Anda di halaman 1dari 15

RESUME

ACCOUNTING THEORY JAYNE GODFREY

CHAPTER 3
APPLYING THEORY TO ACCOUNTING REGULATION

OLEH :
NAMA

: DYAH AGUSTINA MURTAFIAH

KELAS

: IX C KHUSUS

NO ABS.

: 6

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA


2015

Learning Objective 1. Teori Regulasi yang Relevan dengan Akuntansi dan Auditing
Terdapat beberapa teori yang relevan untuk memahami regulasi terkait pelaporan
keuangan, diantaranya adalah:
1. Teori Pasar Efisien
2. Teori Keagenan
3. Teori Regulasi
Teori Pasar Efisien
Teori Pasar Efisien berpendapat bahwa pasar akan berfungsi secara maksimal ketika
tidak ada intervensi pemerintah. Tingkat efisiensi maksimal dapat dicapai dengan
membiarkan kekuatan supply dan demand di pasar dapat membentuk perilaku pasar
dengan sendirinya (secara alami). Intervensi pemerintah tetap ada namun dengan
tujuan berbeda, yaitu untuk memantau perkembangan pasar dan sebagai usaha untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Akuntansi dapat dipandang sebagai industri informasi karena bisnis akuntansi
menghasilkan informasi. Para pendukung teori ini berpendapat bahwa informasi
akuntansi sama halnya dengan barang-barang lain yang fungsi supply dan demand-nya
harus beroperasi di pasar. Terdapat permintaan informasi akuntansi oleh para
pengguna laporan keuangan dan terdapat penawaran atas informasi tersebut yang
disediakan oleh perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Harga keseimbangan
atas informasi akuntansi tersebut nantinya secara teoritis dapat terbentuk sesuai
dengan pertemuan antara supply dan demand atas informasi akuntansi. Dengan kata
lain, kekuatan pasar bebas dapat menentukan jenis data apa yang perlu disediakan
dan standar akuntansi yang mendasarinya.
Namun terdapat kritik terhadap teori ini, yaitu bahwa mekanisme pasar tidak dapat
mencapai titik keseimbangan harga yang ideal karena beberapa hal :
1. Informasi akuntansi tidak dapat disamakan dengan barang-barang lainnya karena
informasi akuntansi temasuk jenis public good. Ketika informasi diumumkan oleh
perusahaan, maka informasi tersebut tersedia untuk siapa saja. Walaupun
informasi tersebut dapat dijual hanya kepada orang-orang tertentu, namun orangorang yang tidak membeli (membayar) kepada perusahaan untuk memperoleh
informasi tersebut tidak bisa dikeluarkan begitu saja dari kelompok pengguna
laporan keuangan. Fenomena ini disebut free-rider. Hanya intervensi peraturan

dari pemerintah yang dapat membujuk perusahaan untuk mengumumkan informasi


hanya kepada orang-orang tertentu untuk memenuhi permintaan pasar.
2. Perusahaan memiliki kekuatan monopoli atas penyediaan informasi mengenai
perusahaannya. Oleh karena itu, akan timbul kecenderungan bahwa perusahaan
akan mengurangi informasinya (underproduce) dan menjual informasi tersebut
pada harga yang tinggi.
Teori Keagenan
Atkinson dan Feltham menyatakan bahwa teori agensi ini terutama membahas
mengenai pelayanan terhadap kebutuhan informasi. Teori ini berfokus pada hubungan
antara satu orang yang mempercayakan kesejahteraannya kepada orang lain, yakni
agen (manager). Atkinson dan Feltham menjelaskan bahwa permintaan atas pelayanan
akan informasi tersebut berhubungan dengan keinginan untuk :
a. Memotivasi agen
b. Mendistribusi risiko secara efisien
Informasi dikatakan bernilai jika informasi tersebut dapat meningkatkan alokasi sumber
daya dan risiko dalam perekonomian. Hal ini dilakukan dengan cara mengurangi
ketidakpastian. Ketidakpastian dalam teori agensi ini diklasifikasikan menjadi dua hal,
yaitu Ex ante dan Ex post. Ex ante (sebelum) adalah ketidakjelasan yang terjadi pada
saat keputusan akan dibuat, sedangkan Ex post merupakan ketidakjelasan yang terjadi
setelah keputusan dibuat dan hasilnya telah direalisasikan.
Atkinson dan Feltham memandang peran standardisasi sebagai salah satu identifikasi
situasi dimana peningkatan kesejahteraan dapat diperoleh dari aturan laporan
keuangan yang telah diberikan. Oleh karena itu, dalam pandangan ini, konsekuensi
ekonomi atas standar akuntansi memegang peranan penting.
Teori Regulasi
a. Public Interest Theory
Alasan ekonomi utama atas intervensi pemerintah pada operasi di berbagai pasar
adalah kegagalan pasar. Dalam kerangka teori ini, aturan yang dibuat oleh legislatif
cenderung

untuk

melindungi

kepentingan

konsumen

dengan

menstabilkan

peningkatan kinerja ekonomi.


Potensi kegagalan pasar terjadi ketika terdapat kegagalan pada salah satu kondisi
yang diperlukan agar kegiatan operasi dalam pasar persaingan sempurna dapat
tetap berjalan, sebagai contoh :
1. Tidak adanya persaingan (monopoli, oligopoli)
2. Adanya halangan untuk masuk ke dalam pasar
3. Adanya asimetri informasi antara pembeli dan penjual atau sinyal pasar tertentu
(contoh : reputasi penjual)

4. public good nature atas beberapa barang dimana ketetapannya untuk beberapa
individu tertentu membuat produk dimaksud tersedia pula untuk individu lainnya
dalam jumlah yang sama dan tanpa biaya, misalnya informasi keuangan.
Kegagalan pasar terjadi disini karena penetapan harga secara normal tidak
berfungsi di dalam pasar.
Teori kepentingan public berdasarkan pada asumsi bahwa pasar ekonomi
merupakan subjek terhadap rangkaian ketidaksempurnan pasar atau kegagalan
transaksi dimana jika ini dibiarkan salah terus menerus akan mengakibatkan hasil
yang tidak sama dan tidak efisien.
b. Regulatory Capture Theory
Teori ini menganggap bahwa walaupun tujuan asli dibuatnya peraturan adalah untuk
melindungi kepentingan umum, namun tujuan ini sebenarnya tidak dapat tercapai
karena dalam prosesnya pihak pelaksana peraturan tersebut cenderung untuk
mengatur atau mendominasi para pembuat peraturan itu sendiri.
Teori Capture mengasumsikan :
1. Bahwa semua anggota masyarakat adalah rasional secara ekonomi, oleh karena
itu, masing-masing orang akan mengejar kepentingan dirinya sendiri pada satu
titik dimana manfaat tambahan untuk pribadi yang didapatkan dengan melobi
pembuat peraturan sama dengan biaya tambahan yang dikeluarkan. Sehingga
orang-orang akan melobi peraturan untuk meningkatkan kesejahteraannya.
2. Sama halnya dengan teori kepentingan publik, bahwa pemerintah tidak memiliki
peran independen dalam proses pembuatan peraturan dan kepentingan
kelompok akan bersaing untuk mengawasi kewenangan pemerintah untuk
mencapai distribusi kesejahteraan.
Alasan utama teori ini adalah bahwa keputusan atas peraturan biasanya memiliki
dampak terbesar pada kepentingan industri. Sehingga, industri-industri tersebut
merasa bahwa posisi keuangan secara keseluruhan dipengaruhi oleh keputusan
peraturan secara signifikan. Teori ini menyarankan kepada lembaga akuntansi
profesional atau badan hukum untuk mencari kontrol sebanyak-banyaknya dalam
mengatur standar akuntansi yang dapat menjadi panduan dalam sistem pelaporan
oleh para anggotanya (industri).
c. Private Interest Theory
Teori ini mengasumsikan bahwa peraturan menjadi sebuah eksistensi sebagai hasil
dari tanggapan pemerintah terhadap permintaan publik untuk memperbaiki segala
bentuk ketidakefisiensian atau ketidaksamaan praktik yang dilakukan oleh individu
ataupun organisasi. Teori ini disampaikan oleh Stigler pada tahun 1971 yang
menyatakan bahwa pemerintah memiliki satu sumber daya dasar yang tidak

dibagikan bahkan kepada warga yang paling kuat sekalipun : the power to coerce.
The power to coerce ini merupakan sumber daya potensial untuk mengancam firma
bisnis dimana dengan kekuatan tersebut dapat melarang atau memaksa untuk
menyediakan atau mengambil pajak dan subsidi, dengan kata lain pemerintah dapat
menolong atau bahkan mencelakai berbagai bisnis.
Stigler berpendapat bahwa kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan
peraturan relatif berhubungan dengan kekuatan politik dari beberapa kepentingan
kelompok. Interaksi mereka adalah dengan para politikus dimana para politikus
tersebut bersifat tidak netral. Politikus cenderung memaksimalkan kesempatan
mereka untuk kesuksesan kampanye masa depan. Esensi dari transaksi ini dalam
pasar politik adalah untuk mentransfer kesejahteraan dengan para pemilih dari sisi
permintaan dan wakil politik mereka dari sisi penawaran.
Teori ini percaya bahwa terdapat pasar dengan regulasi yang sama yaitu kekuatan
supply dan demand yang beroperasi dalam pasar modal. Dalam pasar politik ini,
banyak terdapat bidder (penawar). Namun hanya satu kelompok yang akan berhasil,
yaitu kelompok dengan penawaran tertinggi. Biasanya, produsen merupakan
kelompok dengan tawaran (bid) tertinggi sehingga mereka dapat menggunakan
kewenangan pemerintah untuk mengambil manfaat sendiri.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, produsen merupakan kelompok dengan
tawaran tertinggi, sehingga otomatis konsumen merupakan kelompok dengan
tawaran paling rendah. Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu :
1. Cost of organization
2. Information cost
Pernyataan dasar dari teori kepentingan pribadi ini adalah bahwa terdapat hukum
diminishing returns dalam hubungan antara ukuran kelompok dan biaya untuk
mengunakan proses politik. Teori ini percaya bahwa peraturan bukan merupakan
hasil dari respon pemerintah atas permintaan publik melainkan untuk melayani
kepentingan pribadi beberapa kelompok dan dibuat serta dijalankan untuk
mengambil keuntungan diri sendiri.
Sehingga, peraturan dapat dipandang sebagai alat untuk mentransfer keuntungan
kepada kelompok yang well-organized dalam hal subsidi, penetapan harga,
pengawasan atas masuknya pesaing politik, dan lain-lain. Teori ini memprediksikan
bahwa pembuat peraturan akan menggunakan kewenangannya untuk mentransfer
pendapatan dari mereka yang tidak memiliki kekuatan politik kepada mereka yang
memiliki kekuatan politik.

Learning Objective 2. Bagaimana Teori Regulasi Diterapkan pada Praktik Akuntansi


dan Auditing

Application of Public Interest Theory


Di dalam public interest theory, pemerintah merasa perlu untuk mengeluarkan suatu
regulasi yang berguna untuk melindungi kepentingan publik. Hal ini terjadi karena
mekanisme pasar gagal sehingga untuk meluruskannya, pemerintah harus turut
campur dengan pembuatan regulasi baru. Contoh aplikasi di dunia nyata adalah kasus
Enron dimana pemerintah Amerika Serikat memutuskan untuk mengeluarkan
Sarbanas-Oxley Act (SOX) pada tahun 2002 agar meminimalisir terulangnya kasus
semacam Enron.
Selain itu, pemerintah Australia juga melindungi kepentingan pubik dengan mendirikan
Accounting Standard Review Board (ASRB) pada tahun 1984. ASRB mengintervensi
dalam standar-standar akuntansi karena sudah terlalu banyak perusahaan yang jatuh
karena pelanggaran-pelanggaran dalam pembuatan laporan keuangan. Hal ini sangat
merugikan investor karena investor tidak dapat memastikan bahwa informasi keuangan
yang ia terima adalah benar. Investor sangat berisiko dalam menerima informasi
asimetris.
Sebelum adanya campur tangan pemerintah, informasi keuangan perusahaan sangat
tinggi risiko akan penipuan karena laporan keuangan dipandang sebagai barang publik
sehingga tidak diperlukan biaya dalam mendapatkannya. Maka manajemen dan para
akuntan tidak ada tanggung jawab dalam membuat laporan keuangan yang
menguntungkan penggunanya. Mereka justru membuat laporan keuangan yang
menguntungkan pihak internal perusahaan yaitu mereka sendiri. Mereka lebih fokus
dalam membuat laporan keuangan yang membuat citra perusahaan semakin bagus
dan dapat menarik sebanyak-banyaknya investor.
Setelah adanya campur tangan pemerintah, investor sebagai public interest, dilindungi
dengan adanya standar-standar yang harus di penuhi perusahaan dalam membuat
laporan keuangan. Malah dengan adanya pilihan laporan keuangan untuk diaudit, tidak
hanya investor saja yang diuntungkan tetapi juga para internal perusahaan. Mereka
dapat meminimalkan risiko informasi mengenai perusahaannya sehingga bank mau
meminjamkan hutang dengan bunga yang lebih rendah dan dengan syarat-syarat yang
lebih mudah.
Application of Capture Theory

Walker memberikan pendapatnya mengenai ASRB. Ia berpendapat bahwa terjadi


capture theory dalam proses pembuatan peraturan oleh ASRB. Ia menyimpulkan
bahwa para profesi akuntan mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh ASRB. Hal ini
terlihat karena ASRB mengadakan merger dengan AARF (Australian Accounting
Research Foundation) dan setelah merger ini, 22 dari 23 standar yang dikeluarkan oleh
ASRB datang dari profesi akuntan. Padahal, ASRB bebas menerima masukan standar
dari sumber manapun. Menurut Walker, ASRB gagal dalam mendirikan fungsinya
sebagai pembuat standar laporan keuangan yang netral dan tidak bias.
Contoh asumsi lain apakah telah terjadi capture theory di dunia akuntansi yaitu
keputusan untuk membuat IFRS sebagai standar akuntansi di seluruh dunia. Hal ini
memperlihatkan

bahwa

keputusan

penggunaan

IFRS

secara

global

sangat

menguntungkan perusahaan-perusahaan besar yang go public karena ini akan


mempermudah mereka dalam mendapatkan modal secara bebas. Ini disebabkan
investor lebih mudah mengerti laporan keuangan perusahaan dari negara lain dan
dapat membandingkan laporan keuangan dengan lebih mudah antara perusahaan lokal
dengan perusahaan negara lain.
Application of Private Interest Theory
Rahman memberikan komentar atas pendapat yang dikeluarkan oleh Walker. Rahmat
berpendapat bahwa studi kasus yang dilakukan Walker kurang mendalam dan kurang
luas karena pihak-pihak yang dapat mengintervensi keputusan ASRB tidak hanya
datang dari profesi akuntan saja tetapi juga datang dari Ministrial Council Australia.
Tugas Ministrial Council ini adalah menyetujui atau tidak menyetujui keputusan yang
dibuat ASRB. Keputusan yang tidak disetujui adalah keputusan yang berisiko mebuat
gejolak permasalahan politik. Selain itu, keputusan juga dapat dipengaruhi oleh
National Companies and Securities Commission (NCSC) sekarang disebut Australian
Securities and Investment Commission (ASIC).
Rahman berpendapat bahwa bukan capture theory yang terjadi melainkan private
interest theory. Rahman juga berpendapat bahwa Walker tidak memperhatikan siapa
saja yang menduduki jabatan di dalam ASRB. Orang-orang yang menduduki posisi di
ASRB sebagian besar adalah para corporate manager dan direktur perusahaanperusahaan yang akan sangat terpengaruhi atas keputusan yang dibuat ASRB.
Menurut Rahman, memang para profesi akuntan terpengaruhi oleh standar yang
dikeluarkan ASRB, tetapi yang terpengaruhi dalam kegiatan mereka adalah kegiatan

dalam membuat laporan keuangan saja. Lain hal jika dibandingkan pengaruh yang di
alami oleh para corporate manager dan direktur yang juga menduduki posisi di ASRB.
Merekalah orang-orang yang harus dapat membuat perusahaan tetap memiliki
performa baik di mata investor walaupun harus menghadapi standar laporan keuangan
yang dikeluarkan ASRB. Maka ASRB sebenarnya membuat peraturan yang
menguntungkan kepentingan pribadi para pejabat di ASRB.
Standard Setting as a Political Process
Proses pembuatan peraturan sering kali dipandang sebagai proses politik karena
dampak yang dihasilkan cukup besar dan pihak-pihak yang terpengaruhi akan
berusaha untuk turut campur dalam pembuatan peraturan itu. Menurut Watts dan
Zimmerman, proses politik itu sebenarnya adalah pihak-pihak yang mengejar dan
melindungi self-interest. Maka dalam membuat peraturan akuntansi yang tentu
berdampak politik harus dapat melindungi kepentingan seluruh pihak terutama
kepentingan pengguna laporan keuangan.
Contoh dalam dunia nyata adalah joint project yang dilakukan oleh IASB dan FASB.
Disini mereka sedang menentukan standar yang diberlakukan mengenai lease
accounting. Karena banyak sekali perusahaan yang melakukan kontrak operating lease
untuk menghindari penulisan debt di laporan keuangan mereka. Misal 90% perjanjian
kontrak lease di Australia dilakukan dengan off-balance sheet atau operating lease.
Bahkan di Amerika Serikat, pembayaran lease yang harus dilakukan oleh US-listed
companies mencapai $1,4 Triliun dan semua ini off-balance sheet. Tentu saja ini sangat
merugikan pengguna laporan keuangan karena mereka tidak mendapatkan gambaran
yang sebenarnya mengenai perusahaan dimana mereka akan atau sudah berinvestasi.
Contoh lain lagi adalah mengenai IAS 39 tentang Financial Instruments Recognition
and Measurement di European Union (EU). Negara-negara di Eropa pada awalnya
mengikuti standar GAAP masing-masing negara dalam metode pelaporan akuntansi.
Tetapi sejak tahun 2002, mereka diharuskan untuk mengikuti IAS, minimal dalam
pelaporan akun-akun konsolidasi. Perubahan ini sangat besar dan dramatis karena
pada awalnya mereka menggunakan historical cost dalam pelaporan financial
instrument dan menyatakan gain jika instrument tersebut dijual. Tetapi sekarang
dengan IAS 39, mereka harus melaporkan unrealized gain and losses yaitu
menyatakan gain dan loss sesuai naik atau turunnya harga pasar walaupun mereka
tidak menjual instrument tersebut.

Negara-negar di Eropa terutama Perancis dan Jerman tidak setuju karena mereka tidak
familiar dengan metode ini. Selain itu menurut mereka, IAS 39 sangat merugikan
karena pergerakan tahunan laporan keuangan mereka akan tidak stabil. Lalu
perusahaan-perusahaan, professional associations, industry representative, dan
Europian representative bodies seperti FEE dan EFRAG menyuarakan ketidaksetujuan
mereka akan peraturan IAS 39.
Hasilnya adalah negara-negara di Eropa harus mengikuti peraturan IASB termasuk IAS
39 tetapi dengan beberapa pengecualian yaitu mereka tidak harus menghitung dengan
fair value dan peraturan lain tentang hedging. Maka dapat terlihat bahwa kegiatan
politik ini pun sukses dalam merubah arah standar akuntansi yang diberlakukan.
Contoh yang terakhir adalah tentang IAS 38 mengenai Intangible Assets. IAS 38
menggunakan

sistem

intangible

assets

yang

sangat

berbeda

dengan

yang

diberlakukan di Australia. Misal di IAS 38, intangible asset yang dibuat secara internal
dan intengable asset yang tidak memiliki active market tidak boleh di laporkan di
laporan keuangan. Australian Accounting Standard Board (AASB) berupaya untuk
mengubah keputusan International Accounting Standard Board (IASB) agar Australia
tidak perlu memberlakukan IAS 38 ini. Tetapi berbeda kasusnya dengan yang terjadi di
Eropa, IASB menolak permintaan AASB dan tetap mengharuskan Australia mengikuti
IAS 38. Bahkan pemerintah Australia juga memilih untuk tidak ikut campur dalam
permasalahan IAS 38 sehingga dapat kita lihat bahwa IASB berupaya untuk terlihat
sebagai badan yang independen dan tidak dipengaruhi oleh keadaan politik apapun. Ini
memperlihatkan bahwa pengaruh dari corporate sector dalam penentuan standar
akuntansi sudah hilang
.

Learning Objective 3. The Regulatory Framework for Financial Reporting

Ada beberapa pihak yang berperan aktif dalam pelaporan keuangan, yaitu: pihak yang
menyiapkan laporan keuangan (direktur perusahaan, eksekutif, dan manajer) dan
auditor eksternal perusahaan. Aktivitas dari pihak-pihak tersebut dipengaruhi oleh
lingkungan dimana laporan keuangan tersebut bertempat, seperti legal, ekonomi,
politik, dan sosial. Meskipun terdapat perbedaan dalam kerangka regulasi yang
digunakan dalam menghasilkan laporan keuangan para negara-negara di dunia,
terdapat beberapa elemen yang umum digunakan, yaitu :
1. Statutory requirements (persyaratan hukum)

Persyaratan hukum berperan sebagai suatu insentif bagi perusahaan untuk


menyediakan laporan keuangan yang diaudit. Dalam beberapa negara, hukum
mewajibkan direktur untuk menyediakan laporan keuangan yang diaudit. Dengan
demikian, motivasi utama bagi direktur dan auditor adalah memenuhi persyaratan
hukum tersebut. Di lain sisi, peraturan perusahaan mungkin akan mewajibkan
persyaratan dasar yang berkaitan dengan laporan mana yang harus disiapkan,
frekuensi penyiapan, dan informasi apa yang harus dimasukkan ke dalam laporan
keuangan. Contohnya di Australia, perusahaan diwajibkan untuk mengungkapkan
informasi mengenai performa lingkungan mereka. Persyaratan mengenai laporan
keuangan berasal dari standar akuntansi yang spesifik dan bagi beberapa
jurisdiksi, standar tersebut memiliki kekuatan hukum. Sebagai contoh, perusahaanperusahaan European Union (EU) yang terdaftar di bursa saham wajib mengikuti
standard IASB dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi. Sementara di
Australia, peraturan perusahaan mensyaratkan semua pihak untuk mengikuti
standar akuntansi IASB. Peraturan perusahaan sebagai bagian dari sistem legal
yang luas mungkin juga memiliki cara untuk memonitor kesesuaian dengan
persyaratan hukum tersebut. Selain itu, sistem tersebut juga menyediakan sanksi
dan penalti yang mendukung kesesuaian dengan peraturan perusahaan.

2. Corporate governance (tata kelola perusahaan)


Tata kelola perusahaan merupakan sebuah struktur, proses, dan institusi di dalam
dan sekitar organisasi yang mengalokasikan kekuatan dan kontrol sumber daya di
antara para partisipan. Beberapa praktik tata kelola perusahaan berasal dari hukum
yang mensyaratkan direktur untuk mengambil tindakan spesifik yang berkaitan
dengan

manajemen

perusahaannya.

Sebagai

contoh,

persyaratan

untuk

melakukan rapat dengan pemegang saham dan pengungkapan informasi penting


mengenai perusahaan merupakan salah satu tata kelola perusahaan yang
tergolong dasar namun sudah memiliki kekuatan hukum.
Sebuah kerangka regulasi dapat berisi tambahan pedoman dan peraturan tata
kelola perusahaan yang timbul dari rekomendasi sektor swasta yang diberikan
secara sukarela dan peraturan yang terdaftar dalam bursa saham (stock
exchange). Pedoman tata kelola perusahaan dapat menjadi arahan yang baik bagi
direktur untuk mengadopsi mekanisme perusahaan yang tepat dan sesuai dengan
kondisi masing-masing perusahaan. The International Federation of Accountants

merupakan salah satu contoh pedoman dari kode tata kelola perusahaan yang
diterbitkan di Ingggris. Di Inggris, bursa saham yang disegani merekomendasikan
kesesuaian dengan kode tata kelola perusahaan dan mewajibkan perusahaan yang
tidak sesuai untuk menyediakan penjelasan mengenai alasan mengapa tidak
sesuai. Aturan ini dikenal dengan nama if not, why not.
3. Auditors and oversight (auditor dan pengawasan),
Di banyak negara, auditor memiliki peranan dan fungsi yang penting dalam
menyediakan kepastian mengenai kualitas laporan keuangan yang dikeluarkan
oleh perusahaan. Bentuk regulasi yang paling dasar dari profesi auditor adalah
membatasi anggota hanya untuk orang-orang yang memiliki kualifikasi tertentu dan
pengalaman serta membutuhkan pendaftaran untuk berlatih. Bentuk regulasi
lainnya adalah dibutuhkannya komitmen dari para anggota profesional terhadap
kode etik. Hampir semua bentuk dari regulasi tersebut merupakan self-imposed,
karena seorang profesional setuju mengikuti keseluruhan peraturan untuk menjaga
keistimewaan posisi dan melindungi hak mereka untuk melakukan praktik sebagai
seorang profesional. Sebagai contoh, sektor swasta yang membuat peraturan
sendiri (self-regulation) mengenai profesi akuntan merupakan bentuk awal
pengawasan terhadap auditor. Badan profesional telah mengambil peranan untuk
mengawasi profesi auditor secara serius dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia demi mengembangkan standard profesi dalam level nasional dan
internasional. Banyak badan nasional yang mewakili para auditor untuk
mengadopsi International Standard of Auditing (ISA) sebagai sebuah indikasi dari
komitmen

mereka

untuk

menyediakan

jasa

berkualitas

tinggi

dan

mendemonstrasikan sikap yang tepat kepada semua anggota profesi. Lingkup


tanggung jawab untuk pengawasan auditor melalui badan hukum menyediakan
regulasi yang lebih independen dibandingkan dengan melakukan self-regulation.
Pilihan melalui peraturan hukum dibandingkan self-regulation dapat mencerminkan
perbedaan ekonomi atau politik dalam mengelola pasar modal.
4. Independent enforcement bodies (badan pelaksana independen).
Peran badan pelaksana independen dalam regulasi pelaporan keuangan adalah
mendukung kesesuaian dengan regulasi yang mengatur mengenai pelaporan
keuangan, yang terdapat dalam hukum dan standar akuntansi. Badan pelaksana
independen

merupakan

perpanjangan

dari

pengajuan

pengawasan

yang

merupakan bagian dasar dalam kerangka regulasi. Pendirian badan pelaksana

independen berkaitan dengan adopsi IFRS tahun 2005. Seorang regulator pasar
sekuritas merupakan bentuk pengawasan yang paling sering digunakan untuk
mengawasi badan pelaksana independen, contohnya adalah Security Exchange
Commission di Amerika Serikat. Badan pelaksana independen dapat memiliki
kewajiban dan kekuatan yang luas berkaitan dengan regulasi pasar sekuritas, yang
jauh melebihi dari pengawasan laporan keuangan. Meskipun demikian, badan
tersebut dapat secara aktif melaksanakan persyaratan pelaporan keuangan yang
terdapat dalam hukum dan standard akuntasi yang berlaku.

Dalam diskusi mengenai kerangka peraturan pelaporan keuangan (regulatory


framework for financial reporting), kita mengetahui bahwa syarat pelaporan keuangan
Learning
Objective
4. The
Structure
for Setting
Accounting
& Auditing
pada
dasarnya
berasal
dariInstitutional
undang-undang
hukum
dan standar
akuntansi.
Pada
Standards
bagian
ini, akan dijelaskan mengenai perkembangan dari badan pembuat standar
internasional (international standard setting body) dan proses pembentukan standar
akuntansi dan audit internasional (process of setting international accounting and
auditing standards).
Latar Belakang
Perkembangan awal standar akuntansi dimulai ketika dibentuknya International
Accounting Standards Committee (IASC) di London pada tahun 1973. Komite ini berisi
perwakilan dari badan akuntansi profesional dari sembilan negara, yaitu Australia,
Kanada, Prancis, Jepang, Meksiko, Belanda, Inggris-Irlandia, Amerika Serikat, dan
Jerman Barat. Tujuan komite adalah untuk mengembangkan standar akuntansi sektor
swasta yang cocok untuk digunkan di negara-negara seluruh dunia.
Sebelum tahun 2005, International Accounting Standards (IAS) berpengaruh di banyak
negara. Papua New Guinea dan Indonesia mengadopsi IAS karena negara-negara
tersebut belum memiliki struktur pembuat standar nasional. IAS juga digunakan oleh
Singapur dan Hongkong dalam pengembangan standar akuntasi nasional mereka.
Selain itu, ternyata IAS juga telah digunakan sejak awal tahun 1990 oleh Switzerland
dan Jerman. Perusahaan-perusahaan negara tersebut menggunakan IAS untuk

menyediakan informasi tambahan kepada paserta pasar modal dalam bentuk yang
lebih transparan dan dapat dibandingkan (comparable).
Karena IASC dibentuk oleh negara-negara yang memiliki praktik akuntansi dan
pendekatan standar akuntansi yang berbeda, maka pada awalnya IAS sering
memperbolehkan pilihan kebijakan akuntansi untuk memasukkan preferensi dari
berbagai negara anggota. Oleh karen itu, selama akhir tahun 1980, IASC mulai
mengerjakan Improvement Project, yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas IAS
dan menghilangkan banyak perlakukan opsional (optional treatments).
Pada tahun 2001, IASC direstrukturisasi karena dianggap tidak independen, sehingga
dibentuk International Accounting Standards Board (IASB). IASB ini merupakan badan
pembuat standar yang independen dan strukturnya berdasarkan Financial Accounting
Standards Board (FASB). IASB ini beranggotakan empat belas orang dengan jam kerja
penuh (full time members), yang ahli dan berpengalaman dalam akuntansi profesional
dan pembuatan standar. IASB memiliki kewajiban untuk terus memperbaharui IAS yang
sudah ada dan membuat International Financial Reporting Standards (IFRS).
Aktivitas yang dilakukan oleh IASB menjadi semakin penting dan terus meningkat,
terutama dimulai sejak tahun 2002. Pada tahun tersebut, European Commission (EC)
memutuskan untuk mengadopsi standar IASB pada tahun 2005. Oleh karena itu, EC
mengumumkan kepada seluruh perusahaan publik di negara-negara anggota
European Union (EU) untuk bersiap-siap menggunakan standar IASB. Hal ini menjadi
sebuah perubahan fundamental dalam langkah mempromosikan pembuatan informasi
keuangan yang lebih transparan dan dapat dibandingkan. Tujuan keputusan ini adalah
menciptakan sebuah pasar modal terpadu di Eropa. Tentunya penerapan standar IASB
ini tidak bisa secara instan, tetapi membutuhkan proses. Oleh karena itu, dalam
menghadapi keputusan penerapan standar IASB ini, IASB dan negara-negara anggota
EU melakukan berbagai aktivitas persiapan seperti :
1. IASB diminta untuk membuat standar yang stabil dengan tenggat waktu 1 Maret
2004. Standar ini kemudian ditinjau ulang oleh Accounting Regulatory Committee
(ARC) dari EC yang akan merekomendasikan standar tersebut kepada EC.
2. Setiap negara anggota EU harus menyiapkan diri untuk mengadopsi standar
internasional dengan mempertimbangkan bagaimana IFRS akan diintegrasikan
dengan standar pelaporan keuangan nasional masing-masing Negara.
3. Profesi akuntansi (baik auditor internal maupun eksternal) harus bersiap
menghadapi adopsi dan penggunaan IFRS. Oleh karena itu, dilakukanlah

pelatihan-pelatihan untuk mempelajari standar internasional tersebut. Perusahaan


juga harus mempersiapkan para karyawannya untuk mengerti standar internasional
tersebut dan perusahaan juga harus menyampaikan informasi kepada para investor
mengenai dampak dari adopsi IFRS kepada laporan keuangan mereka.
Program Konvergensi IASB & FASB
Pada tahun 2002, dibentuk program konvergensi IASB/FASB yang dinamakan
dinamakan Norwalk Agreement. Program konvergensi tersebut mengharuskan FASB
dan IASB untuk mengidentifikasi perbedaan antara masing-masing standar, untuk
meninjau solusi yang tersedia dan untuk mengadopsi perlakuan yang lebih baik. Dalam
praktiknya, proses konvergensi ini sangat rumit. Beberapa perbedaan muncul karena
perbedaan dasar antara kedua standar. US GAAP dikenal sebagai standar yang
berdasarkan aturan (rule-based standards), sedangkan IAS merupakan standar yang
berdasarkan prinsip (principle-based standards).
Di Indonesia, konvergensi antara PSAK dan IAS/IFRS dilakukan secara bertahap.
Strategi konvergensi IFRS 2012 yang dilakukan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesai (DSAK IAI) adalah gradual (bertahap) dengan
melakukan evaluasi terhadap dampak (impact) dan melakukan peningkatan dalam
penerapan konvergensi (improve).
Standar Akuntansi untuk Sektor Publik
IASB menetapkan standar untuk sektor swasta. Standar yang berbeda-beda mungkin
saja diterapkan di sektor pemerintahan karena organisasi pemerintahan memiliki tujuan
dan pemangku kepentingan yang berbeda dibandingkan dengan perusahaan swasta.
Setiap negara harus menentukan sejauh mana standar IASB dapat digunakan oleh
entitas sektor publik. Di Indonesia, standar akuntansi yang digunakan oleh sektor publik
adalah Standar Akuntansi Pemerintah yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010.
Standar Audit Internasional
Pada awal sejarahnya, audit merupakan self-regulated, artinya tidak ada standar
internasional yang baku untuk digunakan. Pada abad ke -19, Companies Act terjadi di
Inggris dan mengharuskan audit dilakukan. Di Amerika Serikat, American Institute of
Accountants menetapkan standar audit untuk pertama kalinya pada tahun 1939.

Sejak terjadinya kasus Enron dan Worldcom, dibuatlah sebuah aturan yang disebut
Sarbanes-Oxley Act (2002). Sejak saat itu, peninjauan kepada kantor audit di Amerika
Serikat dilakukan oleh badan pemerintah yang disebut Public Company Accounting and
Oversight Board (PCAOB). PCAOB juga bertanggung jawab dalam menetapkan
standar audit untuk perusahaan publik.
International Standards on Audit (ISA) dikembangkan oleh International Auditing and
Assurance Standards Board (IAASB). IAASB beroperasi dibawah International
Federation of Accountant (IFAC). IFAC kemudian membentuk Public Interest Oversight
Board (PIOB) pada tahun 2005 dengan tujuan untuk meningkatkan kepercayaan pada
standar yang diterbitkan oleh IAASB dan IFAC.

Anda mungkin juga menyukai