Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia dalam hidupnya memerlukan interaksi dengan orang lain. Untuk
berinteraksi juga membutuhkan komunikasi yang baik. Bagi sebagian orang tua,
inilah masa yang bisa cukup sulit, terutama dalam hal membangun komunikasi
dengan anak remaja. Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja yang
mencakup perubahan transisi biologis yaitu perubahan fisik yang terjadi pada remaja.
Menurut Hewitt (1981, tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik, yaitu
mempelajari

atau

mengajarkan

sesuatu,

mempengaruhi

perilaku

seseorang,

mengungkapkan perasaan, menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain,


hubungan dengan orang lain, menyelesaikaan sebuah masalah, mencapai sebuah
tujuan, menurunkan tegangan dan menyelesaikan konflik, menstimulasi minat pada
diri sendiri atau orang lain. Dengan hal tersebut maka sangatlah penting seorang
perawat untuk dapat melakukan komunikasi secara efektif. Peran perawat dalam
melakukan komunikasi pada remaja adalah hubungan yang terapeutik antara perawat
dan klien akan pengalaman belajar dan juga merupakan pengalaman koreksi terhadap
komunikasi klien. Disini perawat sebagai tim pelaksana dalam melakukan
penyusunan asuhan keperawatan membina hubungan interpersonal yang sepaham dan
saling bergantung dengan orang lain, peningkatan fungsi dan kemampuan untuk
memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan realistis yang jelas dan peningkatan
integritas diri. Dari latar belakang diatas, dijelaskan bahwa komunikasi seorang
perawat pada usia remaja adalah hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien
akan pengalaman belajar dan juga merupakan pengalaman koreksi terhadap
komunikasi klien. Oleh alasan itulah penulis ingin membahas makalah ini dengan
judul komunikasi pada usia remaja agar pembaca dapat mengetahui bagaimana cara
yang efektif berkomunikasi dengan anak usia remaja.
B. Rumusan Masalah
Latar belakang masalah yang telah dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara yang efektif berkomunikasi pada usia remaja?
2. Hambatan apa ketika seseorang berkomunikasi pada usia remaja?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Agar dapat mengetahui cara yang efektif berkomunikasi pada usia remaja.
2. Agar dapat mengetahui hambatan seseorang berkomunikasi pada usia remaja.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan yang luas akan komunikasi pada usia
remaja.
2. Mahasiswa dapat memahami hambatan seseorang berkomunikasi pada usia
remaja.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Komunikasi
Ada beberapa pengertian komunikasi menurut para ahli, yaitu sebagai berikut:
1. Menurut Hedward Depari, komunikasi adalah proses penyampaian gagasan,
harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang-lambang tertentu,
mengandung arti, dilakukan oleh penyampaian pesan ditujukan kepada
penerima pesan.
2. Menurut James AF. Stoner, komunikasi adalah proses dimana seorang
berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan.
3. Menurut John R. Schemerhom, komunikasi adalah proses antara pribadi dalam
mengirim danmenerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.
Secara umum komunikasi dapat disebutkan sebagai proses pengiriman dan
penerimaan kabar atau berita (informasi) antara dua orang atau lebih dengan cara
efektif, sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Dengan mengaju kepada
beberapa definisi komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan atau
pengetahuan kepada pihak lain. Dengan mengacu beberapa definisi komunikasi
yang dikemukakan oleh paraahlinya, secara ringkas dapat disimpulkan bahwa
komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, pengetahuan kepada orang
lain. Walaupun definisi tersebut tidak mengungkapkan apakah alat-alat dan
perlengkapan yang digunakan, kita anggap saja bahwa yang dimaksudkan
termasuk pula penggunaan alat perlengkapannya (Barata, 2003:54).
B. Bentuk-bentuk Komunikasi Bentuk komunikasi dapat verbal, non-verbal atau abstrak.
Komunikasi verbal dapat melibatkan bahasa dan ekspresinya, vokalisasi dalam
bentuk tertawa, merintih atau berteriak atau implikasi dari hal-hal yang tidak
dikatakan dalam apa-apa yang tidak dikatakan. Komunikasi non-verbal sering disebut
bahasa tubuh dan meliputi posisi tubuh, pergerakan, ekspresi wajah, postur tubuh dan
reaksi. Komunikasi abstrak dapat berbentuk permainan, ekspresi, artistik, simbol,
foto, dan pilihan pakaian. Karena komunikasi verbal memungkinkan digunakannya
kontrol kesadaran yang lebih besar maka komunikasi verbal menunjukkan indikator
perasaan sebenarnya yang kurang dapat diterima, terutama perasaan anak-anak (Wong
et al, 2008:138). Banyak faktor yang mempengaruhi proses komunikasi. Agar sukses
(sesuai dengan yang diharapkan), komunikasi harus dengan situasi, waktu yang tepat,
3

dan diungkapkan dengan jelas. Hal ini menunjukkan bahwa perawat memahami dan
menggunakan teknik-teknik komunikasi yang efektif, termasuk teknik mendengarkan.
Pesan verbal dan nonverbal harus sama yaitu dua atau lebih pesan yang dikirimkan
melalui tingkat yang berbeda tidak boleh bertolak belakang. Isu penting dalam
komunikasi adalah membiarkan saluran tetap terbuka dan memeriksa persepsi dengan
sering untuk mengkaji kualitas pemahaman (Wong et al, 2008:138).
C. Pengertian Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12 ampai 24 tahun, namun
pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa dan
bukan lagi remaja. Sebaliknya jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih
tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka tetap dimasukkan kedalam
kelomppok remaja. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada dianatara
fase anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif,
biologis dan emosi. Untuk mendeskripsikan remaja dari waktu ke waktu memang
berubah sesuai perkembangan zaman (Efendi dan Makhfudli,2004:221). Gunarsa dan
Gunarsa (2001) menyatakan bahwa remaja adalah masa peralihandari masa anak-anak
menuju masa dewasa dengan usia 11 sampai 21 tahun, disertai dengan perubahan
fisik, kepribadian, kognitif, psikososial dalam rangka pembentukkan identitas diri.
Suatu analisis yang dikemukakan oleh Monks, Knoers, dan Haditono (1996)
mengenal semua aspek perkembangan dalam masa remaja yang secara global
berlangsung antara usia 12-21 tahun yaitu usia 12-15 tahun: masa usia remaja awal,
15-18 tahun: masa remaja madya, 18-21 tahun: masa remaja akhir, akan
mengemukakan banyak faktor yang masing-masing perlu mendapat tinjauan sendiri
(Satiadarma,2004:62).
D. Tugas Perkembangan pada Usia Remaja Menurut Havighurst (dikutip oleh
Sarwono,1997) Tugas perkembangan remaja yaitu:
1) Menerima kondisi fisiknya dan memanfaatkan tubuhnya secara efektif.
2) Menerimahubungan yang lebih matang dengan teman sebayanya dari jenis
kelamin manapun.
3) Menerima peran jenis masing-masing (laki-laki atau perempuan).
4) Berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap orang tua dan orang
dewasa lainnya.
5) Mempersiapkan karir ekonomi.
6) Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
7) Merencanakan tingkah laku sosial yangbertanggungjawab.
4

8) Mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah lakunya.
Selanjutnya Havighurst (dikutip oleh Sarwono, 1997) mengemukakan bahwa tercapai
atau tidaknya tugas-tugas perkembangan diatas ditentukan oleh 3 faktor yaitu
kematangan fisik, desakan dari masyarakat, dan motivasi dari individu yang
bersangkutan (Satiadarma,2004:62).

BAB III
PEMBAHASAN
A. Berkomunikasi dengan Remaja
Remaja (usia 12 tahun lebih) menggunakan komunikasi verbal yang canggih
(misalnya komunikasi menggunakan media elektronik seperti sms, bbm, twitter, email, facebook) meskipun perilaku mereka belum menunjukkan tingkat komunikasi,
kognitif atau kematangan lebih tinggi. Remaja bisa berespons terhadap pendekatanpendekatan verbal dengan satu suku kata. Sikap berdiam diri, marah atau tingkah laku
lain perawat harus menghindari kecenderungan untuk berespons minimal dan perilaku
sosial yang diharapkan dengan menyelidik, konfrontasi, sikap terus bertanya, atau
sikap-sikap yang menghakimi. Mempermudah kontak awal dengan diskusi mengenal
teman, hobi, sekolah dan keluarga dapat memberikan waktu bagi remaja yang gelisah
untuk menyesuaikan diri. Keterbukaan dapat terjadi lebih mudah jika remaja dan
perawat terlihat dalam aktivitas bersama (Engel,2008:7-8). Sangat bermanfaat untuk
menanyakan kepada remaja apa yang mereka ketahui tentang kontak kesehatan dan
untuk menjelaskan rasional dari pengkajian kesehatan. Remaja mungkin mempunyai
perhatian terhadap privasi dari kerahasiaan dan kesempatan harus diberikan untuk
melengkapi beberapa atau semua pengkajian tanpa kehadiran orang tua. Perawat
wanita perlu sensitif terhadap potensi rasa malu remaja putra saat diperiksa perawat
wanita dan berikan selimut penutup serta meminimalkan sentuhan. Parameter
kerahasiaan harus dijelaskan terutama harus dijelaskan bahwa informasi yang
disampaikan bersifat rahasia kecuali perlu dilakukan intervensi. Remaja cenderung
menfokuskan perhatian pada citra diri dan fungsi tubuh, dan bila sesuai harus
diberikan umpan balik dari pengkajian. Diagram dan model dapat meningkatkan
umpan balik. Walaupun remaja tingkat pemahaman dan kosa kata nya yang tinggi,
mereka dapat berfungsi secara tidak konsisten pada tingkat kognitif yang lebih tinggi,
rinci, dan teknis. Remaja yang sadar diri mungkin enggan bertanya untuk klarifikasi
penjelasan yang tidak dimengerti (Engel,2008:7-8). Perkembangan komunikasi pada
usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah
mulai berpikir secara konseptual, sudah mulai menunjukkan perasaan malu, pada anak
usia remaja sering kali merenung tentang masa depan yang direfleksikan dalam
komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai menunjukkan ke arah yang lebih
positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa peralihan anak
menjadi dewasa.
6

B. Cara Komunikasi yang Efektif pada Usia Remaja


Adapun cara komunikasi antara orang tua dan anak yang efektif pada usia remaja
yaitu meliputi: (Sofia Retnowati, 2013:3)
1. Membuka pintu, yaitu ungkapan orang tua yang memungkinkan anak untuk
membicarakan lebih banyak, mendorong anak untuk mendekat dan mencurahkan
isi hatinya dan yang penting menumbuhkan pada anak rasa diterima dan dihargai.
Beberapa pernyataan yang bersifat membuka antara lain: Saya mengerti..
Ya..hm..

Oh

ya..

Coba

ceritakan

lebih

banyak..ibu

koq

tertarik

ya..Kelihatannya kamu seneng ya..


2. Mendengar aktif, kemampuan orang tua untuk menguraikan perasaan anak dengan
tepat, jadi orang tua mengerti perasaan anak yang dikirim anak lewat bahasa
verbal maupun non verbalnya. Keuntungan dari mendengar aktif, antara lain:
menolong anak tidak takut terhadap perasaan (positif-negatif); mengembangkan
hubungan yang sangat dengan orang tua; memudahkan anak memecahkan
masalahnya; meningkatkan kemampuan anak untuk mendengar pendapat orang
tua; meningkatkan tanggung jawab anak
3. Komunikasi dengan empatik, prinsip Komunikasi Empatik: Berusaha mengerti
lebih dahulu, baru dimengerti. Dalam mendengarkan empatik, kita sebagai orang
tua berusaha masuk kedalam kerangka pikiran perasaan anak remaja kita. Kita
sebagai orang tua tidak hanya mendengar dengan telinga tapi dengan mata dan
hati. Hati kita merasakan, memahami, menyelami dan berintuisi dengan
permasalahan yang sedang dialami oleh anak remaja kita. Mata kita mengamati
pesan-pesan non verbal yang diekspresikan oleh anak kita. Kita menggunakan
otak kanan sekaligus otak kiri. Mendengar Empatik adalah mendengar untuk
mengerti baik secara emosional sekaligus intelektual, bukan dengan maksud untuk
menjawab, mengendalikan atau memanipulasi orang lain. Memang tidak mudah
untuk dapat menjalin komunikasi yang positif dengan anak remaja kita yang
sedang mengalami berbagai gejolak dalam dirinya. Tetapi tidak berarti tidak bisa.
Pemahaman dan pengertian kita sebagai orang tua atas kesulitan-kesulitan yang
sedang dialami anak remaja kita merupakan hal sangat penting. Anak remaja kita
membutuhkan pengertian dari orang tuanya bahwa ia sedang mengalami proses
perubahan. Sikap ini akan mendukung terjalinnya komunikasi yang positif dengan
anak remaja.

C. Hambatan Komunikasi pada Remaja


Komunikasi merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi manusia dalam
melakukan interaksi dengan sesama. Kita pada suatu waktu merasakan komunikasi
yang kita lakukan menjadi tidak efektif karena kesalahan dalam menafsirkan pesan
yang kita diterima. Hal ini terjadi karena setiap manusia mempunyai keterbatasan
dalam menelaah komunikasi yang disampaikan. Kesalahan dalam menafsirkan pesan
bisa disebabkan karena tiga hal yaitu: (Nailul Himmah, 2013:2)
1. Hambatan Fisik :
a. Sinyal nonverbal yang tidak konsisten.
Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi, tidak melihat kepada lawan bicara,
tetap dengan aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita dan
mampengaruhi proses komunikasi yang berlangsung.
b. Gangguan Noises.
Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi,
jarak yang jauh, dan lain sebagainya. Dapat saja ini menjadi faktor penentu
materi komunikasi kita tidak dipahami. Anda terus menyampaikan materi
sementara kegaduhan pun Anda biarkan. Buatlah aturan yang disepakati agar
kegaduhan tidak berlangsung tanpa kendali. Tidak apa-apa ada kegaduhan,
namun jangan dibiarkan terlalu lama. Gaduh untuk jangka waktu 1 menit.
Setelah itu, fokus lagi dalam pembelajaran.
c. Gangguan fisik (gagap, tuli, buta).
Adanya gangguan fisik seperti gagap, tunawicara, tunanetra, dan sebagainya.
Terimalah mereka apa adanya. Mereka pasti memiliki potensi unggul lain
yang perlu digali. Anda harus siap menerima kenyataan tersebut seraya
mencari cara agar tidak terjadi hambatan komunikasi misalnya dengan cara
belajar bahasa yang mereka dapat pahami.
d. Teknik bertanya yang buruk.
Ternyata kita yang tidak memiliki kemampuan bertanya, tidak akan sanggup
menggali pemahaman orang lain, tidak sanggup mengetahui apa yang
dirasakan orang lain. Oleh karena itu, kembangkan selalu teknik bertanya
kepada orang lain. Bahwa setiap individu memiliki modalitas belajar yang
berbeda-beda.
e. Teknik menjawab yang buruk.
Kesulitan seseorang memahami materi yang disampaikan karena komunikator
tidak mampu menjawab dengan baik. Pertanyaan bukannya dijawab,
melainkan dibiarkan. Pertanyaan justru dijawab tidak tepat. Salah satu teknik
8

menjawab yang buruk adalah komunikator tidak memberikan kesempatan


individu menyelesaikan pertanyaan lalu langsung di jawab oleh komunikator.
f. Kurang menguasai materi.
Ini faktor yang sangat jelas. Begitu Anda tidak menguasai materi, itulah
hambatan komunikasi Anda. Kompetensi profesional salah satu maknanya
adalah Anda menguasai materi secara mendalam bahkan ditambahkan lagi,
meluas.
g. Kurang persiapan.
Bagaimana mungkin proses penyampaian materi atau pembelajaran dapat
optimal jika kita tidak menyiapkan perencanaan dengan baik. Oleh karena itu,
pastikan bahwa kita telah merencanakan pembelajaran.
2. Hambatan Psikologis :
a. Mendengar.
Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau
informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan
tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
b. Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
Seringkali kita mengabaikan informasi yang menurut kita tidak sesuai dengan
ide, gagasan dan pandangan kita padahal kalau dicermati sangat berhubungan
dengan ide kita, padahal ada kalanya gagasan kita yang kurang benar.
c. Menilai sumber.
Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil
yang

memberikan

informasi

tentang

suatu

hal,

kita

cenderung

mengabaikannya.
d. Pengaruh emosi.
Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi.
apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan
ditanggapinya.
e. Kecurigaan.
Kembangkanlah sikap berbaik sangka kepada semua orang. Kita hendaklah
berpikir baik atau positif bahwa materi ini bisa dipahami oleh semua orang.
Komunikator curiga pada komunikan akan membawa suasana pembelajaran
tidak kondusif.
f. Tidak jujur.
Karakter dasar komunikator mestilah ditampilkan selama pembelajaran
berlangsung dan juga di luar pembelajaran. Kita harus jujur. Jangan bohong.

Jujurlah jika memang tidak tahu. Ilmu itu sangat banyak. Sarana memperoleh
ilmu pun sangat beragam.
g. Tertutup.
Jika ada kita yang memiliki sikap tertutup atau introvert dalam proses
pembelajaran, sebaiknya jangan menjadi komunikator. Sebab dalam proses itu
diperlukan kerjasama, keterbukaan, kehangatan, dan keterlibatan.
h. Destruktif.
Jelas sikap ini akan menjadi penghambat aliran komunikasi. Cegahlah sedini
mungkin oleh kita. Jika sikap destruktif itu muncul, lakukan segera
penanganannya secara bijak atau sesuai prosedur yang berlaku.
i. Kurang dewasa.
Kita memang perlu menyadari sikapnya dalam proses pembelajaran. Bedakan
ketika kita berbicara dengan anak-anak, remaja atau dengan orang yang lebih
tua.
j. Kurang respek.
Kurang menghormati. Belajarlah dengan kondisi realitas yang ada. Bahwa
audien adalah manusia yang perlu diakui potensinya, perlu diapresiasi
kemampuannya sekecil apa pun, perlu diselamatkan dari upaya penghakiman
di hadapan individu lainnya. Seseorang tidak mampu memahami pembelajaran
bukan karena tidak mampu, tetapi ada hambatan psikologi.
k. Kebiasaan menjadi pembicara dan pendengar yang buruk.
Semua ada ilmunya. Menjadi pembicara dan pendengar yang baik pun, ada
ilmunya. Oleh sebab itu, jadilah individu yang selalu belajar. Termasuk belajar
menjadi pembicara yang baik dan pendengar yang baik.
3. Semantik :
a. Persepsi yang berbeda.
Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak
sama dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan
pertengkaran, diantara pengirim dan penerima pesan. Setiap individu memiliki
latar belakang yang berbeda. Itu adalah wajar dan real. Yang perlu dilakukan
adalah kesepakatan antara komunikator dan komunikan bahwa inilah tujuan
komunikasi yang ingin kita raih. Oleh karena itu, sampaikanlah tujuan tersebut
kepada komunikan dengan jelas.
b. Kata yang berarti lain bagi orang yang berbeda.
Kita sering mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita.
Seseorang menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda
bagi orang yang menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima
10

menit, setengah jam atau satu jam kemudian. Pastikanlah kita menggunakan
bahasa pengantar yang bisa dipahami oleh orang lain (komunikan). Hindari
menggunakan

istilah

yang

tidak

diketahui

komunikan.

Jika

ingin

menggunakan istilah, jelaskanlah padanya dengan bahasa yang mudah


dipahami. Kita akan mudah menjelaskan materi jika dibantu dengan bahasa
komunikan.
c. Terjemahan yang salah.
Ada kalanya dalam komunikasi terdapat istilah asing yang belum diketahui
oleh kita. Kita jangan merasa malu jika memang belum tahu. Ambillah kamus
bahasa Indonesia atau kamus istilah umum atau istilah dalam bidang studi
tertentu sebagai sahabat dalam menerjemahkan kata atau istilah yang tidak
diketahui.
d. Semantik yaitu pesan bermakna ganda.
Anda pastilah mengetahui bahwa ada kemungkinan pesan yang dikirim
bermakna

ganda,

lebih

dari

arti.

Inilah

salah

satu

penyebab

miscommunication. Contoh Untuk memahami materi Hipertensi pada lanjut


usia tadi, kerjakanlah 10 soal pada buku yang kamu pegang Informasi
perintah ini tidak jelas. Buku yang mana yang dimaksud? Halaman berapa?
Hindari penggunaan kalimat bermakna ganda.
e. Belum berbudaya baca, tulis, dan budaya diam.
Penyampaian materi pembelajaran Anda agar maksimal perlu ditunjang
dengan pelaksanaan budaya yang baik di dalam kelas. Tumbuhkan kebiasaan
bahwa ketika Anda menjelaskan, peserta didik memperhatikan. Ketika Anda
meminta mereka menjawab, mereka memberikan respons jawaban. Ketika
seorang peserta didik sedang menjawab, peserta didik lain diminta menyimak.
Jangan sampai sebaliknya, ketika Anda sedang menjelaskan, para peserta didik
justru saling berbicara. Ketika mereka disuruh bertanya, tidak satu pun
bertanya. Bahkan Anda dapat menumbuhkan budaya saling koreksi jawaban
antar peserta didik dapat dilakukan di bawah bimbingan Anda.

11

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada BAB III menyimpulkan bahwa: komunikasi adalah
suatu proses penyampaian informasi, gagasan atau pengetahuan kepada pihak lain.
Remaja ialah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. bentuk komunikasi
ada 2: Verbal dan non-verbal. Remaja (usia 12 tahun lebih) menggunakan komunikasi
verbal yang canggih, meskipun perilaku mereka belum menunjukkan tingkat
komunikasi, kognitif atau kematangan lebih tinggi. Adapun hambatan komunikasi:
hambatan fisik, hambatan psikologi dan hambatan semantik atau hambatan dalam
mengartikan.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan diatas penulis menyarankan kepada para remaja untuk
melakukan komunikasi yang sesuai kepada orang tua atau teman sebaya dan
menyarankan kepada orang tua untuk mendidik anaknya cara berkomunikasi yang
benar dan sesuai dengan tingkatan.

12

DAFTAR PUSTAKA
Wong, Dona L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol 1 Wong. EGC: Jakarta
Montyp Satiadarma. 2004. Jurnal Provitae. Buku Obor: Jakarta Barata
Atep Adya. 2003. Komunikasi. Elek Media Komputindo: Jakarta
Engel, Joyce. 2008. Pengkajian Pediatrik. EGC: Jakarta

13

Anda mungkin juga menyukai