Anda di halaman 1dari 2

APAKAH MEREKA PUTUS ASA?

Aku masih tetap jadi diriku yang dulu, paksaan tidak pernah aku harapkan dari mereka.
Dua sosok pasangan yang sudah tua yang membelaku sampai aku hidup seperti sekarang
ini, andai aku jadi orang besar kelak dihari nanti, aku berjanji untuk membalas jasa-jasa
mereka.
Itulah sebuah perkataan yang aku simpan dalam kalbuku. Sejak peristiwa yang
memilukan jauh dari sang ibu. Aku diasuh oleh kakek dan nenekku sampai aku dapat
kuliah seperti sekarang ini, perjuangan mereka aku lihat tampak tergopoh-gopoh demi
melihatku bahagia. Namun, pantaskah aku mengecewakan mereka di usiaku yang
mungkin menurut orang-orang adalah masa yang menyenangkan.
Namun aku tidak demikian, sahabat. Aku korbankan waktuku hanya untuk
dapat menuntut ilmu karena bagiku ilmu adalah suatu makna yang akan membawaku
terbang memasuki syurga impian. Sejak memasuki sekolah menengah kisaran umur
duabelas tahun aku mulai hidup mandiri, biarlah aku keluar dari kampungku dalam
misi memperjuangkan impianku meskipun sekolah di daerah orang lain, pengharapan
akan ridho Allah yang akan aku bawa kemana-mana sampai nafas ini berakhir. Masa
yang indah bagiku bukanlah masa-masa remaja yang penuh dengan kerancuan hidup,
tapi masa indah bagiku adalah ketika aku mulai dapat membuat orang tuaku
tersenyum bangga melihatku, prinsip yang aku tegaskan adalah tidak membuat
orangtua menangis karena ulah buruk kita.
Apakah engkau ingat perjuangan orangtuamu? Aku yakin kau pasti ingat sama
sepertiku, masa ketika kita masih kecil mereka tidak pernah putus asa mengajari kita
berbagai pembelajaran. Engkau disuapi, engkau ditemani berjalan walaupun engkau
tertatih-tatih tidak berjalan sempurna, setiap pagi sang Ibu menyiapkan makanan.
Ingatkah akan hal itu? Kemudian bagaimana akhirnya engkau balas mereka saat usia
remajamu masih labil. Engkau tidak pernah mendengarkan nasihat mereka, engkau
sibuk mengurusi urusan pribadimu, bahkan mungkin engkau tega berkata kasar.
Sedangkan aku sejak masih dalam buayan sudah ditinggal sang Ibu dengan
penyebab perceraian, tapi dirimu yang masih sempurna dalam keluarga tidak pernah
merasakan apa yang aku rasakan? Dimana letak rasa syukurmu, sahabat? Aku dan
teman-teman yang senasib mungkin terkadang mencari-cari kesempatan untuk dapat
bertemu orang tua yang sudah pisah tetapi sangat sulit sekali.
Sudah tujuh tahun lamanya aku tidak bertemu Ibu, kemanakah aku harus
mencarinya? Wesel suratpun telah aku kirim berkali-kali, namun tidak ada tanggapan
dimana Ibuku berada. Hanya dengan tulisan inilah aku bawa ungkapan hati yang
selama ini aku pendam, sedih rasanya aku masuk bangku perkuliahan tidak diketahui
oleh sang Ibu? Bagaimana kalutnya perasaanku pada saat hari suci idul fitri?
Seharusnya aku meminta ampunan kepada sang Ibu namun diriku sulit
mendapatkannya.
Allah memiliki banyak rencana untuk hamba-Nya, aku dititipkan kepada sosok
yang mencintaiku apa adanya. Mereka adalah kakek Yatno(73) dan Nenek Karsewi(70),
sebuah kisah yang menuai air mata, perjuangan mereka demi diriku begitu tulus.

Kakek adalah seorang penyelamat hidupku karena dia rela berdagang dibawah terik
panas matahari demi membuat cita-citaku terwujud.
Dani mau kerja atau sekolah? itulah pertanyaan kakek ketika aku lulus dari
pendidikan dasar, tapi aku berkomitmen aku tetap ingin sekolah. Walaupun desiran
lemahnya ekonomi pada saat itu aku rasakan, kakek terus berjuang menawarkan
dagangannya kepada orang-orang. Aku pun mulai sadar bahwa biaya sekolah itu tidak
gampang bagi kakek, terlunta-lunta berangkat pagi pulang sore yang akan menjadi
pembela atas perjuangannya menghidupiku. Lalu pantaskah aku hanya asal-asalan
dalam sekolah? Tidak, aku harus menghormati perjuangannya dan aku punya
kewajiban mengurusnya di usia yang sudah senja. Menepis impian yang aku jalani
setelah lulus dari SMA adalah ingin melanjutkan perkuliahan, subhanallah bukan lagi
biaya yang ringan. Aku melamar ke universitas negeri ternyata Allah menempatkan
lain karena dalam doaku aku selalu meminta yang terbaik bagiku menurut Allah.
Usaha yang aku lakukan sampai gagal tiga kali berturut-turut akhirnya
membawaku ke sebuah universitas swasta melalui beasiswa, bagiku menuntut ilmu bisa
dimana saja. Andaikan Ibuku tahu bahwa aku sudah menduduki bangku perkuliahan,
mungkin dia sangat senang sekali. Tujuh tahun lamanya aku tidak bertemu Ibu
memang sangat menyakitkan, tapi aku percaya semua akan indah pada waktunya. Aku
tidak peduli akan berbicara apa orang dibelakangku, yang terpenting bagiku adalah
masa depan yang cerah. Aku pernah merasakan bagaimana rasanya di rendahkan oleh
orang lain, dicaci dan diejek. Aku jawab sudah berakhir karena hidup itu adalah
untuk maju bukan untuk mundur.
Kebahagiaan manusia yang hidup akan terasa ketika bermanfaat untuk orang
lain, hidup di dunia memang banyak pahitnya jika dalam menjalankan kebaikan
namun akan terasa manis diakhir kehidupan mendatang. Jika kita pernah disakiti
orang lain maka janganlah engkau menyakitinya kembali, berusahalah damai dan
saling menghormati.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi sahabat semua dan saya berharap Allah
mengijinkan saya bertemu Ibu tercinta.aaamiiin

Anda mungkin juga menyukai