www.jakarta.go.id
I.
PENDAHULUAN
Pasca reformasi 1998, semua instansi pemerintahan mulai berbenah. Salah satu
pembenahan yang terus mendapat perhatian adalah pelaksanaan reformasi birokrasi.
Semangat untuk mewujudkan reformasi tidak lepas dari kritikan masyarakat dan stake
holder atas kondisi birokrasi saat ini. Birokrasi mendapat stereotip sebagai pemalas,
tidak kreatif dan memboroskan anggaran. Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) saat ini
juga dinilai tidak sebanding dengan pelayanan mereka kepada masyarakat. Per Oktober
2011, jumlah PNS mencapai 4.646.351. 1 Pertambahan PNS dari tahun ke tahun cukup
siginifikan. Pertambahan jumlah PNS tersebut tidak lepas dari pemekaran daerah pada
2001 hingga 2009 sebanyak 7 provinsi dan 154 kabupaten/kota. 2 Pertambahan PNS
Daerah juga tidak lepas dari adanya delegasi kewenangan dalam hal pengangkatan,
pemindahan
dan
pemberhentian
PNS
dari
Presiden
kepada
pejabat
pembina
Pada saat ini masih dijumpai perbedaan yang cukup signifikan dalam jumlah
PNS antara satu daerah dengan daerah lain yang memiliki karakteristik yang hampir
sama, hal ini sebagai akibat dari kebijakan yang menimbulkan ketidakseimbangan
jumlah pegawai antar daerah, antara lain kebijakan otonomi daerah, yang disertai
penyerahan pegawai, perlengkapan, pembiayaan dan dokumen (P3D) kepada daerah,
kebijakan pengangkatan tenaga honorer menjadi CPNS, pengangkatan Sekretaris Desa
menjadi Pegawai Negeri Sipil serta pemekaran wilayah/daerah. 4
Selain hal tersebut di atas masih terjadi adanya upaya permintaan penambahan
pegawai dalam jumlah yang besar, tanpa memikirkan dampaknya pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang sebagian besar terserap untuk belanja
1
http://www.bkn.go.id/in/profil/unit-kerja/inka/direktorat-pengolahan-data/profil-statistik-pns/stribusi-jumlahpns-dirinci-menurut-tingkat-pendidikan-dan-jenis-kelamin-1-oktober-2011.html
2
http://finance.detik.com/read/2011/08/29/171032/1713307/4/jumlah-pns-membengkak-30-dalam-delapantahun.
3
Pasal 25 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
4
Lampiran I Angka I Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
Nomor 26 Tahun 2011 Tentang Pedoman Perhitungan Jumlah Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil Untuk Daerah
Tulisan hukum/Infokum/Tematik
Page 1
pegawai, sedangkan belanja publik relatif kecil sehingga kepentingan publik terabaikan.
Setidaknya ada 297 Pemerintah Daerah yang lebih dari 50% APBD nya terserap untuk
belanja pegawai. 5
Banyaknya jumlah PNS tersebut memboroskan anggaran. Menteri Keuangan
Agus Martowardojo beberapa waktu lalu mengatakan bahwa jumlah pegawai negeri sipil
(PNS) di Indonesia saat ini sudah cukup tinggi dan bisa memberatkan anggaran
pemerintah dalam penyediaan tunjangan gaji, pensiun dan asuransi. Kondisi yang sama
juga terjadi di daerah. Saat ini banyak alokasi anggaran rutin di daerah ditetapkan untuk
pembiayaan belanja pemerintah seperti untuk gaji pegawai, padahal belanja modal
sangat terbatas sehingga pembiayaan infrastruktur menjadi terbengkalai. Untuk tahun
2012, Pemerintah bakal menggelontorkan anggaran gaji pegawai negara sebesar Rp
215,7 triliun (2,7 persen terhadap PDB), atau naik Rp 32,9 triliun (18%) dibandingkan
tahun lalu. 6
Menurut Menteri Keuangan, program reformasi birokrasi menjadi inisiatif yang
diperlukan agar efektifitas dan produktifitas kerja pegawai negeri sipil dapat tercapai. 7
Sebagai salah satu agenda reformasi birokrasi, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan mengeluarkan
Peraturan Bersama Nomor 02/SPB/M.PAN-RB/8/2011, Nomor 800-632 Tahun 2011,
Nomor 141/PMK.01/2011 tentang Penundaan Sementara Penerimaan Calon Pegawai
Negeri Sipil. Penundaan sementara penerimaan CPNS tersebut dilakukan mulai 1
September 2011 sampai dengan 31 Desember 2012 dalam rangka penghematan
belanja.
Reformasi birokrasi dapat dikatakan sebagai penataan ulang proses birokrasi
dari level tertinggi hingga terendah dan melakukan terobosan baru (innovation
breakthrough) dengan langkah-langkah bertahap, konkret, realistis, sungguh-sungguh,
berfikir di luar kebiasaan/rutinitas yang ada (out of the box thinking), perubahan
paradigma (a new paradigm shift), dan dengan upaya luar biasa (business not as usual).
Oleh karena itu, reformasi birokrasi nasional perlu merevisi dan membangun berbagai
regulasi, memodernkan berbagai kebijakan dan praktek manajemen pemerintah pusat
dan daerah, dan menyesuaikan tugas fungsi instansi pemerintah dengan paradigma dan
peran baru. 8
Pada tahun 2011, seluruh kementerian dan lembaga (K/L) serta pemerintah
daerah (Pemda) ditargetkan telah memiliki komitmen dalam melaksanakan proses
reformasi
birokrasi.
Pada
tahun
2014
secara
bertahap
dan
berkelanjutan,
Wawancara dengan Asisten Deputi Bidang SDM dan Aparatur Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi, 5 April 2012.
6
Nota Keuangan dan APBN 2012.
7
http://batam.tribunnews.com/2011/06/22/tahun-2012-harus-ada-pengurangan-jumlah-pns.
8
Bab I Lampiran Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Desain Reformasi Birokrasi.
9
Bab I Lampiran Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Desain Reformasi Birokrasi.
Tulisan hukum/Infokum/Tematik
Page 2
Birokrasi 2010 2025 dan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2010 tentang Pembentukan Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional dan Tim
Reformasi Birokrasi Nasional sebagaimana telah dirubah dengan Keputusan Presiden
Nomor 23 Tahun 2010. Peraturan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20
Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010 2014, yang dijabarkan lebih
lanjut dalam 9 Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan dan Reformasi Birokrasi (PAN
dan RB), yaitu:
1. Peraturan Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengajuan Dokumen Usulan
Reformasi Birokrasi Kementerian/Lembaga (Buku 1).
Peraturan ini antara lain berisi tentang proses Reformasi Birokrasi, dan
dokumen usulan Reformasi Birokrasi Kementerian/Lembaga.
2. Peraturan Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pedoman Penilaian Dokumen Usulan dan
Road Map Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian/Lembaga (Buku 2)
Peraturan ini antara lain berisi tentang penilaian dokumen usulan dan road
map pelaksanaan Reformasi Birokrasi, instrumen penilaian dokumen usulan, road
map pelaksanaan Reformasi Birokrasi, dan pemberian tunjangan kinerja.
3. Peraturan Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Road Map Reformasi
Birokrasi Kementerian/Lembaga Dan Pemerintah Daerah (Buku 3)
Peraturan ini antara lain berisi tentang langkah-langkah konsolidasi rencana
aksi program dan kegiatan Reformasi Birokrasi.
4. Peraturan Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Manajemen
Perubahan (Buku 4)
Peraturan ini antara lain berisi tentang manajemen perubahan dalam konteks
Reformasi Birokrasi,
Birokrasi,
penjelasan
masing-
masing
indikator
keberhasilan,
serta
suatu
program
Tulisan hukum/Infokum/Tematik
besar
dan
sulit.
Quick
wins
untuk
setiap
Page 3
diketahui,
profesionalisme
arah
aparatur
kebijakan
negara
reformasi
dan
untuk
birokrasi
adalah
mewujudkan
tata
pemerintahan yang baik, baik di pusat maupun di daerah agar mampu mendukung
keberhasilan pembangunan di bidang lainnya. 10
Untuk mewujudkan aparatur negara yang profesional, harus dimulai dari proses
rekrutmen PNS. Rekrutmen PNS menjadi pintu masuk seseorang menjadi aparatur
negara. Kegagalan dalam proses rekrutmen akan menjadi awal kegagalan proses
selanjutnya. Salah satu hal yang patut mendapatkan perhatian dalam proses rekrutmen
adalah penetapan formasi dan pelaksanaan pengadaan PNS.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 17 Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999
tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian, PNS diangkat dalam jabatan dan pangkat tertentu. Dengan demikian,
pengertian formasi termasuk di dalamnya jumlah susunan jabatan PNS yang diperlukan
suatu satuan organisasi negara untuk mampu melaksanakan tugas pokok dalam jangka
waktu tertentu.
Satuan-satuan organisasi negara yang dimaksud dalam ketentuan tersebut
antara lain Departemen, Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet, Sekretariat Militer,
Sekretariat Presiden, Sekretariat Wakil Presiden, Kejaksaan Agung, Kepolisian Negara,
Kantor
Menteri
Koordinator,
Kantor
Menteri
Negara,
Kesekretariatan
Lembaga
10
Bab II Lampiran Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Desain Reformasi Birokrasi.
Tulisan hukum/Infokum/Tematik
Page 4
dapat mengakibatkan makin besarnya jumlah PNS yang diperlukan, dan sebaliknya
dapat pula mengakibatkan makin sedikitnya PNS yang diperlukan karena kemajuan
teknologi di bidang peralatan. 11
II.
PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan dikaji
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana tata cara penetapan formasi PNS guna mencapai jumlah PNS yang ideal?
2. Bagaimana mekanisme pelaksanaan pengadaan PNS saat ini?
3. Peraturan apa saja yang terkait penetapan formasi dan pelaksanaan pengadaan PNS?
III.
PEMBAHASAN
1. Penetapan formasi PNS
a. Sekilas Formasi
Formasi adalah penentuan jumlah dan susunan pangkat PNS yang
diperlukan untuk mampu melaksanakan tugas pokok yang ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang. Jumlah Pegawai Negeri Sipil yang diperlukan ditetapkan
berdasarkan beban kerja suatu organisasi. 12 Formasi ditetapkan untuk jangka
waktu
tertentu
dilaksanakan.
berdasarkan
jenis,
sifat,
dan
beban
kerja
yang
harus
13
Formasi Pegawai Negeri Sipil terdiri dari Formasi PNS Pusat dan Formasi
PNS Daerah. 14 Formasi PNS Pusat untuk masing-masing satuan organisasi
Pemerintah
Pusat
setiap
tahun
anggaran
ditetapkan
oleh
Menteri
yang
2)
3)
11
Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil.
Penjelasan Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian jo Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah
Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil.
13
Pasal 15 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
14
Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil.
15
Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil.
16
Penjelasan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri
Sipil.
17
Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil.
18
Penjelasan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri
Sipil.
12
Tulisan hukum/Infokum/Tematik
Page 5
jenis pekerjaan;
2)
sifat pekerjaan;
3)
analisis beban kerja dan perkiraan kapasitas seorang PNS dalam jangka waktu
tertentu;
4)
5)
dalam
Keputusan
Menteri
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
(Menpan)
tersebut
pendayagunaan
dipergunakan
sebenarnya
pegawai.
untuk
hanya
Selanjutnya,
penataan
merupakan
agar
kepegawaian,
salah
instrumen
maka
harus
satu
instrument
tersebut
dapat
didukung
oleh
19
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
20
Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil.
21
Pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil.
22
Bab IV Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) Nomor KEP/75/M.PAN/7/2004 tentang
Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi
Pegawai Negeri Sipil.
Tulisan hukum/Infokum/Tematik
Page 6
demikian,
agar
dapat
menghitung
formasi
yang
dapat
Beban kerja
Beban kerja merupakan aspek pokok yang menjadi dasar untuk
perhitungan. Beban kerja perlu ditetapkan melalui program-program unit kerja
yang selanjutnya dijabarkan menjadi target pekerjaan untuk setiap jabatan.
2)
3)
Waktu kerja
Waktu kerja yang dimaksud di sini adalah waktu kerja efektif, artinya
waktu kerja yang secara efektif digunakan untuk bekerja. Waktu kerja efektif
terdiri atas hari kerja efektif dan jam kerja efektif. Hari kerja efektif adalah
jumlah hari dalam kalender dikurangi hari libur dan cuti. Sementara itu, jam
kerja efektif adalah jumlah jam kerja formal dikurangi dengan waktu kerja
yang hilang karena tidak bekerja (allowance) seperti buang air, melepas lelah,
istirahat makan, dan sebagainya. Allowance diperkirakan rata-rata sekitar 30
% dari jumlah jam kerja formal.
Jam kerja efektif dihitung sebagai berikut. 24
a)
b)
Jam kerja efektif per minggu = 5 hari x 5 jam = 25 jam = 1.500 menit
c)
Jam kerja efektif per bulan = 20 hari x 5 jam = 100 jam = 6.000 menit
d)
Jam kerja efektif per tahun = 240 hari x 5 jam = 1.200 jam = 72.000
menit.
23
Bab II huruf B Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) Nomor KEP/75/M.PAN/7/2004
tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan
Formasi Pegawai Negeri Sipil.
24
Angka II huruf C Lampiran Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 19 Tahun 2011 tentang
Pedoman Umum Penyusunan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil.
Tulisan hukum/Infokum/Tematik
Page 7
25
1)
2)
setiap perpindahan dalam posisi jabatan yang baik karena adanya mutasi atau
promosi, dapat dilakukan apabila tersedia posisi jabatan yang lowong.
3)
selama beban kerja organisasi tidak berubah komposisi jumlah pegawai tidak
berubah.
Dalam menghitung formasi pegawai, perlu mengidentifikasi hal-hal yang
Perubahan target-target
Setiap unit kerja dalam organisasi setiap kurun waktu tertentu menetapkan
program-program yang didalamnya terkandung target yang akan menjadi
beban pekerjaan. Target yang berubah akan mempengaruhi pula jumlah beban
pekerjaan. Dengan demikian, beban kerja jabatan akan bergantung kepada
ada tidaknya perubahan target dari program yang ditetapkan oleh unit
kerjanya.
2)
Perubahan fungsi-fungsi
Fungsi yang dimaksud disini adalah fungsi unit kerja. Perubahan fungsi unit
kerja memiliki kecenderungan mempengaruhi bentuk kelembagaan. Dengan
adanya perubahan fungsi unit berarti juga mempengaruhi peta jabatan.
3)
4)
tanggung
jawab
pimpinan
unit
kerja
yang
menangani
kepegawaian;
2) hendaknya dibantu dengan masukan para pemimpin unit teknis;
3) dimulai
dengan
penilaian
program-program
yang
berdampak
pada
pelaksanaan tugas-tugas;
25
Bab II huruf D Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) Nomor KEP/75/M.PAN/7/2004
tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan
Formasi Pegawai Negeri Sipil.
26
Bab II huruf E Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) Nomor KEP/75/M.PAN/7/2004
tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan
Formasi Pegawai Negeri Sipil.
Tulisan hukum/Infokum/Tematik
Page 8
syarat
yang
pokok,
misalnya
syarat
pendidikan,
pelatihan,
formasi
adalah
pegawai
analisis
jabatan,
dilakukan
melalui
memperkirakan
beberapa
tahapan.
persediaan
pegawai,
27
Bab III Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) Nomor KEP/75/M.PAN/7/2004 tentang
Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi
Pegawai Negeri Sipil.
28
Bab II huruf A angka 1 Lampiran Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 33 Tahun 2011 tentang Pedoman Analisis Jabatan.
29
Bab II huruf B Lampiran Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
33 Tahun 2011 tentang Pedoman Analisis Jabatan.
30
Bab II huruf C Lampiran Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
33 Tahun 2011 tentang Pedoman Analisis Jabatan.
Tulisan hukum/Infokum/Tematik
Page 9
unit
kerja.
Pelaksanaan
lapangan
yaitu
pengumpulan
data,
maupun
tanggung
jawab
horisontal
jabatan
menurut
serta
struktur
persyaratan
kewenangan,
jabatan.
tugas,
Peta
dan
jabatan
31
Bab II huruf D Lampiran Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
33 Tahun 2011 tentang Pedoman Analisis Jabatan.
32
Bab II huruf E Lampiran Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
33 Tahun 2011 tentang Pedoman Analisis Jabatan.
33
Bab II huruf A angka 5 Lampiran Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 33 Tahun 2011 tentang Pedoman Analisis Jabatan.
34
Bab III Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) Nomor KEP/75/M.PAN/7/2004 tentang
Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi
Pegawai Negeri Sipil.
Tulisan hukum/Infokum/Tematik
Page 10
Langkah-langkah
sebagai berikut.
36
a)
menetapkan
persediaan
pegawai
adalah
b)
nama
pegawai,
tahun
pengangkatan,
tahun
pensiun,
dan
d)
dimaksudkan
mencantumkan
lagi
sebagai
pegawai
inventarisasi
yang
pensiun
yang
dalam
sudah
waktu
tidak
sampai
perencanaan.
3) Perhitungan Kebutuhan Pegawai
a)
35
Angka III huruf A Lampiran Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 19 Tahun 2011 tentang
Pedoman Umum Penyusunan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil
36
Bab III Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) Nomor KEP/75/M.PAN/7/2004 tentang
Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi
Pegawai Negeri Sipil.
Tulisan hukum/Infokum/Tematik
Page 11
beban kerja melalui hasil kerja, objek kerja, peralatan kerja dan tugas per
tugas jabatan.
b)
perumusan
jumlah
PNS
Daerah,
perlu
juga
memperhatikan
(SMKN), data
sarana
pelayanan
kesehatan
b)
Menghitung
jumlah
kebutuhan
pegawai
yang
menduduki
jabatan
Menghitung
jumlah
kebutuhan
pegawai
yang
menduduki
jabatan
37
Teknis penghitungan standar kebutuhan minimal tersebut dapat dilihat lebih lanjut pada Bab III Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) Nomor KEP/75/M.PAN/7/2004 tentang Pedoman
Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri
Sipil.
38
Lampiran I Angka IV Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
Nomor 26 Tahun 2011 Tentang Pedoman Perhitungan Jumlah Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil Untuk Daerah
Tulisan hukum/Infokum/Tematik
Page 12
eselon
V)
pada
unit
yang
memberikan
pelayanan
langsung
pada
masyarakat.
d)
Menghitung
jumlah
kebutuhan
pegawai
yang
menduduki
jabatan
Berencana,
Ketenagakerjaan,
Jembatan,
dan
Penggerak
Instruktur,
jabatan
Swadaya
Pengantar
lain
yang
Masyarakat,
Kerja,
menjadi
Pengawas
prioritas
Pengawas
Jalan
dan
dengan
tetap
sekolah
yang
Menghitung
jumlah
kebutuhan
tenaga
Guru
pada
diselenggarakan Pemerintah.
f)
g)
Menghitung
jumlah
kebutuhan
Sekretaris
Desa,
kebutuhan
jumlah
dengan
cara
merekapitulasi
seluruh
jumlah
41
Pegawai
Pejabat
Negara,
Negeri
Pembina
Sekretaris
Sipil
dilaksanakan
Kepegawaian
Kabinet,
adalah
Sekretaris
oleh
Pejabat
Menteri,
Militer,
Pembina
Jaksa
Sekretaris
Agung,
Presiden,
39
40
41
42
43
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri
2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri
2 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri
1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri
20 Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil.
Tulisan hukum/Infokum/Tematik
Sipil.
Sipil.
Sipil.
Sipil.
Page 13
Kepegawaian Daerah (BKD). Keterlibatan banyak pihak ini terkadang membuat proses
birokrasi kepegawaian menjadi rumit dan tidak tertata dengan baik.
Dalam
memberikan
rangka
menjamin
pelayanan
publik,
ketersediaan
jumlah
maka
mengeluarkan
BKN
PNS
yang
tepat
Peraturan
dalam
Kepala
dan
Daerah
wajib
melakukan
penataan
PNS
di
lingkungannya
untuk
memperoleh PNS yang tepat, baik secara kuantitas, kualitas, komposisi, dan
distribusinya secara proporsional sehingga dapat mewujudkan visi dan misi organisasi
menjadi kinerja nyata. 44 Selanjutnya, untuk menjamin pelaksanaan penataan PNS,
setiap Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan Daerah wajib melaporkan hasil
pelaksanaan penataan PNS di lingkungannya kepada Kepala BPN. 45
Penataan
PNS
dilakukan
berdasarkan
prinsip
terencana,
sistematis,
dengan
berpedoman
pada
peraturan
perundang-undangan
yang
menghasilkan informasi jabatan meliputi uraian jabatan, syarat jabatan, dan peta
jabatan serta kekuatan pegawai. Apabila informasi jabatan tersebut telah tersedia,
maka instansi pusat dan daerah wajib melakukan peninjauan kembali atas informasi
jabatan tersebut. Untuk mempermudah dalam menyusun atau meninjau kembali
informasi jabatan tersebut, maka instansi yang bersangkutan dapat menggunakan
contoh informasi jabatan yang telah disusun oleh instansi lain sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. 47
Penataan PNS dilaksanakan dengan cara sebagai berikut. 48
a. Menghitung kebutuhan pegawai dilakukan sesuai dengan peraturan perundangundangan.
b. Menganalisis kesenjangan antara profil PNS dengan syarat jabatan.
c. Menentukan Kategori Jumlah Pegawai pada Instansi Pusat dan Daerah dengan cara
membandingkan antara hasil penghitungan kebutuhan pegawai setiap jabatan
dengan jumlah pegawai yang ada.
Kategori Jumlah Pegawai berupa Kurang (K), Sesuai (S), dan Lebih (L)
dengan penjelasan sebagai berikut:
1)
Kategori Jumlah Pegawai Kurang (K) apabila jumlah PNS yang ada lebih kecil
(sedikit) dari hasil penghitungan kebutuhan pegawai dengan toleransi atau
kelonggaran 2,5%.
Contoh:
44
Pasal 2 Peraturan Kepala Kepegawaian Negar Nomor 37 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Pegawai
Negeri Sipil.
45
Pasal 3 Peraturan Kepala Kepegawaian Negar Nomor 37 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Pegawai
Negeri Sipil.
46
Angka I huruf E Lampiran Peraturan Kepala Kepegawaian Negar Nomor 37 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penataan Pegawai Negeri Sipil.
47
Angka II huruf A Lampiran Peraturan Kepala Kepegawaian Negar Nomor 37 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penataan Pegawai Negeri Sipil.
48
Angka II huruf B Lampiran Peraturan Kepala Kepegawaian Negar Nomor 37 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penataan Pegawai Negeri Sipil.
Tulisan hukum/Infokum/Tematik
Page 14
Kategori Jumlah Pegawai Sesuai (S) apabila jumlah PNS yang ada mendekati
hasil penghitungan kebutuhan pegawai dengan toleransi atau kelonggaran
antara (-2,5%) sampai dengan 2,5%.
Contoh :
Jumlah PNS pada Kabupaten B adalah 4.955 orang. Setelah dilakukan
penghitungan kebutuhan pegawai, ternyata pegawai yang dibutuhkan adalah
4.892 orang. 2,5% dari pegawai yang dibutuhkan adalah 122, maka jumlah
pegawai yang tepat adalah antara 4.892 dikurangi 122 sampai dengan 4.892
ditambah 122 yaitu antara 4.770 sampai dengan 5.014 orang. Dengan
demikian Kabupaten B saat ini termasuk dalam Kategori Jumlah Pegawai
Sesuai (S).
3)
Kategori Jumlah Pegawai Lebih (L) apabila jumlah PNS yang ada lebih besar
(banyak) dari hasil penghitungan dengan toleransi atau kelonggaran 2,5%.
Contoh :
Jumlah
PNS
pada
Kota
adalah
23.000
orang.
Setelah
dilakukan
b)
c)
d)
Tulisan hukum/Infokum/Tematik
Page 15
b)
c)
fungsional
tertentu
sesuai
dengan
kebutuhan
instansi
dan
e)
3)
b)
sesuai
mengetahui PNS
dengan
syarat
yang memiliki
jabatan
kompetensi dan
berdasarkan
peraturan
d)
minimal
50
tahun,
dapat
langsung
diberhentikan
dengan
Tulisan hukum/Infokum/Tematik
Page 16
(b) belum mempunyai masa kerja 10 tahun dan belum mencapai usia
50 tahun, dapat diberhentikan sebagai PNS tanpa memperoleh hak
pensiun.
e)
minus
growth
atau
melaksanakan
penerimaan
pegawai
PENUTUP
Dari paparan di atas, maka dalam rangka pelaksanaan Reformasi Birokrasi,
penetapan formasi dan pelaksanaan pengadaan PNS harus dilakukan secara sistematis,
dan terpadu. Dengan demikian, diharapkan dihasilkan PNS yang kompeten dan ideal dari
segi kuantitas dan kualitas.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
1.
2.
3.
4.
5.
Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi
2010-2025
6.
Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil
7.
8.
KEP.MEN.PAN
Nomor
KEP/75/M.PAN/7/2004
tentang
Pedoman
Perhitungan
49
Wawancara dengan Asisten Deputi Bidang SDM dan Aparatur Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
Tulisan hukum/Infokum/Tematik
Page 17
9.
10. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pedoman Penilaian Dokumen Usulan Dan Road Map
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian/Lembaga (Buku 2)
11. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah (Buku 3)
12. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Manajemen
Perubahan (Buku 4)
13. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 11 Tahun 2011 tentang Kriteria dan Ukuran Keberhasilan Reformasi Birokrasi
(Buku 5)
14. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Tatalaksana (Business Process)
(Buku 6)
15. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 13 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Quick Wins (Buku 7)
16. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 15 Tahun 2011 tentang Mekanisme Persetujuan Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi dan Tunjangan Kinerja Bagi Kementerian/Lembaga (Buku 9)
17. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Manajemen
Pengetahuan (Knowledge Management) (Buku 8)
18. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
Nomor 26 Tahun 2011 Tentang Pedoman Perhitungan Jumlah Kebutuhan Pegawai
Negeri Sipil Untuk Daerah
Menteri
Dalam
02/SPB/M.PAN/RB/8/2011
Negeri,
tentang
dan
Penundaan
Menteri
Sementara
Keuangan
Penerimaan
Nomor
Calon
Tulisan hukum/Infokum/Tematik
Page 18