Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,

Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012

EKSTRAKSI DAN PREPARASI ZAT WARNA ALAMI SEBAGAI


INDIKATOR TITRASI ASAM BASA
Siti Marwati
Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY
Abstrak
Berbagai macam tumbuhan di Indonesia dapat menghasilkan zat warna alami yang dapat digunakan
sebagai indikator alami titrasi asam basa khususnya kubis ungu(Brassica oleracea), ubi ungu (Ipomea
batatas), bit merah (Beta vulgaris), bunga sepatu (Hibiscus rosasinensis), bunga rosela (Hibiscus sabdarifa)
dan lain-lain. Zat warna dapat berfungsi sebagai indikator alami jika memberikan perubahan warna yang
mencolok pada kondisi asam dan basa, mempunyai tingkat kecermatan dan keakuratan yang tinggi jika
diaplikasikan pada titrasi asam basa. Oleh karena itu diperlukan metode preparasi dan ekstraksi yang tepat
agar diperoleh suatu indikator yang baik. Preparasi dan ekstraksi zat warna alami mempengaruhi karakter zat
warna tersebut. Berdasarkan hasil kajian ini diperoleh bahwa Indikator alami titrasi asam basa dapat
diperoleh dengan cara ekstraksi senyawa dari tumbuh-tumbuhan penghasil zat warna. Senyawa-senyawa zat
warna alami antara lain antosianin, betalain, biksin dan brasilin. Preparasi indikator alami dapat dibuat
dalam bentuk larutan yang diesktrak dengan pelarut yang tepat dan digunakan dalam bentuk larutan, kertas
pH dan serbuk. Indikator alami dalam bentuk kertas pH dan serbuk dapat digunakan relatif lebih lama
daripada indikator alami dalam bentuk larutan.
Kata Kunci: preparasi, ektraksi, indikator alami

PENDAHULUAN
Indikator titrasi asam basa merupakan suatu zat yang digunakan sebagai penanda
terjadinya titik titrasi pada analisis volumetri khususnya metode titrasi asam basa. Suatu zat dapat
digunakan sebagai indikator titrasi asam basa jika dapat merubah warna suatu larutan seiring
dengan terjadinya perubahan konsentrasi ion hidrogen atau perubahan pH. Biasanya indikator
titrasi asam basa merupakan suatu senyawa organik yang bersifat sebagai asam lemah dan dapat
mendonorkan ion hidrogen untuk molekul air membentuk basa konjugat. Kondisi inilah yang dapat
memberikan warna karakteristik pada setiap penggunaan indikator titrasi asam basa.
Berbagai indikator titrasi asam basa telah banyak digunakan. Indikator-indikator yang ada
kebanyakan merupakan indikator sintetik misalnya indikator fenol ptalein, metil jingga, metil
merah, bromtimol biru dan lain-lain. Berbagai indikator ini telah diketahui karakternya yaitu
berupa trayek pH yang ditunjukkan oleh perubahan warna pada kondisi asam dan basa serta harga
tetapan indikator. Karakter indikator ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
menentukan indikator yang akan digunakan untuk titrasi asam basa, sebagai contoh untuk titrasi
asam kuat dan basa kuat paling tepat menggunakan indikator fenol ptalein karena dapat
memberikan perubahan warna yang sangat jelas pada kondisi asam dan basa yaitu warna transparan
pada kondisi asam dan warna pink pada kondisi basa.
Meskipun indikator sintetik telah banyak digunakan, eksplorasi indikator titrasi asam basa
sampai saat ini masih dilakukan khususnya penggunaan indikator alami. Indikator alami
merupakan zat warna atau pigmen yang dapat diisolasi dari berbagai tumbuh-tumbuhan, jamur dan
alga. Bagian tumbuhan yang paling banyak menghasilkan warna adalah bagian bunga. Sebagai
contoh warna merah, biru atau ungu merupakan pigmen organik yang disebut antosianin yang
dapat merubah warna pada setiap perubahan pH (Shudarshan, S., et al, 2010). Untuk mendapatkan
zat warna dari suatu tumbuhan diperlukan metode yang tepat agar diperoleh zat warna yang dapat
berfungsi sebagai indikator alami titrasi asam basa.
Indikator alami yang diperoleh dari zat warna tumbuh-tumbuhan khususnya bagian bunga
mempunyai sifat spesifik yaitu mempunyai trayek pH tetentu, mempunyai tingkat kecermatan dan
keakuratan tertentu. Sifat ini dipengaruhi oleh cara eketraksi dan preparasinya. Berdasarkan uraian
K-1

Siti Marwati/Ekstraksi dan Preparasi

di atas maka artikel kajian ini akan mengulas tentang ektraksi dan preparasi zat warna alami
sebagai indikator titrasi asam basa. Kajian ini akan meninjau dari senyawa zat warna alami, bahan
pengekstrak, metode ektraksi dan preparasinya agar dapat digunakan sebagai indikator titrasi asam
basa.
Pembahasan
Zat Warna alami
Zat warna alami (natural dyes) adalah zat warna yang diperoleh dari alam khususnya dari
tumbuh-tumbuhan secara langsung maupun tidak langsung. Setiap tanaman dapat sebagai sumber
zat warna alam karena mangandung pigmen. Potensi ini ditentukan oleh intensitas warna yang
dihasilkan dan sangat tergantung kepekaannya dalam fungsinya sebagai indikator titrasi asam basa.
Beberapa contoh zat warna yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Zat Warna Alami(Varnacol, 2010)
Warna
Sumber Utama
Senyawa Zat Warna
Merah keunguan
Kubis ungu (Brassica
Antosianin
oleracea), ubi ungu (Ipomea
batatas), bunga
rosela(Hibiscus sabdariffa),
bunga sepatu (Hibiscus
rosasinensis)
Merah
Umbi bit Merah (Beta Betalain
Vulgaris)
Orange
Biji Kesumba kling(Bixa
Biksin
ollerana)
Orange
Kayu secang(Caesalpinia
Brazilin
sappan)
Berdasarkan tabel 2.menunjukkan bahwa tumbuhan penghasil zat warna mengandung
senyawa-senyawa berwarna. Senyawa zat warna yang paling dominan penggunaanya sebagai
indikator titrasi asam basa adalah antosianin karena zat tersebut paling banyak diperoleh dari
bunga-bunga berwarna. Antosianin mempunyai sifat larut dalam air membentuk zat warna. Dalam
suasana asam berwarna merah dan lebih stabil. Dalam suasana basa berwarna biru. (Siti Marwati,
2010). Antosianin dapat membentuk senyawa-senyawa turunannya yaitu antosianidin, sianidin,
pelargonidin, petunidin, malvidin dan delfinidin. Antosianidin adalalah senyawa flavanoid secara
struktur termasuk kelompok flavon. Glikosida antosianidin dikenal sebagai antosianin. Nama ini
berasal dari bahasa Yunani yaitu antho berarti bunga, dan kyanos berarti biru. Senyawa ini
tergolong pigmen dan pembentuk warna pada tanaman yang ditentukan oleh pH dari
lingkungannya. Senyawa paling umum adalah antosianidin, sianidin yang terjadi sekitar 80 % dari
pigmen daun tumbuhan, 69 % dari buah-buahan dan 50 % dari bunga (Diyar Salahudin Ali, 2009).
Selain antosianin, warna merah juga dihasilkan dari senyawa betalain yang mengandung
nitrogen dan larut dalam air. Betalain terdiri dari senyawa betasantin dan betasianin. Betasantin
bersifat larut dalam air membentuk larutan berwarna merah. Stabil dalam larutan panas (60 oC),
cahaya dan udara terbuka. Senyawa tersebut lebih stabil pada kondisi pH 3,5-5,0.(Varnacol, 2010).
Pigmen betasantin berwarna kuning dan betasianin berwarna ungu.
Warna orange dapat dihasilkan dari senyawa biksin yang terdapat pada biji kesumba
kling. Senyawa biksin sedikit larut dalam minyak atau pelarut-pelarut organik seperti metanol.
Senyawa biksin terdiri dari Cis-biksin dan Cis-norbiksin. Cis-norbiksin larut dalam air khusunya
pada kondisi basa. Larutan norbiksin dapat terendapkan pada kondisi asam tetapi struktur cisnorbiksin paling stabil pada pH 3 (Varnacol, 2010).
Warna orange juga dapat dihasilkan dari kayu secang yang mengandung senyawa brazilin.
Brazilin membentuk warna kekuningan pada larutan asam dan berwarna merah tua pada larutan
basa (Kellar, E. 1999). Brazilin akan cepat membentuk warna merah jika terkena
sinar matahari dan perubahan secara lambat karena pengaruh cahaya. Oleh
K-2

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,


Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012

karena itu brazilin harus disimpan dalam tempat gelap. Brazilin yang terdapat
pada kayu secang dapat digunakan sebagai zat warna alami yang memberi
warna merah dan bersifat mudah larut dalam air panas(Sanusi, M. 1993).
EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAMI
Pengambilan zat warna alami dapat dilakukan dengan proses ektraksi. Proses ini
melibatkan adanya transfer massa dari padatan ke fasa cairan yang lebih dikenal dengan ektraksi
padat cair. Menurut Samun(2008), peristiwa ekstraksi dapat dianggap sebagai transfer massa yang
meliputi difusi zat warna dari dalam padatan ke permukaan padatan, perpindahan massa zat warna
dari permukaan padatan ke cairan dan difusi zat warna di dalam cairan.
Penggunaan zat warna alami sebagai indikator titrasi asam basa diawali dengan proses
ekstraksi dari tumbuh-tumbuhan misalnya pada bagian bunga. Bahan pengekstrak dalam hal
ektraksi padat cair disebut sebagai fasa cair antara lain akuades, akuades panas, n-heksana,
metanol, campuran metanol-HCl dan campuran etanol-air (Rastra Bayu Kotama, 2008).
Penggunaan fasa cair ini disesuaikan dengan sifat-sifat senyawa dalam zat warna alami.
Ekstraksi dengan menggunakan metanol dan direndam selama 2 jam telah dilakukan untuk
mendapatkan zat warna dari bunga rosela, bunga sepatu, bunga mawar merah dan kubis ungu.
Hasil ekstraksi menghasilkan warna merah pekat untuk bunga rosela, pink untuk bunga sepatu,
merah untuk bunga mawar merah dan merah keunguan untuk kubis ungu (Pruetong, S., et al,
2009). Karakter berupa trayek pH juga dipengaruhi oleh fasa cair yang digunakan pada proses
ektraksi. Hal ini dapat dilihat contoh perubahan warna untuk setiap perubahan pH (1-14) pada
beberapa bunga berwarna seperti pada Gambar 1)

Indikator Bunga Mawar

Indikator Bunga Rosela

Indikator Bunga Sepatu

Indikator Kubis Ungu

Gambar 1. Contoh Perubahan Warna pada Setiap Perubahan pH pada Beberapa Indikator Alami
(Pruetong, s., et al, 2009)
Ekstraksi yang telah dilakukan untuk mendapatkan zat warna alami sebagai indikator titrasi
asam basa adalah ekstraksi melalui proses maserasi atau perendaman. Sebagai contoh ekstraksi zat
warna dari kubis ungu dapat dilakukan dengan aquades suhu 100 oC dan ditempatkan pada botol
gelap tertutup serta dibiarkan selama 24 jam menghasilkan warna ekstrak biru keunguan dan trayek
pH 3,4 6 (Regina Tutik Padmaningrum, dkk, 2007). Kubis ungu yang diekstrak dengan
menggunakan campuran metanol dan HCl pekat sebanyak 1 % ditempatkan pada botol gelap
tertutup suhu 25 oC dapat menghasilkan warna ekstrak merah keunguan dan trayek pH 6,8 7,2
(Chigurupati, N.,dkk., 2002). Kubis ungu yang telah dikeringkan kemudian diekstrak dengan
aquades suhu 100 oC ditempatkan dalam botol gelap dan tertutup menghasilkan warna ekstrak
K-3

Siti Marwati/Ekstraksi dan Preparasi

merah pekat dan trayek pH 8,8 10,7 (Candra Ajityas AS, 2010). Warna ekstrak yang berbedabeda ini menunjukkan bahwa jenis antosianin yang berperanan dalam menghasilkan warna merah
dan biru dipengaruhi oleh proses ekstraksinya.
Ekstraksi zat warna alami juga dapat dilakukan pada bunga sepatu dan bunga rosela. Proses
ekstraksi dapat dilakukan dengan cara maserasi di dalam akuades panas suhu 90 oC yang
mengandung etanol 96%. Perendaman dilakukan selama 2 jam dan dipeoleh warna merah. Hasil
ekstraksi dapat berfungsi sebagai indikator alami titrasi asam basa karena dapat berubah warna
seiring dengan perubahan pH (Yusraini Dian Inayati Siregar dan Nurlela, 2011)
Selain ektraksi antosianin telah dilakukan pula ektraksi betasianin oleh Erza Bestari (2009).
Betasianin dapat diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol 80 % dengan cara dimaserasi atau
direndam. Warna yang dihasilkan adalah warna kuning yang stabil pada pH 4,5. Secara umum
proses ekstraksi mempengaruhi warna yang dihasilkan dan karakter dari indikator titrasi asam basa
khususnya untuk karakter trayek pH.
PREPARASI INDIKATOR ALAMI TITRASI ASAM BASA
Indikator titrasi asam basa dapat disediakan dalam berbagai bentuk. Jika meninjau fungsi
indikator titrasi asam basa selain sebagai penanda titik akhir titrasi berfungsi pula sebagai alat
untuk membedakan suatu larutan bersifat asam atau basa. Beberapa indikator baik indikator sintetik
maupun indikator alami, biasanya indikator titrasi asam basa disediakan dalam bentuk larutan
contoh indikator fenol ptalein. Selain dalam bentuk larutan, telah dikenal pula kertas lakmus dan
kertas pH yang dapat berfungsi sebagai alat untuk membedakan larutan bersifat asam atau basa.
Seperti telah diketahui bahwa indikator alami mempunyai kelemahan yaitu indikator alami
dalam bentuk larutan mudah rusak, larutan tidak tahan lama dan berbau tidak sedap. Hal ini juga
akan mempengaruhi tingkat kecermatan dan keakuratannya jika digunakan sebagai indikator titrasi
asam basa (Siti Marwati, 2010). Oleh karena itu preparasi indikator alami titrasi asam basa perlu
meninjau tingkat kestabilan dari senyawa-senyawa zat warna yang terdapat dalam tumbuhan.
Berbagai upaya yang dilakukan agar indikator alami titrasi asam basa dapat dipakai dalam
waktu yang lama adalah dengan menyimpan larutan pada kondisi senyawa tersebut lebih stabil.
Sebagai contoh agar kestabilan warna ekstrak kubis ungu sebagai indikator alami titrasi asam basa
relatif tinggi maka indikator tersebut disimpan dalam bentuk larutan pada kondisi asam, dalam
wadah gelap dan tertutup. Agar indikator tersebut dapat digunakan dalam waktu yang relatif lama
(kurang lebih 3 bulan) maka indikator tersebut disimpan pada temperatur 15 oC (Siti Marwati,
2011).
Indikator alami titrasi asam basa dapat dipreparasi dalam bentuk kertas pH yang dapat
dibuat dengan mencelupkan kertas saring ke dalam ekstrak zat warna alam. Selanjutnya, kertas
tersebut dikeringanginkan sehingga diperoleh kertas yang berwarna tertentu. Sebagai contoh kertas
pH dari ekstrak bunga rosela berwarna merah, warna krem untuk ekstrak bunga sepatu, warna
merah keunguan untuk bunga mawar dan warna ungu untuk kubis ungu (Pruetong, S., et al.2009).
Setelah diperoleh kertas pH dapat dicobakan dengan mencelupkan kertas tersebut ke dalam larutan
asam dan larutan basa. Hal ini dapat dilihat seperti pada Gambar 2.

Kertas pH dari Ekstrak Bunga


Mawar Merah

Kertas pH dari Ekstrak


Bunga Rosela

Kertas pH dari Ekstrak Bunga


Sepatu

Kertas pH dari Ekstrak


Kubis Ungu

K-4

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,


Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012

Gambar 2. Preparasi Indikator Alami Titrasi asam Basa dalam Bentuk Kertas pH
Gambar 2 menunjukkan bahwa indikator alami titrasi asam basa yang dipreparasi dalam
bentuk kertas pH dapat digunakan sebagai alat untuk menunjukkan suatu larutan bersifat asam atau
basa dan dapat digunakan dalam waktu yang relatif lama jika disimpan dalam tempat yang tidak
terkena matahari secara langsung. Kelemahannya tidak dapat menunjukkan harga pH secara pasti
meskipun lebih mudah dan murah cara preparasinya. Selain itu, preparasi indikator alami dalam
bentuk kertas pH dapat diaplikasikan untuk ekstrak zat warna lainnya selain seperti yang terlihat
pada gambar 2.
Indikator alami titrasi asam basa selain dipreparasi dalam bentuk kertas pH dan larutan
dapat juga dipreparasi dalam bentuk serbuk (powder) agar dapat disimpan dalam waktu yang lama
dan tidak mudah rusak. Untuk membuat indikator alami dalam bentuk serbuk dapat dilakukan
dengan cara dikeringkan dengan oven pada suhu tertentu dan tetap memperhatikan kestabilannya
pada saat pengeringannya agar senyawa zat warna alami tidak rusak. Preparasi ini memerlukan
biaya yang relatif mahal tetapi indikator dapat dipakai secara berulang. Contoh indikator alami
titrasi asam basa yang dipreparasi dalam bentuk serbuk dapat dilihat pada Gambar 3.

Serbuk Ekstrak Bunga


Mawar Merah

Serbuk Ekstrak bunga


Rosela

Serbuk Ekstrak Bunga


Serbuk Ekstrak Kubis
Sepatu
Ungu
Gambar 3. Indikator Alami dalam Bentuk Serbuk (Pruetong, S., et al, 2009)
Aplikasi indikator alami titrasi asam basa dalam bentuk serbuk dapat dilakukan dengan
melarutkan serbuk indikator alami ke dalam pelarut yang cocok misalnya dilarutkan dengan
akuades. Setelah serbuk dilarutkan dapat digunakan sebagai indikator titrasi asam basa. Hal ini
dapat dilihat pada gambar 4.

Ekstrak Bunga Mawar Merah

Ekstrak Bunga Rosela

Ekstrak Bunga Sepatu

Ekstrak Kubis Ungu

Gambar 4. Warna larutan pada Kondisi Asam dan Basa untuk Serbuk Indikator
yang dilarutkan (Pruetong, S., et al, 2009)
Berdasarkan gambar 3 menunjukkan bahwa indikator alami dapat dipreparasi dalam bentuk
serbuk dan pada penggunaannya dapat dilakukan dengan melarutkan indikator tersebut sehingga
terbentuk larutan yang homogen. Indikator ini cukup menunjukkan perubahan warna yang
K-5

Siti Marwati/Ekstraksi dan Preparasi

mencolok pada kondisi asam dan basa sehingga dapat digunakan sebagai indikator alami titrasi
asam basa.
KESIMPULAN
Indikator alami titrasi asam basa dapat diperoleh dengan cara ekstraksi senyawa dari
tumbuh-tumbuhan penghasil zat warna. Senyawa-senyawa zat warna alami antara lain antosianin,
betalain, biksin dan brasilin. Preparasi dan ekstraksi zat warna alami mempengaruhi karakter zat
warna tersebut. Berdasarkan hasil kajian ini diperoleh bahwa preparasi indikator alami dapat dibuat
dalam bentuk larutan yang diesktrak dengan pelarut yang tepat dan digunakan dalam bentuk
larutan, kertas pH dan serbuk. Indikator alami dalam bentuk kertas pH dan serbuk dapat digunakan
relatif lebih lama daripada indikator alami dalam bentuk larutan.
DAFTAR PUSTAKA
Candra Ajityas Anggit Saputra, (2010), Karakterisasi Trayek ph dan Spektruk Absorpsi Ekstrak
Kubis Ungu Kering (Brassica oleracea) sebagai Indikator Alami Titrasi Asam Basa,
Laporan Penelitian, FMIPA UNY: Yogyakarta
Chigurupati, N., Saiki, L., Geyser, C., Dash, K.A., (2002), Evaluation of Red Cabbage Dye as A
Potential Natural Color for Pharmaceutical use, International of Journal Pharmaceutical
2002 July 25; 241(2): 293-299
Diyar Salahudin Ali, (2009), Identification of an Anthocyanin Compound from Strawberry Fruits
then Using as An Indicator in Volumetric Analysis, Journal of Family Medicine, Vol 7 Issue
7
Kellar, (1999), Brazili, [online] www.Kellar.UPMC.EDU, diakses tanggal 10 Mei 2012
Pruetong, S., Saijeen, S., Thongfak, K., (2009), Study and Processing of Plant Extracts for Use as
pH Indicators, International Conference on the Role of Universities in Hands-On
Education Rajamangala University of Technology Lanna, Chiang-Mai, Thailand 23-29
August 2009
Regina Tutik Padmaningrum dan Das Salirawati, (2007), Pengembangan Prosedur Penentuan
Kadar Asam Cuka secara Titrasi Asam Basa dengan Berbagai Indikator Alami(Sebagai
Alternatif Praktikum Titrasi Asam Basa di SMA, Laporan Penelitian, FMIPA UNY:
Yogyakarta
Samun, (2008), Koefisien Transfer Massa Volumetriks Ekstraksi Zat Warna Alami dari Rimpang
Kunit (kurkuminoid) di dalam Tanki Berpengaduk, Jurnal Ekuilibrium Vol. 7 No. 1 Januari
2008: 17-21
Sanusi, (1993), Isolasi dan Identifikasi Zat Warna dari Caesalpinia Lignum, Majalah Kimia Balai
Industri Ujung Pandang : Ujung Pandang
Siti Marwati, (2010), Aplikasi Beberapa Bunga Berwarna sebagai Indikator Alami Titrasi Asam
Basa, Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA FMIPA
UNY, 15 Mei 2010
Siti Marwati, (2011), Kestabilan warna Ekstrak Kubis Ungu (Brassica oleracea) sebagai Indikator
Alami Titrasi Asam Basa, Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan
Penerapan MIPA FMIPA UNY, 11 Mei 2011
Sudarshan, S., Bothara, S.B., Sangeeta,S., Roshan, P., Naveen, M., (2010), Pharmaceutical
Character of Flower as Natural Indicator: Acid-Base, A Journal The Pharma Research Vol
4: 83-90
Yusraini Dian Inayati Siregar dan Nurlela, (2010), Ekstraksi dan Uji Stabilitas Warna Bunga Sepatu
(Hibiscus rosasinencis) dan Bunga Rosela (Hibiscus sabdarifa), Jurnal valensi vol 2 No. 3
K-6

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,


Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012

(2011)

kstraksi dan Uji Stabilitas Zat Warna Alami dari Bunga Kembang
Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) dan Bunga Rosela (Hibiscus
sabdariffa L)
Yusraini Dian Inayati Siregar, Nurlela Nurlela

Yusraini Dian Inayati Siregar, Nurlela Nurlela, Jurnal valensi vol 2 No. 3 (2011)

THE PHARMA RESEARCH,

A JOURNAL

The Pharma
Research (T. Ph. Res.), (2010), 4; 83-90. Copyright 2009 by Sudarshan Publication Published on- 15 Dec 2010
Sudarshan Institute of Technical Education Pvt. Ltd. Original Article ISSN 0975-8216

PRELIMINARY PHARMACEUTICAL CHARACTERIZATION OF FLOWERS AS


K-7

Siti Marwati/Ekstraksi dan Preparasi

NATURAL INDICATOR: ACID-BASE INDICATOR SINGH SUDARSHAN 1*,


BOTHARA S. B.2, SINGH SANGEETA 3, PATEL ROSHAN 4, MAHOBIA
NAVEEN4

EKSTRAKSI DAN UJI KESTABILAN


ZAT WARNA BETASIANIN DARI
KULIT BUAH NAGA (Hylocereus
polyrhizus) SERTA APLIKASINYA
SEBAGAI PEWARNA ALAMI PANGAN
Bestari Pranutikagne, Erza (2009) EKSTRAKSI DAN UJI KESTABILAN ZAT WARNA
BETASIANIN DARI KULIT BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) SERTA APLIKASINYA
SEBAGAI PEWARNA ALAMI PANGAN. In: Seminar Tugas Akhir S1 Jurusan Kimia
FMIPA UNDIP , Jurusan Kimia UNDIP. (Unpublished)

K-8

Anda mungkin juga menyukai