Anda di halaman 1dari 28

Perpajakan 1

Rizal Firman Ashari (F0313083)


Ricky Handoko (F0313078)
Perpajakan 1, kelas C
Dosen Pengampu : Drs. Eko Arief Sudaryono Ak.,
M.Si., BKP. CA

BAB 1 dan BAB 2


PENDAHULUAN

PAJAK DAN HUKUM PAJAK

A. Pengertian Pajak
B. Ciri - ciri Pajak
B. Sumber-sumber Penerimaan NegaraC. Fungsi Pajak
D. Kebijakan Fiskal
E. Pendekatan Pajak
F. Definisi Hukum Pajak
G. Kedudukan Hukum Pajak
H. Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum
I. Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum
J. Sistematika Hukum Pajak
K. Perlawanan Terhadap Pajak
A. Sejarah Pemungutan Pajak

PENDAHULUAN

A. Sejarah Pemungutan Pajak


Pada mulanya pajak belum merupakan suatu pungutan,
tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat
kepada raja dalam memelihara kepentingan negara, seperti
menjaga keamanan negara, menyediakan jalan umum,
membayar gaji pegawai, dan lain-lain. Bagi penduduk yang
tidak melakukan penyetoran maka diwajibkan melakukan
pekerjaan untuk kepentingan umum dalam beberapa hari
selama 1 tahun.
Setelah terbentuknya negara-negara nasional dengan
bertambah luasnya tugas tugas negara maka negara
membutuhkan biaya yang besar. Sehubungan dengan itu
pembayaran pajak yang bermula sukarela berubah menjadi
pembayaran yang ditetapkan sepihak oleh negara dalam
bentuk undang-undang dan dapat dipaksakan.

B. Sumber sumber
Penerimaan Negara
Sumber-sumber penerimaan negara dapat dikelompokkan menjadi
beberapa sektor , sebagai berikut :
1. Pajak
Menurut Rochmat Sumitro, pajak adalah peralihan kekayaan dari
pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran
rutin dan surplus-nya digunakan untuk public saving yang
merupakan sumber utama dalam membiayai Public investment.
2. Kekayaan alam
Berdasarkan pasal 33 ayat (3) UUD 1945, Bumi, air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

3. Bea dan Cukai


Bea dan cukai merupakan pungutan negara yang dilakukan oleh
Direktorat Jendral Bea dan Cukai berdasarkan undang-undang yang
berlaku. Bea masuk diatur dalam UU No. 10 Th. 1995 tentang
kepabeanan. Bea Masuk adalah pungutan negara berdasarkan
undang undang pabean terhadap barang yang diimpor. Cukai
adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang tertentu
yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan
berdasarkan UU No. 11 Th. 1995 tentang cukai.
4. Iuran
Iuran adalah pungutan yang dilakukan oleh negara sehubung dengan
penggunaan jasa-jasa atau fasilitas yang disediakan oleh negara
untuk sekelompok orang.

5. Retribusi
Retribusi adalah pungutan yang dilakukan oleh negara
sehubung dengan penggunaan jasa jasa yang disediakan
negara. Retribusi yang dipungut oleh pemerintah Indonesia
diatur dalam UU No. 19 Th. 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah. Obejek retibusi terbagi dalam beberapa
hal, sebagai berikut :
a. Jasa umum, yaitu jasa untuk kepentingan dan
pemanfaatan umum.
b. Jasa usaha, yaitu jasa yang menganut prinsip komersil.
c. Perizinan tertentu, yaitu kegiatan pemda dalam rangka
pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasa.

6. Sumbangan
Istilah sumbangan ini mengandung fikiran bahwa biayabiaya yang dilekularkan untuk prestasi pemerintah tertentu
tidak boleh dikeluarkan dari kas umum, karena prestasi itu
tidak ditujukan kepada pendudukan seluruhnya, melainkan
hanya untuk sebagian tertentu saja. Pada sumbangan tidak
ada sifat paksaan melainkan besifat sukarela.
7. Laba dari BUMN
BUMN adalah badan usaha yang sebagian modalnya
merupakan kekayaan negara. Laba yang diperoleh BUMN
adalah pendapatan negara yang dimasukkan daam
anggaran pendapatan negara.

8. Sumber sumber Lain


Termasuk dalam sumber-sumber lain, misalnya :
Pencetakan uang (deficit spending) dan pinjaman. Hal itu
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan investasi negara
untuk membiayai pembangunan yang tercermin pada
Anggaran Belanja Pembangunan.
Ketika negara mengalami defisit, pemerintah lebih
memilih untuk mengambil jalan dengan melakukan kredit
luar negeri dari pada mencetak uang, karena pencetakan
uang akan membawa akibat besar dalam perekonomian.

Pajak dan
Hukum Pajak

A. Pengertian Pajak
Definisi Pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., dalam
bukunya dasar-dasar hukum pajak, Pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan UU (yang dapat dipaksakan) dengan
tidak mendapat jasa imbal yang langsung dan dapat ditunjukkan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Penghasilan negara adalah berasal dari rakyatnya melalui
pungutan pajak, dan/atau jasil dari kekayaan alam yang ada didalam
negara itu (Natural resources).
Pungutan pajak mengurangi pengasilan atau kekayaan individu
tetapi sebaliknya merupakan penghasilan masyarakat yang
kemudan dikembalikan lagi kepada masyarakat, melalui pengeluaran
pengeluaran rutin dan pengeluaran pengeluaran pembangunan
yang akhirnya dikembalikan lagi kepada seluruh masyarakat.

B. Ciri ciri Pajak


Ciri-ciri pajak yang tersimpul dalam berbagai definisi itu adalah
sebagai berikut :
1. Pajak peralihan kekayaan dari orang/badan ke pemerintahan.
2. Pajak dipungut berdasarkan/dengan kekuatan undang-undang
sehingga bisa dipaksakan.
3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan dengan adanya jasa
imbal langsung secara individual yang diberikan oleh pemerintah.
4. Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
5. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pengeluaran pemerintah.
6. Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu
dari pemerintah.
7. Pajak dapat dipungut langsung maupun tidak langsung.

C. Fungsi Pajak
Fungsi pajak antara lain sebagai berikut :
1. Fungsi Finansial (Budgeter)
Yaitu memasukkan uang sebanyak banyaknya ke kas negara dengan tujuan
untuk membiayai pengeluaran pengeluaran negara. Peneriaan sektor pajak
menjadi tulang punggung penerimaan negara dalam APBN. Data
menunjunjukkan bahwa setiap tahun peneriamaan negara dari sektor pajak
terus meningkat. Pemerintah secara konsisten melakukan pembenahan baik
aspek kebijakan maupun aspek sistem dan administratif perpajakan melalui
hal-hal berikut ini :
a. Amandemen UU perpajakan.
b. Modernisasi kantor pajak.
c. Ekstensifikasi dan intensifikasi.
d. Extra effort dalam pemeriksaan dan penagihan pajak
e. Pembangunan data base terintegrasi.
f. Penyediaan layanan melalui pemanfaatan teknologi informasi.
g. Penegakan kode etik pegawai untuk meningkatkan kedisiplinan dan good
governance paratur pajak.

C. Fungsi Pajak
2. Fungsi Mengatur (regulerend)
Yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur masyarakat baik
dalam bidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan
tertentu. Pajak digunkan untuk mencapai tujuan tertentu dapat
dilihat dalam contoh berikut ini.
a) Pemberian insentif pajak dalam rangka meningkatkan investasi
baik investasi dalam negeri maupun investasi asing.
b) Pengenaan pajak ekspor untuk produk produk tertentu dalam
rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri.
c) Pengenaan bea masuk dan Pajak penjualan atas Barang Mewah
untuk produk produk impor tertentu dalam rangka melindungi
produk dalam negeri.
Disamping kedua fungsi yang sudah disebutkan pajak masih
mempunyai tujuan-tujuan lain seperti untuk redistribusi pendapatan
dan menanggulangi inflasi.

D. Kebijakan Fiskal
Pendapatan pajak merupakan bagian dari kebijakan fiskal yang memiliki
peranan dan pengaruh sangat signifikan dalam pembangunan ekonomi
terutama karena hal berikut ini.
a. Adanya pajak menjadi alat untuk mengekang permintaan masyarakat
terhadap barang konsumsi yang ditimbulkan dari proses pembangunan.
b. Perpajakan berperan sebagai perangsang untuk menabung dan
melakukan investasi.
c. Untuk menstransfer SDM kepada pemerintah agar digunakan lebih
produktif.
d. Perpajakan harus memperbaiki pola investasi dalam perekonomian.
e. Mengurangi jurang perbedaan pendapatan antara si kaya dan si miskin.
f. Perpajakan harus memobilisasikan surplus ekonomi untuk pembangunan
secara berkesinambungan.

E. Pendekatan Pajak
1. Segi Ekonomi, dalam pendekatan ini, pajak akan dinilai dalam
fungsinya
dan
dikaji
dampaknya
terhadap
masyarakat,
penghasilan seseorang, pola konsumsi, harga pokok, permintaan
dan penawaran.
2. Segi Pembangunan, dalam pendekatan ini, pajak akan dinilai
dalam fungsinya dan dikaji dampaknya dalam pembangunan.
Pajak baru mempunyai manfaat bagi pembangunan kalau jumlah
pajak lebih besar dari pengeluaran rutin sehingga terdapat public
saving yang dapat digunakan untuk pembangunan.
3. Segi Penerapan Praktis, dalam pendekatan ini yang diutamakan
adalah penerapannya, siapa yang dikenakan, apa yang dikenakan,
berapa besarnya, bagaimana cara menghitungna, tanpa banyak
menghiraukan segi hukumnya, termasuk kepastian hukumnya.

E. Pendekatan Pajak
4. Segi hukum, dalam pendekatan ini menitikberatkan pada
perikatan (verbintenis), hak dan kewajiban Wajib Pajak,
subjek pajak dalam hubungannya dengan subjek hukum.
Hak penguasa untuk mengenakan pajak. Timbulnya utang
pajak, hapusnya utang pajak, penagihan utang pajak
dengan paksa, sanksi administratif maupun sanki pidana,
penyidikan, pembukuan. Soal keberatan, soal minta
banding, ordonansi kepatutan, daluwarsa.

F. Definisi Hukum Pajak


Hukum pajak adalah suatu kumpulan peraturan
peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah
sebagai penagih pajak dan masyarakat sebagai pembayar
pajak. Dalam hukum pajak diatur mengenai :
1. Siapa siapa yang menjadi subjek pajak dan wajib pajak.
2. Objek objek apa saja yang menjadi objek pajak.
3. Kewajiban Wajib pajak terhadap Pemerintah.
4. Timbul dan Hapusnya hutang pajak.
5. Cara penagihan pajak.
6. Cara mengajukan keberatan dan banding.

F. Kedudukan Hukum Pajak


Hukum
Perdata

Hukum

Hukum Publik

Hukum Tata
Negara
Hukum
Administrai
(hukum tata
usaha)
Hukum Pajak
Hukum Pidana

F. Kedudukan Hukum Pajak


Dari skema slide sebelumnya tampak bahwa hukum dibagi
menjadi dua yaitu hukum perdata dan hukum publik. Hukum
perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antara orang
pribadi yang satu dengan yang lain. Hukum publik merupakan
hukum yang mengatur hubungan antara penguasa dengan
warganya.
Hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik, yang
mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut
pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak (wajib pajak).

G. Hubungan Hukum Pajak dengan


Hukum
Perdata
Hukum perdata adalah bagian dari keseluruhan huku yang
mengatur hubungan antara orang orang pribadi, dengan
hukum pajak banyak sekali sangkut pautnya. Hal ini dapatlah
kita mengerti karena kebanyakan hukum pajak mencari dasar
kemungkinan pemungutannya atas kejadian kejadian,
keadaan keadaan dan perbuatan perbuatan hukum yang
bergerak dalam lingkungan perdata, seperti pendapatan,
kekayaan, perjanjian penyerahan, pemindahan hak karena
warisan dan sebagainya.

H. Hubungan Hukum Pajak dengan


Hukum
Pidana
Hukum pidana yang merupakan bagian dari hukum publik
merrupakan hubungan hukum yang terjadi antara masyarakat
dengan pemerintah yang berkaitan dengan masalah tindak
pidana. Ketentuan ketentuan pidana yang diatur dalam KUHP
banyak dipergunakan dalam peraturan UU pajak. ancaman
ancaman pidana dalam hukum pajak selalu mengacu pada
ketentuan hukum pidana.

I. Sistematika Hukum Pajak


Hukum pajak dapat dibagi menjadi dua yaitu hukum pajak formal dan hukum
pajak material.
Hukum Pajak Formal memuat ketentuan ketentuan yang mendukung ketentuan
hukum pajak material, yang diperlukan untuk melaksanakan/merealisasikan ketentuan
hukum material. Dalam ketentuan hukum formal yang diatur dalam Undang undang
ketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan mengatur mengenai hal hal berikut ini :
1. Surat Pemberitahuan (SPT, baik masa maupun tahunan)
2. Surat Setoran Pajak (SSP).
3. Surat Ketetapan Pajak.
4. Surat Tagihan.
5. Pembukuan dan Pemeriksaan.
6. Penyelidikan.
7. Surat Paksa.
8. Keberatan dan Banding.
9. Sanksi administratif, sanksi pidana, dll

I. Sistematika Hukum Pajak


Dalam ketentuan hukum formal yang diatur dalam UU
pengadilan pajak mengatur mengenai hal-hal berikut ini.
1. Sengketa Pajak.
2. Banding dan Gugatan.
3. Susunan Pengadilan Pajak.
4. Hukum Acara.
5. Pembuktian.
6. Pelaksanaan putusan, dan lain - lain

I. Sistematika Hukum Pajak


Dalam ketentuan hukum formal yang diatur dalam UU penagihan pajak
dengan Surat Paksaan antara lain mengatur mengenai hal hal berikut ini.
1. Penagihan Pajak.
2. Juru sita pajak.
3. Penagihan sketika dan sekaligus.
4. Surat Paksa.
5. Penyitaan.
6. Lelang.
7. Pencegahan dan Penyanderaan.
8. Gugatan, dan lain lain.
Ketentuan hukum formal selanjutnya dilengkapi dengan peraturan
pelaksanaan yang dikeluarkan dalam bentuk Peraturan Pemerintahan,
Keputusan Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Direktur
Jendral Pajak, Surat Edaran Dirjen Pajak.

I. Sistematika Hukum Pajak


Hukum pajak material adalah hukum pajak yang memuat
mengenai :
1. Subjek Pajak ;
2. Wajib Pajak ;
3. Objek Pajak ;
4. Tarif Pajak.

J. Perlawanan Terhadap pajak


Perlawanan terhadap pajak adalah hambatan hambatan
yang ada atau terjadi dalam upaya pemungutan pajak.
Perlawanan pajak dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
Perlawanan Pasif dan Perlawanan Aktif.
Perlawanan Pasif
Perlawanan Pajak secara pasif ini berkaitan dengan keadaan
sosial ekonomi masyarakat di negara yang bersangkutan. Pada
umumnya masyarakat tidak melakukan suatu upaya yang
sistematis dalam rangka menghambat penerimaan negara,
tetapi lebih dikarenakan oleh kebiasaan kebiasaan yang
berlaku dalam masyarakat tersebut.

J. Perlawanan Terhadap pajak


Perlawanan Aktif
Merupakan serangkaian usaha yang dilakukan oleh wajib pajak untuk
tidak membayar pajak atau menyurangi jumlah pajak yang seharusnya
dibayar. Perlawanan secara aktif dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Penghindaran Pajak
Penghindaran pajak (Tac Avoidance ) adalah suatu usaha
pengurangan secara legal yang dilakukan dengan cara
memanfaatkan ketentuan ketentuan di bidang perpajakan secara
optimal.
2. Penggelapan Pajak
Penggelapan pajak (Tax evasion) merupakan penguranga pajak
yang dilakukan dengan melanggar peraturan perpajakan seperti
memberi data data palsu atau menyembunyikan data.

Anda mungkin juga menyukai