi antibiotik
Pada profilaksis secara parental,
digunakan penisilin G benzatin :
Untuk dewasa : 1,2 juta unit
Untuk anak <5 tahun : 0,6 juta unit IM 1x /
2-3 minggu
Spektrum penisilin G
Penisilin G efektif terutama pada mikroba
gram (+) dan spirochaeta ; selain itu
beberapa mikroba gram () juga sangat
sensitif terhadap penisilin G (misalnya
gonococcus yang tidak menghasilkan
penisilinase).
Farmakokinetik
Absorpsi : penisilin G mudah rusak pada
suasana asam (pH 2)
Distribusi : penisilin G didistribusi luas
dalam tubuh. Kadar obat yang memadai
dapat tercapai dalam hati, empedu, ginjal,
usus, limfe, dan semen. Terikat dengan
protein sebanyak 50-60%, dimetabolisme
20% dan waktu paruh 1/2 jam.
Penisilin G
Absorbsi
Mudah rusak dalam suasana asam (pH 2), tetapi cairan
lambung dengan Ph 4 tidak terlalu merusak penisilin
Tidak dianjurkan untuk pemberian oral
Makanan menghambat absorbsi
Absorbsi amoksisilin di saluran cerna jauh lebih baik daripada
ampisilin. Dengan dosis oral yang sama, amoksisilin
mencapai kadar dalam darah yang tingginya 2X ampisilin.
Metisilin tidak diberikan per oral sebab cepat dirusak oleh
asam lambung dan absorbsinya buruk
Karbenisilin tidak diabsorbsi di saluran cerna
distribusi
Didistribusi luas di dalam tubuh
Kadar obat yang memadai dapat tercapai dalam hati, empedu, ginjal, usus,
limfe, dan semen, tetapi dalam CSS sulit dicapai
Biotransformasi dan ekskresi
Biotransformasi dilakukan oleh mikroba berdasarkan pengaruh enzim
penisilinase dan amidase
Proses biotransformasi oleh hospes tidak bermakna
Akibat pengaruh penisilin terjadi pemecahan cincin betalaktam, dengan
kehilangan seluruh aktivitas antimikroba. Amidase memecah rantai samping,
dengan akibat penurunan potensi antimikroba
Hanya penisilin isoksazolil dan metisilin yang tahan terhadap pengaruh
penisilinase, sedangkan amidase mempengaruhi semua penisilin tanpa
terkecuali
Penisilin dieksresikan melalui proses sekresi di tubuli ginjal yang dapat
dihambat oleh probenesid
Kegagalan fungsi ginjal sangat memperlambat ekskresi penisilin
Efek samping
Reaksi alergi tersering
Syok anakfilaksis untuk menanggulangi,
berikan segera mungkin larutan adrenalin
1:1000 secara SK sebanyak 0,3 0,4 mL.
Adrenalin sampai 1 mL reaksi paradoksal
Reaksi toksik dan iritasi lokal efek toksik
terjadi berdasarkan sifat iritatif penisilin dalam
kadar tinggi misalnya terhadap susunan saraf
bisa menimbulkan gejala epilepsi grand mal (IV).
(2)
AINS untuk meredakan inflamasi. Jika
tubuh tidak merespon terhadap terapi,
maka diberikan kortikosteroid
NSAID IBUPROFEN
Bersifat analgesik, tetapi daya inflamasi tidak terlalu
kuat.
Absorpsi cepat melalui lambung; T1/2 sekitar 2 jam (90%
terikat dlm protein plasma); ekskresi cepat dan lengkap.
Dosis= 4 x 400 mg/ hari.
ES:
Kemungkinan perdarahan bila diberikan bersama warfarin.
Mengurangi efek diuresis dan natriuresis furosemid dan tiazid.
Mengurangi efek antihipertensi obat -blocker, prazosin dan
kaptopril.
Eritema kulit, sakit kepala, trombositopenia, ambliopia toksik
yang reversibel (jarang).
NAPROKSEN
Absorpsi baik melalui lambung; T1/2 14 jam (cukup
diberikan 2x sehari); ikatan dengan protein plasma
mencapai 98-99%; ekskresi pada urin dalam bentuk
utuh/ konjugat.
Interaksi obat sama seperti ibuprofen.
Dosis: 2 x 250-375 mg/ hari untuk terapi reumatik
sendi (bila perlu dapat diberikan 2 x 500 mg/ hari).
ES:
Dispepsia ringan sampai perdarahan lambung
Sakit kepala, pusing, rasa lelah, dan ototoksisitas (?)
Gangguan terhadap hepar dan ginjal pernah dilaporkan.
(3)
Anticonvulsant, untuk menangani korea
yang parah. Contoh: valproic acid
(Depakene, Stavzor) or carbamazepine
(Carbatrol, Equetro, others).
Terapi Non-Farmakologi
Pembedahan
Dilakukan pada kasus, di mana RHD telah berkembang menjadi gagal jantung,
dan semakin memburuksetelah terapi untuk RHD. Pembedahan dilakukan
untuk mengurangi insufisiensi katup. Pada pasien dengan stenosis mitral
akibat RHD, maka dilakukan Mitral valvulotomy, percutaneous balloon
valvuloplasty, atau mitral valve replacement
Diet
Anjurkan makanan bergizi tanpa pantangan, kecuali pada pasien dengan CHF,
yang dibatasi jumlah asupan cairan dan sodiumnya.
Aktivitas
Pasien tidak diperbolehkan melakukan aktivitas penuhnya (tirah baring
dianjurkan). Pasien dengan chorea menggunakan kursi roda.
Karditis
minimal
Karditis
tanpa
kardiomegali
Karditis
dengan
kardiomegali
Tirah baring
2 minggu
3 minggu
6 minggu
3-6 bulan
Mobilisasi
bertahap di
ruangan
2 minggu
3 minggu
6 minggu
3 bulan
Mobilisasi
bertahap di
luar ruangan
3 minggu
4 minggu
3 bulan
3 bulan atau
lebih
Semua
kegiatan
Sesudah 6-8
minggu
Sesudah 10
minggu
Sesudah 6
bulan
bervariasi
TERAPI SUPORTIF
Manifestasi DRA
Terapi
Pembatasan aktivitas
Artritis
Karditis
ringan
Karditis
sedang
Karditis
berat
1-2 minggu
2-3 minggu
4-6 minggu
3-6 bulan
2-3 minggu
4-6 minggu
2-3 bulan
2-3 minggu
2-4 minggu
1-3 bulan
3-6 bulan
Aktivitas penuh
6-8 minggu
8-10 minggu
3-6 bulan
>6 bulan
1-2 minggu
3-4 minggu
6-8 minggu
2-4 bulan
2-6 minggu
Pembatasan fisik
Tirah baring
Obat anti-inflamasi
Salisilat
Prednison
OAI
Salisilat
Dosis
100 mg/kg/hr 2 minggu 25 mg/kg/hr 4-6 minggu
Terapi Suportif
Terapi
Pembatasan
aktifitas
Manifestasi
Klinis
Atritis
Karditis berat
Tirah baring
1-2 mgg
2-3 mgg
4-6 mgg
3-6 bln
Aktivitas dlm
rmh
1-2 mgg
2-3 mgg
4-6 mgg
2-3 bln
Aktivitas luar
rmh
2-3 mgg
2-4 mgg
1-3 bln
3-6 bln
Aktivitas
penuh
6-8 mgg
8-10 mgg
3-6 bln
>6 bln
Salisilat
1-2 mgg
3-4 mgg
6-8 mgg
2-4 bln
Prednison
2-6 mgg
Pembatasan
fisik
Obat anti
inflamasi
Karditis Artritis +
Karditis +
Kardiomegali -
Karditis +
6
Kardiomegali +
Karditis +
Gg jantung +
>12
>6
PENATALAKSANAAN
Pengobatan suportif
Tirah Baring
Status karditis
penatalaksanaan
Tirah baring selama 2 minggu dan sedikit demi sedikit rawat jalan
Derajat 2
Tirah baring selama 4 minggu dan sedikit demi sedikit rawat jalan
Derajat 3
Tirah baring selama 6 minggu dan sedikit demi sedikit rawat jalan
selama 4 minggu
Derajat 4
selama 6 minggu
Tirah baring ketat selama masih ada gejala gagal jantung dan sedikit
Diet
Protein
Lemak sedang
Vitamin dan mineral
Diet rendah garam
Makanan
Serat
cairan
0.8 gram/kgBB
25-20% dari energi total
Cukup
2-3 gram/hari
Mudah cerna dan tidak menimbulkan gas
Cukup
2 liter/hari
Komplikasi
Valve stenosis : penyempitan katup yang
mengakibatkan penurunan aliran darah
Valve regurgitation : lubang yang membuat darah
beralur pada jalur yang salah
Kerusakan otot jantung
Kerusakan pada katup mitral atau yang lainnya, dapat
mengakibatkan:
Atrial fibrillation,
Gagal Jantung
KOMPLIKASI DRA-PJR
gagal jantung
pankarditis (infeksi dan peradangan di
seluruh bagian jantung)
pneumonitis reumatik (infeksi paru)
emboli atau sumbatan pada paru
kelainan katup jantung, dan infark
(kematian sel jantung)
Prognosis
DR tidak akan kambuh bila infeksi Streptokokus
diatasi.
Prognosis sangat baik, bila karditis sembuh pd saat
serangan akut DR
Perjalanan penyakit DR dan PJR tidak membaik, jika
bising katup tidak menghilang.
Prognosis memburuk bila gejala karditis lebih berat
Pencegahan sekunder dilakukan dengan baik
penyembuhan akan bertambah
Prognosis pada umumnya buruk pada penderita
dengan karditis pada masa kanak-kanak
Serangan ulang dalam waktu 5 tahun pertama dapat
dialami oleh sekitar 20% penderita dan kekambuhan
semakin jarang terjadi setelah usia 21 tahun
Kelainan yang terjadi di katup mitral sangat
bergantung pada beratnya karditis pd awal infeksi
LO 2
Penyakit Jantung
Rematik (PJR)
DEFINISI
Suatu kondisi dimana terjadi kerusakan
pada katup jantung yang bisa berupa
penyempitan atau kebocoran, terutama
katup mitral (stenosis katup mitral)
sebagai akibat adanya gejala sisa dari
Demam Rematik (DR)
Etiologi
Terjadi setelah infeksi Streptococcus beta
hemolyticus group A pada saluran
pernafasan bagian atas
Mitral Insufisiensi
Patofisiologi
Berkurangnya substansi dasar dari jaringan
katup jantung, pemendekan dan penebalan
dari chorda tendinae merupakan penyebab
utama
Gagal jantung karena mitral insufisiensi ini
biasanya juga disertai oleh myocarditis,
endocarditis, atau pericarditis.
Pada akhirnya, akan terjadi gagal jantung kiri
dan akan berefek mundur
Komplikasi
Pada mitral insufisiensi yang berat, bisa
ditemukan gagal jantung yang berat juga, dan
adanya fibrilasi atrium atau infective
endocarditis. Dapat juga ditemukan aritmia
Penatalaksanaan
pemberian obat profilaksis untuk penyakit
reumatiknya, lalu obat-obatan untuk
menangani gagal jantung (ACE-inhibitor, dsb)
Tindakan operatif, dilakukan jika terapi
farmakologik tidak membuahkan hasil
( transplantasi katup )
Mitral Stenosis
Patofisiologi
Karena fibrosis dari cincin mitral, kontraktur
dari katup mitral atau dari chorda
tendinaenya. Perlu waktu yang cukup lama
sampai mitral stenosis ini dapat terjadi.
Efek mundurnya nyata dengan adanya gagal
jantung kanan, karena darah terkumpul di
paru dan jantung kanan
Penatalaksanaan
valvotomy
baloon catheter mitral valvuloplasty
Aortic Insufisiensi
Etiologi
Terjadi karena katup aorta mengalami
sklerosis atau retraksi. Lebih sering terjadi
berbarengan dengan mitral insufisiensi
Diagnosis
pada foto thorax bisa didapat pembesaran jantung kiri
EKG dapat menunjukan gambaran hipertrofi ventrikel
kiri
MRI dapat dengan tepat menentukan jumlah darah
yang regurgitasi
Penatalaksanaan
Pemberian terapi gagal jantung, operasi katup dengan
indikasi:
Gagal jantung, edema paru, angina
Pemeriksaan penunjang
Komplikasi
Gagal jantung
Endokarditis bakteri
Trombo-emboli
Pencegahan PJR
Jangan sampai mengalami demam
rematik (DR)
Faktor lingkungan diperbaiki
Seseorang yang terinfeksi kuman
Streptococcus beta hemolyticus dan
mengalami demam rematik, harus
diberikan therapy yang maksimal
(adekuat) dengan antibiotiknya