Anda di halaman 1dari 4

E.

coli, Staphylococcus aureus


dan
Salmonella. Staphylococcus aureus
merupakanmikroba normal yang terdapat pada permukaan tubuh, seperti pada permukaankulit,
rambut, hidung, mulut dan tenggorokan. Begitu pula pada permukaantangan manusia atau
pekerja.
Staphylococcus aureus
banyak mencemari pangankarena tindakan yang tidak higienis dalam penanganan pangan (Adam and
Moss1995).Adapun cara uji kontaminasi rambut yaitu ambil 2 helai rambut denganpinset,
kemudian letakkan pada agar cawan NA dan APDA. Cawan diinkubasikanpada suhu 27
o
C selama 2 hari. Uji kontaminasi rambut dilakukan terhadap rambutyang baru dicuci dan rambut
yang dicuci sehari sebelumnya. Selanjutnya, amatipertumbuhan mikroorganisme untuk media
NA adalah total bakteri dan mediaAPDA adalah kapang dan khamir.Pada kegiatan praktikum kali ini
digunakan beberapa jenis media biakan,yaitumedia, NA (
Nutrient Agar
), dan APDA (
Potato Dextrose Agar + AsamTartarat
). Masing-masing media tersebut memiliki komposisi penyusun yangberbeda-beda. NA (
Nutrient Agar
)Media ini merupakan jenis media umum yangdigunakan untuk menumbuhkan lebih dari 1 jenis
mikroorganisme secara umum.Media ini tersusun atas bacto peptone, bacto agar, dan bacto beef
extract. Mediaini mengandung komposisi senyawa nutrisi yang kaya akan protein
sehinggacenderung untuk ditumbuhi oleh bakteri.PDA (
Potato Dextrose Agar)
Media inimerupakan jenis media umum yang digunakan untuk menumbuhkan lebih dari 1 jenis
mikroorganisme secara umum. Media ini tersusun atas bacto dextrose, bactoagar, dan potato.
Media ini mengandung komposisi senyawa nutrisi yang kayaakan karbohidrat dan gula sehingga
lebih cenderung untuk ditumbuhi oleh kapangdan khamir.Pada kelompok 1,3, dan 7 dengan
media APDA, tidak terdeteksi adanyakapang pada rambut yang tidak dicuci 2-3 hari, namun
pada sampel rambutkelompok 7 yang dicuci hari ini terdeteksi pertumbuhan kapang sedikit. Hal
inidapat terjadi mungkin karena frekuensi terkena udara kotor pada rambut tersebutlebih besar
dibanding rambut yang tidak dicuci 2-3 hari.Pada kelompok 1,2 dan 4 yang menggunakan media
NA untuk mendeteksiadanya pertumbuhan bakteri dalam rambut. Dari hasil pengamatan dapat
terlihat
pertumbuhan bakteri pada media yang diberi perlakuan tidak dicuci selama 2-3hari mempunyai
jumlah bakteri lebih banyak daripada yang dicuci hari ini. Hal inidapat disebabkan karena rambut
yang kotor dan suhu rambut yang lembab dapatmenjadi tempat berkembang biaknya bakteriPada
kelompok 3,5 dan 7 yang juga menggunakan media APDA,terdeteksi adanya pertumbuhan kapang
yang banyak pada sampel rambut yangtidak dicuci 2-3 hari, sedangkan pada sampel rambut yang
dicuci hari ini jugaterdeteksi pertumbuhan kapang yang banyak. Hal ini dapat terjadi
mungkinkarena frekuensi kedua sampel rambut terkena udara kotor sama besarnya..
3.2.4. Sanitasi Pekerja3.2.4.1 Sanitasi Tangan Kualitatif

Tangan dan rambut sangat rentan terkena bakteri dan kapang karenaudarakotor mudah menempel
pada tangan dan rambut. Tangan yang dicuci airbelumtentu bersih karena air yang digunakan
untuk membersihkan banyak tercemarkuman dan bakteri sehingga perlu menggunakan bahan
antiseptik untuk menghilangkan bakteri dan kapang yang menempel pada bagian kulit.
Olehkarena itu
higiene
pekerja juga sangat penting diperhatikan, penelitian Lues, et al.(2006) menunjukkan bahwa
pekerja menyebabkan timbulnya bakteri seperti
E.coli, Staphylococcus aureus
dan
Salmonella. Staphylococcus aureus
merupakanmikroba normal yang terdapat pada permukaan tubuh, seperti pada permukaankulit,
rambut, hidung, mulut dan tenggorokan. Begitu pula pada permukaantangan manusia atau
pekerja.
Staphylococcus aureus
banyak mencemari pangankarena tindakan yang tidak higienis dalam penanganan pangan (Adam
and Moss1995).Pada praktikum kali ini dilakukan uji sanitasi pekerja secara kualitatif
padakebersihan jari tangan. Ada empat perlakuan, yaitu jari tangan tanpa di cuci, jaritangan di
cuci hanya dengan air, jari tangan di cuci dengan air dan sabun, dan jaritangan di cuci dengan
antiseptik. Pertama yaitu jari tangan tanpa dicuci, dilakukandengan cara menempelkan terlebih
dahulu 3 jari tangan pada media VJA danEMBA kemudian 2 jari lainnya dan tutup cawan. Yang
kedua yaitu jari tanganhanya di cuci dengan air, sebelumnya cuci tangan dahulu dengan air
dantempelkan 3 jari tangan pada media VJA dan EMBA kemudian 2 jari lainnya dan
tutp cawan. Perlakuan ketiga yaitu jari tangan dicuci dengan air dan sabun,sebelumnya jari
tangan dicuci terlebih dahulu mengggunakan air dan sabun dantempelkan 3 jari tangan pada
media VJA dan EMBA kemuadian 2 jari lainnya dantutup cawan. Perlakuan terakhir yaitu cuci
jari tangan dengan antiseptik atautissue basah. Sebelumnya tangan dicuci dengan antiseptik atau
di lap dengantissue basah dan tempelkan 3 jari tangan pada media VJA dan EMBA kemudian
2 jari lainnya dan tutup cawan. Setelah semua perlakuan selesai inkubasi cawanpada suhu 30
o
C selama 2 hari dan lakukan pengamatan.Setelah di inkubasi didapat hasil pada media VJA
terlihat ada 1 kolonibakteri pada perlakuan tangan sebelum di cuci. Ada 1 koloni juga pada
perlakuantangan di cuci dengan air saja dan ada 1 koloni pada perlakuan tangan dicucidengan
sabun. Tetapi tidak ada koloni yang tumbuh pada perlakuan tangan di cucidenngan antiseptik.
Dan untuk media EMBA ada 2 jenis bakteri yang tumbuhyaitu bakteri fekal dan non ffekal.
Namun untuk bakteri fekal tidak ada yangtumbuh pada media EMBA di setiap perlakuan.
Sedangkan untuk bakteri nonfekal terdapat 7 koloni bakteri yang tumbuh,pada perlakuan tangan
sebelumdicuci. Terlihat juga terdapat 8 koloni yang tumbuh pada perlakuan tangan dicucidengan
air saja, terlihat juga terdapat 16 koloni yang tumbuh pada perlakuantangan dicuci dengan sabun.
Dan terdapat 14 koloni yang tumbuh pada perlakuantangan dicuci dengan antiseptik. Dari hasil
tersebut di atas untuk media EMBAternyata jumlah koloni non fekal yang tumbuh cukup banyak
pada perlakuantangan dicuci dengan antiseptik, hal dikarenakan kemungkinan antiseptik
yangdigunakan umur simpannya sudah lama atau sudah terkontaminasiKebiasaan pribadi (
personal habit

) pada pekerja dan konsumen dalammengelola bahan pangan dapat merupakan sumber yang
penting dari kontaminansekunder. Beberapa peristiwa dari keracunan bahan pangan yang
tercemar oleh
Staphylococcus aureus
, diakibatkan oleh higiene yang buruk dari pengolahanbahan pangan tersebut . Luka-luka atau
iritasi pada kulit merupakan sumberkontaminan mikroba, sehingga harus ditutup. Batuk atau
bersin sekitar bahanpangan sebaiknya dihindarkan, demikian juga pekerja yang menderita diare
tidak diperkenankan bekerja dengan bahan pangan
seperti, spora bakteri tertentu dan protozoa tertentu, namun untuk membersihkanmikroorganisme
tersebut tetap disarankan menggunakan sabun dan air.Perlakuan mencuci tangan dengan
menggunakan tisu basah digunakansebagai alternatif membersihkan tangan dengan sabun karena
lebih praktis dantidak memerlukan air. Beberapa tisu basah telah mengembangkan
kandunganwewangi beralkohol, tetapi pemakaian tisu basah itu sendiri hanya
dapatmenghilangkan bakteri tertentu saja. Pemakaian tisu basah bias saja tidak baik untuk
mencuci tangan karena bila hanya mengembalikan kuman bolak-balik ditangan. Pemakaian tisu
basah saja tidak baik untuk mencuci tangan karena bilahanya mengembalikan kuman bolak-balik
di tangan dan dengan memegangrambut setelah tangan di cuci dengan tisu basah itu membuat
bakteri yang hanyabeberapa saja yang hilang akan tercampur dengan kapang yang terdapat padarambut,
karena rambut sebagai sumber kontaminan.Dari beberapa perlakuan yang dilakukan dan hasil yang di
dapat berbedadengan literature. Hal ini terjadi karena adanya kontaminasi dari pekerja pada
saatmelakukan praktikum.
BAB IIIKESIMPULAN4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum uji sanitasi udara, diperoleh densitas balteritertinggiada pada lab olah 1
sedangkan densitas kapang dan khamir tertinggi ada pada labolah 2, lab olah 5, dan kantin. Hal ini
membuktikan pada lab olah 1, lab olah 2,lab olah 5, dan kantin tersebut kurang mendapat
perhatian dari segi kebersihan.Banyaknya mikroba yang terkandung dalam udara di suatu
ruangan dipengaruhioleh beberapa faktor, yakni debu yang bertebangan, tetesan air, kondisi
lantaimaupun dinding ruangan, banyaknya aktivitas manusia serta kondisi udara yangbergerak
dibawa angin melalui ventilasi.Berdasarkan hasil praktikum uji sanitasi ruang dapat
disimpulkanpengamatan tersebut terlihat bahwa pada ruangan lab olah 1, lab olah 2, lab olah4,
dan lab olah 5 diperoleh penurunan densitas mikroba yang tidak terlalausignifikan setelah
dilakukan desinfeksi. Jumlah mikroba sebelum dibersihkandengan desinfekatan umumnya tidak
berbebda dibandingkan setelah dibersihkandengan desinfektan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
efektivitas dari desinfektanyang diberikan tidak cukup baik.Pada uji sanitasi pekerja dapat
disimpulkan tangan dan rambut pekerjadapat menjadi sumber kontaminasi mikroba terhadap
suatu bahan pangan.Umumya, tangan yang dicuci dengan antiseptik atau sabun memiliki
jumlahpertumbuhan mikroba yang lebih sedikit dibandingkan tangan yang hanya dicucidengan
air atau bahkan tidak dicuci. Namun dari hasil pengamatan diketahuipertumbuhan mikroba yang
tidak beraturan, hal ini dikarenakan terjadinyakontaminasi ulang dari tangan pekerja sebelum
melakukan pengujian. Rambutyang dicuci mempunyai kandungan mikroba yang lebih sedikit
dibandingkandengan yang tidak dicuci. Mikroba pada rambut biasanya berasal dari udara
yangkotor ataupun debu yang berasal dari lingkungan pekerja.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Petunjuk Praktikum Sanitasi Industri dan Keamanan
Pangan.Jember: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.Danang, H. 2011.
Sanitasi pekerja
. Jakarta: Gramedia.Danang. 2011. Sanitasi pekerja. www.http://danang-kurang-kerjaan.
blogspot.com[3 Oktober 2012].Lay, B W. 1995.
Analisis Mikroba di Laboratorium
. Jakarta: Rajawali Press.Susiwi, S. 2009. GMP (
Good Manufacturing Practices
) Cara Pengolahan PanganYang Baik. Bandung: UPI Press.Udin. 2010.
Pencemaranpangan oleh mikroorganisme
.http://higiene-pangan.blogspot.com[10 Oktober 2012]

Anda mungkin juga menyukai