CHAPTER 3
APPLYING THEORY TO ACCOUNTING REGULATION
OLEH :
NAMA
KELAS
: IX C KHUSUS
NO ABS.
: 6
Learning Objective 1. Teori Regulasi yang Relevan dengan Akuntansi dan Auditing
Terdapat beberapa teori yang relevan untuk memahami regulasi terkait pelaporan
keuangan, diantaranya adalah:
1. Teori Pasar Efisien
2. Teori Keagenan
3. Teori Regulasi
Teori Pasar Efisien
Teori Pasar Efisien berpendapat bahwa pasar akan berfungsi secara maksimal ketika
tidak ada intervensi pemerintah. Tingkat efisiensi maksimal dapat dicapai dengan
membiarkan kekuatan supply dan demand di pasar dapat membentuk perilaku pasar
dengan sendirinya (secara alami). Intervensi pemerintah tetap ada namun dengan
tujuan berbeda, yaitu untuk memantau perkembangan pasar dan sebagai usaha untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Akuntansi dapat dipandang sebagai industri informasi karena bisnis akuntansi
menghasilkan informasi. Para pendukung teori ini berpendapat bahwa informasi
akuntansi sama halnya dengan barang-barang lain yang fungsi supply dan demand-nya
harus beroperasi di pasar. Terdapat permintaan informasi akuntansi oleh para
pengguna laporan keuangan dan terdapat penawaran atas informasi tersebut yang
disediakan oleh perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Harga keseimbangan
atas informasi akuntansi tersebut nantinya secara teoritis dapat terbentuk sesuai
dengan pertemuan antara supply dan demand atas informasi akuntansi. Dengan kata
lain, kekuatan pasar bebas dapat menentukan jenis data apa yang perlu disediakan
dan standar akuntansi yang mendasarinya.
Namun terdapat kritik terhadap teori ini, yaitu bahwa mekanisme pasar tidak dapat
mencapai titik keseimbangan harga yang ideal karena beberapa hal :
1. Informasi akuntansi tidak dapat disamakan dengan barang-barang lainnya karena
informasi akuntansi temasuk jenis public good. Ketika informasi diumumkan oleh
perusahaan, maka informasi tersebut tersedia untuk siapa saja. Walaupun
informasi tersebut dapat dijual hanya kepada orang-orang tertentu, namun orangorang yang tidak membeli (membayar) kepada perusahaan untuk memperoleh
informasi tersebut tidak bisa dikeluarkan begitu saja dari kelompok pengguna
laporan keuangan. Fenomena ini disebut free-rider. Hanya intervensi peraturan
untuk
melindungi
kepentingan
konsumen
dengan
menstabilkan
4. public good nature atas beberapa barang dimana ketetapannya untuk beberapa
individu tertentu membuat produk dimaksud tersedia pula untuk individu lainnya
dalam jumlah yang sama dan tanpa biaya, misalnya informasi keuangan.
Kegagalan pasar terjadi disini karena penetapan harga secara normal tidak
berfungsi di dalam pasar.
Teori kepentingan public berdasarkan pada asumsi bahwa pasar ekonomi
merupakan subjek terhadap rangkaian ketidaksempurnan pasar atau kegagalan
transaksi dimana jika ini dibiarkan salah terus menerus akan mengakibatkan hasil
yang tidak sama dan tidak efisien.
b. Regulatory Capture Theory
Teori ini menganggap bahwa walaupun tujuan asli dibuatnya peraturan adalah untuk
melindungi kepentingan umum, namun tujuan ini sebenarnya tidak dapat tercapai
karena dalam prosesnya pihak pelaksana peraturan tersebut cenderung untuk
mengatur atau mendominasi para pembuat peraturan itu sendiri.
Teori Capture mengasumsikan :
1. Bahwa semua anggota masyarakat adalah rasional secara ekonomi, oleh karena
itu, masing-masing orang akan mengejar kepentingan dirinya sendiri pada satu
titik dimana manfaat tambahan untuk pribadi yang didapatkan dengan melobi
pembuat peraturan sama dengan biaya tambahan yang dikeluarkan. Sehingga
orang-orang akan melobi peraturan untuk meningkatkan kesejahteraannya.
2. Sama halnya dengan teori kepentingan publik, bahwa pemerintah tidak memiliki
peran independen dalam proses pembuatan peraturan dan kepentingan
kelompok akan bersaing untuk mengawasi kewenangan pemerintah untuk
mencapai distribusi kesejahteraan.
Alasan utama teori ini adalah bahwa keputusan atas peraturan biasanya memiliki
dampak terbesar pada kepentingan industri. Sehingga, industri-industri tersebut
merasa bahwa posisi keuangan secara keseluruhan dipengaruhi oleh keputusan
peraturan secara signifikan. Teori ini menyarankan kepada lembaga akuntansi
profesional atau badan hukum untuk mencari kontrol sebanyak-banyaknya dalam
mengatur standar akuntansi yang dapat menjadi panduan dalam sistem pelaporan
oleh para anggotanya (industri).
c. Private Interest Theory
Teori ini mengasumsikan bahwa peraturan menjadi sebuah eksistensi sebagai hasil
dari tanggapan pemerintah terhadap permintaan publik untuk memperbaiki segala
bentuk ketidakefisiensian atau ketidaksamaan praktik yang dilakukan oleh individu
ataupun organisasi. Teori ini disampaikan oleh Stigler pada tahun 1971 yang
menyatakan bahwa pemerintah memiliki satu sumber daya dasar yang tidak
dibagikan bahkan kepada warga yang paling kuat sekalipun : the power to coerce.
The power to coerce ini merupakan sumber daya potensial untuk mengancam firma
bisnis dimana dengan kekuatan tersebut dapat melarang atau memaksa untuk
menyediakan atau mengambil pajak dan subsidi, dengan kata lain pemerintah dapat
menolong atau bahkan mencelakai berbagai bisnis.
Stigler berpendapat bahwa kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan
peraturan relatif berhubungan dengan kekuatan politik dari beberapa kepentingan
kelompok. Interaksi mereka adalah dengan para politikus dimana para politikus
tersebut bersifat tidak netral. Politikus cenderung memaksimalkan kesempatan
mereka untuk kesuksesan kampanye masa depan. Esensi dari transaksi ini dalam
pasar politik adalah untuk mentransfer kesejahteraan dengan para pemilih dari sisi
permintaan dan wakil politik mereka dari sisi penawaran.
Teori ini percaya bahwa terdapat pasar dengan regulasi yang sama yaitu kekuatan
supply dan demand yang beroperasi dalam pasar modal. Dalam pasar politik ini,
banyak terdapat bidder (penawar). Namun hanya satu kelompok yang akan berhasil,
yaitu kelompok dengan penawaran tertinggi. Biasanya, produsen merupakan
kelompok dengan tawaran (bid) tertinggi sehingga mereka dapat menggunakan
kewenangan pemerintah untuk mengambil manfaat sendiri.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, produsen merupakan kelompok dengan
tawaran tertinggi, sehingga otomatis konsumen merupakan kelompok dengan
tawaran paling rendah. Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu :
1. Cost of organization
2. Information cost
Pernyataan dasar dari teori kepentingan pribadi ini adalah bahwa terdapat hukum
diminishing returns dalam hubungan antara ukuran kelompok dan biaya untuk
mengunakan proses politik. Teori ini percaya bahwa peraturan bukan merupakan
hasil dari respon pemerintah atas permintaan publik melainkan untuk melayani
kepentingan pribadi beberapa kelompok dan dibuat serta dijalankan untuk
mengambil keuntungan diri sendiri.
Sehingga, peraturan dapat dipandang sebagai alat untuk mentransfer keuntungan
kepada kelompok yang well-organized dalam hal subsidi, penetapan harga,
pengawasan atas masuknya pesaing politik, dan lain-lain. Teori ini memprediksikan
bahwa pembuat peraturan akan menggunakan kewenangannya untuk mentransfer
pendapatan dari mereka yang tidak memiliki kekuatan politik kepada mereka yang
memiliki kekuatan politik.
bahwa
keputusan
penggunaan
IFRS
secara
global
sangat
dalam membuat laporan keuangan saja. Lain hal jika dibandingkan pengaruh yang di
alami oleh para corporate manager dan direktur yang juga menduduki posisi di ASRB.
Merekalah orang-orang yang harus dapat membuat perusahaan tetap memiliki
performa baik di mata investor walaupun harus menghadapi standar laporan keuangan
yang dikeluarkan ASRB. Maka ASRB sebenarnya membuat peraturan yang
menguntungkan kepentingan pribadi para pejabat di ASRB.
Standard Setting as a Political Process
Proses pembuatan peraturan sering kali dipandang sebagai proses politik karena
dampak yang dihasilkan cukup besar dan pihak-pihak yang terpengaruhi akan
berusaha untuk turut campur dalam pembuatan peraturan itu. Menurut Watts dan
Zimmerman, proses politik itu sebenarnya adalah pihak-pihak yang mengejar dan
melindungi self-interest. Maka dalam membuat peraturan akuntansi yang tentu
berdampak politik harus dapat melindungi kepentingan seluruh pihak terutama
kepentingan pengguna laporan keuangan.
Contoh dalam dunia nyata adalah joint project yang dilakukan oleh IASB dan FASB.
Disini mereka sedang menentukan standar yang diberlakukan mengenai lease
accounting. Karena banyak sekali perusahaan yang melakukan kontrak operating lease
untuk menghindari penulisan debt di laporan keuangan mereka. Misal 90% perjanjian
kontrak lease di Australia dilakukan dengan off-balance sheet atau operating lease.
Bahkan di Amerika Serikat, pembayaran lease yang harus dilakukan oleh US-listed
companies mencapai $1,4 Triliun dan semua ini off-balance sheet. Tentu saja ini sangat
merugikan pengguna laporan keuangan karena mereka tidak mendapatkan gambaran
yang sebenarnya mengenai perusahaan dimana mereka akan atau sudah berinvestasi.
Contoh lain lagi adalah mengenai IAS 39 tentang Financial Instruments Recognition
and Measurement di European Union (EU). Negara-negara di Eropa pada awalnya
mengikuti standar GAAP masing-masing negara dalam metode pelaporan akuntansi.
Tetapi sejak tahun 2002, mereka diharuskan untuk mengikuti IAS, minimal dalam
pelaporan akun-akun konsolidasi. Perubahan ini sangat besar dan dramatis karena
pada awalnya mereka menggunakan historical cost dalam pelaporan financial
instrument dan menyatakan gain jika instrument tersebut dijual. Tetapi sekarang
dengan IAS 39, mereka harus melaporkan unrealized gain and losses yaitu
menyatakan gain dan loss sesuai naik atau turunnya harga pasar walaupun mereka
tidak menjual instrument tersebut.
Negara-negar di Eropa terutama Perancis dan Jerman tidak setuju karena mereka tidak
familiar dengan metode ini. Selain itu menurut mereka, IAS 39 sangat merugikan
karena pergerakan tahunan laporan keuangan mereka akan tidak stabil. Lalu
perusahaan-perusahaan, professional associations, industry representative, dan
Europian representative bodies seperti FEE dan EFRAG menyuarakan ketidaksetujuan
mereka akan peraturan IAS 39.
Hasilnya adalah negara-negara di Eropa harus mengikuti peraturan IASB termasuk IAS
39 tetapi dengan beberapa pengecualian yaitu mereka tidak harus menghitung dengan
fair value dan peraturan lain tentang hedging. Maka dapat terlihat bahwa kegiatan
politik ini pun sukses dalam merubah arah standar akuntansi yang diberlakukan.
Contoh yang terakhir adalah tentang IAS 38 mengenai Intangible Assets. IAS 38
menggunakan
sistem
intangible
assets
yang
sangat
berbeda
dengan
yang
diberlakukan di Australia. Misal di IAS 38, intangible asset yang dibuat secara internal
dan intengable asset yang tidak memiliki active market tidak boleh di laporkan di
laporan keuangan. Australian Accounting Standard Board (AASB) berupaya untuk
mengubah keputusan International Accounting Standard Board (IASB) agar Australia
tidak perlu memberlakukan IAS 38 ini. Tetapi berbeda kasusnya dengan yang terjadi di
Eropa, IASB menolak permintaan AASB dan tetap mengharuskan Australia mengikuti
IAS 38. Bahkan pemerintah Australia juga memilih untuk tidak ikut campur dalam
permasalahan IAS 38 sehingga dapat kita lihat bahwa IASB berupaya untuk terlihat
sebagai badan yang independen dan tidak dipengaruhi oleh keadaan politik apapun. Ini
memperlihatkan bahwa pengaruh dari corporate sector dalam penentuan standar
akuntansi sudah hilang
.
Ada beberapa pihak yang berperan aktif dalam pelaporan keuangan, yaitu: pihak yang
menyiapkan laporan keuangan (direktur perusahaan, eksekutif, dan manajer) dan
auditor eksternal perusahaan. Aktivitas dari pihak-pihak tersebut dipengaruhi oleh
lingkungan dimana laporan keuangan tersebut bertempat, seperti legal, ekonomi,
politik, dan sosial. Meskipun terdapat perbedaan dalam kerangka regulasi yang
digunakan dalam menghasilkan laporan keuangan para negara-negara di dunia,
terdapat beberapa elemen yang umum digunakan, yaitu :
1. Statutory requirements (persyaratan hukum)
manajemen
perusahaannya.
Sebagai
contoh,
persyaratan
untuk
merupakan salah satu contoh pedoman dari kode tata kelola perusahaan yang
diterbitkan di Ingggris. Di Inggris, bursa saham yang disegani merekomendasikan
kesesuaian dengan kode tata kelola perusahaan dan mewajibkan perusahaan yang
tidak sesuai untuk menyediakan penjelasan mengenai alasan mengapa tidak
sesuai. Aturan ini dikenal dengan nama if not, why not.
3. Auditors and oversight (auditor dan pengawasan),
Di banyak negara, auditor memiliki peranan dan fungsi yang penting dalam
menyediakan kepastian mengenai kualitas laporan keuangan yang dikeluarkan
oleh perusahaan. Bentuk regulasi yang paling dasar dari profesi auditor adalah
membatasi anggota hanya untuk orang-orang yang memiliki kualifikasi tertentu dan
pengalaman serta membutuhkan pendaftaran untuk berlatih. Bentuk regulasi
lainnya adalah dibutuhkannya komitmen dari para anggota profesional terhadap
kode etik. Hampir semua bentuk dari regulasi tersebut merupakan self-imposed,
karena seorang profesional setuju mengikuti keseluruhan peraturan untuk menjaga
keistimewaan posisi dan melindungi hak mereka untuk melakukan praktik sebagai
seorang profesional. Sebagai contoh, sektor swasta yang membuat peraturan
sendiri (self-regulation) mengenai profesi akuntan merupakan bentuk awal
pengawasan terhadap auditor. Badan profesional telah mengambil peranan untuk
mengawasi profesi auditor secara serius dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia demi mengembangkan standard profesi dalam level nasional dan
internasional. Banyak badan nasional yang mewakili para auditor untuk
mengadopsi International Standard of Auditing (ISA) sebagai sebuah indikasi dari
komitmen
mereka
untuk
menyediakan
jasa
berkualitas
tinggi
dan
merupakan
perpanjangan
dari
pengajuan
pengawasan
yang
independen berkaitan dengan adopsi IFRS tahun 2005. Seorang regulator pasar
sekuritas merupakan bentuk pengawasan yang paling sering digunakan untuk
mengawasi badan pelaksana independen, contohnya adalah Security Exchange
Commission di Amerika Serikat. Badan pelaksana independen dapat memiliki
kewajiban dan kekuatan yang luas berkaitan dengan regulasi pasar sekuritas, yang
jauh melebihi dari pengawasan laporan keuangan. Meskipun demikian, badan
tersebut dapat secara aktif melaksanakan persyaratan pelaporan keuangan yang
terdapat dalam hukum dan standard akuntasi yang berlaku.
menyediakan informasi tambahan kepada paserta pasar modal dalam bentuk yang
lebih transparan dan dapat dibandingkan (comparable).
Karena IASC dibentuk oleh negara-negara yang memiliki praktik akuntansi dan
pendekatan standar akuntansi yang berbeda, maka pada awalnya IAS sering
memperbolehkan pilihan kebijakan akuntansi untuk memasukkan preferensi dari
berbagai negara anggota. Oleh karen itu, selama akhir tahun 1980, IASC mulai
mengerjakan Improvement Project, yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas IAS
dan menghilangkan banyak perlakukan opsional (optional treatments).
Pada tahun 2001, IASC direstrukturisasi karena dianggap tidak independen, sehingga
dibentuk International Accounting Standards Board (IASB). IASB ini merupakan badan
pembuat standar yang independen dan strukturnya berdasarkan Financial Accounting
Standards Board (FASB). IASB ini beranggotakan empat belas orang dengan jam kerja
penuh (full time members), yang ahli dan berpengalaman dalam akuntansi profesional
dan pembuatan standar. IASB memiliki kewajiban untuk terus memperbaharui IAS yang
sudah ada dan membuat International Financial Reporting Standards (IFRS).
Aktivitas yang dilakukan oleh IASB menjadi semakin penting dan terus meningkat,
terutama dimulai sejak tahun 2002. Pada tahun tersebut, European Commission (EC)
memutuskan untuk mengadopsi standar IASB pada tahun 2005. Oleh karena itu, EC
mengumumkan kepada seluruh perusahaan publik di negara-negara anggota
European Union (EU) untuk bersiap-siap menggunakan standar IASB. Hal ini menjadi
sebuah perubahan fundamental dalam langkah mempromosikan pembuatan informasi
keuangan yang lebih transparan dan dapat dibandingkan. Tujuan keputusan ini adalah
menciptakan sebuah pasar modal terpadu di Eropa. Tentunya penerapan standar IASB
ini tidak bisa secara instan, tetapi membutuhkan proses. Oleh karena itu, dalam
menghadapi keputusan penerapan standar IASB ini, IASB dan negara-negara anggota
EU melakukan berbagai aktivitas persiapan seperti :
1. IASB diminta untuk membuat standar yang stabil dengan tenggat waktu 1 Maret
2004. Standar ini kemudian ditinjau ulang oleh Accounting Regulatory Committee
(ARC) dari EC yang akan merekomendasikan standar tersebut kepada EC.
2. Setiap negara anggota EU harus menyiapkan diri untuk mengadopsi standar
internasional dengan mempertimbangkan bagaimana IFRS akan diintegrasikan
dengan standar pelaporan keuangan nasional masing-masing Negara.
3. Profesi akuntansi (baik auditor internal maupun eksternal) harus bersiap
menghadapi adopsi dan penggunaan IFRS. Oleh karena itu, dilakukanlah
Sejak terjadinya kasus Enron dan Worldcom, dibuatlah sebuah aturan yang disebut
Sarbanes-Oxley Act (2002). Sejak saat itu, peninjauan kepada kantor audit di Amerika
Serikat dilakukan oleh badan pemerintah yang disebut Public Company Accounting and
Oversight Board (PCAOB). PCAOB juga bertanggung jawab dalam menetapkan
standar audit untuk perusahaan publik.
International Standards on Audit (ISA) dikembangkan oleh International Auditing and
Assurance Standards Board (IAASB). IAASB beroperasi dibawah International
Federation of Accountant (IFAC). IFAC kemudian membentuk Public Interest Oversight
Board (PIOB) pada tahun 2005 dengan tujuan untuk meningkatkan kepercayaan pada
standar yang diterbitkan oleh IAASB dan IFAC.