PEMBAHASAN
3.1
Diare
3.1.1
Definisi Diare
Diare akut adalah suatu kondisi dimana buang air besar dengan konsistensi lembek
atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali
atau lebih) dalam satu hari dan berlangsung kurang dari 14 hari.10
3.1.2 Epidemiologi
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007, diare menjadi penyebab kematian tertinggi
bayi dan balita di Indonesia diikuti oleh pneumonia di urutan kedua dengan angka 42%
(bayi), 25,2% (balita) oleh diare. SDKI 2002 menyebutkan bahwa di Indonesia 55%
kejadian diare terjadi pada balita dengan kisaran 2,5 balita per 1000 balita. Berdasarkan
data Depkes tahun 2007, terdapat 100.000 balita meninggal di Indonesia karena diare. Itu
berarti ada sekitar 273 balita meninggal setiap harinya dan 11 balita meninggal setiap
jamnya. 11,12
3.1.3 Etiologi diare
Etiologi diare dapat dibagi menjadi beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor infeksi
1. Infeksi enteral
Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak
2.
b. Faktor malarbsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat, pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah
intoleransi laktosa.
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan : makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanan
d. Faktor psikologis : Rasa takut dan cemas.
e. Imunodefisiensi
Pada kasus ini, anak hanya mendapatkan ASI kemungkinan alergi susu atau
malabsorbsi dapat disingkirkan. Anak juga tidak didapatkan batuk dan pilek sehingga
kemungkinan infeksi parenteral dapat disingkirkan. Kemunkinan anak diare karena
infeksi dari saluran cerna dikarenakan hygenitas dan lingkungan yang kurang bersih.
3.1.4 Faktor Risiko Diare
a. Faktor penjamu13,14
Kurang gizi
Beratnya penyakit, lama dan resiko kematian karena diare meningkat pada anakanak yang menderita gangguan gizi
Campak
Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang
menderita campak dalam 4 minggu terakhir.
Imunodefisiensi
Keadaan ini mungkin hanya berlangsung sementara. Pada anak imunosupresi
berat, diare dapat terjadi karena kuman yang tidak patogen dan mungkin juga
berlangsung lama.
Pada kasus ini, anak mendapatkan ASI sejak lahir hingga sekarang. Anak saat ini
berusia 12 bulan, kejadian terbanyak menyerang anak usia 7-24 bulan. Menurut
perhitungan antropometri anak mempunyai gizi baik. Lingkungan rumah pasien kurang
bersih, kebiasaan menumpuk cucian piring kotor, mencuci piring menggunakan sumber
air dari sumur yang dekat dengan sungai, hal ini memungkinkan kuman dapat berpindah
ke piring yang digunakan oleh anak untuk makan setiap hari. Ditambah lagi kakak pasien
yang sering jajan sembarangan dan diberikan ke adiknya.
3.1.5 Klasifikasi Diare
Berdasarkan waktu terjadinya diare, dapat dibagi menjadi12 :
Diare akut
Terjadi selama kurang dari 14 hari
Diare kronik
Terjadi selama lebih dari 14 hari, etiologinya disebabkan oleh noninfeksi
Diare persisten
Diare osmotik
Mukosa usus halus dapat dilewati air dan elektrolit dengan cepat untuk
mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus halus dengan cairan ekstraseluler.
Gangguan morfologi mukosa usus halus dapat menyebabkan diare osmotik
akibat hilangnya permukaan absorbsi usus serta perubahan fungsi pada kapasitas
absorbsi sepanjang unit kripta-vilus akibat meningkatnya pergantian epitel.16
Makanan yang tidak diserap atau tidak dicerna, misalnya laktosa (dari susu)
merupakan makanan yang baik bagi bakteri. Di dalam usus besar, laktosa ini akan
difermentasikan oleh bakteri anaerob menjadi molekul yang lebih kecil, misalnya H 2,
CO2, H2O dan sebagainya dan menyebabkan tekanan osmotik di dalam lumen usus
meningkat. Keadaan lumen usus yang hiperosmoler akan menyebabkan terjadinya
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan
ini akan merangsang usus yang diikuti oleh peningkatan peristaltik usus
(hiperperistaltik) sehingga timbul diare.6,17,18
b.
Diare sekretorik
Patogenesis terjadinya diare sekretorik biasanya disebabkan oleh bakteri yang
masuk ke dalam traktus digestivus, kemudian berkembang biak di dalam traktus
digestivus tersebut. Bakteri ini mengeluarkan toksin yang akan merangsang epitel
usus sehingga terjadi peningkatan aktivitas enzim adenil siklase (bila toksin bersifat
tidak tahan panas, disebut labile toxin = LT) atau enzim guanin siklase (bila toksin
bersifat tahan panas, disebut stable toxin = ST). Sebagai akibat peningkatan aktivitas
enzim-enzim ini akan terjadi peningkatan cAMP (cyclic guanosine monophospate),
yang mempunyai kemampuan merangsang sekresi klorida, natrium dan air dari
dalam sel ke lumen usus. Hal ini akan menyebabkan peninggian tekanan osmotik di
dalam lumen usus (hiperosmoler). Kemudian akan terjadi hiperperistaltik usus untuk
mengeluarkan cairan yang berlebihan dalam lumen usus, sehingga cairan dapat
dialirkan dari lumen usus halus ke lumen usus besar (kolon). Bila kemampuan
penyerapan kolon berkurang, atau sekresi cairan melebihi kapasitas penyerapan
kolon, maka akan terjadi diare. Pada kolera sekresi cairan dari usus halus ke usus
besar dapat mencapai 10 liter atau lebih sehari. Oleh karena itu diare pada kolera
biasanya sangat hebat, suatu keadaan yang disebut diare profus.18,19
3.1.7 Gejala Klinis
Pada dasarnya gejala klinis diare dapat dibagi menjadi 4 aspek, yaitu :
1. Muntah dan berak
Muntah dan berak merupakan gejala utama yang dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.20
2. Aspek etiologi21
Tabel 1. Perbedaan gejala klinis pada berbagai etiologi diare
Gejala
klinik
Rotavirus
Shigella
Salmonella
ETEC
EIEC
Kolera
Inkubasi
6-72 jam
6-72jam
6-72 jam
48-72
jam
Sering
Panas
Mual
muntah
+
Sering
++
Jarang
++
Sering
++
-
Nyeri perut
Tenesmus
kram
-
Kram
Tenesmus
kolik
+
Nyeri
kepala
Lamanya
sakit
Volume
Frekuensi
Tenesmus
kram
+
5-7 hari
>7 hari
3-7 hari
2-3 hari
variasi
3 hari
Sedang
5-10x/hari
Sedikit
>10x/hari
Sedikit
sering
Banyak
sering
Sedikit
sering
Banyak
Kontinyu
Konsistensi
Darah
Bau
Warna
Cair
Langu
Kuning
Lembek
Sering
Merahhijau
Lembek
Kadang
Busuk
Kehijauan
Cair
+
Tak
berwarna
Lembek
+
Merahhijau
Leukosit
Lain lain
Anoreksia
+
Kejang
+
Sepsis
Kembun
g
Infeksi
sistemik
Cair
Amis
Seperti
cucian
beras
-
3. Aspek dehidrasi
Dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh terjadi bila cairan yang dikeluarkan
melebihi cairan yang masuk. Pengeluaran cairan sangat dipengaruhi oleh jumlah,
frekuensi, dan komposisi elektrolit tinja penderita.
Dehidrasi adalah keadaan yang paling berbahaya, karena dapat menyebabkan
penurunan volume darah (hipovolemi), kolaps kardiovaskuler dan kematian bila
tidak diterapi dengan tepat.
Derajat dehidrasi pada diare menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2011
berdasarkan tanda-tanda klinis ada 3, yaitu diare tanpa dehidrasi, diare dehidrasi tak
berat dan diare dehidrasi berat.22
Diare tanpa
Diare dehidrasi
dehidrasi
dehidrasi
Bila terdapat
berat
Bila terdapat dua
Berat
Bila terdapat dua
lebih
Baik, sadar
Gelisah, rewel
Lesu,
Keadaan
umum
lunglai/tidak
Mata
Keinginan
Tidak cekung
Normal, tidak
Cekung
Ingin minum terus,
sadar
Cekung
Malas minum
untuk minum
Turgor
Kembali sangat
segera
lambat
4. Aspek komplikasi
Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat
terjadi komplikasi karena dehidrasi dan asidosisnya antara lain adanya hipokalemia,
kejang, syok, gagal ginjal, dan malnutrisi.23
Hipokalemia ditandai dengan adanya kelemahan otot secara umum, aritmia
jantung dan ileus paralitik.23
Kejang karena gangguan elektrolit ditandai dengan kadar natrium plasma yang
tinggi atau kadar natrium plasma yang rendah.
Dalam perjalanannya syok ditandai dengan takikardi, isi dan tegangan nadi kecil,
oliguria, akral dingin (-) dan tidak ada ekstremitas yang pucat.
Pada pasien ini, didapatkan gejala demam, mencret tidak lebih dari 10 kali per hari ,
konsistensi cair, warna kuning, menyemprot (+), bau asam (+), seperti gejala pada diare
yang disebabkan oleh rotavirus. Dari pemeriksaan fisik saat ini didapatkan keadaan umum
sadar, mata tidak cowong, anak mau minum dan turgor kulit kembali cepat. Sebelum
dibawa ke IGD RSDK, menurut orang tua anak rewel, tampak kehausan, mata cowong dan
kencingnya berkurang. Sehingga di IGD di assesement sebagai diare akut dengan dehidrasi
1.8
tak berat dan di lakukan rehidrasi selama 6 jam di IGD. Saat anak masuk ke bangsal C1L1
RSDK sudah tidak terdapat tanda dehidrasi. Dapat disimpulkan anak menderita diare akut
tanpa tanda dehidrasi pasca diare akut dengan dehidrasi tak berat. Pasien tetap diberikan
ASI oleh ibunya. Di RSDK pasien diberikan oralit 100cc setiap kali mencret, dan
berangsur-angsur pasien mengalami perbaikan.
Dari hasil pemeriksaan penunjang feses rutin didapatkan adanya bakteri pada feses. Bakteri
yang ditemukan tidak spesifik karena dalam feses sendiri dapat ditemukan bakteri yang
merupakan flora normal usus.
Penatalaksanaan diare
Dasar pengelolaan diare yang dipakai adalah rumusan lima pilar penatalaksanaan
diare, yaitu :
1.
Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang untuk persediaan
24 jam.
Berikan oralit pada anak setiap kali buang air besar dengan ketentuan :
Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100 200 ml tiap BAB/muntah.
Bila dalam 24 jam persediaan oralit masih tersisa, maka sisa larutan harus
dibuang.
Pada diare akut dehidrasi tak berat, dilakukan rencana terapi B. Beri oralit di klinik
sesuai yang dianjurkan selama periode 4 jam pertama.1,8
Tabel 3. Jumlah oralit yang diberikan dalam 4 jam pertama
Umur*
< 4 bulan
4-12 bulan
12-24 bulan
Berat Badan
< 6 kg
6-<10 kg
10-< 12 kg
Dalam ml
200-400
400-700
700-900
* digunakan umur bila berat badan anak tidak diketahui
2-5 tahun
12-19 kg
900-1400
Berikan minum sedikit demi sedikit. Jika anak muntah, tunggi 10 menit lalu
lanjutkan kembali rehidrasi oral pelan-pelan. Lanjutkan ASI kapanpun anak minta.
Setelah 4 jam :
Nilai ulang derajat dehidrasi anak. Tentukan tatalaksana yang tepat untuk
melanjutkan terapi. Mulai beri makan pada anak di klinik.
Bila sudah tidak ada dehidrasi, ganti ke rencana A, untuk kasus diare akut tanpa
tanda dehidrasi, (dapat dilakukan di rumah),1,8 yaitu :
Buang air besar lebih sering dan cair, muntah terus menerus, rasa haus
yang nyata, makan dan minum sedikit, demam, tinja berdarah.
2.
Dukungan nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap
diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi
yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan.1,2,3
4.
Antibiotik selektif
Antibiotik tidak diberikan pada kasus diare cair akut kecuali dengan indikasi
yaitu pada diare berdarah atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru
akan memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu keseimbangan flora
usus. Selain itu pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mempercepat
resistensi kuman terhadap antibiotik serta menambah biaya pengobatan yang tidak
perlu.1,2,3
5.
Membiasakan mencuci tangan, sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja
anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan, dan sebelum memberi
makan anak
Menganjurkan tetap memberikan makanan dan minuman yang biasanya diberikan
kepada anak, jangan menguranginya, walaupun saat mencret, sehingga anak tidak
sampai habis 100 cc. Berikan larutan sebanyak anak mau. Bila anak muntah,
dimakan
Memberikan makanan kepada anak dengan sendok yang bersih dari cangkir atau
Pada kasus ini, anak tidak didapatkan tanda dehidrasi sehingga hanya diberikan
terapi A, yaitu diberikam oralit sebanyak 50ml setiap kali diare karena umurnya masih
dibawah 2 tahun, anak diberi zinc setengah tablet atau 20 mg sehari sekali dengan cara
dilarutkan ke dalam satu sendok air, anak tetap diberikan ASI. Memberikan edukasi kepada
orang tua untuk Menjelaskan kepada orang tua untuk mengawasi diare apabila terjadi lagi
memberi oralit 50 cc setiap kali mencret dan untuk selalu menjaga kebersihan diri dan alatalat makan/minum (piring) dengan cara cuci tangan sebelum membuat makan dan
menggunakan alat-alat makan/minum yang sudah dicuci bersih atau direbus dahulu. Ibu
juga diberi edukasi untuk memantau tanda-tanda dehidrasi seperti rewel, kehausan, mata
cekung, menangis tidak keluar air mata, bibir kering. Menjelaskan bahwa tablet zinc harus
dikonsumsi hingga 10-14 hari sekalipun nantinya diare sudah sembuh agar pemulihan
saluran cerna lebih cepat dan mengurangi kekambuhan diare lagi di kemudian hari.