TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gastritis
2.1.1 Anatomi Gaster
Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat di bawah
diafragma. Dalam keadaan kosong lambung menyerupai bentuk J, dan bila penuh, berbentuk
seperti buah pir raksasa. Kapasitas normal lambung adalah 1 sampai 2 liter. Secara anatomi
lambung terdiri dari :
a) Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak sebelah kiri osteum kardium
dan biasanya penuh terisi gas.
b) Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah kurvatura
minor.
c)
Antrum pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot tebal membentuk
spinter pilorus.
d) Kurvatura minor, terdapat disebelah kanan lambung terbentang dari osteum kardiak
sampai pilorus.
e) Kurvatura mayor, lebih panjang dari kurvatura minor terbentang dari sisi kiri osteum
kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju kanan sampai ke pilorus inferior.
Ligamentum gastro lienalis terbentang dari bagian atas kurvatura mayor sampai ke limpa.
f) Osteum kardiakum, merupakan tempat dimana eosofagus bagian abdomen masuk ke
lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik. (Pearce,Evelyn C. 2010)
Lambung tersusun juga atas 4 lapisan , yakni :
a) Tunika Serosa (Lapisan luar.
Merupakan bagian dari peritonium viseralis. Dua lapisan peritonium viseralis menyatu
pada kurvatura minor lambung dan duodenum kemudian terus memanjang ke hati
membentuk omentum minus. omentum minus adalah tempat yang sering terjadi
penimbunan cairan (pseudokista pankreatikum) akibat penyakit pankreatitis akut. Lipatan
peritonium yang keluar dari satu organ menuju organ lain disebut ligamentum. Pada
kurvatura mayor, peritonium terus ke bagian bawah membentuk omentum majus yang
menutupi usus halus dari depan seperti sebuah apron besar.
b) Muskularis
Terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan longitudinal (bagian luar), lapisan sirkular (bagian
tengah), dan lapisan oblik (bagian dalam). Susunan serabut otot yang unik ini
memungkinkan berbagai macam kontraksi yang diperlukan untuk memecah makanan
menjadi partikel partikel yang kecil, mengaduk, dan mencampur makanan tersebut
dengan cairan lambung, dan mendorongnya ke arah duodenum.
c) Submukosa
Tersusun atas areolar longgar yang menghubungkan lapisan mukosa dengan lapisan
muskularis. Jaringan ini memungkinkan mukosa bergerak peristaltik. Lapisan ini juga
mengandung pleksus saraf, pembuluh darah, dan saluran limfe
d) Mukosa
Tersusun atas lipatan lipatan longitudinal disebut rugae, yang memungkinkan
terjadinya distensi lambung sewaktu diisi makanan.
Terdapat beberapa kelenjar pada lapisan ini, yakni :
a. Kelenjar kardia, berada di dekat orifisium kardia dan menyekresiakn mucus.
b. Kelenjar fundus atau gastric,terletak di fundus dan pada hamper seluruh korpus
lambung. kelenjar gastri memiliki tiga tipe utama sel. Sel-sel parietal
menyekresikan HCl dan factkr intrinsik. Factor intrinsik diperlukan untuk
absorbsi vitamin B12 di dalam usus halus. Kekurangan factor intrinsic akan
mengakibatkan terjadinya anemia pernisiosa. Sel-sel mukus (leher)
ditemukan di leher kelenjar fundus dan menyekresikan mukus.( (Pearce,Evelyn
C. 2010).
2.1.2
Fisiologi Gaster
a) Fungsi motorik lambung terdiri atas :
a. Menampung, menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi
sedikit dicerna dan bergerak pada saluran cerna. Menyesuaikan peningkatan
volume tanpa menambah tekanan dengan relaksasi reseptif otot polos,
diperantarai oleh nervus vagus dan dirangsang oleh gastrin.
b. Mencampur, memecahkan makanan menjadi partikel partikel kecil dan
mencampurnya dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang
mengelilingi lambung. Kontraksi peristaltik diatur oleh suatu irama listrik
intrinsik dasar.
c. Pengosongan lambung, diatur oleh pembukaan spinter pilorus yang
dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman, aktivitas osmotik, keadaan
fisik, serta oleh emosi, obat obatan, dan olah raga. (Guyton, AC dan Hall.
1997)
b) Fungsi pencernaan dan sekresiPencernaan protein oleh pepsin dan HCl di.
a. mulai di sini; pencernaan karbohidrat dan lemak oleh amilase dan lipase
dalam lambung kecil peranannya.
b. Sintetis dari pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein yang dimakan,
peregangan antrum, alkalinisasi, dan rangsangan vagus.
c. Sekresi faktor intrinsic
d. Sekresi mukus, membentuk selubung yang melindungi lambung serta
e.
HCl,
pepsinogen,
dan menambah
mucus.
Fase sefalik
b. Fase gastric, dimulai saat makanan mencapai antrum pylorus. Distensi antrum
juga dapat menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis dari reseptor-resptor
pada dinding lambung. Impuls tersebut berjalan menuju medulla melalui aferen
vagus dan kembali ke lambung melalui eferen vagus; impuls ini merangsang
pengeluaran hormone gastrin dan secara langsung juga merangsang kelenjarkelenjar lambung. Gastrin dilepas di antrum dan kemudian dibawa oleh aliran
darah menuju kelenjar lambung, untuk merangsang sekresi. Pelepasan gastrin
juga dirangsang oleh pH alkali, garam empedu di antrum, dan terutama oleh
protein makanan dan alcohol. Membrane sel parietal di fundus dan korpus
lambung mengandung reseptor untuk gastrin, histamine, dan asetilkolin, yang
merangsang sekresi asam. Setelah makan, gastrin dapat beraksi dan juga dapat
merangsang pelepasan histamine dari sel enterokromafin dari mukosa untuk
sekresi asam. (Pearce,dkk . 2010).
Fase sekresi gastric menghasilkan lebih dari duapertiga sekresi total lambung
setelah makan, sehingga merupakan bagian terbesar dari total sekresi lambung harian
yang berjumlah sekitar 2.000ml. fase gastric dapat terpengaruh oleh reseksi bedah pada
antrum pylorus, sebab disinilah pembentukan gastrin.
c. Fase intestinal, dimuali oleh gerakan kimus dari lambung ke duodenum. Fase
sekresi lambung diduga sebagian besar bersifat hormonal. Adanya protein yang
tercerna sebagian dalam duodenum merangsang pelepasan gastrin di usus, suatu
hormone yang menyebabkan lambung terus-menerus menyekresikan sejumlah
kecil cairan lambung. (Pearce,dkk . 2010)
Distensi usus halus menimbulkan refleks enterogastrik, diperantarai oleh pleksus
mienterikus, saraf simpatis, dan vagus, yang menghambat sekresi dan pengosongan
lambung. Adanya asam (pH kurang dari 2,5), lemak, dan hasil-hasil pemecahan protein
Makna Fisiologis
Mempermudah pencernaan
Mempermudah absorbs vitamin B12 dalam
usus halus
Merangsang sekresi enzim pancreas
Mempermudah pencernaan
Merangsang
peningkatkan
aliran Mempermudah pencernaan
empedu
hati
Merangsang pengeluaran insulin
lambung
Meningkatkan tonus istirahat sfingter
2.1.3
Definisi Gastritis
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro,
yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis bukan
merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu
mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan
akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan
borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi faktor-faktor lain seperti trauma fisik
dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga
menyebabkan gastritis. (Hirlan, 2001 : 127).
Secara histologis dapat dibuktikan dengan inflamasi sel-sel radang pada daerah
tersebut didasarkan pada manifestasi klinis dapat dibagi menjadi akut dan kronik (Hirlan,
2001 : 127).
Pada beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan terjadinya borok (ulcer) dan
dapat meningkatkan resiko dari kanker lambung. Akan tetapi bagi banyak
orang, gastritis bukanlah penyakit yang serius dan dapat segera membaik dengan
pengobatan.
Gastritis merupakan gangguan yang sering terjadi dengan karakteristik adanya
anorexia, rasa penuh, dan tidak enak pada epigastrium, nausea, muntah. Secara umum
definisi gastritis ialah inflamasi pada dinding lambung terutama pada mukosa dan
submukosa lambung. Gastritis merupakan gangguan yang paling sering ditemui diklinik
karena diagnosisnya hanya berdasarkan gejala klinis
Jenis-jenis Gastritis
a.
Gastritis Akut
Gastritis akut adalah inflamasi akut pada sebagian besar kasus merupakan
penyakit yang ringan dan sembuh sempurna (Hirlan,2001:127). Gastritis akut
adalah inflamasi mukosa lambung akibat diit
menyimpan
makanan
dan
secara
bertahap
penyebab
utama
terjadinya peptic
ulcer dan
penyebab
tersering
terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan
peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan
pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis,
sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan
rusak. Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat
mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan
atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung sehingga meningkatkan resiko
(tingkat bahaya) dari kanker lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena
infeksi H. pylori kronis
tidak mempunyai
gejala gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat
sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.
b)
Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesik anti
inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat
menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin
yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat - obat tersebut
hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi
jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan
dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
c)
d)
e)
Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada
lambung.
f)
ketika
sistem
kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal
ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung,
menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu
produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi
vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious
anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh
sistem dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.
(Guyton, AC dan Hall, 1997)
2.1.5
Gejala Gastritis
Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda
tanda penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya. Gejala-gejala tersebut antara
lain :
a) Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih
baik atau lebih buruk ketika makan
b) Mual
c) Muntah
d) Kehilangan selera
e) Kembung
f) Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan
g) Kehilangan berat badan
Gastritis yang terjadi tiba tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan sakit
pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronis yang berkembang secara bertahap
biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas dan terasa
penuh atau kehilangan selera. Bagi sebagian orang, gastritis kronis tidak menyebabkan
apapun.
Kadang, gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi hal ini jarang
menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi borok pada lambung.
Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan muntah darah atau terdapat darah pada
feces dan memerlukan perawatan segera. Karena gastritis merupakan salah satu dari
sekian banyak penyakit pencernaan dengan gejala - gejala yang mirip antara satu dengan
yang lainnya, menyebabkan penyakit ini mudah dianggap sebagai penyakit lainnya
seperti :
a) Gastroenteritis. Juga disebut sebagai flu perut (stomach flu), yang biasanya
terjadi akibat infeksi virus pada usus. Gejalanya meliputi diare, kram perut
dan mual atau muntah, juga ketidaksanggupan untuk mencerna. Gejala
dari gastroenteritis sering hilang dalam satu atau dua hari sedangkan
untuk gastritis dapat terjadi terus menerus.
b) Heartburn. Rasa sakit seperti terbakar yang terasa di belakang tulang dada ini
biasanya terjadi setelah makan. Hal ini terjadi karena asam lambung naik dan
masuk ke dalam esophagus (saluran yang menghubungkan antara
tenggorokan dan perut). Heartburn dapat juga menyebabkan rasa asam pada
mulut dan terasa sensasi makanan yang sebagian sudah dicerna kembali ke
mulut.
c) Stomach ulcers. Jika rasa perih dan panas dalam perut terjadi terus menerus
dan parah, maka hal itu kemungkinan disebabkan karena adanya borok dalam
lambung. Stomach (peptic) ulcer atau borok lambung adalah luka terbuka
yang terjadi dalam lambung. Gejala yang paling umum adalah rasa sakit yang
menjadi semakin parah ketika malam hari atau lambung sedang
kosong. Gastritis dan stomach ulcers mempunyai beberapa penyebab yang
sama, terutama infeksi H. pylori. Penyakit ini dapat mengakibatkan
terjadinya gastritis dan begitu juga sebaliknya.
d) Nonulcer dyspepsia. Merupakan kelainan fungsional yang tidak terkait pada
penyakit tertentu. Penyebab pasti keadaan ini tidak diketahui, tetapi stress dan
terlalu banyak mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau makanan
berlemak diduga dapat mengakibatkan keadaan ini. Gejalanya adalah sakit
pada perut atas, kembung dan mual. (Guyton, AC dan Hall, 1997).
2.1.6
Patofisiologi
2.1.6.1 Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-obatan dan
alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang mengalami stres
akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan
meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang
berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel
kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya.
Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut
tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi
diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang
memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah.
Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat.
Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh
karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat
penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel
mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa
akibat erosi memicu timbulnya pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat
mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses
regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan.
(Price dan Wilson. 2006)
2.1.6.2 Gastritis Kronik
Gastritis kronik disebabkan oleh bakteri gram negatif Helicobacter pylori. Bakteri
patogen ini (helicobacter pylori) menginfeksi tubuh seseorang melalui oral, dan
paling sering ditularkan dari ibu ke bayi tanpa ada penampakan gejala
adalah
melalui
pengubahan
fungsi
endolisosom,
peningkatan
kondisi ini sering terjadi, menghasilkan peradangan yang lebih luas yang tidak hanya
mempengaruhi borok di daerah badan lambung tetapi juga kanker lambung. Kanker
lambung merupakan kanker penyebab kematian kedua di dunia. Peradangan di lendir
lambung juga merupakan faktor risiko tipe khusus tumor limfa (lymphatic neoplasm)
di lambung, atau disebut dengan limfoma MALT (mucosa associated lymphoid
tissue, jaringan limfoid yang terkait dengan lendir). Infeksi Helicobacter pylori
berperan penting dalam menjaga kelangsungan tumor. Limfoma-limfoma dapat
merosot saat bakteri-bakteri itu dibasmi dengan antibiotik.
Helicobacter pylori
hanya terdapat pada manusia dan telah menyesuaikan diri di lingkungan lambung.
Hanya sebagian kecil individu terinfeksi berkembang menjadi penyakit lambung.
Bakteri Helicobacter pylori sendiri sangat beragam dan galur-galurnya berbeda
dalam banyak hal, seperti perekatan ke lendir lambung dan kemampuan
menimbulkan peradangan. Walau pada satu individu terinfeksi, semua bakteri
Helicobacter pylori tidak identik, dan selama jalur infeksi kronis, bakteri
menyesuaikan diri terhadap perubahankondisi-kondisi di lambung. Tukak lambung
dan usus duabela jari dapat diobati melalui penghambatan produksi asam lambung,
tetapi sering kali akan kambuh kembali akibat bakteri dan peradangan kronis
lambung tetap ada. Studi Marshall dan Warren menunjukkan bahwa penyakit tukak
lambung itu dapat diatasi hanya bila bakteri dibasmi dari lambung dengan antibiotik.
(Price dan Wilson. 2006)
Namun, penggunaan antibiotik secara serampangan dapat mengakibatkan masalah
serius, yaitu ketahanan bakteri melawan obat-obat penting. Oleh karena itu,
penggunaan antibiotik melawan Helicobacter pylori pada pasien-pasien yang tidak
mengalami tukak lambung dan usus duabelas jari harus dibatasi ((Price dan Wilson.
2006)
2.1.7 Pengobatan Gastritis
Hampir setiap orang pernah mengalami penyakit pencernaan dan iritasi lambung.
Dalam banyak kasus, terjadi hanya sebentar dan tidak membutuhkan perawatan
medis. Tapi jika terdapat gejala-gejala gastritis yang terjadi secara terus menerus
selama seminggu atau lebih, segera temui dokter. Dan pastikan untuk
menginformasikan semua yang anda rasakan terutama bila anda merasakan sakit
setelah meminum obat-obat bebas seperti aspirin atau yang lainnya. (Guyton, AC
dan Hall, 1997)
Jika terjadi muntah darah atau terdapat darah dalam feces, segera temui
dokter untuk menemukan penyebabnya.
Screening dan diagnose
Bila seorang pasien didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan
dengan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.
Pemeriksaan tersebut meliputi :
a) Pemeriksaan darah.
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori dalam darah.
Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan
bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa
pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk
memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
b) Pemeriksaan pernapasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteriH. pylori atau
tidak.
c) Pemeriksaan fece
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak. Hasil
yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga
dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya
pendarahan pada lambung.
d) Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan
cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui
mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil.
Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum
endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes
ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter
akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu
kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan
waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung
disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari
anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko
akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada
tenggorokan akibat menelan endoskop. .( Priyanto, Agus. 2008)
e) Rongent saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu
sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan
2.1.8
meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus
menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinomas, yang bermula
pada sel-sel kelenjar dalam mukosa. Adenocarcinomas tipe 1 biasanya terjadi
akibat infeksi H. pylori. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H.
pylori adalah MALT (mucosa associated lymphoid tissue) lymphomas, kanker ini
berkembang secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding
lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal.
2.1.9
rasa
sakit
tersebut,
dokter
kemungkinan
akan
2.2.2. Klasifikasi
NSAIDs dapat digolongkan atau diklasifikasikan berdasarkan struktur kimianya
atau mekanisme aksi, yaitu :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Golongan
derivate
asam
fenamat
(diantaranya
asam
mefenamat,
h)
i)
2.2.3. Farmakokinetik
NSAIDs dikelompokkan dalam berbagai kelompok kimiawi, beberapa di
antaranya (propionic acid deretivative, inodole derivative, oxicam, fenamate,dll.)
keanekaragaman
kimiawi
ini
memberi
sebuah
rentang
karakteristik
terbatas
tetapi
mungkin
lebih
besar
daripada
dengan
aspirin.
hilang dari tinja per hari meningkat sampai kira-kira 4 mL per hari pada penderita
yang minum NSAIDs dosis biasa dan pada dosis lebih tinggi. Di lain pihak,
dengan terapi yang tepat, ulkusnya sembuh, meskipun diberikan bersamaan.
Muntah juga dapat terjadi sebagai akibat rangsangan susunan saraf pusat setelah
absorbsi dosis besar NSAIDs(Finkel R,2009).
NSAIDs memberikan manfaat anti inflamasi melalui aksinya pada enzim
siklooksigenase-2 (COX-2). Pada saat yang sama, mereka dapat menyebabkan
tukak lambung melalui aksinya pada enzim siklooksigenase-1 (COX-1). (Journal
of physiology and pharmacology 2006).
Beberapa NSAIDs mempunyai efek samping yang buruk dibanding yang
lain, meskipun aksi anti inflamasi mereka sama. Hal ini tergantung pada
spesifisitas masing-masing obat dalam merintangi COX.Kebanyakan NSAIDs
merintangi COX-1 lebih besar dibanding COX-2, sehingga ratio spesifisitas
aksinya menjadi besar.Obat-obat jenis ini mempunyai resiko efek samping yang
lebih besar.Sebagai contoh, Aspirin 166 kali lebih besar aksinya pada COX-1
dibanding COX-2, dan diketahui mempunyai potensi menyebabkan tukak yang
tinggi. Obat lain dengan efek samping tinggi pada GI adalah Sulindak, Tolmetin
dan Piroksikam. (Journal of physiology and pharmacology, 2006).
NSAIDs tidak selalu menyebabkan tukak dengan cara mengiritasi
lambung. Umumnya mereka memblok produksi Prostaglandin yang berfungsi
sebagai pelindung di lambung. Karenanya, NSAIDs salut enteric lebih rendah
LANSIA(Lanjut Usia)
2.3.1. Definisi Lansia
Menurut WHO yaitu lansia (elderly) antara usia 60-74 tahun, usia tua (old) :7590 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun. Sedangkan
meurut Depkes RI Ada 3 yaitu lansia presenilis : antara usia 45-59 tahun, lansia
yaitu usia 60 tahun ke atas, dan lansia beresiko yaitu usia 70 tahun atau usia
60 th dg masalah kesehatan
2.3.2. Proses Menua
Proses menua adalah :
a. Proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri dan mempertahankan anatomis dan fungsi normal.
b. Tidak ada kemampuan untuk bertahan terhadap jejas, antigenik dan tidak
mampu memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994)
c. Terjadi pemendekan telomer
Penyebab proses penuaan adalah sebagai berikut :
a. Penuaan Primer
Perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti
DNA/RNA pada proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein
dan RNA tidak lagi mampu mengambil oksigen, sehingga membran
sel menjadi kisut dan akibat kurang mampunya membuat protein
maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi.
b. Penuaan Skunder
yang
hampir
expired.
Gairah
hidup
yang
dapat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
36%
j. Penurunan kekuatan otot (30-40% from age 30 to age 80).
k. Gangguan tidur
l. Presbyopia (terjadi 42% lansia dengan usia 52-64, 73% dalam usia 65-74 dan
2.4.
ALKOHOL
STRESS
NSAIDs
ROKOK
MENGHAMBAT SIKLOOKSIGENASE-1
( COX-1)
PENURUNAN SINTESIS
PROSTAGLANDIN
H PILORY
KERUSAKAN SEL
MUKOSA
GASTRITIS
Variabel Independent
NSAIDs
Variabel Dependent
GASTRITIS
2.6 HIPOTESIS
H0 :tidak terdapat hubungan antara penggunaan NSAIDs dengan gastritis
H1 : terdapat hubungan antara penggunaan NSAIDs dengan gastritis