Anda di halaman 1dari 31

BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Indikasi dan Kontraindikasi Gigi Tiruan Sebagian
Lepasan
3.1.1 Indikasi pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan adalah
sebagai berikut:
1. Hilangnya satu gigi atau lebih.
2. Gigi yang masih tertinggal dalam keadaan baik dan
memenuhi syarat sebagai gigi abutment.
3. Keadaan processus alveolaris masih baik.
4. Oral hygiene pasien baik.
5. Pasien mau dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan.
6. Bila membutuhkan estetik yang lebih baik.
7. Bila dibutuhkan gigi segera setelah dicabut.
8. Keinginan pasien
3.1.2 Kontraindikasi GTSL
1. Penderita yang tidak kooperatif, sifat tidak
menghargai perawatan gigi tiruan.
2. Umur lanjut, mempertimbangkan sifat dan kondisi
penderita sebaiknya dibuatkan GT temporer.
3. Penyakit sistemik (epilepsy, DM tidak terkontrol)
4. OH jelek.
3.2 Komponen Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Pada umumnya geligi tiruan yang konvensional baik
yang terbuat dari plastik maupun dari kerangka logam, terdiri
dari bagian-bagian retainer, basis, konektor, sandaran dan
elemen gigi tiruan.
1. Retainer atau penahan
Retainer merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan
yang berfungsi memberi retensi dan mampu menahan

protesa tetap pada tempatnya. Penahan dibagi dalam dua


kelompok yaitu :
a. Penahan langsung atau direct retainer
Penahan yang berkontak langsung dengan permukaan
gigi penyangga dan dapat cengkeram atau kaitan
presisi. Direct retainer ini biasanya berupa cengkeram,
baik dari klamer maupun logam tuang.
b. Penahan tak langsung atau indirect retainer
Penahan yang memberikan retensi untuk melawan gaya
yang cenderung melepas protesa ke arah oklusal dan
bekerja pada basis. Retensi tak langsung ini diperoleh
dengan cara memberikan retensi pada sisi berlawanan
dari garis fulkrum dimana gaya tadi bekerja. Biasanya
berupa extended bar.
2. Cengkeram
Cengkeram atau yang sering disebut dengan klamer
merupakan bagian dari GTSL yang melingkari atau
memegang gigi penyangga. Cengkeram berfungsi sebagai
retensi, stabilisasi, dan meneruskan beban kunyah ke gigi
penyangga.
Bagian-bagian dari cengkeram kawat:
a. Lengan, yaitu bagian dari cengkeram kawat yang
terletak/melingkari bagian bukal/lingual gigi
penjangkaran. Sifat agak lentur, berfungsi untuk retensi
dan stabilisasi.
b. Jari, yaitu bagian dari lengan yang terletakdi bawah
lingkaran terbesar gigi. Sifat fleksibel dan berfungsi
untuk retensi.
c. Bahu, yaitu bagian dari lengan yang terleta di atas
lingkaran terbesar dari gigi. Sifat kaku dan berfungsi
untuk stabilisasi yaitu menahan gaya-gaya bucco-lingual.

d. Badan atau body, yaitu cengekaram kawat yang terletak


di atas titik kontak gigi di daerah aproksimal. Sifat kaku,
dan berfungsi untuk stabilisasi yaitu menaha gaya-gaya
antero-posterior.
e. Oklusal rest, yaitu bagian dari cengekaram kawat yang
terletak di bagaian oklusal gigi. Sifat kaku, panjang 1/3
lebar mesio-distal gigi. Berfungsi untuk meneruskan
beban kunyah ke gigi penyangga.
f. Retensi dalam akrilik, yaitu bagian dari cengkeram kawat
yang tertanam dalam basis akrilik.
Syarat-syarat cengkeram kawat yang melingkari gigi:
a. Harus kontak dengan garis
b. Pasif atau tidak menekan gigi penyangga
c. Ujung jari tidak boleh menyinggung gigi tetangga dan
tidak boleh tajam sehingga harus dibulatkan
d. Tidak ada lekukan bekas tang pada lengan cengkeram
e. Bagian cengkeram yang melalui oklusal gigi tidak boleh
mengganggu oklusi atau artikulasi
f. Jarak bagian jari ke servikal gigi: cengkeram paradental
(1/2-1 mm) dan cengekeram gingival (1 -2 mm)
g. Bagian retensi dalam akrilik harus dibengkokkan
Macam-macam desain cengkeram terdiri dari :
Desain cengkeram menurut fungsinya dibagi dalam dua
bagian:
1. Cengkeram paradental
Yaitu cengkeram yang fungsinya selain dari retensi dan
stabilisasi protesa, juga sebagai alat untuk meneruskan
3

beban kunyah yang diterima gigi tiruan ke gigi


penjangkarannya Jadi,cengkeram paradental harus
mempunyai bagian yang melalui bagian oklusal gigi
penjangkaran atau melalui titik kontak antara gigi
penjangkaran dengan gigi tetangganya. Macam-macam
cengkeram paradental :
a. Cengkeram 3 jari
Cengkeram 3 jari terdiri dari lengan bukal dan lingual,
body, bahu, oklusal rest, bagian retensi dalam akrilik.
Cengkeram jenis ini digunakan untuk gigi molar dan
premolar.
b. Cengkeram Jackson
Desain cengkeram ini mulai dari palatal atau lingual,
terus ke oklusal di atas titik kontak, turun ke bukal
melalui di bawah lingkaran terbesar, naik lagi ke
oklusal di atas titik kontak, turun ke lingual masuk
retensi akrilik. Cengkra ini digunakan untuk gigi molar,
premolar yang mempunyai kontak yang baik di bagian
mesial dan distalnya. Jika gigi penyangga terlalu
cembung, seringkali cengkeram ini sulit masuk pada
waktu pemasangan protesa.
c. Cengkeram jackson paradental
Desainnya mulai dari bukal terus ke oklusal di atas
titik kontak, turun ke lingual dan terus ke retensi
akrilik. Cengkeram jenis ini digunakan untuk gigi molar
dan premolar yang terlalu cembung.
d. Cengkeram S
Desain cengkeram ini mulai dari bukal terus ke
oklusal/insisal di atas titik kontak, turun ke lingual
melalu atas cingulum, kemudian turun ke bawah
masuk ke dalam akrilik. Cengkeram ini digunakan

untuk kaninus rahang atas perlu diperhatikan agar


letak cengkeram tidak mengganggu oklusi
e. Cengkeram Kippmeider
Cengkeram ini tidak mempunyai lengan, yang ada
hanya rest di atas cingulum. Cengkeram ini hanya
untuk kaninus dengan bentuk cingulum harus baik.
Cengkeram ini hanya berfungsi untuk menerusan
beban kunyah dan stabilisasi
f. Cengkeram rush angker
Desainnya mulai dari oklusal di aproksimal (daerah
mesial atau distal) terus ke arah lingual ke bawah,
masuk dalam akrilik. Cengkeram ini digunakan untuk
molar, premolar yang mempunyai titik kontak yang
baik. Cengkeram rush angker hanya berfungsi untuk
meneruskan beban kunyah protesa ke gigi
penjangkaran dan sebagai retensi pada pembuatan
splin.
g. Cengkeram roach
Desainnya mulai dari oklusal di daerah titik kontak
aproksimal, turun ke bukal dan lingual terus ke
aproksimal di daerah diastema, masuk dalam akrilik
Indiksai:gigi molar dan premolar yang mempunyai
konta yang baik.

2. Cengkeram gingival, merupakan cengkeram yang


fungsinya hanya untuk retensi dan stabilisasi protesa.
Jadi, karena tidak berfungsi untuk meneruskan beban
kunyah yang diterima protesa ke gigi penjangkaran,
maka cengkeram ini tidak mempunyai bagian yang
melalui bagian oklusal gigi penjangkaran, bisa diatas
permukaan oklusal. Macam-macam cengkeram gingival :
a. Cengkeram 2 jari
Desain cengkeran 2 jari sama dengan cengkeram 3
jari, tetapi tanpa sandaran (rest). Cengkeram 2 jari
digunakan untuk gigi molar dan premolar.
b. Cengkeram 2 jari panjang
Desainnya seperti cengkeram 2 jari, hanya disini
melingkari 2 gigi berdekatan Iindikasi:gigi molar,
premolar, dimana gigi yang deat diastema kurang
kuat.
c. Cengkeram jacson
Hampir sama dengan cengkeram jacson paradental
bedanya cengkeram ini melalui bagian proksimal
dekat diastema dan di bagian lingual lurus ke bawah,
tetap di tepi lingual indikasi:gigi molar,premolar dan
kaninus.
d. Cengkeram vestibular finger
Cengkeram ini berjalan mulai dari sayap bukal protesa
ke arah undercut di vestibulum bagian labial,
ujungnya ditutupi akrilik. Cengkeram ini digunakan
untuk gigi sisa hanya gigi anterior yangtidak dapat
dilingkari cengkeram, dan bagian vestibulum labial
harus mempunyai undercut yang cukup. Cengkeram
ini berfungsi untuk tambahan retensi, tetapi kurang
efektif .
3. Sandaran (rest)
6

Sandaran berupa bagian geligi tiruan yang bersandar


pada permukaan gigi penyangga dan dibuat dengan tujuan
memberikan dukungan vertikal pada protesa. Sandaran
dapat diletakkan pada permukaan oklusal Premolar dan
Molar atau pada permukaan lingual gigi anterior. Supaya
bisa efektif, sandaran harus ditempatkan pada permukaan
gigi yang sengaja dipreparasi untuk itu. Sandaran pada gigi
posterior sering disebut dengan sandaran oklusal atau
oklusal rest. Yang berfungsi sebagai berikut:
a. Menyalurkan gaya atau tekanan oklusal dari geligi
tiruan kepada gigi penyangga. Gaya ini diteruskan ke
gigi penyangga melalui basis, lalu ke sandaran oklusal
untuk kemudian diteruskan ke tulang alveolar melalui
jaringan periodontal.
b. Sandaran berfungsi menahan lengan-lengan cengkeram
tetap pada tempatnya.
c. Sandaran mencegah lengan-lengan cengkeram menjadi
mekar atau terbuka akibat tekanan oklusal.
d. Sandaran membagi gaya oklusal menjadi dua atau lebih
komponen, sehingga terdapat pembagian gaya kunyah
yang proporsional antara gigi gigi dan lingir sisa.
e. Pemakaian sandaran akan mencegah ekstruksi gigi
penyanga karena tekanan kunyah diteruskan ke gigi ini.
f. Terjebaknya sisa makanan antara cengkeram atau basis
dengan

gigi

penyangga

dapat

terhindari,

sandaran oklusal menutupi celah ini.


g. Menyalurkan sebagian gaya lateral

karena

pada

gigi

penyangga.
Untuk bisa menyalurkan tekanan oklusal dengan baik,
sandaran harus cukup kuat, dengan perbandingan tebal
dan lebar yang seimbang. Sandaran yang kecil harus
dibuat lebih tebal.
Weinberg menganjurkan ukuran berikut ini sebagai
kedudukan sandaran:
Mesiodistal : 2,5 - 3,0 mm
7

Bukolingual : 3,0 - 3,5 mm


Tebal
: 1,0 - 1,5 mm
4. Konektor
Konektor dapat dibagi menjadi konektor utama atau major
connector dan konektor minor atau minor connector,
sesuai dengan fungsinya masing masing.
a. Konektor mayor
Konektor utama merupakan bagian geligi tiruan sebagian
lepasan

yang

mengubungkan

bagian

protesa

yang

terletak pada salah satu sisi rahang dengan yang ada


pada sisi lainnya. Supaya dapat berfungsi dengan baik,
bagian ini harus memenuhi syarat berikut ini:
- Konektor harus rigid, sehingga gaya yang bekerja
pada protesa dapat disalurkan ke seluruh bagian atau
daerah pendukung. Karena sifat yang rigid ini,
konektor utama dapat mengimbangi gaya torsional
yang akan disalurkan kepada gigi penyangga sebagai
-

gaya ungkit.
Lokasinya diatur sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu

pergerakan

jaringan

menyebabkan

tergesernya

mukosa

Tonjolan

tulang

dan

jaringan

dan
dan

lunak

tidak
gingiva.

juga

tidak

terganggu pada saat geligi tiruan lepas pasang di


-

rongga mulut.
Bagian perifer konektor utama harus terletak cukup
jauh dari tepi gingiva, sehingga tidak menekan atau

menggeser jaringan ini.


Kontur bagian perifer
membulat

dan

tidak

konektor
tajam,

harus

dibentuk

sehingga

tidak

mengganggu lidah atau pipi.


b. Konektor minor
Konektor minor atau tambahan merupakan bagian geligi
tiruan

sebagaian

lepasan

yang

menghubungkan

konektor utama, dengan bagian lain, misalnya suatu


penahan langsung atau sandaran oklusal dihubungkan

dengan konektor utama melalui suatu konektor minor.


Adapun fungsi konektor minor adalah sebagai berikut:
- Menghubungkan bagian bagian geligi tiruan dengan
-

konektor utama.
Menyalurkan tekanan fungsional atau kunyah ke gigi
penyangga. Gaya oklusal atau kunyah yang diterima
protesa diteruskan ke basis melalui sandaran oklusal,

lalu kemudian ke gigi penyangga.


Menyalurkan efek penahan sandaran dan bagian
pengimbangan kepada sandaran. Efek ini disalurkan
ke sandaran oleh konektor minor, kemudian ke
seluruh lengkung gigi.

5. Elemen gigi tiruan


Elemen gigi tiruan merupakan bagian geligi tiruan
sebagian lepasan yang berfungsi menggantikan gigi asli
yang hilang. Seleksi gigi tiruan kadangkadang merupakan
tahap yang cukup sulit dalam proses pembuatan protesa.
Dalam seleksi elemen ada metode untuk pemilihan gigi
anterior dan posterior serta faktorfaktor yang harus
diperhatikan, yaitu ukuran, bentuk, warna, dan bahan
elemen.
a. Ukuran
Ukuran elemen harus sesuai dengan gigi sejenis pada
sisi sebelahnya. Bila ruang yang ditinggalkan gigi asli
sudah tidak sesuai lagi, biasanya penusuanan dibuat
diastema atau berjejal.
- Panjang gigi
Panjang gigi bervariasi

secara

individual

dan

tergantung umur, panjang bibir atas serta kedalaman


-

overbite.
Lebar gigi
Banyak
metode

yang

dikemukakan

untuk

menentukan ukuran lebar gigi anterior atas. Menurut


John H. Lee, jarak antara kedua ujung tonjol kaninus
9

atas sesuai dengan lebar hidung. Sudut mulut juga


dapat

dipergunakan

sebagai

patokan

untuk

menentukan letak sisi distal kaninus atas pada saat


istirahat. Jarak antara kedua sudut mulut sama
dengan lebar 6 gigi depan rahang atas.
b. Bentuk gigi
Pada pemilihan bentuk gigi, halhal berikut ini perlu
mendapat perhatian. Pertama, bentuk permukaan
labial gigi depan.kedua, garis distal gigi, makin besar
sudut distal, gigi akan tampak makin kecil, dan
sebaliknya. Ketiga, garis luar mesial gigi. Garis luar
mesial yang konkaf akan membuat gigi terlihat lebih
kecil.
c. Warna
Pengaruh warna terhadap gigi sangatlah besar dan
penting sekali. Pemilihan warna ini harus disesuaikan
dengan warna gigi asli yang masih ada dan juga
disesuaikan dengan usia pasien.
d. Bahan
Bahan anasir gigi tiruan bisa terbuat dari akrilik,
porselen, ataupun logam.
6. Basis geligi tiruan
Basis geligi tiruan merupakan dasar dari gigi giruan
yang mendukung gigi tiruan. Basis pada umumnya terbagi
menjadi 2, yaitu yang terbuat dari resin akrilik dan metal
frame, yang terbuat dari logam. Adapun fungsi basis gigi
tiruan adalah sebagai berikut:
a. Mendukung gigi tiruan
b. Menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung, gigi
penyangga, dan lingir sisa.
c. Memberikan retensi dan stabilisasi kepada geligi tiruan.
Perluasan basis yang berkontak cermat dan fungsional
dengan jaringan ditambah kontak tepi yang baik akan
menambah retensi.

10

d. Memenuhi faktor kosmetik, kemajuan dunia kedokteran


gigi sekarang memungkinkan pemberian warna dan
pengembalian kontur wajah pasien sehingga terlihat
alami.
7. Sadel
Sadel merupakan bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan
yang menggantikan jaringan alveolar yang hilang dan
-

tempat bagi gigi tiruan. Fungsi sadel antara lain:


Menyangga gigi tiruan.
Menstimulir jaringan dibawahnya.
Menutupi defect dan juga untuk fungsi estetik.
Meneruskan beban oklusal.
Selanjutnya,

setelah

mengetahui

apa

saja

komponen

kompnen yang ada pada gigi tiruan sebagian lepasan, yang


dilakukan ialah membuat desain gigi tiruan.

3.3 Klasifikasi Kennedy


Klasifikasi Kennedy membagi semua keadaan tak bergigi
menjadi empat keadaan. Daerah tak bergigi lain dari pada
yang sudah ditetapkan dalam empat kelompok tadi, disebut
sebagai modifikasi. Beberapa syarat dalam pengaplikasian
kalsifikasi kennedy yaitu :
a. Klasifikasi hendaknya dibuat setelah semua pencabutan
gigi selesai dilaksanakan
b. Bila gigi molar tiga hilang dan tidak akan diganti, gigi ini
tidak masuk dalam klasifikasi.
c. Bila gigi molar tiga masih ada dan akan digunakan sebagai
gigi penahan, gigi ini dimasukkan ke dalam klasifikasi.
d. Bila gigi molar dua sudah hilang dan tidak akan diganti,
gigi ini tidak dimasukkan ke dalam klasifikasi. Contoh: bila
gigi antagonis molar-2 hilang tidak akan diganti.

11

e. Bagian tak brgigi paling posterior selalu menentukan kelas


utama dalam klasifikasi.
f. Daerah tak bergigi lain dari pada yang sudah ditetapkan
dalam klasifikasi, masuk dalam modifikasi dan disebut
sesuai dengan jumlah daerah atau ruangannya.
g. Luasnya modifikasi atau jumlah gigi yang hilang tidak
dipersoalkan; yang dipersoalkan adakah jumlah tambahan
daerah (ruang) tak bergigi.
h. Tidak ada modifikasi bagi lengkung rahang kelas IV.
Klasifikasi :
1. Klas I: adanya daerah tak bergigi pada bagian posterior,
ujung bebas pada dua sisi (bilateral free end).
2. Klas II: adanya ujung bebas pada satu sisi (unilateral free
end), mempunyai daerah tanpa gigi dibelakang gigi yang
tertinggal pada satu sisi rahang saja.
3. Klas III: daerah tidak bergigi terletak diantara gigi-gigi
yang tersisa pada satu sisi rahang.
4. Klas IV: adanya letak sadel pada gigi anterior dan
melewati median line.

12

3.4 Tahap pembuatan desain GTSL


Pembuatan GTSL terdiri dari 4 tahap yaitu :
a. Tahap I (Menentukan Kelas dari Masing-masing Daerah Tak
Bergigi)
Daerah tidak bergigi bervariasi baik panjang, macam,
jumlah dan letaknya. Sehingga mempengaruhi rencana
pembuatan desain GTSL.
b. Tahap II (Menentukan Macam Dukungan dari setiap Sadel)
Daerah yang tidak bergigi terdiri dari dua macam
yaitu tertutup (paradental) dan ujung bebas (free end).
Saddle paradental, memiliki dukungan gigi, dukungan
mukosa serta dukungan gigi dan mukosa. Saddle free end
memiliki dukungan mukosa serta dukungan gigi dan
mukosa.

Saddle

free

end,

idealnya

menggunakan

dukungan mukosa meskipun kombinasi masih mungkin


dengan syarat gigi penyangga masih baik dan sehat agar
tekanan kunyah tersalur seimbang antar gigi dan mukosa.
Faktor yang perlu diperhatikan agar dukungan dari protesa
baik yaitu :
1. Keadaan jaringan pendukung
Jika gigi penyangga dalam keadaan yang baik, maka
sebaiknya menggunakan dukungan gigi. Jika keadaan
gigi

meragukan,

dapat

menggunakan

dukungan

mukosa dengan memperhatikan :


- Jaringan mukosa dibawah sadel sehat dan cukup
tebal.

13

Bagian plat kortikal dari tulang alveolar dibawah


sadel padat dan di atas trabekula dan kanselus yang

sehat.
Pasien tidak memiliki penyakit yang berhubungan

dengan resorpsi tulang secara cepat.


2. Panjang Sadel
- Pada kasus sadel pendek (kehilangan 1-2 gigi), maka
-

dukungan sebaiknya berasal dari gigi.


Pada kasus sadel panjang, gigi penyangga kurang
kuat sehingga dukungan sebaiknya berasal dari

mukosa (mucosa borne).


3. Jumlah Sadel
Jika jumlah sadel multiple perlu memerhatikan keadaan
gigi yang masih ada dan jaringan mukosanya. Jika
keadaan gigi penyangga kurang kuat, maka dukungan
dari mukosa (mucosa borne). Pada rahang atas, apabila
jumlah sadel multiple dianjurkan menggunakan
dukungan dari mukosa (mucosa borne).
4. Keadaan Rahang
Untuk rahang bawah dengan bounded saddle sebaiknya
dukungan dari gigi karena luas permukaan mukosa
rahang bawah lebih kecil. Untuk rahang atas dengan
bounded saddle, dukungan dapat berasal dari gigi
geligi, mukosa, ataupun kombinasi (gigi dan mukosa).
Jika gigi geligi yang dijadikan sebagai penyangga dari
GTSL maka perlu diperhatikan beberapa syarat gigi
penyangga yaitu :
- Bebas karies & restorasi.
- Memiliki kontur gigi yang memadai.
- Panjang mahkota cukup.
- Status periodontal gigi sehat.
- Permukaan gigi luas.
- Panjang Akar memadai dan didukung oleh alveolar.
- Tidak goyang lebih dari 2 derajad.
- Posisi gigi secara vertikal & horizontal dalam
lengkung yg baik.
- Oklusi dengan gigi lawan baik
c. Tahap III (Menentukan Jenis Penahan / Retainer)
14

Ada dua macam retainer yaitu Direct Retainer dan


Indirect Retainer. Direct Retainer ( Penahan Langsung )
yang diperlukan untuk setiap gigi tiruan. Indirect Retainer
(Penahan Tidak langsung) yang tidak selalu dibutuhkan
untuk setiap gigi tiruan. Beberapa faktor yang menentukan
dalam pemilihan retainer yaitu :
1. Dukungan dari sadel
Macam cengkeram yang didasarkan pada macam sadel
yang dipilih.
2. Stabilisasi GTSL
Didasarkan pada jumlah dan macam gigi penyangga
yang ada dan dipilih sebagai penyangga.
3. Estetika
Didasarkan pada bentuk atau tipe cengkeram dan
lokasi gigi penyangga.
d. Tahap IV : Menentukan Jenis Konekor
Protesa resin konektor berbentuk pelat. Sedangkan
gigi

tiruan

kerangka

logam

memiliki

konektor

yang

bervariasi dan dipilih sesuai indikasinya dan kadang lebih


dari satu konektor.
Dasar pertimbangan memakai lebih dari satu konektor :
a. Pengalaman Pasien
Protesa baru sebaiknya sesuai dengan desain protesa
lama sehingga adaptasinya lebih mudah.
b. Stabilisasi
Jika menginginkan protesa yang lebih stabil, maka perlu
konektor tambahan untuk memperkuat gigi tiruan dan
sebagai penahan tidak langsung.
c. Bahan gigi tiruan
Gigi tiruan resin memiliki bahan dengan kekuatan yang
sam. Sedangkan kerangka loganm, memiliki modulus
elastisitas yang berbeda. Sehingga, untuk konektor
logam

campur

emas

membutuhkan

dua

konektor

sedangkan konektor logam campur kobalt kromium


membutuhkan satu konektor.

15

3.5 Tahap pembuatan GTSL


A. Kunjungan Pertama
1. Anamnesa Indikasi
2. Membuat Studi Model
- Alat : Sendok cetak nomor dua
- Bahan Cetak : Hyidrokoloid Irreversible (alginat)
- Metode Mencetak : Mucostatik
Posisi operator : rahang bawah : di kanan depan pasien
Posisi pasien : rahang baawah : pasien duduk tegak dan
bidang oklusal sejajar lantai posisi mulut setinggi siku
operator.
-

Cara mencetak
Mula-mula

dibuat

adonan

sesuai

dengan

perbandingan P/W yaitu 3:1, setelah dicapai konsistensi


yang tepat dimasukkan ke dalam sendok cetak dengan
merata, kemudian dimasukkan ke dalam mulut pasien
dan tekan posisi ke atas atau ke bawah sesuai dengan
rahang yang dicetak. Di samping itu dilakukan muscle
triming agar bahan cetak mencapai lipatan mukosa.
Posisi dipertahankan sampai setting, kemudian sendok
dikeluarkan dari mulut dan dibersihkan dari saliva. Hasil
cetakan diisi dengan stone gips dan di-boxing.
B. Kunjungan Kedua
1. Membuat model kerja
- Alat : sendok cetak fisiologis
- Bahan cetak : hyidrokoloid irreversible (alginat)
- Metode mencetak : mucocompresi
- Cara mencetak
Rahang Atas :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi
tertentu dimasukkan ke dalam sendok cetak. Posisi
operator di samping kanan belakang. Masukkan sendok
16

cetak dan bahan cetak ke dalam mulut, sehingga garis


tengah sendok cetak berimpit dengan garis median
wajah. Setelah posisinya benar sendok cetak ditekan ke
atas. Sebelumnya bibir dan pipi penderita diangkat
dengan jari telunjuk kiri, sedang jari manis, tengah dan
kelingking turut menekan sendok dari posterior ke
anterior. Pasien disuruh mengucapkan huruf U dan
dibantu dengan trimming.
Rahang Bawah :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi
tertentu dimasukkan ke dalam sendok cetak. Pasien
dianjurkan untuk membuang air ludah. Posisi operator
di samping kanan depan. Masukkan sendok cetak dan
bahan cetak ke dalam mulut, kemudian sendok ditekan
ke processus alveolaris. Pasien diinstruksikan untuk
menjulur lidah dan mengucapkan huruf U. dilakukan
muscle

trimming

supaya

bahan

mencapai

lipatan

mucobuccal. Posisi dipertahankan sampai setting.


2. Pembuatan

cangkolan

yang

akan

digunakan

untuk

retensi gigi tiruan dengan melakukan survey model


terlebih dahulu pada gigi yang akan dipakai sebagai
tempat cangkolan berada nantinya.
3. Pembuatan basis gigi tiruan dengan menggunakan
malam merah yang dibuat sesuai dengan desain gigi
tiruan.
4. Proses flasking, wax elimination, packing, processing
deflasking, finishing, polishing.
C. Kunjungan Ketiga
1. Try - in basis gigi tiruan akrilik dengan cangkolannya.
2. Pembuatan

gigitan

kerja

yang

digunakan

untuk

menetapkan hubungan yang tepat dari model RA dan RB


sebelum dipasang di artikulator dengan cara : pada basis
17

gigi tiruan yang telah kita buat tadi ditambahkan dua


lapis malam merah dimana ukurannya kita sesuaikan
dengan lengkung gigi pasien. Malam merah dilunakkan
kemudian pasien diminta mengigit malam tersebut.
3. Pemasangan model RA dan RB pada artikulator dengan
memperhatikan relasi gigitan kerja yang telah kita
dapatkan tadi.
4. Penyusunan gigi tiruan dimana pada kasus ini akan
dipasang gigi posterior maka perlu diperhatikan bentuk
dan

ukuran

gigi

yang

akan

dipasang.

Posisi

gigi

ditentukan oleh kebutuhan untuk mendapatkan oklusi


yang memuaskan dengan gigi asli atau gigi tiruan
antagonis

untuk

mendapatkan

derajat

oklusi

yang

seimbang. Malam dibentuk sesuai dengan kontur alami


prosesus alveolar dan tepi gingiva.
5. Proses flasking, wax elimination, packing, processing
deflasking, finishing, polishing.
Flasking
Flasking ialah suatu proses penanaman model dan trial
denture malam dalam suatu flasfk/cuvet untuk membuat
sectional mold. Berikut prosedur kerja flasking :
1. Pilih flask

yang ukurannya sesuai dengan model,

kemudian letakkan model dalam flask bagian bawah


untuk memastikan bahwa flasknya cukup.
2. Sebelum flasking ulasilah seluruh bagian dalam flask
dengan lapisan vaselin tipis dan plug bagian bawah
flask diletakkan.
3. Bagian tepi/dasar model dikuas dengan separating
medium (vaselin/ air sabun).

18

4. Aduklah adonan gips, kemudian letakkan di flask


bagian bawah lalu model ditanam dalm flask tersebut,
setelah gips agak mengeras dirapikan.
5. Setelah gips mengeras, bagian gips dicat dengan
vaselin/ air sabun.
6. Buatlah adonan stone dan kuaskan pada gigi-gigi dan
malam geligi tiruan sambil digetarkan untuk mencegah
terjadinya gelembung-gelembung udara. Pasang flask
bagian atas tanpa tutup, lalu isikan stone kedalam flask
sampai batas permukaan oklusal gigi-gigi.
7. Setelah stone mengeras, buatlah adonan stone kedua
dan tuangkan kedalam flask sampai penuh lalu flask
ditutup dan ditaruh di bawah press (bagian-bagian flask
kontak antar metal).
Cara flasking ada 2, yaitu:
a. Pulling the casting ialah seperti cara di atas: dimana
setelah boiling out, gigi-gigi akan ikut pada flask bagian
atas. keuntungannya adalah memulaskan separating
medium dan packingnya mudah, karena seluruh mold
terlihat.
b. Holding the casting: permukaan labial gigi-gigi ditutup
stone/gips sehingga setelah boiling out akan terlihat
seperti gua kecil. Pada waktu packing adonan akrilik
harus melewaqti bagian bawah gigi untuk mencapai
daerah sayap, yang disebut packing through).
Boiling Out
Setelah flasking dilakukan, mold harus betul-betul
keras paling tidak kurang lebih 1 jam sebelum bagian kuvet
dipisahkan, dan malam dibuang. Kuvet ditaruh pada dalam
air yang mendidih dengan suhu 130 oF, selama 15 menit
untuk melunakkan malam, dan memisahkan kuvet. Setelah

19

pemisahan malam, bagian mold dicuci dengan air panas


hingga tidak terdapat lagi sisa residu.
Mold

yang

pendinginan

telah

selama

dicuci

10

ditinggalkan

menit.

Panas

untuk

membantu

mempercepat penetrasi dalam pemisahan dental plaster


dan

mempercepat

pengeringan.

Jika

separator

tidak

sengaja menutupi bagian denture gigi, maka material yang


terkontaminasi dapat dihilangkan menggunakan sikat atau
alat yang lain. Setelah pemisahan kuvet telah mengering
dan kuvet telah mengering dengan suhu yang sesuai
dengan suhu kamar, maka mold siap untuk pembuatan
resin akrilik.
Packing Acrylic
Packing acrylic adalah proses mencampur monomer
dan polimer resin akrilik. Yang mempunyai dua metode
yaitu:
a. Dry method ialah cara mencampur monomer dan
polimer langsung didalam mold.
b. Wet method ialah cara mencampur monomer dan
polimer di luar mold dan bila sudah mencapai dough
stage baru dimasukkan ke dalam mold.
Resin akrilik adalah suatu polimer yang berbentuk
bubuk dan monomer yang berbentuk cair. Penggunaannya
adalah

dengan

mencampur

kedua

kemasan

tersebut

sampai didapatkan massa yang plastis agar dapat dibentuk


sesuai dengan kebutuhan dan keinginan.
Nama acrylic berasal dari bahasa latin yaitu acrolain
yang berarti bau tajam. Bahan ini berasal dari asam
acrolain atau gliserin aldehida.
Macam-macam bahan akrilik adalah:
1.

Bahan akrilik heat cured


20

2.

Bahan akrilik self cured

3.

Bahan akrilik light cured

Komposisi dari bahan polimerisasi:


1. Powder: polimer, polimetil metakrilat baik serbuk
yang diperoleh dari polimerisasi metal metakrilat
dalam

air

maupun

bentukannya

partikel

yang

yang

diperoleh

tidak

teratur

dengan

cara

menggerinda batangan polimer.


2.

Cairan: monomer yaitu metil metakrilat.


Stabiliser
mencegah

sekitar

0,006%

berlangsungnya

hydroquinone

untuk

polimerisasi

selama

0,2-0,5%

benzoyl

penyimpanan.
Initiator

peroksida

berupa

peroksida
Pigmen, sekitar 1% tercampur dalam partikel polimer.
Proses pencampuran monomer dan polimer mengalami 6
stadium:
1. Wet sand/sandy stage: adoan seperti pasir
2. Puddled sand: adonan seperti lumpur basah
3. Stringy/sticky stage: adonan apabila disentuh dengan
jari/alat bersifat lekat, apabila ditarik membentuk serat.
Butir-butir polimer mulai larut, monomer bebas meresap
ke dalam polimer.
4. Dough/packing stage: adonan bersifat plastis. Pada
tahap ini sifat lekat hilang dan adonan mudah dibentuk
sesuai dengan bentuk yang kita inginkan.
5. Rubbery stage: kenyal seperti karet. Pada tahap ini telah
banyak

monomer

yang

menguap,

terutama

pada

permukaannya sehingga terjadi permukaan yang kasar.


6. Rigid stage: kaku dan keras. Pada tahap ini adonan telah
menjadi keras dan getas pada permukaannya, sedang
keadaan dibagian dalam adukan masih kenyal.
21

Prosedur kerja packing:


a. Pencampuran resin akrilik. tuang monomer kedalam
mixing jar porselen yang bersih dan masukkan polimer
sampai

semua

cairan

terserap

dalam

bubuk

(polimer:monomer, 3:1),
b. Aduk campuran dengan spatula stainless steal sampai
monomer dan polimer tercampur dengan baik,
c. Pasang tutup mixing jar untuk mencegah menguapnya
monomer saat polimerisasi dan diamkan selama waktu
yang dianjurkan pabrik,
d. Jar dibuka dan bahan di tes dengan spatula, jika sudah
lunak dan tidak lengket (dough stage), adonan siap
dimasukkan kedalam mold,
e. Packing resin akrilik yang sudah dough stage kedalam
mold dengan jari telunjuk yang terbungkus kertas
selopan. Adonan dipacking satu arah untuk menghindari
terjebaknya hawa udara antar resin akrilik dan mold,
f. Letakkan kertas selopan diatas resin akrilik, dan pasang
kuvet antagonis.
g. Press dan buang kelebihan sebanyak 2 kali, lepas kertas
selopan, kemudian press dan pasang baut.
Curing
Proses curing adalah polimerisasi antara monomer
yang bereaksi dengan polimernya bila dipanaskan atau
ditambah zat kimia lainnya.
Polimerisasi ada 2 cara yaitu,
1. Secara thermis yang disebut heat curing
2. Secara khemis (zat kimianya sudah ditambah dengan
monomer) yang disebut dengan cold/self curing.
Pemberian panas dapat secara :
1. Dry heat : dipanaskan dengan udara kering
22

2. Vapour heat : dipanaskan dengan uap panas


3. Water heat : dipanaskan dengan air panas yang biasa
digunakan di laboratorium
Pemberian panas ini harus teratur karena reaksi
kimia antara monomer dan polimer itu sendiri bersifat
exsothermis.

Bila

polimerisasi

telah

dimulai

maka

temperature resin akrilik akan jauh lebih tinggi dari airnya


dan monomernya akan mendidih pada temperature 100 0C.
Oleh karena itu, pada tahap permulaan polimerisasi,
temperature air harus dijaga jangan terlalu tinggi. Dengan
demikian panas yang timbul dari reaksi polimerisasi dapat
dialihkan ke bahan investingnya, dan pemanasan yang
berlebihan

sehingga

monomer

mendidih

akan

mengakibatkan terjadinya porositas pada hasil curing.


Porositas dapat juga disebabkan oleh mold yang kurang
terisi atau selama curing kurang di press sehingga terjadi
shrinkage porosity.
Komposit pertama yang dikeraskan oleh proses
polimerisasi teraktivasi kimia, kadang kadang disebut
sebagai

cold

curing.

Cold

curing

diawali

dengan

pengadukan kedua pasta. Selama proses pengadukan,


hampir tidak mungkin mencegah masuknya gelembung
udara kedalam adukan. Gelembung udara ini mengandng
oksigen

yang

menyebabkan

penghambatan

oksigen

selama polimerisasi. Masalah lain dengan cold curing


adalah bahwa operator tidak memiliki pengendalian waktu
kerja setelah bahan diaduk. Jadi, memasukkan bahan dan
pembentukan bahan pembentukan kontur restorasi harus
diselesaikan begitu tahap inisiasi selesai. Jadi, proses
polimerisasi terus menerus terganggu sampai operator
telah menyelesaikan proses pembentukan kontur restorasi.

23

Untuk mengatasi masalah ini, bahan-bahan yang


tidak

memerlukan

pengadukan

mulai

dikembangkan.

Tujuan ini dicapai dengan menggunakan sumber sinar


untuk

mengaktifkan

system

inisiator.

Dengan

mempertimbangkan kekurangan resin cold curing, adalah


bahwa bahan-bahan dengan pengerasan sinar memiliki
keuntungan

dengan

memungkinkan

operator

menyelesaikan baik pemasukan bahan dan pembentukan


kontur restorasi sebelum pengerasan dimulai.
Alat dan bahan curing:
1.

Alat perebus cuve (panci dan kompor)

2.

Timer

3.

Air

Prosedur kerja curing:


1.

Masukkan kuvet dan air di dalam panci (air yang


masih dingin)

2.

Panaskan kuvet hingga air mendidih dan pertahankan


selama 15 menit.

3.

Matikan api dan biarkan kuvet dalam panci sampai

dingin.
4.

Setelah kuvet dingin, buka dan lepaskan model dari

kuvet.
5.

Bersihkan sisa gips yang masih melekat pada gigi

tiruan akrilik.
Finishing dan Polishing
Finishing
Finishing

merupakan

proses

atau

tahap

penyelesaiaan geligi tiruan dari menyempurnakan bentuk


akhir geligi tiruan dengan membuang sisa-sisa resin akrilik
di sekitar gigi. Tonjolan tonjolan akrilik pada permukaan
landasan geligi tiruan akibat dari processing.
24

Waktu

proses

penyelesaian

berhati-hatilah

melindungi batas dan kontur geligi tiruan . jika cetakan


telah diboxing dengan baik dan geligi malam/ trial denture
telah diwaxing dengan baik, garis luar geligi tiruan dengan
mudah dapat ditentukan. Selain itu, jika geligi tiruan
malam telah di wax contouring dengan seksama sesuai
dengan bentuk yang diinginkan, proses penyelesaian yang
diperlukan akan lebih sederhana.
Flash adalah resin akrilik yang menonjol keluar atara
kedua mould karena tekanan yang dilakukan selama
prosedur processing. buanglah flash dari geligi tiruan de
ngan menekan sedikit batas geligi tiruan pada arbon band
yang berputar perlahan lahan. Jika geligi tiruan ditrial
packing dengan hati hati ,aka flash hamya sedikit sekali.
Berhati-hatilah membuang flash dan sisa stone yang
berada

disekitar

leher

gigi

dengan

sebuah

cungkil

kecil/pahat yang tajam.


Gelembung air atau bahan asing lainnya yang
terjebak dibawah permukaan stone akan membentuk ruang
kosong didalam mould. Tekanan yang digunakan waktu
prosedur packing dapat menyebabkan resin akrilik patah
didalam ruang kosong tersebut dan akan terlihat sebagai
gumpalan/nodul

diperukaan

geligi

tiruan

yang

telah

diproses. Periksalah geligi tiruan dengan jari tangan


terhadap gelembung resin akrilik dan hati-hati buanglah
bila ada dengan stone/bur bulat kecil.
Polishing
Pemolesan geligi tiruan terdiri dari menghaluskan
dan

mengkilapkan

konturnya.

Untuk

geligi

tiruan

mengkilapkan

tanpa

resin

mengubah

akrilik,

semua

guratan dan daerah kasar harus dibuang, sehingga alatalat

abrasive

harus

digunakan

untuk

menghasilkan
25

permukaan geligi tiruan ang licin dan mengkilap. Suatu rag


wheel khusus dan brush wheel harus difunakan dengan
salah

satu

bahan

poles.

Roda-roda

ini

tidak

boleh

digunakan secara bergantian dengan bahan abrasive yang


berbeda. Rag wheel harus dibiarkan lembut dan basah dan
digunakan dengan pumice basah untuk mencegah panas
yang berlebihan dari landasan geligi tiruan.
Gunakan rag wheel (putih) dan pumice halus untuk
memoles tepi permukaan lingual dan palatal geligi tiruan.
Karena rag wheel dapat merusak kontur asli dan stain pada
permukaan fasial, maka tidak boleh menyentuh permukaan
fasial geligi tiruan.
Hilangkan semua kekasaran dari permukaan fasial
yang distain dengan brush wheel putih dan bubuk pumice
halus yang basah. Pada permukaan fasial digunakan
tekanan seringan mungkin dan putaran roda serendah
mungkin.
Permukaan landasan geligi tiruan yang berhadapan
dengan jaringan tidak boleh dipoles.
Bila gigi-giginya dari akrilik, maka pada waktu pemolesan
gigi-gigi akrilik tersebut harus dilindungi dengan menutupi
gigi-gigi akrilik tersebut dengan tape, sehingga anatomi
gigi tidak akan rusak.
D. Kunjungan Keempat
Dilakukan insersi yaitu pemasangan GTS lepasan
dalam mulut pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara
lain :
1. Part of insertion and part of removement
Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang
dijumpai pada saat pemasangan dan pengeluaran gigi
tiruan

dapat

dihilangkan

dengan

cara

pengasahan
26

permukaan gigi tiruan (hanya pada bagian yang perlu


saja).
2. Retensi
Yaitu kemampuan GTS untuk melawan gaya pemindah
yang cenderung memindahkan gigi tiruan ke arah
oklusal. Retensi gigi tiruan ujung bebas di dapat dengan
cara :
-

Retensi fisiologis, diperoleh dari relasi yang erat antara


basis

gigi

tiruan

dengan

membarana

mukosa

di

bawahnya.
-

Retensi mekanik, diperoleh dari bagian gigi tiruan yang


bergesekan dengan struktur anatomi. Retensi mekanik
terutama

diperoleh

dari

lengan

traumatic

yang

menempati undercut gigi abutment.


3. Stabilisasi
Yaitu perlawanan atau ketahanan GTS terhadap gaya
yang menyebabkan perpindahan tempat/gaya horizontal.
Stabilisasi terlihat dalam keadaan berfungsi, misal pada
saat

mastikasi.

Pemeriksaan

stabilisasi

gigi

tiruan

dengan cara menekan bagian depan dan belakang gigi


tiruan

secara

bergantian.

Gigi

tiruan

tidak

boleh

menunjukkan pergeseran pada saat tes ini.


4. Oklusi
Yaitu pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik,
lateral, dan anteroposterior. caranya dengan memakai
kertas artikulasi yang diletakkan di bawah gigi atas dan
bawah, kemudian pasien diminta melakukan gerakan
mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi pasien diminta
melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas
artikulasi diangkat dan dilakukan pemeriksaan oklusal
gigi. Pada keadaan normal terlihat warna yang tersebar
secara merata pada permukaan gigi. Bila terlihat warna
27

yang tidak merata pada oklusal gigi maka dilakukan


pengurangan pada gigi yang bersangkutan dengan
metode

selective

grinding.

Pengecekan

oklusi

ini

dilakukan sampai tidak terjadi traumatik oklusi.


Selective grinding yaitu pengrindingan gigi-gigi menurut
hukum MUDL (pengurangan bagian mesial gigi RA dan
distal RB) dan BULL (pengurangan bagian bukal RA dan
lingual RB).
Instruksi yang harus disampaikan kepada pasien
o Mengenai cara pemakaian gigi tiruan tersebut, pasien
diminta memakai gigi tiruan tersebut terus menerus
selama beberapa waktu agar pasien terbiasa.
o Kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut harus selalu
dijaga. Sebelum dipakai sebaiknya gigi tiruan disikat
sampai bersih.
o Pada malam hari atau bila tidak digunakan, protesa
dilepas dan direndam dalam air dingin yang bersih agar
gigi tiruan tersebut tidak berubah ukurannya.
o Jangan dipakai untuk makan makanan yang keras dan
lengket.\Apabila timbul rasa sakit setelah pemasangan
pasien harap segera kontrol.
o Kontrol seminggu berikutnya setelah insersi.
E. Kunjungan Kelima
Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang
mungkin terjadi. Tindakan yang perlu dilakukan :
1. Pemeriksaan subjektif
Pasien ditanya apa ada keluhan rasa sakit atau rasa
mengganjal saat pemakaian gigi tiruan tersebut.
2. Pemeriksaan objektif
o Melihat keadaan mulut dan jaringan mulut

28

o Melihat keadaan GTS lepasan baik pada plat dasar


gigi tiruannya maupun pada mukosa di bawahnya.
o Melihat posisi cangkolan.
o Melihat

keadaan

gigi

abutment

dan

jaringan

pendukungnya.
o Memperhatikan oklusi, retensi, dan stabilisasi gigi
tiruan.
3.6 Indikasi keberhasilan GTSL
3.6.1 Indikator keberhasilan pemakaian GTSL
1. Gigi tiruan tersebut harus bertahan lama.
2. Gigi tiruan tersebut harus dapat mempertahankan dan
melindungi gigi yang masih ada serta jaringan
sekitarnya.
3. Gigi tiruan tersebut tidak boleh merugikan pasien dalam
bentuk apapun.
4. Gigi tiruan tersebut harus mempunyai konstruksi dan
desain yang harmonis.
5. Gigi tiruan retentif, stabil, dan secara estetik baik.
3.6.2 Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan
GTSL
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan GTSL
yaitu :
1. Kooperatifan pasien.
2. Kondisi rongga mulut pasien
3. Kemampuan tekniker
4. Retensi dan stabilisasi GTS yang berasal dari cengkram
dan anatomi rongga mulut pasien.
5. Ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok

29

6. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi


mulut
Faktor yang mempengaruhi kegagalan pembuatan GTSL
yaitu :
1. Manipulasi

yang

salah,

mencetak

dan

permukaan

oklusal yang tidak balance oclution


2. Perluasan landasan geligi tiruan yang tidak memenuhi
syarat atau landasan geligi tiruan yang tidak cermat.
3. Oklusi yang tidak layak yaitu relasi sentris, dimensi
vertical dan kontak premature yang salah, hubungan
sentris dan eksentris serta hubungan tonjol yang kurang
seimbang
4. Daya horizontal dari bibir, pipi dan lidah pada gigi-gigi
dan sayap geligi tiruan.

30

DAFTAR PUSTAKA
Gunadi H.A, dkk. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan
Sebagian Lepasan jilid 2. Jakarta: Hipokrates
Suryatenggara, F. 1991. Ilmu Geligi Tiruan Lepasan. Edisi 2.
Jakarta: Hipokrates.
Haryanto, A.G. 1991. Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian
Lepasan. Jilid I Cetakan I. Jakarta: Hipokrates.
Haryanto, A.G. 1995. Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian
Lepasan. Jilid II Cetakan I. Jakarta: Hipokrates.

31

Anda mungkin juga menyukai