Anda di halaman 1dari 84

1

REDAKSI

DEWAN PEMBINA :
Moch. Jasin
DEWAN REDAKSI :
Maman Taufiqurohman, Zaenal Abidin Suphi,
HilmiMuhammadiyah, Sukarma, Akso, Heffinur, Moh. Fahri,
Akhmad Hariyanto, Anshori, Nur Arifin
PEMIMPIN REDAKSI :
Nurul Badruttamam
WAKIL PEMIMPIN REDAKSI :
Ali Ghozi
REDAKTUR PELAKSANA :
Ali Machzumi

ORANG
BIJAK
BACA

REPORTER :
Agus Salim, Moh. Anshari, Ali Machzumi, Ali Huzaifi
DESAIN ARTISTIK/TATA LETAK :
Basuki Rahmat
INFORMASI TEKNOLOGI :
M. Hafidz Lidinillah
LITBANG :
M. Ali Zakiyuddin, Darwanto
PENYELARAS BAHASA:
Mukodas Arif Subekti
FOTOGRAFER :
Abdur Rahman Saputra, Ahmad Nida
HUMAS :
Royhand Abdillah
PRODUKSI:
Abdul Hamid
DISTRIBUSI :
Titik Purwanti
SEKRETARIS REDAKSI:
Darori, Mia Rahmawati, Sari Febrianti
KEUANGAN :
Milha Fitri Hawa
ALAMAT REDAKSI :
Gedung Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI, Subbag
Ortala Lantai II, Jalan RS. Fatmawati No. 33-A Cipete PO BOX
3867 Jakarta Selatan
TELEPON : (021)75916038, 7591853, 7691849
FAX : 021-7692112
PONSEL : 081932499551, 081398894955
WEBSITE : www.itjen.kemenag.go.id
EMAIL: majalah_lokomotif pengawasan@itjen.kemenag.go.id
TIM ITJEN KEMENAG dalam setiap peliputan selalu dilengkapi
kartu identitas.

TEGAS & MANDIRI

DARI REDAKSI
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb
Tahun 2014 ini, merupakan tahun
politik karena pada tahun ini akan dilaksanakan Pemilihan Umum (Pemilu),
baik Legeslatif maupun Presiden. Pada
awal tahun ini Fokus Pengawasan (FP)
kembali hadir dihadapan pembaca
dengan menghadirkan tema BANSOS; Menelusur Manfaat dan Penyimpangannya. Tema ini menemukan
momentumnya karena berbarengan
dengan akan digelarnya Pemilu pada
bulan April 2014. Setiap tahun anggaran Bansos bukannya semakin
turun tetapi justru selalu meningkat.
Sebagaimana data yang ada anggaran Bansos pada tahun 2012 sebesar
Rp 55,3 trilun dan pada tahun 2013
meningkat menjadi Rp 73, 6 trilun.
Pada tahun 2014 anggaran bansos
justru mengalami peningkatan yang
signifikan. Pagu anggaran bansos pada
tahun ini sebesar Rp 91,8 triliun. Hal
ini lah yang perlu diawasi oleh semua
pihak, karena pada tahun pemilu ini
anggaran bansos sangat mungkin ter-

jadi penyelewengan dan dimanfaatkan


untuk pendulangan suara serta pencitraan oleh pihak-pihak tertentu. Hal
inilah yang perlu diawasi oleh semua
pihak, karena pada tahun pemilu ini
anggaran bansos sangat mungkin
terjadi penyelewengan dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu terkait
dengan pendulangan suara.

Tetapi pada kenyataannya
dalam kehidupan sosial kemasyarakatan masih kita temukan berbagai
permasalahan dan penyalagunaan
bansos. Tidak sedikit media yang telah
mengangkat problematika bansos.
Dan sudah banyak juga penyelenggara negara, mulai dari pusat sampai
daerah yang menjadi penghuni hotel
prodeo karena tersangkut masalah
bansos. Alih-alih bansos menjadi malaikat penolong bagi masyarakat yang
membutuhkan, justru yang terjadi
sebaliknya masyarakat malah menjadi
kambing hitam para calo dan pejabat

yang mengambil keuntungan terkait


dengan bansos.

Tujuan awalnya bansos
adalah untuk melindungi masyarakat
dari kemungkinan terjadinya risiko
sosial, meningkatkan kemampuan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut ternyata masih jauh
panggang dari api, niat baik dan
mulia bansos tersebut masih terus saja
ditemukan berbagai persoalan mulai
dari tidak tepat sasaran, calo yang
menyunat dana bantuan, sampai
dengan bantuan yang tidak jelas atau
fiktif penerimanya.

Seluruh proses awal sampai
dengan akhir bansos harus transparan
dan dapat dipertanggungjawabkan.
Karena bansos bukan dana pribadi
atau uang saku dari para pejabat,
tetapi uang negara yang diambil dari
pajak rakyat yang harus jelas penggunaannya dan pertanggungjawabannya. Dengan keprihatinan tersebut, FP
ini mengulas untuk mengupas panjang
lebar terkait bansos.
Selamat Membaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Illustrasi : Basuki Rahmat

SURAT PEMBACA

Redaksi menerima surat anda berupa saran, kritik dan karya pembaca semua untuk di muat di Majalah FOKUS Pengawasan ini. layangkan surat anda ke Redaksi melalui email ke : fokuspengawasan@
gmail.com Mohon sertakan identitas lengkap dan alamat anda.

Apa itu WBS?


Belum lama ini saya membaca
di media berbagai media cetak
nasional bahwa di Inspektorat
Jenderal Kementerian Agama
telah di launching WBS, mohon
info terkait dengan hal itu terus
bagaimana mekanismenya?
Terima kasih
Rahman, Tangerang
FP: Terima kasih saudara Rahman,
memang betul pada tanggal 11
Maret 2014 Inspektorat Jen-

Majalah Itjen
Semakin Menarik

masyarakat pada umumnya. Sukses


selalu untuk majalah FP, terima kasih.

Redaksi Majalah FP Itjen yang terhormat, saya sebagai pembaca setia


majalah FP memberikan apresiasi yang
tinggi kepada redaksi dan pengelola
majalah yang senantiasa membuat
majalah FP hadir dihadapan pembacanya dengan tampilan yang selalu
menarik. Saya berharap hal tersebut
selalu dipertahankan kalau memang
perlu ditingkatkan lagi sehingga majalah FP menjadi garda depan pemberi
informasi yang berkualitas kepada
pegawai Kementerian Agama maupun

Fitri, Bekasi
FP: Saudara Fitri yang berbahagia, kami
sampaikan terima kasih yang sedalamdalamnya atas kesetiaannya menjadi
pembaca majalah Itjen Kementerian
Agama. Kami sebagai redaksi akan
selalu mengupayakan majalah FP hadir
dihadapan pembaca menyajikan informasi yang bermanfaat dan berkualitas.
Disamping itu, melalui rubrik-rubrik
yang ada majalah FP akan selalu
berorientasi kepada kebutuhan pembacanya. Dan harapan kami majalah FP

Rubrik Wawancara
Tokoh

masi bagi pembaca dan masyarakat


terkait dengan permasalahan tersebut
dan bagaimana Kementerian Agama
menyikapinya.Terimakasih. Terima
kasih.

Salam hangat untuk redaksi FP, sayamaumengusulkanbagaimanarubrikpadaMajalahFP di tambahdenganrubrik


yang memuat wawancara dengan
tokoh-tokoh nasional baik di lingkungan Kementerian Agama maupun
di luar Kementerian terkait dengan
permasalahan dan isu-isu aktual yang
lagi hangat dan menjadi perbincangan
masyarakat. Seperti contoh: permasalahan haji, KUA, ataupun Bansos. Hal
inipentinguntuk memperkaya infor-

Yusuf, Tuban
FP: Kami dari redaksi mengucapkan
terima kasih kepada saudara Yusuf
atas masukkan yang baik ini,memang
dewan redaksi FP mempunyai pemikiran
yang sama terkait dengan penambahan rubrik wawancara tokoh. Insyallah
masukan saudara akan kami bawa pada

deral Kementerian Agama telah


melakukan Launching Whistleblowing System (WBS) sebagai
media yang berbasis website atau
online yang disediakan oleh Inspektorat Jenderal sebagai wadah
untukmenampunginformasi,
aspirasi dan pengaduan dari
masyarakatatauinternal pegawai
yang ingin melaporkan suatu
perbuatan dan kejadian yang
berindikasipelanggaran. Saat ini
WBS masih dalam dalam pembangunan dan penataan system,
dan kita harapkan tidak lama
lagi sudah bisa hadir dihadapan
pembaca dan masyarakat.

akan senantiasa menemani pembaca


dan menjadi teman setia dalam segala
kesempatan dan suasana. Salam sukses
untuk saudara Fitri dan keluarga ya.

rapat umum redaksi guna membahas


secara prinsip dan teknis penambahan
rubrik tersebut. Terima kasih

DAFTAR ISI

KUS UTAMA


Adapun aktor atau pelaku utama korupsi dana bansos adalah kepala
daerah, pejabat di lingkungan pemerintah daerah, anggota dan pimpinan parlemen daerah. Juga terlibat pengurus yayasan, panitia pembangunan rumah
ibadah, lembaga pendidikan, partai politik maupun organisasi masyarakat
yang menerima dana bansos tersebut. Dari sekian banyak aktor, incumbent
paling sering memanfaatkan peluang ini karena memiliki berbagai akses anggaran resmi daerah dan birokrasi.

COVER
STORY
Kajian yang dibuat Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK)
pada 5 April 2011, menyebutkan 10 temuan perihal
pengelolaan dana bansos di
pemerintah daerah yang berpotensi ada praktek korupsi.

Hal 8-23
PENGAWASAN

Hal 22-24
35-37

41-42

SISTEM KENDALI
INTERNAL

ITJEN SEBAGAI
PENJAMIN MUTU

Di lingkungan pemerintahan,
definisi pengendalian intern
sebagai suatu proses yang
diberlakukan oleh pimpinan
(pimpinan lembaga) dan
manajemen secara keseluruhan,
dirancang untuk memberi suatu
keyakinan akan tercapainya
tujuan pemerintah/organisasi

tugas Itjen yakni berperan


sebagai quality assurance,
consulting partner, early warning system, dan strenghtening
of public services. Itjen akan
fokus pada tiga prioritas, yaitu
program pendidikan yang memiliki anggaran besar, program
perencanaan satuan kerja, dan
laporan keuangan,

38-40
MENYONGSONG
PENERAPAN E-audit DI
KEMENAG
audit berbasis sistem elektronik
di Kementerian Agama dinilai
lebih efektif, efisien dan praktis,
mengingat cakupan Satuan
Kerja yang bakal diaudit di
lingkungan Kementerian Agama
begitu luas.

OPINI

LINGKUNGAN

PERJALANAN

KORUPSI DALAM
PANDANGAN ISLAM

MENUMBUHKAN
MOTIVASI & KESADARAN
HEMAT ENERGI

BELAJAR DARI PULAU


MERBAU

Nabi Shallallahu alaihi wa


sallam menyampaikan peringatan atau ancaman kepada
orang yang ditugaskan untuk
menangani suatu pekerjaan
(urusan), lalu ia mengambil
sesuatu dari hasil pekerjaannya tersebut secara diamdiam tanpa seizin pimpinan
atau orang yang menugaskannya, di luar hak yang telah
ditetapkan untuknya.

55-57

Sikap tidak peduli harus


dikikis dan diperbaiki dengan
membatasi anggaran langganan
listrik gedung perkantoran
pemerintahan. Dengan terbatasnya anggaran maka pengelola
gedung pemerintah secara otomatis akan menjaga pemakaian
listriknya tidak melebihi sebagaimana yang dianggarkan.

58-65

Berada di daerah kepulauan


dengan infrastuktur dan fasilitas
terbatas tentu menjadi tantangan besar bagi pelaksanaan
tugas KUA. Penduduk muslim
yang berjumlah ratusan bahkan
ribuan tentu tidak sebanding
dengan jumlah dua orang penghulu yang harus melayani kebutuhan keagamaan masyarakat.
Peran penghulu pun merangkap
ulama.

74-76

AWAS ! PENUMPANG GELAP


BANSOS
pada masa menjelang pemilu
distribusi dana bansos dan hibah
sering dimanfaatkan sebagai misi
terselubung. Tujuan tersebut
diselipkan dengan cara pemasangan dan pencantuman atribut atau
profil caleg partai.

Hal 26-30
PERENCANAAN ANGGARAN
BERBASIS KINERJA
Anggaran berbasis kinerja merupakan anggaran yang penyusunannya menggunakan pendekatan
bottom-up budgeting. Anggaran
merupakan komitmen antara pimpinan dengan pelaksana.

BERANDA

Promosi jabatan secara terbuka bisa mencegah


terjadinya politisasi birokrasi, atau sikap pemimpin
yang memilih pejabat atas dasar suka atau tidak
suka. Dalam konteks program Reformasi Birokrasi,
sistem promosi jabatan secara terbuka merupakan
salah satu pengungkit keberhasilan Reformasi Birokrasi.

BERANDA

Menata
Birokrasi
Melalui
Promosi
Oleh: Moh. Anshari

aru-baru ini, Inspektorat Jenderal


Kementerian Agama
telah memulai babak
penerapan sistem
seleksi dan promosi terbuka melalui
open recriutment (rekrutmen terbuka)
untuk posisi jabatan Eselon III dan
Eselon IV. Langkah ini merupakan
terobosan penting dalam sejarah Inspektorat Jenderal Kementerian Agama.
Bahkan, promosi jabatan yang saat ini
sohor dengan istilah Lelang Jabatan
ini, merupakan lelang jabatan yang
perdana diterapkan dalam lingkup
Kementerian Agama.

Model pengangkatan pejabat
publik melalui sistem promosi terbuka
adalah upaya serius menata birokrasi
seperti diamanatkan dalam program
Reformasi Birokrasi. Sebelumnya,
cara-cara pengangkatan pejabat publik
masih memakai sistem tertutup,
sehingga kental dengan aroma kolusi
dan nepotisme. Tak ayal, cara-cara
lama ini menghasilkan kualitas pejabat pilihan yang belum tentu teruji
kompetensinya lantaran tidak diuji
secara memadai. Sebaliknya, melalui
promosi terbuka, akan tercipta sistem
merit dalam karir Pegawai Negeri Sipil
(PNS). Promosi jabatan secara terbuka

Menyongsong pelaksanaan
program Reformasi Birokrasi, seluruh unit Eselon I Kementerian
Agama melaksanakan survei
internal di masing-masing
unit. Program ini merupakan
tahapan dalam agenda
Penilaian Mandiri Pelaksanaan
Reformasi Birokrasi (PMPRB) di
Kementerian Agama.

bisa mencegah terjadinya politisasi


birokrasi, atau sikap pemimpin yang
memilih pejabat atas dasar suka atau
tidak suka. Dalam konteks program
Reformasi Birokrasi, sistem promosi
jabatan secara terbuka merupakan
salah satu pengungkit keberhasilan
Reformasi Birokrasi.

Seiring bergulirnya program Reformasi Birokrasi, Inspektorat
Jenderal Kementerian Agama telah
mereformasi model pengangkatan
pejabat yang dirintis terlebih dahulu
dengan promosi pejabat Eselon III
dan Eselon IV. Pada 22 Januari 2014
lalu, Inspektorat Jenderal Kementerian
Agama telah menggelar serangkaian
proses assesment calon pejabat yang

tahapan-tahapannya dimulai dari


seleksi administrasi, assessment test,
tes kompetensi, dan tes wawancara,
hingga pada tahapan finalnya dilakukan rapat Badan Pertimbangan
Jabatan Kepangkatan (Baperjakat) Itjen
Kementerian Agama. Proses assessment digelar dengan cara menguji
calon pejabat yang pengujinya berasal
dari tim asesor independen, sehingga
memungkinkan seleksi berlangsung
fair dan obyektif serta jauh dari tarikmenarik beragam benturan kepentingan (conflict of interest).

Seleksi perdana calon pejabat
Itjen secara terbuka namun terbatas di
lingkungan Itjen diikuti oleh 12 calon
untuk mengisi posisi eselon III Itjen,

BERANDA

dan 26 calon untuk posisi eselon IV


Itjen. Kegiatan seleksi terbuka digelar
sebagai salah satu indikator proses
yang digunakan untuk mengukur
tingkat penerapan 20 kegiatan dalam
rangka pencegahan korupsi. Promosi
terbuka bertujuan untuk mempersiapkan dan menyediakan database
calon pejabat Itjen yang memiliki
kompetensi untuk dipromosikan sesuai
perkembangan dan kebutuhan organisasi Itjen. Hal ini merupakan bagian
dari pelaksanaan pembangunan Zona
Integritas menuju Wilayah Bebas dari
Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih
dan Melayani. Ini merupakan amanat
dari Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 60 Tahun 2012.

Sebagai pioner pelaksanaan Reformasi Birokrasi, Inspektorat
Jenderal Kementerian Agama sudah
barang tentu memulai gebrakan baru
dalam perubahan sistem birokrasi
yang dipandang tidak selaras lagi
dengan semangat reformasi, dalam hal
ini pengangkatan pejabat publik. Jika
ditelisik, apa sih keuntungan kebijakan
promosi jabatan terbuka itu? Secara
teoritis, cukup banyak hal positif yang
dihasilkan melalui sistem yang dikenal
publik dengan istilah lelang jabatan
tersebut. Pertama, kebijakan promosi
terbuka bakal menghasilkan pejabatpejabat yang berkualitas serta profesional di bidangnya. Dan, karena sifatnya yang terbuka serta bisa diamati
oleh masyarakat banyak, maka pejabat
yang terpilih pun diharapkan bukan

saja profesional, tetapi juga mempu


nyai rekam jejak yang baik di masa lalu.
Kedua, sistem promosi jabatan de
ngan seleksi yang terbuka akan mendorong persaingan yang sehat di kalangan PNS. Semua PNS yang merasa
mampu dan memenuhi syarat administratif akan berlomba-lomba untuk
mengikuti promosi jabatan, sementara
mereka yang merasa belum mampu
dan memenuhi syarat akan berjuang
dan berusaha serta belajar lebih keras
untuk menjadi mampu untuk menduduki jabatan yang diinginkan. Dalam
konteks ini, berlaku adagium klasik
dalam dunia bisnis, Tidak ada kualitas
yang akan lahir tanpa adanya persai
ngan yang sehat. Ketiga, para pejabat
yang dihasilkan dari promosi terbuka
akan lebih berwibawa sebagai pejabat
pilihan yang profesional. Ini akan mendorong mereka untuk selalu menjaga
performa kerjanya agar selalu tampil
lebih baik, lebih disiplin, lebih kreatif
dan lebih bersih. Jika saja kinerja
para pejabat hasil promosi terbuka
tersebut dilakukan evaluasi secara
periodik setiap setahun sekali misalnya, dan jabatannya dapat dilelang
kembali apabila berkinerja di bawah
standar, maka kompetisi peningkatan
kinerja di antara para pejabat akan
terus berlangsung dan kinerja pela
yanan masyarakat otomatis membaik.
Keempat, Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan akan terhindar
dari intervensi pihak manapun dalam
penetapan dan pengangkatan PNS
pada jabatan struktural. Dampaknya,

penilaian akhir Baperjakat akan lebih


obyektif dan menghasilkan banyak
kader pejabat yang berkualitas.
Kelima, memperkuat sistem karir
yang belakangan santer didengung-
dengungkan dengan istilah merit
system, dimana terbuka peluang yang
sama bagi setiap PNS untuk meningkatkan karir berdasarkan kompetensi
yang dimiliki.
Keenam, masyarakat akan memperoleh manfaat berupa pelayanan
publik yang semakin baik dan percepatan pembangunan yang kian nyata.

Assessment adalah alih-bahasa dari


istilah penilaian. Penilaian digunakan
dalam konteks yang lebih sempit daripada evaluasi dan biasanya dilaksanakan
secara internal. Penilaian atau assessment adalah kegiatan menentukan nilai
suatu objek, seperti baik-buruk, efektiftidak efektif, berhasil-tidak berhasil,
dan semacamnya sesuai dengan kriteria
atau tolak ukur yang telah ditetapkan
sebelumnya. Menurut www.elook.org
Definition of assessment: the classification
of someone or something with respect to
its worth. ( Definisi dari penilaian adalah
penggolongan seseorang atau sesuatu
berkenaan dengan harganya).
Personal assessment adalah suatu
pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi tentang individu.
Informasi ini digunakan untuk membuat
keputusan terkait dengan karier tentang
pelamar dan karyawan. Penilaian dilaksanakan untuk beberapa tujuan spesifik.

BERANDA

Lelang jabatan atau sering disebut dengan istilah job tender sebenarnya
bukan hal baru dalam perspekif administrasi publik. Dalam konsep New
Public Management (NPM), lelang jabatan sudah dikenalkan dan
dipraktekkan di negara-negara Barat, dengan istilah yang berbeda-beda.
Tujuannya adalah untuk memilih aparatur yang memiliki kapasitas,
kompetensi dan integritas yang memadai untuk mengisi posisi/jabatan
tertentu sehingga dapat menjalankan tugas yang lebih efektif dan esien

Penilaian
& Pengumuman
Panitia Seleksi
mengumumkan hasil
dari setiap tahap
seleksi secara terbuka
melalui papan
pengumuman,
dan/atau media cetak,
media elektronik

Assessment test
& Wawancara
penilaian kompetensi bidang
dilakukan dengan metode tertulis dan
wawancara (Standar kompetensi
Bidang disusun dan ditetapkan oleh
masing-masing instansi sesuai
kebutuhan jabatan dan dapat dibantu
oleh assessor. sampai assessment
dan rapat Baperjakat

Presentasi

penilaian kompetensi
manejerial dan
kompetensi bidang (substansi
tugas) Penilaian kompetensi
manejerial dilakukan dengan
menggunakan metodologi
psikometri, wawancara
kompetensi dan analisa kasus
dan presentasi.

Membuat
Makalah
Membuat Makalah
mengenai Karya Tulis
Ilmiah (KTI) merupakan
salah satu prasyarat
wajib bagi PNS yang
akan naik pangkat dari
gol II ke gol III atau Gol
III ke Gol IV. Sama
halnya dengan ujian
dinas biasanya uji
kompetensi KTI ini di
lakukan pada hari yang
sama setelah
melaksanakan ujian
dinas.

JALAN
PANJANG
PROMOSI
TERBUKA

Track record
semua hal yang seseorang atau
organisasi telah lakukan di masa
lalu, yang menunjukkan seberapa
baik mereka dalam melakukan
pekerjaan, mengatasi masalah, dll.

Persyaratan
administratif:
pangkat dan golongan

Kenaikan pangkat reguler diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang


tidak menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu,
termasuk Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan tugas belajar dan
sebelumnya tidak menduduki jabatan struktural atau jabatan
fungsional tertentu atau diperkerjakan atau diperbantukan secara
penuh di luar instansi induk dan tidak menduduki jabatan pimpinan
yang telah ditetapkan persamaan eselonnya atau jabatan fungsional
tertentu. Kenaikan pangkat reguler diberikan sepanjang tidak
melampau pangkat atasan langsungnya.

Galeri Foto

10

Inspektur Jenderal Kementerian Agama, Moch. Jasin secara resmi melantik 11 pejabat baru Inspektorat
Jenderal Kementerian Agama. Para pejabat baru tersebut menempati posisi sebagai pejabat Eselon IV
Itjen Kementerian Agama.\Pengangkatan pejabat baru ini merupakan hasil seleksi Lelang Jabatan melalui proses assessment yang dilaksanakan baru-baru ini. Prosesi pelantikan digelar di Operation Room
Itjen Kementerian Agama di Jl. Fatmawati No. 33A Cipete Jakarta Selatan, Senin (10/2/2014).

Setelah melalui serangkaian proses assessment, Inspektur


Jenderal Kementerian Agama, Moch, Jasin, juga melantik 3
pejabat eselon III Inspektorat Jenderal Kementerian Agama.
Prosesi pelantikan dilangsungkan pada hari ini, Kamis
(20/3/2014), di Operatio Room Gedung Itjen Kementerian
Agama, Jl. Fatmawati nomor 33A Cipete Jakarta Selatan. Sejarah lelang jabatan ini merupakan pertama kali dalam sejarah
Itjen dan sejarah Kementerian Agama. Lelang jabatan ini diikuti oleh 12 calon untuk posisi eselon III Itjen, dan 26 calon untuk
posisi eselon IV Itjen. Tak lupa mantan Wakil Ketua KPK bidang
pencegahan ini menyematkan mahkota harapan agar para pejabat baru dapat mengemban amanah, tugas dan tanggung
jawab dengan sebaik-baiknya.

11

KUS UTAMA

BANTUAN SOSIAL ,
RAWAN DISIMPANGI
Oleh: Mahmudah

12

Korupsi, kolusi, dan nepotisme merupakan suatu hal yang menjadi permasalahan akut di berbagai negara tak
terkecuali di Indonesia. Satu tindak korupsi yang marak di Indonesia adalah
penyimpangan dana bantuan sosial
(bansos). Beberapa titik rawan yang
berujung pada perkara hukum dalam
penyaluran dana hibah dan bansos
diantaranya, kelemahan perencanaan
penyusunan proposal, realisasi yang
tidak sesuai, pertanggungjawaban
fiktif, sampai adanya penyuapan dalam
proses pencairannya. Hal tersebut
menuntut adanya perbaikan sistem
penyaluran, pola pertanggungjawaban
dan sistem pengawasan yang ketat.

Permendagri Nomor 32 Tahun
2011 sebagai aturan main pemberian
dana hibah dan bansos telah mengatur
dengan jelas tentang definisi, syarat
penerima, naskah perjanjian hibah,
pelaksanaan, pelaporan, pertanggungjawaban, monitoring dan evaluasi
pelaksanaan hibah dan bansos. Pemberian hibah harus memperhatikan asas
keadilan, kepatutan, rasionalitas, dan
manfaat untuk masyarakat. Terkait
syarat penerima hibah, untuk ormas
harus terdaftar minimal 3 tahun di
pemda, berdomisili di daerah yang
bersangkutan dan punya sekretariat
tetap. Sementara untuk pertanggungjawabannya meliputi laporan penggunaan dana hibah disertai bukti-bukti
pengeluaran yang lengkap dan sah. Di
samping Permendagri, di Babel sudah
terbit Peraturan Gubernur Nomor
56 tahun 2011 sebagai lanjutan dari
permendagri tersebut. Dua regulasi ini
diharapkan dapat memperketat proses
pemberian hibah dan bansos dan
memperkecil peluang penyelewengan.
Menurut Indonesian Corruption Watch (ICW), dalam periode tahun
2007 sampai dengan tahun 2010, anggaran bansos yang disiapkan peme
rintah mencapai Rp. 300,94 triliun yang

terdiri atas Rp. 48,46 triliun di tingkat


daerah dan Rp 252,48 triliun di tingkat
pusat. Alokasi yang sangat besar tersebut dinilai sangat rawan korupsi.

Kajian yang dibuat Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 5
April 2011, menyebutkan 10 temuan
perihal pengelolaan dana bansos di
pemerintah daerah yang berpotensi
ada praktek korupsi. Temuan KPK
dibagi ke dalam dua aspek utama,

Menurut Indonesian
Corruption Watch, dalam
periode tahun 2007 sampai
dengan tahun 2010, anggaran bansos yang disiapkan
pemerintah mencapai
Rp. 300,94 triliun yang
terdiri atas Rp. 48,46
triliun di tingkat daerah
dan Rp 252,48 triliun di
tingkat pusat. Alokasi yang
sangat besar tersebut dinilai sangat rawan korupsi.
yaitu regulasi dan tata laksana.

Dalam aspek regulasi, KPK
menemukan adanya ketidaksesusaian
antara kebijakan Menteri Dalam Negeri
dengan Peraturan Menteri Dalam Ne
geri (permendagri) terkait bansos. KPK
menyatakan tidak ada permendagri
yang secara khusus mengatur pe
ngelolaan bansos, yang ada hanyalah
aturan main pemberian dana hibah
dan bansos. Hal ini berdampak pada
tiadanya pedoman bagi pemerintah
daerah dalam menyusun pengelolaan

KUS UTAMA

belanja bansos.

Dari aspek tata laksana ditemukan sejumlah masalah dalam proses
penganggaran, penyaluran, pertanggungjawaban, dan pengawasan. KPK
menemukan tidak adanya kebijakan
yang jelas dalam menetapkan pagu
anggaran bansos. Pemberian bansos
tidak berdasarkan pada kriteria jelas
yang mempertimbangkan keadilan.

Menurut Wakil Ketua KPK
bidang Pencegahan, yang saat ini
menjabat sebagai Inspektur Jenderal
Kementerian Agama, M. Jasin, seperti dikutip kompas.com, bahwa tidak
semua Pemda memliki kriteria penerima bansos. Contoh provinsi Jawa Barat,
bansos ada yang untuk membiayai
wartawan senior Rp 100 juta, Prabu
Siliwangi, atau untuk pembubaran
Banwaslu. Selain itu, dalam tata laksana
penganggaran, tidak semua objek
bansos dilengkapi rincian objek penerimanya. Masih ditemukan laporan yang
hanya menyebutkan objek belanja tanpa merincinya. Misalnya di Jawa Barat,
untuk kegiatan usaha perikanan dan
kelautan Rp 6 miliar, dan untuk partai A
Rp 31 miliar, ada listing untuk Pak N, Rp
616 juta. Temuan lainnya, dalam tata
laksana tidak ada standar dalam pembuatan laporan pertanggungjawaban
atas pengelolaan bansos. Akibatnya,
penyaluran dana seringkali melebihi
batas yang ditetapkan.

Tidak terdapatnya unit kerja
daerah yang melakukan verifikasi
penggunaan dana bansos, sehingga
Mendagri harus menyusun pedoman
pertanggung jawaban ini, padahal
belanja bansos merupakan bagian dari
keuangan daerah yang harus dikelola
secara tertib, taat perundangan, efektif,
ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memerhatikan
asas keadilan, kepatuhan, dan manfaat
untuk masyarakat.

Badan Pemeriksa Keuangan

13

KUS UTAMA
Peluang korupsi dana bansos semakin terbuka lebar karena proses
penyusunan dan pelaksanaan APBD
yang tertutup. Penggunaan dana
bansos sesungguhnya bukan tanpa
aturan. Surat Edaran Menteri Dalam
Negeri Nomor 900/ 2677/SJ tanggal 8
November 2007 di dalamnya mengatur penggunaan dana bansos.

(BPK) pada semester I di tahun 2010


juga menemukan sejumlah penyimpangan penggunaan dana bansos di
19 provinsi yang nilainya sangat fantastis, mencapai Rp765 miliar. Menurut data ICW pada tahun 2011, yang
termasuk tiga besar dalam penyimpangan penggunaan dana bansos adalah
Provinsi Jawa Tengah dengan potensi
penyimpangan dana bansos sebesar
Rp 173,7 miliar, Sumatera Utara sebesar
Rp 148,44 miliar, dan di Jawa Timur
ditemukan penyimpangan senilai Rp
89,31 miliar.

Temuan terbaru ICW soal
korupsi dana bansos terjadi di Provinsi
Banten. Pemerintah daerah setempat
mengalokasikan anggaran bansos
untuk tahun 2011 sebesar Rp51
miliar. Akan tetapi dari 160 penerima
dana bansos, Pemerintah Daerah
Banten hanya mencantumkan 30
nama lembaga atau kepanitiaan dan
tidak didukung oleh alamat yang jelas.
Sisanya, sebanyak 130 penerima atau
81,3% penerima bansos, hanya tertulis
bantuan sosial daftar terlampir.
Berdasarkan verifikasi ICW, pihak
kepala daerah yang mencalonkan
kembali (incumbent) dan kerabatnya
merupakan pihak yang paling diuntungkan secara materiil atas kebijakan
pemberian dana bansos tersebut.
Modus korupsi dana bansos pada
umumnya adalah pemberian bantuan
tanpa pengajuan, melebihi alokasi,
pemotongan bantuan, tak adanya pertanggungjawaban penggunaan, dan
proposal atau bantuan fiktif.

Adapun aktor atau pelaku
utama korupsi dana bansos adalah

14

kepala daerah, pejabat di lingkungan


pemerintah daerah, anggota dan
pimpinan parlemen daerah. Juga
terlibat pengurus yayasan, panitia
pembangunan rumah ibadah, lembaga
pendidikan, partai politik maupun
organisasi masyarakat yang menerima
dana bansos tersebut. Dari sekian
banyak aktor, incumbent paling sering
memanfaatkan peluang ini karena memiliki berbagai akses anggaran resmi
daerah dan birokrasi.

Peluang korupsi dana bansos
semakin terbuka lebar karena proses
penyusunan dan pelaksanaan APBD
yang tertutup. Penggunaan dana
bansos sesungguhnya bukan tanpa
aturan. Surat Edaran Menteri Dalam
Negeri Nomor 900/ 2677/SJ tanggal 8
November 2007 di dalamnya mengatur
penggunaan dana bansos.

Dalam regulasi ini disebutkan bansos adalah salah satu bentuk
instrumen bantuan dalam bentuk
uang dan atau barang yang diberikan kepada kelompok atau anggota
masyarakat. Bansos juga diperuntukkan bagi bantuan partai politik. Dalam
surat edaran menteri juga disebutkan
pemberian bansos harus dilakukan
secara selektif dan tidak mengikat atau
terus-menerus.

Terakhir Mendagri juga
menerbitkan Permendagri Nomor
32 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Dana Hibah dan Bansos
yang Bersumber dari APBD. Regulasi
ini menegaskan pemerintah daerah
harus mempertanggungjawabkan
penggunaan dana hibah dan bansos.
Namun kedua aturan tersebut masih

dinilai mudah disimpangi karena tidak


ada batasan jumlah anggaran yang
disediakan dan tidak jelasnya ketentuan mengenai pengawasan serta
pertanggungjawaban penggunaan
dana bansos.

Ada dua pendekatan yang
dapat digunakan untuk memberantas
korupsi dana bansos, yaitu melalui
upaya penindakan dan pencegahan.
Dari aspek penindakan, terhadap kasus
korupsi dana bansos yang terjadi harus
segera diproses secara hukum hingga
ke pengadilan. Hal ini penting untuk
memberikan efek jera bagi pelaku atau
terapi kejut bagi calon pelaku lain yang
mencoba mengorupsi dana bansos.

Adapun dari aspek pencegahan, setidaknya ada dua alternatif
yang bisa dipilih untuk menghindari
terjadinya korupsi atau perampokan
dana bansos di masa mendatang.
Pertama, penghapusan alokasi dana
bansos dalam anggaran daerah dan
nasional. Usulan ini pernah dilontarkan
BPK pada 2010 lalu karena seringnya
lembaga ini menemukan penyaluran
bansos di daerah yang sebagian besar
tidak jelas pertanggungjawabannya.
BPK merekomendasikan pos anggaran
bantuan sosial dihapus dan diganti
dengan metode lain.

Kedua, tetap memperta
hankan alokasi dana bansos dengan
syarat menindaklanjuti hasil kajian KPK
tentang dana bansos, khususnya pada
bidang regulasi dan tata laksana. Kementerian Dalam Negeri dapat bekerja
sama dengan KPK dalam membuat
aturan khusus yang terperinci dan
ketat perihal pengelolaan dana bansos.

KUS UTAMA

Bansos :
Manfaat &
Penyimpangannya

lasifikasi Belanja menurut


Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan Nomor Per-80/
PB/2011 yakni : Belanja pegawai (Kode
51), Belanja Barang (Kode 52), Belanja
Modal (Kode 53), Belanja Pembayaran
Kewajiban Utang (Kode 54), Belanja
Subsidi (Kode 55), Belanja Hibah (Kode
56), Belanja Bantuan Sosial (Kode 57)
dan Belanja lain-lain (Kode 58). Dari
kedelapan jenis belanja tersebut,
belanja bantuan sosial (Bansos), merupakan salah satu belanja yang penggunaannya telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan yaitu dalam Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 10 dan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 81/PMK.05/2012.
Belanja Bansos didefinisikan sebagai
pengeluaran berupa transfer uang,
barang atau jasa yang diberikan oleh
Pemerintah Pusat/Daerah kepada
masyarakat guna melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko
sosial, meningkatkan kemampuan
ekonomi dan/atau kesejahteraan
masyarakat.

Kementerian Agama merupakan salah satu kementerian yang
mendapat anggaran bantuan sosial

Pemberian bantuan sosial


disesuaikan dengan anggaran yang disediakan
oleh pemerintah baik
dari dana APBN maupun
APBD dan harus dilakukan secara selektif serta
bertujuan untuk menunjang pencapaian sasaran
program dan kegiatan
Pemerintah Pusat/Daerah
dengan memperhatikan
asas keadilan, kepatutan,
rasionalitas dan manfaat
untuk masyarakat.
yang diberikan kepada anggota/
kelompok masyarakat dan lembagalembaga swasta di lingkungan
anggaran bantuan sosial Kementerian Agama pada tahun 2012
sebesar Rp. 8.456.180.298.000,00
(25,55%) dari total anggaran Kementerian Agama tahun 2012 sebesar
Rp38.070.448.779.800,00, (Sumber : Biro
Keuangan Sekjen Kemenag RI).
Anggaran bansos yang terbesar
terdapat pada unit Eselon I Direktorat

Jenderal Pendidikan Islam yaitu sebesar Rp7.965.036.099.000,00 (94,19%),


sedangkan urutan kedua pada Direktorat Jenderal Bimas Islam sebesar
Rp.191.500.931.000,00 (2,26%) dari
total anggaran bansos Kementerian
Agama. Terdapat 2 (dua) unit Eselon I
pada Kementerian Agama yang tidak
memiliki anggaran bantuan sosial yaitu
Inspektorat Jenderal Kementerian
Agama dan Badan Penelitian Pengembangan dan Pendidikan Pelatihan.
Anggaran Bantuan sosial pada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam sangat
besar (94,19%) karena sebagian besar
diberikan untuk rehabilitasi gedung
madrasah-madrasah swasta baik
tingkat MI, MTs dan MA di lingkungan
Kementerian Agama, bantuan honorarium guru-guru non PNS, Bantuan
Siswa Miskin (BSM), bantuan sarana
dan prasarana pendidikan seperti
peralatan laboratorium dan alat peraga
pendidikan, pengadaan buku-buku
perpustakaan, pembangunan gedung
perpustakaan dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada madrasahmadrasah swasta dan lain-lain.
Sedangkan Anggaran bantuan
sosial Kementerian Agama Tahun

15

KUS UTAMA

2013 mengalami penurunan dari


tahun sebelumnya yaitu sebesar
Rp.1.428.514.720.000,00 (Sumber :
Biro Keuangan Sekjen Kemenag RI).
Menurunnya anggaran bantuan sosial
pada tahun 2013 sebanyak 83,10%
kemungkinan dikarenakan banyaknya
temuan audit atas penggunaan dana
bantuan sosial tahun 2012 di Kementerian Agama, sehingga perlu adanya
perbaikan sistem pengelolaan dan
penggunaan dana bantuan sosial di
tahun 2013.
Manfaat Pemberian Bantuan Sosial
Penerima bantuan sosial terdiri dari
perorangan, keluarga, kelompok dan
atau masyarakat yang mengalami
keadaan tidak stabil sebagai akibat
dari situasi krisis sosial, ekonomi,
politik, bencana, dan fenomena alam
agar dapat memenuhi kebutuhan
hidup minimum. Bantuan sosial juga
dapat diberikan kepada lembaga non
pemerintahan bidang pendidikan,
keagamaan, dan bidang lain yang
berperan untuk melindungi individu,
kelompok dan/atau masyarakat dari
kemungkinan terjadinya risiko sosial,
meningkatkan kemampuan ekonomi,
dan/atau kesejahteraan masyarakat.
(PMK Nomor 81 Tahun 2012).
Keadaan yang memungkinkan adanya
risiko sosial adalah:
(1) Wabah penyakit yang apabila tidak
ditanggulangi maka akan meluas dan
memberikan dampak yang buruk pada
masyarakat. (2) Wabah kekeringan atau
paceklik yang bila tidak ditanggulangi
akan membuat petani/nelayan menjadi
kehilangan penghasilan utamanya. (3)

16

Cacat fisik dan/atau mental yang bila


tidak dibantu tidak akan bisa hidup
secara mandiri. (4) Penyakit kronis yang
bila tidak dibantu tidak akan bisa hidup
secara mandiri. (5) Usia lanjut yang bila
tidak dibantu tidak akan bisa hidup secara mandiri. (6) Putus sekolah yang bila
tidak dibantu akan semakin terpuruk
dan tidak dapat hidup secara mandiri.
(7) Kemiskinan yang bila tidak dibantu
akan semakin terpuruk dan tidak
dapat hidup secara wajar. (8) Keterisola
sian tempat tinggal karena kurangnya
akses penghubung yang mempersulit
perkembangan masyarakat di suatu
daerah. (9) Bencana yang bila tidak
ditanggulangi akan rnengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Penyimpangan Dana Bantuan Sosial
Sudah banyak temuan audit dari BPK,
BPKP, bahkan KPK di Kementerian
Agama, hal ini dikarenakan pemberian
Bansos yang belum sesuai dengan ketentuan. seperti kesalahan dalam klasifikasi belanja hibah yang dialokasikan
dan direalisasikan pada Bansos. Modus
dalam penyimpangannya pun sangat
beragam, diantaranya dengan membentuk lembaga-lembaga fiktif sebagai
lembaga penampung dana Bansos
yang dikelola oleh orang-orang dalam
Eksekutif atau Legislatif baik ditingkat
Pusat/Daerah. Kemudian, laporan yang
tidak transparan, terdapatnya mark-up
harga atas pengadaan barang dan ketidaksesuaian spesifikasi yang diberikan
kepada penerima bantuan. Penyimpangan juga dilakukan oleh penerima
Bansos yaitu dengan menggunakan-

nya tidak sesuai dengan peruntukkan


dan kebutuhan, lalu membuat laporan
pertanggungjawaban penggunaan
dana yang fiktif. Banyaknya penyimpangan tersebut dikarenakan kurangnya transparansi dan akuntabilitas
oleh pemerintah pusat/daerah, seperti
kriteria penerima bansos yang tidak
jelas, sistem penyaluran dana bansos
yang tidak diberikan langsung kepada
penerima, serta belum adanya Juknis/
Juklak yang mengatur tentang pelaksanaan pemberian bansos.
Solusi Pemberian Bantuan Sosial
Mekanisme pemberian dana bantuan
sosial harus terus diperbaiki ke arah
yang lebih baik untuk menghindari
terjadinya penyimpangan dana bansos
dengan beberapa cara yaitu : Pertama, perlu adanya perencanaan yang
matang dalam menganggarkan dana
Bansos yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan penerima bansos.
Kedua, transparansi dalam pemberian
dan penyaluran dana bansos, mi
salnya publikasi secara online, untuk
mengetahui penerima bansos dan
berapa besarannya. Ketiga, melakukan verifikasi terhadap para pengusul
bansos oleh tim khusus yang mengkaji
dan memberikan pertimbangan untuk
pemberian dana bansos.
Keempat, membuat pedoman dan
Juklak/Juknis terkait dengan pemberian dana bansos seperti pedoman
pemberian dana bantuan sosial yang
telah dibuat oleh Kementerian Pertanian. Kelima, memberikan sosialisasi
dan pembinaan kepada penerima
bantuan terkait dengan penggunaan
dana bansos, pelaporan dan pertanggungjawaban yang harus berpedoman
pada peraturan dan juknis/juklak yang
telah ditetapkan. Keenam, melakukan
pemantauan atas pemberian bantuan
sosial pada kementerian/lembaga.
Ketujuh, Dana bansos pada tingkat
pusat (eselon I) ditiadakan dan diberikan pada masing-masing Kanwil Kemenag di setiap provinsi. Kedelapan,
Pemberian bansos harus selektif, adil
dan terbebas dari kepentingan politis.

KUS UTAMA

Bantuan Sosial (Bansos) adalah pemberian bantuan berupa uang/


barang dari pemerintah pusat/daerah kepada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat yang bertujuan untuk melindungi dari
kemungkinan terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Mengawal
Penyaluran
Bansos
Oleh: Muhammad Arief Fadilla

Ilutrasi: Basuki Rahmat

isiko sosial merupakan kejadian


atau peristiwa yang dapat menimbulkan potensi terjadinya
kerentanan sosial yang ditanggung
oleh individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat sebagai dampak krisis
sosial, krisis ekonomi, krisis politik, dan
bencana alam. Mekanisme pemberian
bantuan sosial yang bersumber dari
APBN diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81 Tahun 2012
tentang Belanja Bantuan Sosial pada
Kementerian Negara/Lembaga, sedangkan mekanisme mengenai pemberian
bantuan sosial yang bersumber dari
APBD diatur dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011
tentang Pedoman Pemberian Bantuan
Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
39 Tahun 2012. Pemberian bantuan
sosial disesuaikan dengan kemampuan
keuangan daerah dan dilakukan secara
selektif serta setelah memprioritaskan
pemenuhan belanja urusan wajib yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Dengan dialihkannya
anggaran subsidi untuk BBM, maka
kompensasi dari alokasi anggaran

17

KUS UTAMA

FOTO : ANTARA

FOTO: http://www.flickr.com/photos/sehatnegeriku/9106532942/sizes/o/in/photostream/

(ATAS) Seorang warga menirima dana Bantuan Langsung


Sementara Masyrakat (BLSM) melalui Pos Indonesia di kantor
kelurahan Bumi Nyiur, Manado, Sulawesi Utara, Jumat (28/6). Data
dari Dinas Sosial Manado menyebutkan jumlah penerima BLSM
sebanyak 16.069 sedangkan untuk se Sulut sebanyak 163.660
masyarakat miskin.

(KANAN) Seorang warga


memperlihatkan uang dan
Kartu Perlindunagn Sosial
(KPS) usai menirima dana
Bantuan Langsung Sementara Masyrakat (BLSM)

Inspektorat Jenderal Kementerian


Agama mempunyai kewajiban dalam hal
pengawalan penyaluran dana bansos
agar sampai kepada penerima dengan te
pat sasaran, tepat waktu, dan tepat guna.
tersebut dianggarkan diantaranya
berbentuk Bantuan Langsung Tunai
(BLT) atau Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), Bantuan Siswa
Miskin (BSM), Bantuan Operasional
Sekolah (BOS), dan lain sebagainya.

Maraknya tindak pidana
korupsi pada penyaluran dana bansos
disebabkan karena lemahnya mekanisme pemberian dana bansos serta
pengaturan pengelolaan perbelanjaannya yang sangat minimalis, sehingga
semakin memperbesar peluang pe
nyalahgunaan anggaran negara.

Dari hasil audit yang dilakukan BPK, ada tiga modus yang terjadi
dalam penyalahgunaan dana bansos.
Pertama, usulan fiktif, di banyak daerah
BPK menemukan adanya oknum dalam
pemerintahan baik K/L yang tugasnya
membuat proposal seakan-akan dana
akan diberikan kepada lembaga tertentu, namun kenyataannya lembaga
tersebut tidak ada, atau ada tapi dana
tidak sampai dan tak jelas alamat

18

rimbanya. Kedua, dana yang diterima


pihak yang berhak menerima tidak
sesuai besaran. Dana bansos biasanya
dipotong oleh oknum pejabat yang
bersangkutan.

Dalam rangka menciptakan
pemerintahan yang bersih dan berwibawa, tentunya diperlukan adanya
perbaikan sistem penyaluran, pola
pertanggungjawaban dan sistem
pengawasan yang ketat guna mencegah dana bansos tidak tepat sasaran.
Berkaitan dengan itu, Kementerian
Agama sebagai lembaga dan instansi
pemerintah yang mengedepankan
moral dan etika, harus menyusun
program pemeriksaannya dengan
menghadirkan tim khusus yang disebar ke berbagai daerah untuk memeriksa dana bansos di daerah. Melalui
Inspektorat Jenderal Kementerian
Agama, tim khusus ini hampir setiap
tahun dibentuk untuk memeriksa atau
memantau kondisi di lapangan terkait
bantuan sosial.

Pemeriksaan/pemantauan
difokuskan dalam bidang pendidikan yakni bantuan blockgrant dan
bantuan operasional sekolah (BOS).
Hal ini dikarenakan jumlah anggaran
pemerintah yang digelontorkan dalam
bidang pendidikan paling besar jika
dibandingkan dengan bansos berupa
perbaikan sarana fasilitas ibadah dll.
Inspektorat Jenderal Kementerian
Agama mempunyai kewajiban dalam
hal pengawalan penyaluran dana bansos agar sampai kepada penerima de
ngan tepat sasaran, tepat waktu, tepat
guna. Maka dari itu tim pemantauan
dan evaluasi dibentuk dengan tujuan
untuk lebih meningkatkan efektivitas
dan efisiensi dalam hal pelaksanaannya, serta dalam rangka turut mewujudkan pelaksanaan pemerintahan
yang baik (good governance), terbuka,
serta akuntabel.

Agar tidak terjadi permasalahan dikemudian hari, diperlukan
koordinasi intensif dan sosialisasi untuk

KUS UTAMA

FOTO : ANTARA

menyinergikan pemahaman antara


legislatif, eksekutif, dan masyarakat
tentang cara pemberian bansos.
Identifikasi tepat bisa menghindari
kebocoran anggaran dalam pemberian
bansos. Selain itu, pemerintah seharusnya terus memperketat pemberian
dana bantuan sosial (bansos) kepada
masyarakat dengan membuat aturan
yang jelas mengenai persyaratan
lembaga atau individu yang pantas
menerima dana bansos dengan aturan
pelaksanaan yang dibuat terlebih dahulu. Untuk merealisasikannya melalui
Peraturan Menteri Agama (PMA) atau
pun Keputusan Menteri Agama (KMA)
serta instruksinya.

Dana bansos untuk tahun
anggaran 2014 harus lebih difokuskan
untuk pembangunan atau rehabilitasi
sektor infrastruktur yang bermanfaat
bagi masyarakat, walaupun peraturan
akan dianggap mempersulit penya
luran bansos. permasalahan saat ini
adalah, bagaimana agar bansos itu bisa
tepat sasaran. Persoalan lainnya adalah

banyaknya lembaga baik sekolah/


madrasah dan lembaga masyarakat
yang tidak jelas sebagai penerima
bansos. Kementerian Agama harus
lebih selektif lagi dalam mengucurkan
dana bansos dengan cara memperke
tat penyaluran. Penerima bansos harus
melakukan beberapa hal penting seperti: Pertama, mengusulkan, melengkapi data dan persyaratan, menerima
bansos sesuai kriteria, melaporkan
penerimaan dana bansos dan mempertanggungjawabkan pemanfaatan
dana bansos. Kedua, membuat dan
menyusun Rencana Anggaran Belanja
(RAB) sesuai jumlah penerimaan dan
peruntukan dana bansos serta membuat rencana dan waktu pelaksanaan
pembangunan. Ketiga, mencairkan
dana bantuan pembangunan ruang
kelas yang masuk ke rekening secara
bertahap sesuai dengan kebutuhan
dan menggunakan dana bantuan se
suai dengan Rencana Anggaran Biaya
(RAB). Keempat, mempertangungja
wabkan penggunaan dana bansos

(ATAS) Murid belajar seadanya akibat pembangunan


sekolah lambat. Tak hanya di daerah tertinggal, kondisi
memprihatinkan ini merupakan realitas infrastruktur
sekolah dan madrasah di berbagai penjuru tanah air.

sesuai RAB yang telah disusun. Adapun


jenis laporan pertanggungjawaban
berupa laporan deskriptif, laporan realisasi anggaran, laporan dokumentasi,
serta laporan pertanggungjawaban.
Dana bansos tetap perlu ada karena
memiliki manfaat bagi masyarakat.
Bansos sangat bermafaat apabila
sesuai aturan untuk penyaluran dana
bansos, dan itu harus dilakukan secara
ketat dan selektif.

Dengan adanya perbaikan
sistem pengawasan pada penyaluran
dana bansos, diharapkan seluruh
sendi-sendi organisasi Kementerian
Agama dapat berfungsi secara maksimal sehingga terwujud tata kelola
birokrasi Kementerian Agama yang
profesional berbasiskan semangat
religi, bahwa bekerja adalah ibadah.

19

KUS UTAMA

Pengelolaan
Bansos di Kemenag
FOTO: Beritafoto.net

Surabaya - Siswa SD Tama kelas II dan V di Jalan Kupang


Krajan III, Surabaya berbagi ruangan saat proses belajar
mengajar dikarenakan atap tiga kelas rusak parah.
Merupakan satu sekolah yang memerlukan bantuan.

Oleh: Hendro Wibowo

etiap tahun kementerian/lembaga memperoleh anggaran


bantuan sosial (bansos) dalam
jumlah besar yang terdistribusi pada
unit eselon I pusat maupun satkersatker di daerah. Kebanyakan dana
tersebut tidak tepat sasaran dalam
penyalurannya, banyak yayasan/lembaga/satker yang tidak memenuhi
syarat tetapi menerima bantuan.

Menurut analisis dari Direktur Investigasi dan Advokasi Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk
Transparansi Anggaran (FITRA), Uchok
Sky Khadafi, setidaknya terdapat tiga
modus operandi dalam melakukan
penyimpangan pada penyaluran
dana bansos tersebut. Dari ketiga

20

modus operandi tersebut kebanyakan


memiliki tujuan yang sama, yakni
menciptakan keuntungan bagi pemilik
anggaran tersebut. Pertama, ada
yang sengaja mengendapkan dana
bansos pada rekening pihak ketiga
secara rahasia. Kedua, ada pula yang
disimpan dalam rekening penampungan keuangan kementerian/lembaga/
satker dengan harapan memperoleh
bunga bank. Ketiga, ada dana bansos
yang disalurkan tetapi tidak bisa dipertanggungjawabkan penggunaannya.

Sedangkan menurut Ali
Masykur Musa, salah satu pimpinan
pada Badan Pemeriksa Anggaran (BPK)
pernah mengungkapkan berbagai modus penyalahgunaan bansos dengan

berpendapat bahwa hampir seluruh


kementerian/lembaga/satker mempunyai permasalahan dalam penggunaan dana bansos. Setidaknya ada
tiga modus operandi juga. Pertama,
terdapat penyaluran dana bansos fiktif
atas usulan dari instansi/satuan kerja
yang mengelola dana bansos dengan
membantu membuat proposal sesuai
dengan persyaratan yang harus dipenuhi oleh instansi penerima. D
engan
demikian, dia membuat proposal
seakan-akan diberikan kepada pihak
lain, tetapi dana tidak sampai kepada
si penerima. Sehingga sering terjadi
kasus dari sekian banyak proposal yang
dicairkan, terdapat beberapa yayasan/
lembaga/sekolah tidak merasa me-

KUS UTAMA

FOTO: http://jatim.kemenag.go.id/

(KANAN) Pemberian
bantuan sosial untuk anak
yatim sebagai kegiatan
rutin pada peringatan
HAB 68 Kemenag RI (Kab.
Malang, 3 Januari 2014)

Untuk tahun 2013 saja


Kementerian Agama
mengalokasikan dana
bansos sebesar Rp
12.840.483.308.000,00
dengan penyerapan
anggaran sebesar Rp
11.638.487.082.858,00
(90,64%) yang ter
distribusi pada Unit
Eselon I maupun sat
ker-satker di daerah.
nerima bantuan.
Kedua, dana bantuan tersebut benar
diterima oleh yayasan/lembaga/
sekolah tersebut tetapi dipotong oleh
oknum-oknum pemberi bantuan
sebanyak sekian persen sehingga
bila terakumulasi tentunya berjumlah cukup besar. Ketiga, modusnya
berhubungan dengan kepentingan
politik, apalagi pada tahun 2014 termasuk tahun politik yang tentunya rawan
penyelewengan penggunaan dana
bansos untuk kepentingan politik.

Ali Masykur Musa memberikan solusi/rekomendasi agar dana
bansos dikembalikan kepada peruntukannya, yakni untuk stabilisasi masalah
kemasyarakatan atau membantu
masyarakat miskin/tidak mampu yang
benar-benar membutuhkan dan untuk
bantuan yang bersifat fisik seperti
pembangunan sekolah/madrasah dan
sarana prasarana lainnya diperlukan
bantuan dari instansi daerah untuk
mengawasinya.
Kondisi pada Kementerian Agama
Tidak jauh dengan gambaran umum
tersebut di atas, Kementerian Agama
juga memiliki permasalahan yang
relatif sama. Setiap tahun Kementerian

Bantuan bencana yang dikumpulkan jajaran Wilayah Kementerian Agama Provinsi Gorontalo, resmi diserahkan kepada
korban banjir Manado, Jumat 7 Februari 2014

Agama menyalurkan anggaran untuk


bantuan sosial (bansos) dalam jumlah
besar. Untuk tahun 2013 saja Kementerian Agama mengalokasikan dana bansos sebesar Rp 12.840.483.308.000,00
dengan penyerapan anggaran sebesar
Rp 11.638.487.082.858,00 (90,64%)
yang terdistribusi pada Unit Eselon I
maupun satker-satker di daerah.

Untuk tahun 2014, Kemen
terian Agama memperoleh alokasi dana bansos terbesar kedua
setelah Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan yakni sebesar Rp
11.568.700.685.000,00 yang me
ngalami peningkatan sebesar Rp 2,70
Triliun dari anggaran sebelumnya.
Kenaikan dana bansos ini merupakan
berkah yang harus kita syukuri karena
bisa kita gunakan sesuai tujuan dalam
rencana awal yaitu rehabilitasi sosial,

pemberdayaan sosial, penanggulangan kemisikinan dan penanggulangan


bencana.

Bansos pada Kementerian
Agama terdistribusi pada unit eselon
I pusat dan satker-satker di daerah.
Untuk unit eselon I pusat, anggaran
terbesar berada pada Ditjen Pendidikan Islam. Prosedur dan mekanisme
pengelolaan dana pada Ditjen Pendis
masih banyak terdapat kelemahan
karena penyaluran dananya sering
tidak melalui proposal permohonan
bantuan, hanya melalui data EMIS madrasah. Sehingga tidak terdapat seleksi
dan verifikasi proposal untuk menilai
ketepatan sasaran dari jenis bantuan
yang akan diberikan sesuai juklak/
juknis maupun kriteria bantuan. Hal
ini bisa menimbulkan bantuan yang
diterima tidak sesuai dengan kebutu-

21

KUS UTAMA

Surabaya - Siswa SD Tama Jalan Kupang Krajan III, Surabaya melakukan


proses belajar mengajar di luar ruang kelas. Para siswa belajar di luar
kelas karena atap tiga ruang kelas mereka rusak parah.

han dari lembaga/yayasan/madrasah


penerima bantuan yang bisa berakibat
bantuan tidak tepat guna. Demikian
pula pengelolaan dana bansos pada
unit eselon I lainnya memiliki kondisi yang relatif sama dengan Ditjen
Pendis. Untuk itu perlu update data
EMIS madrasah agar sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya dan perlunya
verifikasi data madrasah secara berjenjang dari tingkat pusat sampai dengan
tingkat kantor kemenag kab/kota agar
data yang disajikan lebih akurat dan
akuntabel.

Pengelolaan dana bansos
melalui seleksi dan verifikasi proposal
diperlukan juklak/juknis yang jelas dan
rinci terkait dengan program atau jenis
bantuan sosial yang digulirkan. Untuk
itu diperlukan analisis data dan monitoring kelayakan terhadap lembaga/
yayasan/madrasah yang dilakukan secara berjenjang. Proposal yang dajukan
oleh lembaga/yayasan/madrasah harus
mendapatkan rekomendasi dari Kantor
Kementerian Agama kabupaten/kota

22

FOTO: Beritafoto.net

bantuan digunakan
untuk membangun
gedung tidak sesuai
dengan standar dalam
juklak/juknis yang
dipersyaratkan, tetapi
digunakan sesuai den
gan keinginan peneri
ma bantuan.
terkait. Proposal yang diajukan diantaranya memuat data umum lembaga/
yayasan/madrasah, jenis bantuan yang
dibutuhkan, Rencana Anggaran Biaya,
dan foto/dokumentasi untuk jenis
bantuan yang bersifat fisik.
Permasalahan yang Sering
Ditemukan
Pengelolaan dana bansos pada Kementerian Agama merupakan objek peme
riksaan Badan Pemeriksaan Keuangan
(BPK) yang memunculkan banyak
temuan hampir setiap tahunnya.
Demikian pula hasil monitoring ban-

tuan sosial (blockgrant) yang dilakukan


oleh Itjen Kementerian Agama pada
awal tahun sering dijumpai permasalahan dan temuan. Terutama bansos
yang berkaitan dengan bantuan fisik
berupa barang dan jasa maupun pembangunan/rehabilitasi gedung.
Bantuan berupa barang/jasa pe
ngadaannya dilaksanakan di pusat dan
dikirim ke yayasan/madrasah penerima
melalui perusahaan ekspedisi seperti:
peralatan laboratorium IPA, peralatan laboratorium bahasa, peralatan
laboratorium multimedia, pengadaan
buku-buku agama/umum dan lain-lain.
Berdasarkan pemantauan yang dilaksanakan oleh Itjen Kemenag sering kali
ditemukan berbagai permasalahan, antara lain: kemahalan harga, kekurangan
volume barang, pekerjaan instalasi dan
pelatihan belum dilaksanakan, keterlambatan pengiriman oleh perusahaan
ekspedisi dan sebagainya.

Sedangkan bantuan fisik
berupa pembangunan/rehabilitasi gedung berupa Ruang Kelas Belajar (RKB)
madrasah, asrama pondok pesantren
dan sarana ibadah yang bantuan-

KUS UTAMA
FOTO: Kemenag.go.id

Direktorat Pendidikan Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam


Kementerian Agama RI memberikan bantuan kepada Madrasah Ibtidaiyah
Swasta Al-Huda, Kp Rancecet, Ds Rancapinang, Cimanggu, Pandeglang
Banten. Bantuan tersebut sebesar Rp180 juta diperuntukkan untuk
membangun ruang kelas baru beserta perlengkapannya.

nya ditransfer berupa uang dan


dilaksanakan secara swakelola oleh
lembaga/yayasan/madrasah. Berdasarkan pemantauan yang dilaksanakan
oleh Itjen Kemenag sering kali ditemukan berbagai permasalahan dalam
pelaksanaanya, antara lain: bantuan
digunakan untuk membangun gedung
tidak sesuai dengan standar dalam juklak/juknis yang dipersyaratkan, tetapi
digunakan sesuai dengan keinginan
penerima bantuan. Bahkan kadangkala dijumpai bantuan yang diterima
digunakan tidak sesuai peruntukannya maupun Rencana Anggaran Biaya
(RAB) yang telah diajukan.
Pencegahan
Untuk meminimalisasi agar tidak
banyak terjadi permasalahan dalam
pengelolaan dana bansos khususnya
bantuan fisik berupa barang/jasa
diperlukan langkah-langkah sebagai
berikut:
(1) perencanaan yang matang dalam
prosedur pengadaannya, dimulai dari
penyusunan Kerangka Acuan Kerja
(KAK) dan penyusunan Harga Perkiraan
Sendiri (HPS) disertai dengan spesifikasi teknis barang yang bisa dipertanggungjawabkan melalui survei harga
pasar maupun bimbingan teknis dari
konsultan yang ahli di bidangnya;
(2) proses pengadaan barang yang
transparan dan akuntabel sehingga
diperoleh perusahaan yang memenuhi
kualifikasi yang dipersyaratkan; (3)
memastikan bahwa barang yang
diterima dari perusahaan pemenang
lelang disimpan dalam gudang setelah
melalui pemeriksaan oleh Panitia
Penerima Hasil Pekerjaan/Barang
(PPHP) tidak terdapat permasalahan;
(4) memastikan barang siap dikirim
ke yayasan/madrasah penerima oleh
perusahaan ekspedisi yang ditunjuk;
(5) adanya monitoring dan evaluasi
dari Itjen Kementerian Agama selaku
APIP dengan bantuan Kantor Kemenag

Kabupaten/kota terkait untuk memastikan bahwa barang yang diterima oleh


yayasan/madrasah telah tepat jumlah,
tepat kualitas dan tepat waktu.
Sedangkan bantuan fisik berupa
pembangunan/rehabilitasi gedung
untuk meminimalisir agar tidak
banyak terjadi permasalahan diperlukan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) pembuatan juklak/juknis
yang rinci yang memuat panduan
dalam pelaksanaan pekerjaan sampai
dengan pelaporan; (2) melaksanakan
seleksi dan verifikasi proposal yang
masuk agar bantuan yang diberikan
tepat prosedur dan tepat sasaran; (3)
menerbitkan SK penerima bantuan
berdasarkan hasil verifikasi tersebut;
(4) Penyaluran bantuan/ realisasi anggaran yang dilakukan secara langsung
ataupun bertahap sesuai progress
pekerjaan oleh konsultan pengawas
yang ditunjuk; (5) Membuat laporan
pertanggungjawaban kegiatan dan
laporan pertanggungjawabn keuangan
setelah pelaksanaan pembangunan/
rehab gedung selesai dilaksanakan; (6)
Adanya monitoring/evaluasi terhadap
pelaksanaan pekerjaan oleh Itjen Kementerian Agama selaku APIP dengan
bantuan Kantor Kemenag Kabupaten/
kota terkait untuk memastikan bahwa
bantuan yang diterima telah tepat
jumlah, tepat kualitas dan tepat waktu
dan siap difungsikan/tepat guna.
Untuk memastikan bahwa bantuan
yang diterima tidak terjadi permasalahan khususnya berupa pembangunan/

adanya monitoring
dan evaluasi dari Itjen
Kementerian Agama
selaku APIP dengan
bantuan Kantor Ke
menag Kabupaten/kota
terkait untuk memasti
kan bahwa barang yang
diterima oleh yayasan/
madrasah telah tepat
jumlah, tepat kualitas
dan tepat waktu.
rehabilitasi gedung maka diperlukan
pengawasan secara berjenjang, terutama oleh Kantor Kemenag Kabupaten/
Kota terkait. Di samping itu diperlukan
bantuan pengawasan dari masyarakat agar bantuan yang diterima tidak
terjadi penyimpangan dan pihak
penerima bantuan seyogyanya terbuka
terhadap bantuan yang diterima serta
transparan dalam pertanggungjawaban keuangannya.

23

AWAS !
PENUMPANG
GELAP
BANSOS
Oleh: Lili Handajani

Ilutrasi: Basuki Rahmat

Jamak ditemukan pada


masa menjelang pemilu
distribusi dana bansos dan
hibah sering dimanfaatkan
sebagai misi terselubung.
Tujuan tersebut diselipkan
dengan cara pemasangan
dan pencantuman atribut
atau profil caleg partai sampai tersaji dalam bentuk
sambutan dari pihak yang
memiliki kepentingan. Ini
membuat kesan bahwa
dana bansos dan hibah
yang diterima berasal dari
pribadi atau kelompok
berkepentingan.

24

F
Tahun 2014, Tahun Politik
2014 sebagai tahun politik, di mana
Indonesia akan melaksanakan pesta
demokrasi terbesarnya. Tahun ini akan
menjadi tahun pertarungan partai
politik dalam mempromosikan para
jagonya yang akan duduk di kursi
legislatif. Berbagai upaya promosi
dilakukan dengan memanfaatkan berbagai macam saluran promosi seperti
media massa dan media elektronik.
Baliho calon legislatif (caleg) dan
bendera partai mulai berjajar sudut
jalan. Souvenir bergambar caleg dan
logo partai pun mulai disebarkan oleh
para tim sukses. Hal tersebut pastinya membutuhkan biaya yang tidak
sedikit. Kemudian timbul pertanyaan
darimanakah sumber dananya? Partai
politik selalu mengklaim bahwa dana
yang digunakan berasal dari kantong
caleg sendiri atau sumbangan para
kader dan simpatisan.

Pengelolaan dana partai politik sampai saat ini juga belum dapat
dipertanggungjawabkan secara benarbenar terbuka, terutama dari besaran
dan asal-usul dana yang masuk. Hal ini
yang menjadi dasar banyak pihak curiga akan adanya sebagian dana partai
yang berasal dari APBN dan diperoleh
dengan cara-cara yang tidak benar.

Di era demokrasi sekarang ini
partai politik memperbesar peluang
dengan menaruh kadernya menduduki
posisi-posisi jabatan politis baik di
kementerian/lembaga pemerintah
sampai dengan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN). Konsekuensinya
adalah munculnya oknum-oknum
pejabat pengambil kebijakan untuk
mencari celah untuk mendompleng
bansos mulai dari penganggaran
hingga penyalurannya. Di daerah pun
setali tiga uang di mana banyak oknum
pasangan incumbent yang berusaha
bermain dengan bansos demi mempertahankan posisi dan jabatannya.

Banyak pihak yang mengkhawatirkan bahwa pemilu 2014
akan menjadi ajang pendomplengan
bansos bagi partai politik berkepen
tingan. Komisi anti rasuah atau Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) menaruh

Dana bansos dan hibah


memiliki daya tarik luar
biasa bagi partai poli
tik terutama pengelo
laan di tingkat daerah
dimana yang unsur
pengawasannya cende
rung lebih longgar

perhatian besar akan permasalahan


bansos ini terutama pada pengelolaan
keuangan daerah. Sebagai langkah
konkretnya pada awal tahun tepatnya
pada 6 Januari 2014 KPK mengirimkan
surat imbauan kepada seluruh pejabat daerah yang dikirimkan kepada
seluruh gubernur yang ditembuskan kepada Menteri Dalam Negeri,
yang intinya adalah permintaan KPK
kepada seluruh pejabat dan jajarannya
untuk mengelola sungguh-sungguh
dana bansos dan hibah. Bahwasanya
pengelolaan dana hibah dan bansos
harus berpegang pada Permendagri
No 32 Tahun 2011 yang telah dirubah
menjadi Permendagri No 39 Tahun
2012 dimana pemberian dana hibah
dan bansos harus berpegang pada
asas keadilan, kepatutan, rasionalitas
dan manfaat yang luas bagi masyarakat, sehingga jauh dari kepentingan
pribadi dan kelompok serta kepen
tingan politik dari unsur pemerintah
daerah. KPK juga meminta kerjasama
para aparat pengawas internal untuk
berperan aktif dalam mengawasi pe
ngelolaan dan pemberian dana bansos
dan hibah.

Early warning yang dilakukan oleh KPK bukanlah tanpa dasar,
akan tetapi dilandasi adanya kajian
yang dilakukan oleh KPK dengan
hasil bahwa ada keterkaitan antara

KUS UTAMA

dana bansos dan hibah APBD dengan


pelaksanaan pemilukada. Pada kurun
waktu 2011-2013 ditemukan kecen
derungan adanya kenaikan dana hibah
setiap menjelang pelaksanaan pemilukada. Ditambah juga dengan banyak
terungkapnya kasus pidana korupsi
terkait penggunaan dana bansos dan
hibah.

KPK juga mendapati adanya
pergeseran tren dalam penggunaan
dana bansos terhadap pilkada, menjadi
dana hibah yang memiliki korelasi
lebih kuat. Dari data APBD 2010-2013
dan pelaksanaan pilkada 2011-2013,
terjadi peningkatan persentase dana
hibah terhadap total belanja. Kenaikan
juga terjadi pada dana hibah di daerah
pada tahun pelaksanaan pilkada dan
satu tahun menjelang pelaksanaan
pilkada.

Kenaikan dana hibah terhadap total belanja pun cukup fantastis.
Terdapat daerah yang persentase kenaikannya mencapai 117 kali lipat pada
2011-2012, dan 206 kali lipat pada
kurun 2012-2013. Sedangkan dana
bansos, mencapai 5,8 kali lipat pada
2011-2012 dan 4,2 kali lipat pada 20122013. Bila dilihat dari persentase dana
hibah terhadap total belanja, nilainya
juga cukup signifikan. Terdapat sebuah
daerah yang anggaran dana hibahnya
mencapai 37,07 persen dari total APBD.

Seperti diketahui bahwa
sebagian besar kepala daerah adalah
merupakan kader atau diusung partai
maupun koalisi partai politik tertentu.
Tentunya bentuk dukungan tersebut tidaklah gratis, dan mensyaratkan balas
budi. Dana bansos dan hibah memiliki
daya tarik luar biasa bagi partai politik
terutama pengelolaan di tingkat daerah dimana yang unsur pengawasannya cenderung lebih longgar di masa
otonomi.
Waspada Penumpang Gelap Bansos
Setidaknya terdapat 10 Kementerian
yang menterinya menjadi calon legislatif, yaitu Kemenkop dan UKM, Kemenhub, Kemenpora, Kemenkum HAM,
Kementan, Kemenkominfo, Kemenakertrans, Kementerian ESDM, kemen

25

KUS UTAMA

terian PDT dan Kemenhut. Belum lagi


menteri yang ikut menjadi bakal calon
presiden dan bakal calon presiden.

Menurut hasil sorotan
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu),
menjelang pesta demokrasi semakin
besar potensi terjadinya penyalahgunaan dana bansos dan hibah.
Beberapa modus yang digunakan,
diantaranya: Pertama, belanja Bansos
yang berhubungan langsung dengan
masyarakat, seperti pemberdayaan
sosial, penanggulangan kemiskinan,
penanggulangan bencana dan lainlain. Kedua, saat pemberian Bansos
sering muncul atribut Partai. Ketiga,
dana bansos diberikan kepada basis
pendukung partai atau konstituen
menteri yang menjadi caleg. Keempat, acara serah terima Bansos bersamaan dengan kegiatan partai. Kelima,
menteri memiliki wewenang yang
sangat besar yaitu sebagai Pengguna
Anggaran. Menteri dapat menetapkan
pedoman umum pengelolaan dan
pertanggung jawaban bansos.

Menyikapi hal tersebut,
Bawaslu mulai aktif memantau penggunaan dana bantuan sosial (bansos) di
kementerian, terutama
di kementerian yang
menterinya menjadi

caleg. Karena di dalam UU 8 Tahun


2012 melarang kampanye caleg
menggunakan fasilitas pemerintah
seperti menggunakan dana bansos di
kementerian.

Dalam konteks pengawasan
di daerah, terbatasnya daya jangkau
pengawasan sering menjadi kendala,
sehingga mendorong KPK meminta
bantuan institusi pengawasan lainnya
seperti APIP daerah, Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
ataupun Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK), ketika terdapat tren kenaikan
dana hibah dan bansos terutama pada
daerah yang menjelang dan melaksanakan pilkada. Aparat pengawas
eksternal dan internal dibutuhkan
sinerginya dalam rangka membantu
KPK agar pencegahan penyalahgunaan dapat lebih optimal. Sekarang ini
terdapat banyak celah untuk memanfaatkan dana bansos dan hibah di
daerah, karena banyaknya musibah
bencana alam yang terjadi.

Dari segi perundangan, sifat
mengeluarkan dana bansos dan hibah
bersifat khusus, oleh karenanya sanksi hukumnya
apabila berani memperkaya diri dari dana sosial
seperti disebutkan dalam
Pasal 2 Undang-Undang
Pemberantasan Korupsi, bahwa korupsi saat
bencana atau keadaan
darurat bisa dituntut

hukuman mati. Memperkaya diri yang


dimaksud termasuk memperkaya kelompok atau golongan kepala daerah
yang digunakan untuk kepentingan
politik.

Secara kelembagaan, Bawaslu
selaku pihak yang paling berkepentingan dengan penyelenggaraan Pemilu
telah berinisiatif menggandeng KPK
untuk membantu mencegah penyalahgunaan dana bansos dan hibah.
Kerjasama Bawaslu dengan KPK
merupakan implementasi dari nota
kesepahaman dua lembaga untuk
memastikan tidak adanya penggunaan
anggaran dan fasilitas negara untuk
kampanye oleh oknum pejabat yang
maju menjadi caleg dalam kampanye. Diharapkan dengan kerja sama
yang dilakukan oleh Bawaslu dan KPK
dapat menjadi early warning bagi para
pemangku kepentingan dana bansos
dan hibah.

Semua kembali kepada
kita semua selaku masyarakat untuk
terus memupuk kepedulian terhadap
bangsa ini. Jangan sampai kita menjadi
korban pembodohan dari para oknum
yang ingin promosi gratisan. Bagi kita
yang tercerahkan seyogyanya jangan
berhenti mengajak dan mengedukasi
sekitar agar tidak ada lagi pembodohan masyarakat dengan dalih bansos
dan hibah dari pemerintah. Gunung
pasir terdiri dari butiran pasir, kumpulan pribadi-pribadi yang peduli
dan menjadi kumpulan masyarakat
yang peduli akan mampu melakukan
perubahan di Negara ini.

sifat mengeluarkan dana


bansos dan hibah bersifat
khusus, oleh karenanya
sanksi hukumnya apabila
berani memperkaya diri dari
dana sosial seperti disebutkan dalam Pasal 2 UndangUndang Pemberantasan
Korupsi, bahwa korupsi saat
bencana atau keadaan darurat bisa dituntut hukuman
mati.
Ilutrasi: Basuki Rahmat

26

Fakta Menarik,
menyedihkan dan
menjengkelkan
tentang Korupsi
Seperti kata Teten @tmasduki
,tindak pidana korupsi merupakan kejahatan luar biasa terhadap kekerasan dan hak asasi
manusia (HAM). Efek korupsi
meninggalkan dampak meluas
dan jejak yang sistematis. para
koruptor ini sudah menghancur
perekonomian negara. This is a
treason, and a treason is punished by death.
Mengambil kekayaan publik, dg buktibukti cukup, lebih melanggar HAM
drpd memberi baju tahanan tersangka
korupsi..

Hukuman Tidak Setimpal. Indonesia tidak menerapkan hukuman setimpal untuk


para koruptor, tidak berani potong tangan, gantung, atau hukuman mati seperti
yang diterapkan di Tiongkok. Mereka tahu pentingnya hukuman demi kemajuan
negara. Di Indonesia hukuman minimal penjara untuk koruptor hanya satu tahun
saja, dalam UU Tipikor 2001 denda maksimal satu miliar, padahal yang dikorupsi
sampai ratusan miliar. Gimana mau jera? Kalau di luar negeri para koruptor
mendapatkan hukuman seberat-beratnya tapi di Indonesia justru mendapatkan
hukuman seringan-ringannya dan masih dapat discount potongan hukuman
(remisi) yang biasanya didapatkan pada peringatan kemerdekaan dan idul fitri.
Seperti besan SBY yang dapat remisi tiga bulan. Kalau setiap tahun dapat potongan tiga bulan, sedangkan hukumannya hanya dua tahun, berarti koruptor Cuma
di penjara 1,5 tahun. Makanya tidak ada yang menyesal dipenjara. Jangan Lupa,
mereka diberi keistimweaan lain, yakni penjara mewah. Anda bisa meyaksikannya
hanya dengan mengetik kata kunci penjara mewah koruptor di search engine
google maupun youtube.

Bayangkan: nilai kasus korupsi yg


ditangani #KPK 2004-2011 cukup utk
membangun 1,2 juta ruang kelas SD atau
700km jalan raya..
Tahukah Anda: pd 2005 tdk ada tersangka di #KPK berusia 20-40 thn tp pd 2012
ada sembilan tersangka masuk katagori
usia muda ini?
Tahukah Anda: 25 dr 332 terpidana korupsi pd 2004-2012 bergelar doktor, 147
bergelar master, dan 119 sarjana? #KPK

Tahukah Anda: terpidana korupsi bervariasi dr anggota DPR/DPRD, kepala lembaga/kementerian, duta besar, bupati,
walikota, hakim, jaksa? #KPK

Korupsi membuat harga obat lebih


mahal, harga daging lbh tinggi, rumah
sakit dan gedung sekolah tak bisa
dibangun.#Pelanggaran HAM.

Korupsi membuat kursi jabatan diisi


orang yg tidak kompeten mengurus
kepentingan banyak orang.
#Pelanggaran HAM byk orang..

Tahukah Anda: nilai korupsi yg


ditangani #KPK 2004-2011 setara dg
ongkos pembangunan 2 juta rumah
sederhana?

Tahukah Anda: 93 % terpidana korupsi pd 2004-2012 adl laki-laki dan 7%


perempuan? #KPK

Tahukah Anda: agama terpidana korupsi


pd 2004-2012 adl Islam (236 org), Kristen/Katholik (89 org), Hindu (1), Budha
(5)? #KPK

168, 19 Trilyun. Angka tersebut


merupakan uang yang hilang
dari negara ini dari tahun
2001 2012 akibat korupsi
yang terjadi di negara Indonesia. Artinya setiap tahun uang
Indonesia yang hilang 13 triliun,
sedangkan menurut Penelitian
dan Pelatihan Ekonomika dan
Bisnis (P2EB) Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, uang yang
dikembalikan hanya 8,9 persen.
Artinya masih ada sekitar 11
trilyun yang hilang setiap tahun. Padahal hutang indonesia
mencapai 1.900 trilyun.
22 triliun Korupsi Di Sektor
Kehutanan .Di luar kasus korupsi yang mengeruk kerugian
negara hingga 11 trilyun,
ternyata Indonesia juga sangat
dirugikan karena korupsi yang
terjadi di sektor kehutanan.
Bayangkan saja setiap tahun 22
triliun hilang begitu saja dari
negara Indonesia ini. Angka
dari fakta yang nomor dua dan
tiga tentu saja dari hal yang
ketahuan, padahal koruptor
juga banyak yang lolos. Jika
kasus yang lolos 2 triliun saja
(padahal pasti lebih banyak
kan) Artinya total setiap tahun
negara bisa kehilangan uang
sekitar 35 triliun.

Relakah jk koruptor menilap dana utk


pembangunan pusat olahraga, laboratorium kesehatan, pembangkit listrik, jg
pencetakan kitab suci? #KPK
Fakta di atas diambil dari Tweet singkat @
BudiSetyarso, redaktur pelaksana TEMPO.

27

KUS UTAMA

Ilutrasi: Basuki Rahmat

PERENCANAAN
ANGGARAN
BERBASIS
KINERJA
Oleh: Ahmadun

28

Minimalisasi Akrobat (Politik)


Anggaran Belanja
Bantuan Sosial

Menjelang pemilu, isu BBS


sedikit menarik perhatian kita,
karena BBS merupakan salah
satu alat yang dapat dipakai
untuk memikat hati masyarakat.

elanja Bantuan Sosial (BBS)


merupakan salah satu jenis
belanja tidak langsung, artinya,
pengalokasian sumber daya ke dalam
belanja ini tidak didasarkan pada
target kinerja yang ingin dicapai oleh
kementerian/lembaga. Pada prinsipnya, BBS dimaksudkan untuk me
ningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pengalokasian anggaran untuk BBS
didasarkan pada beberapa pertimbangan, misalnya: 1) jumlah kelompok/organisasi kemasyarakatan dan
perorangan yang diperkirakan akan
menjadi penerima bantuan, 2) prioritas
pembangunan setahun ke depan, dan
3) keterkaitan pemberian BBS dengan
program/kegiatan yang dilaksanakan
oleh pemerintah.

Hal ini dikarenakan BBS
dialokasikan tidak berdasarkan target
kinerja tertentu, maka penentuan
besaran (jumlah) dalam anggaran
cenderung subjektif. BBS tidak dipengaruhi oleh permasalahan yang
dihadapi masyarakat secara umum,
namun lebih spesifik dan insidentil.
Hal ini menyebabkan pengalokasian
lebih karena discretionary power yang
dimiliki oleh eksekutif dan legislatif,
yang pada akhirnya mendapatkan
titik temu dalam kesepakatan. Pada
praktiknya, BBS direalisasikan oleh
eksekutif, dalam hal ini kementerian/
lembaga (K/L). Menjelang Pemilu, isu
BBS sedikit menarik perhatian kita,
karena BBS merupakan salah satu alat
yang dapat dipakai untuk memikat hati
masyarakat. Namun, karena BBS tidak
bisa disalurkan melalui kegiatan, maka
yang bisa diberikan adalah bantuan-

bantuan, seperti bantuan pendidikan/


beasiswa, bantuan kepada orga
nisasi masyarakat/kepemudaan, atau
bantuan kepada tokoh masyarakat
(perorangan).

Alokasi dana bantuan sosial
di kementerian/lembaga menjadi
salah satu sektor yang paling banyak ditemukan penyelewengan.
Hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) atas laporan keuangan
pemerintah tahun 2012 menemukan
adanya kelemahan dalam pengendalian belanja bantuan sosial (bansos).
Kelemahan itu sudah dimulai sejak
penganggaran, pelaksanaan, hingga
pertanggungjawaban. Bahkan, dalam
hasil pemeriksaan tahun anggaran
2012, ditemukan Rp 31,66 triliun bansos yang bermasalah (Kompas, 13/6).

Penyimpangan dana bansos
nyata di beberapa kasus korupsi yang
sedang ditangani Komisi Pembe
rantasan Korupsi (KPK). Di pihak lain,
terdapat beberapa hasil investigasi
lembaga masyarakat sipil dalam pe
nyaluran dana bansos yang dilaporkan ke KPK, tetapi tak menunjukkan
perkembangan apa pun. Penanganan
kasus belanja bantuan sosial yang
dilakukan oleh Kejaksaan Agung terhadap pengadaan barang dan jasa Direktorat Jenderal Pendidikan Islam yang

KUS UTAMA

menetapkan dan menahan tersangka


Firdaus Basuni (Mantan Direktur Madrasah) dan Afandi Mukhtar (Sekretaris
Ditjen Pendis) menjadi contoh paling
konkret betapa dana bansos sangat
mudah diselewengkan.

Sejak periode pertama
pemerintahan, dalam Rencana Aksi
Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi (RAN-PK), tak satu pun instrumen pencegahan korupsi di sektor pengelolaan dana bansos yang
digagas. Pada periode kedua juga
terlihat gagap dalam memperbaiki
mekanisme pengelolaan dana bansos.
Tiga tahun berturut-turut (2011- 2013)
telah menghasilkan Inpres Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi (Inpres No
9/2011, Inpres No 17/2011, dan Inpres
No 1/2013), tetapi tak satu pun rencana
atau aksi yang dikhususkan memperbaiki politik alokasi dana bansos. Padahal, dari aspek kewenangan, pemerintah menjadi regulator tunggal dalam
pengelolaan dana bansos. Pemerintah
seolah-olah melanggengkan praktik
penyelewengan dana bansos. Jamak
ditemui bahwa bansos sering digunakan pemimpin kementerian/lembaga/
pemda untuk kepentingan kegiatan
politiknya.

Pemerintah pusat memberikan diskresi yang begitu besar kepada
pemimpin lembaga/kepala daerah
menentukan kepada siapa dana bansos diberikan. Padahal, di sinilah letak
potensi penyalahgunaan kewenangan
oleh pemimpin kementerian lembaga.
Fakta bahwa alokasi bansos yang
setiap tahun mengalami peningkatan
adalah bukti kuat bahwa instrumen ini

Salah satu aksi terkait penyimpangan Bansos. Mahasiswa yang


tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Anti Korupsi (Almatiko) menggelar unjuk rasa didepan kantor Kejaksaan Tinggi, Makassar. Rabu
(30/10/2013). Aksi tersebut menuntut penuntasan kasus korupsi dan
Bantuan Sosial (Bansos) Pemprov Sulsel

FOTO: Tribunnews.com

29

KUS UTAMA

FOTO: getty images

sengaja dibuat dan dicitrakan sebagai


bantuan untuk masyarakat dengan
nama bantuan sosial. Namun, dalam
praktiknya, digunakan penguasa untuk
kepentingan politiknya.
SPIP dalam Proses Perencanaan
Anggaran
Laporan yang diterbitkan oleh
Association of Certified Fraud Examiners
pada tahun 2002 menunjukkan bahwa
pengendalian intern yang kuat merupakan faktor yang paling efektif dalam
upaya mengatasi korupsi dibandingkan dengan kamera pengintai (surveillance camera). Selanjutnya dinyatakan
masalah remunerasi yang belum
memadai merupakan salah satu faktor
pembuka kesempatan untuk melakukan tindak pidana korupsi.

Kesempatan korupsi masih terbuka karena adanya masalah
struktural yang belum teratasi seperti
pengendalian sistem intern yang
belum efektif dan masalah renumerasi
itu sendiri. Keberhasilan pemberantasan korupsi akan terlihat jika seluruh
elemen masyarakat terutama para
pelaksana tugas konsisten dan memiliki integritas tinggi.

Sebab bagaimana pun ba
iknya manajemen melakukan pengendalian dalam penaksiran risiko,
aktivitas pengendalian, informasi
dan komunikasi, serta pemantauan,

30

namun apabila fondasi sumber daya


manusianya sebagai pelaksana tidak
memiliki integritas, nilai etika, moral,
dan akhlak, maka pengendalian intern
tidak akan berfungsi dengan efektif
untuk mencegah terjadinya korupsi.
Dengan kata lain, membangun akhlak
sumber daya manusia merupakan
bagian integral dalam kerangka membangun sistem pengendalian intern.
Maka anggaran pemerintah sebagai
anggaran sektor publik harus menca
kup aspek perencanaan, pengendalian,
dan akuntabilitas publik. Perencanaan
anggaran dengan paradigma baru
harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut: 1. Anggaran berorientasi pada
kepentingan publik. 2. Anggaran disusun
dengan pendekatan kinerja. 3. Terdapat
upaya untuk mensinergikan hubungan
antara Anggaran, sistem dan prosedur
pengelolaan keuangan, lembaga pengelolaan keuangan, dan unit-unit pengelolaan layanan publik dalam rangka
pembuatan kebijakan.
Anggaran harus bertumpu pada tugas
dan fungsi kepentingan publik. 1. Anggaran harus dikelola dengan hasil yang
baik dan biaya rendah (work bettter and
cost less). 2. Anggaran harus mampu
memberikan transparansi dan akun
tabilitas secara rasional untuk keseluruhan siklus anggaran. 3. Anggaran harus
dikelola dengan pendekatan kinerja
(performance oriented), baik untuk
seluruh jenis pengeluaran maupun

pendapatan. 4. Anggaran harus mampu menumbuhkan profesionalisme


kerja di setiap organisasi yang terkait.
5. Anggaran harus dapat memberikan
keleluasaan bagi para pelaksananya
untuk memaksimalkan pengelolaan
dananya dengan memperhatikan prinsip value for money.

Tolok Ukur Kinerja adalah
ukuran keberhasilan yang dicapai unit
kerja, ditetapkan dalam bentuk standar
pelayanan yang ditentukan oleh tiaptiap daerah dan komponen lainnya
yang harus dikembangkan untuk dasar
pengukuran kinerja keuangan dalam
sistem anggaran kinerja. Indikator
Keberhasilan dapat menggunakan
kriteria berikut : relevan, mudah dipahami, konsisten, dapat dibandingkan,
dan andal (reliable).
Metode dan Pendekatan Perencanaan Anggaran
Reformasi manajemen keuangan de
ngan sistem pengelolaan keuangan
dan sistem akuntansi pemerintahan
yang baru memungkinkan pembuat
keputusan memperoleh informasi yang
memadai untuk membuat keputusan
manajerial yang lebih rasional.
Proses legislatif menyusun pokokpokok pikiran mengenai arah dan kebijakan umum anggaran berdasarkan
dua pendekatan, sedangkan peme
rintah dalam menyusun pokok pikiran

KUS UTAMA

FOTO: getty images

FOTO: Merdeka.com

mengenai arah dan kebijakan umum


anggaran berdasarkan lima pendekatan. Pendekatan-pendekatan yang
penting adalah evaluasi kinerja masa
lalu, rencana strategis, dan penjaringan
aspirasi masyarakat.

Pendekatan yang kedua
adalah pendekatan manajemen yang
terintegrasi dan strategis menuju
keberhasilan organisasi. Pendekatan
terintegrasi ini sangat concern terhadap hal-hal berikut : perencanaan,
komunikasi, input, output, dan outcome, pengukuran kinerja dan review,
kepentingan customer dan stakeholder,
Sustainable development (pembangunan yg berkelanjutan), Etika (penghargaan individu, saling menghormati,
prosedur yang tidak memihak dan
transparan)

Sistem pengelolaan keua
ngan yang baru menunjukkan adanya
kewajiban Pemerintah memberikan
pertanggungjawaban yang meliputi
menyajikan, melaporkan, mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan
yang terkait dengan penerimaan dan
penggunaan uang publik kepada
yang berhak. Mekanisme ini memungkinkan pihak terkait memperoleh
informasi sebagai dasar evaluasi dan
mengidentifikasi masalah kritis yang
dihadapi dan memberi alternatifalternatif pemecahan masalah. Juga
dapat menghasilkan dan memberikan
informasi sebagai dasar pembuatan

keputusan yang rasional dan memungkinkan dilaksanakan pembangunan


yang berkesinambungan dalam jangka
panjang.

Tahap kedua dalam penyusunan anggaran adalah perumusan
strategi dan prioritas anggaran.
Mekanisme perumusan strategi dan
prioritas anggaran meliputi hal-hal
berikut. 1) Identifikasi permasalahan
dan isu-isu kritis untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam arah dan
kebijakan umum anggaran, 2) Perumusan berbagai alternatif strategi untuk
menyelesaikan masalah dan isu kritis,
3) Identifikasi hambatan-hambatan
untuk melaksanakan berbagai alternatif strategi, 4) Penentuan prioritas
strategi untuk penyelesaian masalah
dan isu kritis dalam pencapaian arah
dan kebijakan umum anggaran, dan
5) Penentuan tindakan utama atas
dasar sumber-sumber ekonomi yang
tersedia.

Dalam menentukan strategi
dan prioritas anggaran digunakan
kriteria berikut: 1) Kemampuan fungsi
dan program untuk mencapai arah dan
kebijakan umum anggaran, 2) Kemampuan program untuk mencapai tujuan
dan sasaran yang diterapkan, 3) Kemampuan program dalam memenuhi

Mekanisme ini me
mungkinkan pihak
terkait memperoleh
informasi sebagai dasar
evaluasi dan mengi
dentifikasi masalah
kritis yang dihadapi dan
memberi alternatifalternatif pemecahan
masalah.
aspirasi masyarakat, dan 4) Kemampuan program dalam pendanaan.
Reformasi sektor publik yang salah
satunya ditandai dengan munculnya
era New Public Management telah
mendorong upaya di berbagai negara
untuk mengembangkan pendekatan
yang lebih sistematis dalam perencanaan anggaran negara. Seiring dengan
perkembangan tersebut, muncul
beberapa teknik penganggaran sektor
publik, antara lain: Pertama, Teknik
Anggaran Kinerja (Performance Budgeting). Pendekatan kinerja disusun untuk
mengatasi berbagai kelemahan yang
terdapat dalam anggaran tradisional,
khususnya kelemahan karena tidak
adanya tolok ukur yang dapat digu-

31

KUS UTAMA

nakan untuk mengukur kinerja dalam


pencapaian tujuan dan sasaran pela
yanan publik. Pendekatan ini sangat
menekankan pada konsep value for
money dan pengawasan atas kinerja
output. Pendekatan ini juga mengutamakan mekanisme penentuan prioritas
tujuan serta pendekatan yang sistematik dan rasional dalam proses pengambilan keputusan.

Untuk mengimplementasikan hal-hal tersebut, anggaran kinerja
dilengkapi dengan teknik analisis
antara biaya dan manfaat. Sistem
penganggaran kinerja pada dasarnya
merupakan sistem yang mencakup
kegiatan penyusunan program dan
tolok ukur kinerja sebagai instrumen
untuk mencapai tujuan dan sasaran
program. Penerapan sistem anggaran
kinerja dalam penyusunan anggaran
dimulai dengan perumusan program
dan penyusunan struktur organisasi
pemerintah yang sesuai dengan program tersebut. Kegiatan tersebut mencakup pula penentuan unit kerja yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan
program, serta penentuan indikator
kinerja yang digunakan sebagai tolok
ukur dalam mencapai tujuan program
yang telah ditetapkan.
Kedua, Zero Based Budgeting
(ZBB). Konsep Zero Based Budgeting dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang ada pada sistem anggaran
tradisional. Penyusunan anggaran
dengan menggunakan konsep ZBB
dapat menghilangkan kelemahan pada
konsep incrementalism dan line item
karena anggaran diasumsikan mulai
dari nol (zero base). Penyusunan anggaran yang bersifat incremental mendasarkan besarnya realisasi anggaran
tahun ini untuk menetapkan anggaran
tahun depan, yaitu dengan menyesuaikan tingkat inflasi atau jumlah
penduduk. ZBB tidak berpatokan pada
anggaran tahun lalu untuk menyusun
anggaran tahun ini, namun didasarkan
pada kebutuhan saat ini. Dengan ZBB,
seolah-olah proses anggaran dimulai
dari hal-hal yang baru sama sekali. Item
anggaran yang sudah tidak relevan
dan tidak mendukung pencapaian
tujuan organisasi dapat hilang dari

32

struktur anggaran, atau mungkin juga


muncul item baru.
Ketiga, Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS).
PPBS merupakan teknik penganggaran
yang didasarkan pada teori sistem
yang berorientasi pada output dan
tujuan dengan penekanan utamanya
pada alokasi sumber daya berdasarkan
analisis ekonomi. Sistem anggaran
PPBS tidak mendasarkan pada struktur
organisasi tradisional yang terdiri dari
divisi-divisi, namun berdasarkan program, yaitu pengelompokan aktivitas
untuk mencapai tujuan tertentu. PPBS
adalah salah satu model penganggaran yang ditujukan untuk membantu manajemen pemerintah dalam
membuat keputusan alokasi sumber
daya secara lebih baik. Hal tersebut
disebabkan sumber daya yang dimiliki
pemerintah sangat terbatas jumlahnya,
sedangkan tuntutan masyarakat tidak
terbatas jumlahnya. Dalam keadaan
tersebut pemerintah dihadapkan
pada pilihan alternatif keputusan yang
memberikan manfaat paling besar
dalam pencapaian tujuan bernegara
secara keseluruhan. PPBS memberikan kerangka untuk membuat pilihan
tersebut. Pendekatan baru dalam
sistem anggaran negara tersebut
menurut Mardiasmo, dalam bukunya
Akuntansi Sektor Publik cenderung
memiliki karakteristik sebagai berikut:
komprehensif/ komparatif, terintegrasi dan lintas departemen, proses
pengambilan keputusan yang rasional,
berjangka panjang, spesifikasi tujuan
dan urutan prioritas, analisis total cost
and benefit (termasuk opportunity
cost), berorientasi pada input, output,
dan outcome, bukan sekedar input,
adanya pengawasan kinerja. Anggaran
berbasis kinerja merupakan anggaran
yang penyusunannya menggunakan
pendekatan bottom-up budgeting.
Anggaran merupakan komitmen
antara pimpinan dengan pelaksana.
Dengan demikian, anggaran berbasis
kinerja ini dapat memacu pelaksana
untuk beraktivitas secara optimal dan
atau berperilaku sebagaimana yang
diharapkan. Anggaran tersebut dapat
meminimalkan pihak-pihak yang

Anggaran berbasis
kinerja merupakan ang
garan yang penyusu
nannya menggunakan
pendekatan bottom-up
budgeting. Anggaran
merupakan komitmen
antara pimpinan de
ngan pelaksana. De
ngan demikian, angga
ran berbasis kinerja ini
dapat memacu pelak
sana untuk beraktivitas
secara optimal dan atau
berperilaku sebagaima
na yang diharapkan.
berkepentingan dalam memainkan akrobat anggaran BBS (Belanja Bantuan
Sosial) dengan membuat kriteria dan
syarat yang rigid (kaku).

Proses perencanaan anggaran
dalam sistem anggaran berbasis kinerja dilakukan dengan dua pendekatan,
yaitu penjaringan aspirasi masyarakat
dan perencanaan strategis. Sistem anggaran baru memberikan desentralisasi
urusan anggaran dan menggunakan
pendekatan manajemen yang terpadu.
Hal penting lainnya bahwa sistem ini
memungkinkan pemerintah merumuskan visi, misi, tujuan, dan sasaran,
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan. Sistem anggaran berbasis kinerja
menuntut pemerintah kreatif untuk
menggali dan memanfaatkan potensi
secara optimal untuk kemajuan.
Perencanaan strategis juga memungkinkan pemerintah menegakkan
akuntabilitas (pengukuran kinerja),
pelaksanaan rencana, pemantauan
pelaksanaan, dan penyediaan umpan
balik untuk masyarakat sehingga ada
perubahan yang positif di berbagai
bidang secara terus-menerus. Sistem
anggaran ini diharapkan dapat mendorong tercapainya misi pengelolaan
keuangan dalam hal efisiensi dan
efektivitas pengelolaan sumber daya
serta meningkatkan pelayanan umum
dan kesejahteraan masyarakat.

KUS UTAMA

FOTO: mobile-cuiseine.com

elaporan keuangan peme


rintah seharusnya menyajikan informasi-informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam
menilai akuntabilitas dan membuat
keputusan baik keputusan ekonomi,
sosial, maupun politik. Pencatatan
belanja bantuan sosial diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. Buletin Teknis (Bultek)
Standar Akuntansi Pemerintahan
Nomor 10, merupakan panduan untuk
menyelaraskan persepsi dan menghapus berbagai permasalahan pengelolaan dan pertanggungjawaban dana
belanja bantuan sosial.

Bentuk belanja bantuan
Sosial yang disalurkan terdiri atas:
(1) uang. (2) barang; dan/atau. (3)
jasa. Belanja Bantuan Sosial yang
disalurkan dalam bentuk uang yang
digunakan oleh penerima bantuan
sosial untuk pengadaan barang dan/
atau jasa, dikerjakan/dihasilkan sendiri
oleh penerima bantuan sosial secara
swakelola. Belanja bantuan sosial
tidak dapat diberikan kepada pegawai

SISTEM
AKUNTANSI
BELANJA
BANSOS
Oleh: Yanis Naini

negeri terkait dengan pelaksanaan


tugas dan fungsinya sebagai pegawai
negeri. Contohnya adalah beasiswa
yang diberikan oleh suatu kementerian
kepada pegawainya untuk mengikuti
pendidikan di sebuah universitas atau
beasiswa yang diberikan kepada pegawai instansi pemerintah lainnya untuk
mengikuti pendidikan atau pelatihan.
Belanja bantuan sosial hanya dapat
diberikan kepada pegawai negeri
dalam kedudukannya sebagai anggota
masyarakat yang terkena risiko sosial.
Contohnya adalah pemberian bantuan
kebutuhan dasar kepada korban bencana, termasuk didalamnya pegawai

negeri yang menjadi korban bencana.



Belanja Bantuan Sosial yang
disalurkan dalam bentuk barang
dan/atau jasa, dilaksanakan melalui
penyaluran barang dan/atau jasa
kepada penerima bantuan sosial yang
pengadaan barang dan/atau jasanya
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan
barang/jasa pemerintah. Belanja
bantuan sosial dalam bentuk barang
yang pada saat pembelian tidak ditujukan untuk diserahkan kepada pihak
penerima bantuan sosial tetapi sebagai
aset instansi tidak dapat diklasifikasikan sebagai belanja bantuan sosial.

33

KUS UTAMA

Demikian juga belanja barang untuk kepentingan kegiatan instansi pemerintah tidak dapat diklasifikasikan sebagai belanja
bantuan sosial.
Pengakuan dan Pencatatan Belanja Bantuan Sosial

Pengakuan Belanja Bantuan Sosial, sesuai dengan
Paragraf 31 Buletin Teknis Nomor 02 tentang Laporan Realisasi
Anggaran, Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari

Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Dengan demikian,


bantuan sosial sebagai kelompok belanja diakui pada saat
terjadinya pengeluaran belanja bantuan sosial tersebut
dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Disamping itu,
belanja bantuan sosial diakui apabila memenuhi pengertian dan kriteria yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pengakuan tersebut, jurnal yang dilakukan
untuk mencatat belanja bantuan sosial adalah sebagai
berikut :

Sosial dalam bentuk uang


1 Belanja
Pemerintah Pusat
Satuan Kerja (K/L)

Bendahara Umum Negara (BUN)

Kas Umum Negara


Sosial dalam bentuk Barang
2 Belanja
Pemerintah Pusat
Satuan Kerja (K/L)

Bendahara Umum Negara (BUN)

Kas Umum Negara


Apabila barang tersebut belum diserahkan kepada penerima, maka harus dibuat jurnal untuk mencatat persediaan
atas barang tersebut sebagai berikut:

Persedian
Cadagan Persediaan

34

KUS UTAMA

Sosial dalam bentuk Jasa


3 Belanja
Pemerintah Pusat
Satuan Kerja (K/L)

Bendahara Umum Negara (BUN)

Kas Umum Negara

Pengukuran, Penyajian dan


Pengungkapan Belanja Bantuan
Sosial

Belanja bantuan sosial disajikan pada LRA sebesar nilai belanja
bantuan sosial yang direalisasikan.
Persediaan yang berasal dari belanja
bantuan sosial dalam bentuk barang
dinilai sesuai dengan Paragraf 18 (a)
PSAP 05 tentang Akuntansi Persediaan,
yaitu persediaan disajikan sebesar:
(1) Biaya perolehan apabila diperoleh
dengan pembelian. (2) Biaya standar
apabila diproduksi sendiri. (3) Nilai
wajar apabila diperoleh dengan cara
lainnya.

Penyajian dan pengungkapan
Belanja Bantuan Sosial pada laporan
keuangan dapat dikelompokkan
sebagai berikut: Pertama, disajikan
sebagai pengeluaran belanja bantuan
sosial pada Laporan Realisasi Anggaran
(LRA). Belanja bantuan sosial merupakan bagian dari belanja operasi.
Bantuan sosial dalam bentuk uang dan
barang disajikan pada LRA sebesar nilai
bantuan sosial yang direalisasikan dengan memperhitungkan seluruh belanja
yang terkait dengan aktivitas pemberian belanja bantuan sosial tersebut.
Kedua, disajikan sebagai persediaan
di neraca atas aset yang berasal dari
bantuan sosial yang belum diserahkan
kepada pihak yang sudah ditetapkan.

Bantuan sosial berbentuk

barang yang belum diserahkan kepada


pihak penerima harus disajikan sebagai
persediaan di neraca. Utang belanja
bantuan sosial disajikan dalam kelompok kewajiban atas jumlah belanja
bantuan sosial yang belum dibayarkan/
diserahkan padahal seharusnya sudah
dibayarkan diserahkan. Piutang belanja
bantuan sosial disajikan atas kelebihan
pemberian bantuan sosial yang akan
dikembalikan oleh penerima bantuan
sosial. Ketiga, disajikan sebagai utang
di neraca atas komitmen belanja bantuan sosial yang seharusnya dilakukan
tetapi sampai tanggal pelaporan
belum dilaksanakan. Disajikan se
bagai piutang di Neraca atas kelebihan
pembayaran belanja bantuan sosial

Jendela
Kemenag Siapkan 143M
Bansos Pesantren dan
Diniyah
Lebih dari 143 miliar anggaran telah
disiapkan oleh Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren
Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama untuk program bantuan
sosial pondok pesantren, pendidikan
diniyah, dan pendidikan Al-Quran.
Rincian program tersebut bahkan

yang telah terlanjur disalurkan kepada


penerima keempat, Diungkapkan pada
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Informasi tambahan tentang
belanja dan aset bantuan sosial yang
tidak disajikan pada lembar muka laporan keuangan yang perlu diungkapkan
dalam CaLK sekurang-kurangnya:
(1) Rincian bantuan sosial menurut
penerima atau kelompok penerima
bantuan sosial. (2) Rincian bantuan sosial menurut jenis kegiatan utama. (3)
Persediaan untuk bantuan sosial yang
akan diberikan. (4) Rincian pengelua
ran dalam rangka bantuan sosial dalam
bentuk uang, barang dan/atau jasa. (5)
Penjelasan-penjelasan tambahan lain
yang diperlukan untuk full disclosure.

sudah diupload di website Kemen


terian Agama
(http://kemenag.go.id/file/file/
InfoPenting/tqjh1395193835.pdf)
sehingga masyarakat mudah untuk
mengakses dan mengetahuinya.
Program bansos Dit PD Pontren untuk tahun anggaran 2014 ini terdiri
dari 42 item. Program bantuan itu
mencakup penguatan kelembagaan
pesantren dan pendidikan diniyah,
peningkatan kapasitas tenaga pengajar, beasiswa santri, dan lainnya.
(kemenag.go.id)

35

KUS UTAMA

Belanja Bantuan Sosial selain memenuhi indikator kinerja utama yakni tepat sasaran, tepat guna, tepat waktu, tepat jumlah,
tepat bentuk bantuan, tepat penerima (sesuai kriteria) juga diharapkan tepat pengakuan, pencatatan, penyajian dan pengungkapan dalam Laporan Keuangan Pemerintah sehingga tercipta transparansi dalam penggunaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara/Dareah (APBN/D).

Jendela

Menag: Bantuan Madrasah


Tak Boleh Berbentuk Uang
Menteri Agama Suryadharma Ali
mengatakan bantuan untuk madrasah
yang rusak akibat bencana alam atau
pun bangunan sarana pendidikan lainnya tidak boleh berbentuk uang tunai
guna menghindari fitnah. Jangan
sampai pula nanti dikesankan untuk
kebutuhan lain jika diterima dalam
bentuk uang, katanya ketika memberi
sambutan pada penyerahan bantuan
pembangunan kembali MTs Al Husen,
Desa Tanjung Teja, Serang dan MA
Cisampih, Desa Cisampih, Serang,
Rabu (19/03). Hadir pada kesempatan
itu, Direktur Pendidikan Diniyah dan
Pondok Pesantren Ace Saefuddin, Direktur Pendidikan Madrasah Nurcholis
Setyawan, dan perwakilan Bank Penerima Setoran (BPS) Biaya Penyelenggaan Ibadah Haji (BPIH). Bantuan bagi
madrasah itu sendiri berasal dari 17
BPS BPIH dengan nilai total Rp2 miliar.
Menag menjelaskan bantuan sebesar

36

itu diberikan untuk 100 madrasah yang


rusak akibat letusan Gunung Kelud,
korban banjir di Jakarta dan madrasah yang roboh di daerah Banten.
Ini bantuan tidak berupa uang, tapi
berupa perbaikan langsung. Syukur,
bangunan yang rusak lainnya juga
diperbaiki, harap Menag. Mengapa
bantuan itu tidak dalam bentuk uang
tunai, Menag mengatakan hal itu
untuk menghindari fitnah. Bisa juga
diselewengkan untuk biaya nikah, kata
Menag yang disambut tawa hadirin.

Sebelumnya, pimpinan
yayasan Al Husen, Ahmad Haedir,
menyatakan bangunan lembaga pendidikan yang dipimpinnya roboh pada
7 Maret lalu, bersamaan waktu Salat
Jumat, namun tidak ada santri yang
menjadi korban karena sudah dipulangkan lebih awal. Haedir menyampaikan apresiasi atas dukungan Menag
yang demikian cepat dalam menya

lurkan bantuan sehingga madrasah


segera dapat berdiri kembali. Dalam
kesempatan itu, Menag juga menjelaskan bantuan untuk sarana pendidikan yang rusak akibat bencana alam
dan lainnya diambil dari konsorsium
BPS BPIH. Bukan dari APBN, karena
jumlahnya sangat terbatas. Ini karena
kepedulian kalangan perbankan,
termasuk juga bantuan dana pendidikan lainnya sudah disalurkan beberapa
waktu lalu, katanya.

Dana haji yang tersimpan di
sukuk kini sudah mencapai Rp30 triliun
dan yang tersimpan di sejumlah BPS
BPIH mencapai Rp40 trilun. Ke depan,
bukan hanya bantuan untuk pendidikan dan beasiswa, tetapi perbaikan
pelayanan jamaah haji pun ditingkatkan, di antaranya memberi bantuan
mukenah secara cuma-cuma.

Kalau dulu kan pemberian
batik secara gratis, katanya.

PENGAWASAN

Ilutrasi: Basuki Rahmat

ecara umum, pengendalian


intern merupakan bagian dari
masing-masing sistem yang
dipergunakan sebagai prosedur dan
pedoman pelaksanaan operasional
departemen, lembaga pemerintahan,
perusahaan atau organisasi tertentu.
Sedangkan sistem pengendalian intern
merupakan kumpulan dari pengendalian intern yang terintegrasi, berhubungan dan saling mendukung satu
dengan yang lainnya.
Di lingkungan pemerintahan, pengendalian intern didefinisikan sebagai
suatu proses yang diberlakukan oleh

pimpinan (pimpinan lembaga) dan


manajemen secara keseluruhan, dirancang untuk memberi suatu keyakinan
akan tercapainya tujuan pemerintah/
organisasi yang secara umum dibagi
kedalam tiga kategori, yaitu :
1. Efektifitas dan efisiensi operasional
lembaga pemerintah
2. Pelaporan k euangan yang handal.
3. Kepatuhan terhadap prosedur dan
peraturan yang diberlakukan
Suatu pengendalian intern bisa dikatakan efektif apabila ketiga kategori
tujuan perusahaan tersebut dapat
dicapai, yaitu dengan kondisi :

Oleh: Agus Susanto

Sistem
KENDALI
InternAL

SARANA MENCAPAI
TUJUAN ORGANISASI
37

FOTO: Fotolia.com

Pimpinan lembaga atau organisasi


dan manajemen mendapat pemahanan akan arah pencapain tujuan
lembaga, dengan meliputi pencapaian tujuan atau target lembaga,
termasuk juga kinerja, pelayanan
masyarakat, peningkatan sumber
daya manusia, dan keamanan
sumber daya (aset) lembaga.
Laporan kuangan yang dilaporkan
adalah handal dan dapat dipercaya, yang meliputi laporan ekstern
maupun intern.
Prosedur dan peraturan yang telah
ditetapkan oleh lembaga/organisasi sudah ditaati dan dipatuhi
dengan semestinya.

Struktur Pengendalian Intern


Sruktur pengendalian intern terdiri dari
5 (lima) komponen, yaitu :
1. Lingkungan Pengendalian.
Merupakan dasar dari komponen
pengendalian yang lain yang
secara umum dapat memberikan
acuan disiplin. Meliputi : integritas,
nilai etika, kompetensi personil
perusahaan, Falsafah Manajemen

38

dan gaya operasional, cara mana


jemen di dalam mendelegasikan
tugas dan tanggung jawab,
mengatur dan mengembangkan
personil, serta, arahan yang diberikan oleh pimpinan lembaga
2. Penilaian risiko. Identifikasi dan
analisa atas risiko yang relevan
terhadap pencapaian tujuan yaitu
mengenai penentuan bagaimana
risiko dinilai untuk kemudian
dikelola. Komponen ini hendaknya mengidentifikasi risiko
baik internal maupun eksternal
untuk kemudian dinilai. Sebelum
melakukan penilain risiko, tujuan
atau target hendaknya ditentukan
terlebih dahulu dan dikaitkan
sesuai dengan level-levelnya.
3. Aktivitas Pengendalian. Kebijakan dan prosedur yang dapat
membantu mengarahkan manajemen hendaknya dilaksanakan.
Aktivitas pengendalian hendaknya
dilaksanakan dengan menembus
semua level dan semua fungsi
yang ada di lembaga/organisasi
tersebut. Meliputi : aktifitas-akti-

fitas persetujuan, kewenangan,


verifikasi, rekonsiliasi, inspeksi atas
kinerja operasional, keamanan
sumberdaya (aset), pemisahan
tugas dan tanggung jawab.
4. Informasi dan Komunikasi.
Menampung kebutuhan lembaga/
organisasi di dalam mengidentifikasi, mengambil, dan mengkomukasikan informasi-informasi
kepada pihak yang tepat agar
mereka mampu melaksanakan
tanggung jawab mereka. Di dalam
lembaga(organisasi), Sistem
informasi merupakan kunci dari
komponen pengendalian ini. Informasi internal maupun kejadian
eksternal, aktifitas, dan kondisi
maupun prasyarat hendaknya
dikomunikasikan agar manajemen
memperoleh informasi mengenai
keputusan-keputusan/kebijakan
yang harus diambil, dan untuk
tujuan pelaporan eksternal.
5. Pengawasan. Pengendalian intern
seharusnya diawasi oleh manajemen dan personil di dalam lembaga/organisasi. Ini merupakan

PENGAWASAN
kerangka kerja yang diasosiasikan
dengan fungsi internal audit di
dalam lembaga(organisasi), juga
dipandang sebagai pengawasan
seperti aktifitas umum manajemen dan aktivitas supervise.
Adalah penting bahwa defisiensi
pengendalian intern hendaknya
dilaporkan ke atas. Dan pemborosan yang serius seharusnya
dilaporkan kepada manajemen
puncak dan pimpinan.
Kelima komponen ini terkait satu
dengan yang lainnya, sehingga dapat
memberikan kinerja sistem yang
terintegrasi yang dapat merespon perubahan kondisi secara dinamis. Sistem
Pengendalian Internal terjalin dengan
aktifitas opersional lembaga.
Istilah-istilah penting dalam Pengendalian Intern
1) Kondisi Terlaporkan (Reportable
Condition) Istilah lainnya adalah
Defisiensi Signifikan, kedua istilah ini
dipergunakan dalam mendefinisikan
suatu kondisi yang defisiensi secara
signifikan di dalam rancangan atau
operasional atas pengendalian intern
yang mempengaruhi kemampuan
lembaga/organisasi dalam melakukan
pencatatan, proses mengkompilasi
dan melaporkan data keuangan yang
konsisten dengan asersi manajemen di
dalam laporan keuangan lembaga atau
organisasi.
2) Kelemahan Material (Material

Weakness) Didefinisikan sebagai kondisi yang terlaporkan dimana rancangan


atau opersional dari salah satu atau
lebih pengendalian intern-nya tidak
mampu mengurangi atau menurunkan
suatu risiko ringan atau salah penyajian
yang disebabkan oleh kesalahan atau
penggelapan yang jumlahnya relatif
material kaitannya dengan laporan
keuangan yang jika di audit akan dapat
ditemukan, akan tetapi tidak terdeteksi dalam periode yang sama oleh
pegawai dalam pelaksanaan pekerjaan
secara normal.
3) Kompensasi Pengendalian
(Compensating Control) Ada beberapa
lembaga/organisasi yang karena skala
usahanya memang termasuk kecil,
mengakibatkan lembaga tersebut
tidak memungkinkan untuk melaksanakan pengendalian intern yang
sederhana sekalipun (misalnya :
pemisahan tugas atau fungsi). S angat
penting bagi manajemen untuk
melakukan kompensasi terhadap
bagian yang pengendaliannnya lemah
atau tidak dapat berjalan untuk suatu
kurun waktu tertentu. Dalam hal
internal manajemen telah melakukan
kompensasi untuk menutupi kelemahan pengendalian tersebut, internal
auditor seharusnya tidak melaporkan
kelemahan tersebut sebagai material
weakness, bahkan reportable condition sekalipun, hendaknya disesuaikan
dengan sekala lembaga/organisasi.

http://news.okezone.com/read/2013/12/03/339/906662/indonesia-duduki-peringkat-ke-114-negara-terkorup

4) Keterbatasan Sistem Pengendalian Intern. Penting untuk dipahami


bahwa : Sistem Pengendalian Intern
yang efektif tidak memberikan jaminan absolut akan tercapainya tujuan
organisasi. Secara sederhananya dapat
dikatakan bahwa sitem pengendalian
yang handal tidak bisa mengubah
manajer yang buruk menjadi bagus.
Akan tetapi Sistem Pengendalian
Intern yang handal dan efektif dapat
memberikan informasi yang tepat bagi
manajer maupun dewan direksi yang
bagus untuk mengambil keputusan
maupun kebijakan yang tepat untuk
pencapaian tujuan perusahaan yang
lebih efektif pula.

Sistem pengendalian intern
yang efektif bukan jaminan kesuksesan bahkan kelangsungan hidup
suatu oraginisasi sekalipun. Sistem
pengendalian intern berfungsi sebagai
pengatur sumberdaya yang telah ada
untuk dapat difungsikan secara maksimal guna memperoleh pengembalian
(gains) yang maksimal. Suatu sistem
handal macam apapun selalu memiliki
celah kelemahan. Sistem pengendalian
intern pun bisa dimanfaatkan oleh
oknum tertentu untuk kepentingan
pribadinya dengan mengeksploitasi
kelemahannya. Maka itu, semua pihak
di dalam lembaga/organisasi bertanggung jawab terhadap efektifitas pelaksanaan sistem pengendalian intern.

Jendela

Indonesia Peringkat Ke-114 Negara Korup


Peringkat korupsi Indonesia di dunia
masih belum menunjukan hasil yang
menggembirakan. Menurut studi
Transparency International, pemuncak
peringkat tidak korup adalah negaranegara Skandinavia. Jerman termasuk
kelompok atas negara tak korup,
sementara Indonesia di peringkat 114
dari 177 negara. Transparency Internasional melansir Corruption Perception
Index (CPI) dalam rentang 0-100. 0
Berarti sangat korup, sedangkan 100
sangat bersih. Di tahun 2012 dan 2012

Indonesia mendapat CPI 32, nilai buruk. Skor CPI Indonesia 2013 Indonesia
tidak beranjak dari skor 2012, yaitu 32,
ungkap Sekretaris Jenderal Transparency International (TI) Indonesia, Dadang
Trisasongko, di Sekretariat TI Indonesia,
Jakarta.

Dadang menambahkan, pada
2012 Indonesia berada di peringkat
118 dari 176 negara, sedangkan di
tahun 2013, peringkat Indonesia turun
menjadi 114 dari 177 negara.

Menurutnya, skor CPI Indo-

nesia selama dua tahun, diukur dari


efektifitas pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia. Upaya
penegakan hukum di bidang korupsi
politik dan korupsi di sektor strategis
justru menguak tabir stagnasi tersebut, pungkasnya.

Di Indonesia hari anti korupsi
diperingati hanya satu hari selama satu
tahun. Sisanya mungkin layak disebut
hari korupsi. Nyaris tak ada satu pun
pengadaan barang jasa, bantuan sosial,
hingga proyek yang lepas dari korupsi.

39

PENGAWASAN

FOTO: accountancyage.com

MENYONGSONG

PENERAPAN

E-audit
DI KEMENAG
Oleh: Fakhrurozy

40

aru-baru ini, Inspektur Jenderal


Kementerian Agama, Moch
Jasin menggelorakan perlunya
penerapan Electronic-Audit (E-audit)
di lingkungan Kementerian Agama.
Menurutnya, audit berbasis sistem
elektronik di Kementerian Agama
dinilai lebih efektif, efisien dan praktis,
mengingat cakupan satuan kerja yang
bakal diaudit di lingkungan Kemen
terian Agama begitu luas.

Ke depan semakin banyak
tuntutan. Maka sedapat mungkin kita
merubah cara kerja yang konvensional
menjadi yang tidak selalu konven-

PENGAWASAN

sional, yang tidak berbasis IT harus


kita mulai pakai IT. Itu untuk menciptakan E-Governance menyangkut
banyak hal, terang M.Jasin. (www.itjen.
kemenag.go.id, Kamis (13/1/2014).
E-audit merupakan inovasi baru yang
dilakukan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan RI dalam rangka efektivitas
kinerja untuk menjalankan fungsi dan
perannya selaku pengawas eksternal
pemerintahan. Sejak diterbitkannya
Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2006 BPK perlu memperbesar dan
mengembangkan kapasitas kelembagaan sekaligus memaksa BPK

menjadi lebih ekonomis, efisien, efektif,


transparan, dan bertanggung jawab
dalam melaksanakan tujuan audit. Hal
ini dapat tercapai manakala BPK dapat
menghasilkan hasil audit sesuai de
ngan kebutuhan stakeholders, sejalan
dengan tujuan reformasi birokrasi.
E-audit diharapkan dapat menjadi
solusi permasalahan utama yang
dihadapi BPK antara lain sumber daya
yang terbatas, kesulitan mendapatkan
data empiris serta sebagian besar data
dan laporan masih dilakukan secara
manual. Kendati regulasi tentang egovernance sudah lama diperkenalkan
di Indonesia namun demikian sistem
tunggal yang dapat meng-cover semua
permasalahan tersebut belum ada.

Jenis audit yang diterapkan
BPK dalam E-audit adalah audit laporan
keuangan dengan alasan: Pertama,
pelaporan keuangan cukup dipahami
oleh entitas pemerintah, baik kementerian/lembaga di pusat maupun Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Kedua,
penyusunan laporan keuangan sudah
diatur dengan mekanisme yang terstruktur dan didukung dengan sistem
informasi akuntansi yang berbasis
teknologi informasi. Ketiga, penerapan
sistem informasi menghasilkan struktur
data yang relatif seragam sehingga
memudahkan proses link and match
data. Keempat, ketersediaan data yang
dibutuhkan akan terjamin karena data
yang dihasilkan dalam rangka pertanggungjawaban anggaran dan penyusunan laporan keuangan merupakan
data yang diatur secara eksplisit dalam
Memorandum of Understanding (MoU)
yang ditandatangani auditi.
Konsep E-audit
Auditing adalah pengumpulan serta
pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan serta me
laporkan tingkat kesesuaian informasi
tersebut dengan kriteria-kriteria yang
telah ditetapkan. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang yang kompeten dan independen. Sementara,
definisi e-audit tidak jauh berbeda.
Hanya saja proses poengumpulan
bukti, serta evaluasi buktinya dilakukan
dengan bantuan komputer. Bukti yang

dikumpulkan untuk dievaluasi juga


tidak lagi berbentuk hard copy melainkan berbentuk file data komputer.
E-audit memiliki beberapa tahapan
dalam konsep awalnya. Pertama, auditi menyiapkan data yang dibutuhkan
melalui portal e-audit. Kedua, Command Center mengakses data tersebut
melalui portal E-audit. Ketiga, software
aplikasi digunakan untuk menganalisa data yang selanjutnya akan
diunggah ke database BPK. Keempat,
selama kegiatan piloting, Tim Pengkaji
dan Perencana melakukan aktivitas
koordinasi, monitoring, dan evaluasi
kepada seluruh pihak yang terlibat. Kelima, tim audit mengakses data yang
terdapat di pusat data dan melakukan
prosedur pengujian sesuai dengan
program pemeriksaan. Keenam, tim
audit mengajukan permintaan data
tambahan (query data) yang diperlukan
kepada Command Center. Ketujuh, tim
audit melakukan prosedur konfirmasi,
klarifikasi, rekonsiliasi dan verifikasi
atas temuan ketidaksesuaian data dan
kelemahan sistem pengolahan data
entitas. Kedelapan, setelah selesai
melakukan proses pekerjaan lapangan,
tim audit menyusun temuan audit
dan laporan hasil audit untuk kemudian menyampaikannya ke Command
Center agar diunggah di Pusat Data.
Kesembilan, auditi dapat mengakses
temuan/laporan audit dan berkomunikasi dengan auditor BPK melalui portal
e-audit.
Peran Kemenag dalam E-audit
E-audit pada dasarnya tidak terlepas
dari metode audit secara konvensional, karena e-audit hanya memberikan kemudahan-kemudahan pada
beberapa tahapan audit. Karena itu,
persiapan yang mesti dilakukan oleh
Kementerian Agama tentu tidak boleh
meninggalkan persiapan-persiapan
seperti yang telah dilaksanakan pada
pemeriksaan Laporan Keuangan secara
konvenisonal. Hanya saja ada beberapa
hal tambahan yang perlu diperhatikan.

Nah, peran Kementerian
Agama dalam konsep awal e-audit
untuk audit laporan keuangan adalah
sebagai auditi, sehingga fokus utama

41

PENGAWASAN
yang harus dipersiapkan terkait tahapan persiapan data dan akses temuan
audit. Pada tahapan persiapan data,
yang perlu diperhatikan oleh Kementerian Agama adalah cakupan audit yang
dibuat dalam sistem. Menurut hemat
saya, setidaknya terdapat enam cakupan audit yang terdapat dalam sistem
yang perlu diterapkan di Kementerian
Agama terkait e-audit, khususnya di
tingkat Eselon I Pusat.

Pertama, pemerintah pusat
mengalokasikan APBN kepada kementerian/lembaga. Kedua, realisasi
belanja kementerian yang dialokasikan
pemerintah pusat. Ketiga, realisasi
pendapatan dari Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) kementerian
yang ditargetkan pemerintah pusat.
Keempat, penyetoran pajak pusat oleh
Kementerian Agama yang dipungut
untuk pembayaran kepada pihak
ketiga atas beban APBN. Kelima,
penggunaan barang milik negara oleh
kementerian/lembaga yang dimiliki
pemerintah pusat. Keenam, laporan pertanggungjawaban keuangan
kementerian/lembaga kapada peme
rintah pusat dalam rangka penyusunan
laporan keuangan pemerintah pusat.
Nah, yang diharuskan dilakukan oleh
Kementerian Agama, menurut hemat
saya, pembenahan terhadap datadata yang menjadi objek pemeriksaan
dalam e-audit, baik dalam validitas
data, kelengkapan data, maupun
penyelesaian permasalahan yang ada.

Lantaran e-audit merupakan sebuah


konsep link and match, Kementerian
Agama yang memiliki banyak satuan
kerja di bawah, harus menghindari
adanya missing link dan miss match
data, baik antara satu unit kerja de
ngan unit kerja terkait maupun dari
segi entitasnya, yaitu akun, pos, dan
lain sebagainya.

Selain terfokus pada cakupan
audit dalam sistem yang merupakan
faktor internal sistem, Kementerian
Agama perlu melakukan upaya-upaya
terkait faktor eksternal sistem. Secara
umum, terdapat beberapa permasalahan dasar terkait penerapan E-Governance di Indonesia (Rokhman : 2008)
yang dapat digunakan oleh Kemen
terian Agama sebagai upaya persiapan,
yaitu masalah sumber daya manusia
dan infrastruktur. Persiapan staf yang
kompeten dalam teknologi informasi
dan memahami kerja sistem dalam eaudit serta pembenahan infrastruktur
sebagai sarana pengaplikasian sistem
e-audit sebagai salah satu bentuk
upaya persiapan.

Fokus berikutnya yang
mesti menjadi perhatian Kementerian
Agama pada tahapan e-audit adalah
akses temuan audit. Pada tahapan
tersebut, Kementerian Agama dapat
mengakses Laporan Hasil Audit dan
berkomunikasi dengan auditor BPK,
mengirimkan jawaban penyelesaian
Tindak Lanjut rekomendasi BPK, serta
memantau status penyelesaian temuan

pemeriksaannya melalui portal e-audit.


Karena proses timbal balik informasi
melalui portal e-audit sehingga yang
perlu mendapat perhatian adalah
proses pengiriman informasi dari pihak
Kementerian Agama ke auditor BPK.
Persiapan penunjukan pihak yang
bertanggungjawab dalam akses dan
pengiriman informasi, ketepatan pemberian tanggapan atas temuan audit,
dan kebenaran jawaban penyelesaian
tindak lanjut harus menjadi perhatian
utama, karena proses tersebut menggunakan sebuah sistem, sehingga
kesalahan pemberian informasi akan
tetap menjadi report yang tersimpan
dalam portal BPK.
Kesimpulan
Peran Kementerian Agama dalam
konsep awal e-audit untuk audit Laporan Keuangan adalah sebagai auditi
sehingga fokus utama yang mesti
dipersiapkan terkait tahapan-tahapan
persiapan data dan akses temuan
audit. Hal-hal yang mesti dilakukan
adalah pembenahan terhadap datadata yang menjadi obyek pemeriksaan
dalam e-audit, baik kevalidan data,
kelengkapan data, maupun penyelesaian permasalahan yang muncul. Selain
itu, fokus Kementerian Agama pada
tahapan e-audit adalah akses temuan
audit. Saatnya, Kementerian Agama
mengaplikasikan penerapan e-audit
saat ini !

Jendela

Kemenag Siapkan 59M untuk Peningkatan PAI SD-SMA


Lebih dari 59 miliar telah dialokasikan
oleh Direktorat Pendidikan Agama
Islam Ditjen Pendis Kemenag RI untuk
program bantuan sosial peningkatan
kualitas pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) di sekolah dari SD
sampai SMA. Dari data resmi yang
diterima Pinmas, Rabu (26/03), diketahui bahwa program bantuan sosial itu
mencakup penguatan kelembagaan,
peningkatan kualitas pembelajaran,
serta peningkatan kapasitas tenaga

42

pengajar dan pengawas PAI.


Untuk penguatan kelembagaan misalnya, telah disediakan anggaran untuk
bantuan sarana dan prasarana seperti:
alat peraga (300juta), sarana ibadah
(5,3M), dan pengembangan PAI unggulan (3,5M). Untuk peningkatan kualitas
pembelajaran, telah disiapkan bantuan
kegiatan ekstrakurikuler siswa PAI
(900juta), MGMP PAI (1,5M), Gebyar PAI
(350juta), dan pesantren kilat (600juta).
Untuk guru PAI, tersedia bantuan pen-

ingkatan kualifikasi S1 sebesar 33,5M


bagi lebih dari 5.000 guru. Tersedia
juga bantuan peningkatan kualifikasi
S2 sebesar 3,1M bagi 100 guru PAI.
Adapun untuk pengawas PAI, telah
disiapkan program peningkatan mutu
tenaga pengawas untuk 400 orang
dengan total bantuan lebih dari 3M.
Sedangkan untuk bantuan peningkatan kualifikasi S2 calon pengawas PAI,
telah dialokasikan 7M untuk 400 orang.
(kemenag.go.id)

PENGAWASAN

Itjen Sebagai
Penjamin Mutu
P

ada beberapa kesempatan Irjen


sering menyampaikan tugas
Itjen yakni berperan sebagai
quality assurance, consulting partner,
early warning system, dan strenghtening
of public services.
Itjen akan fokus pada tiga prioritas, yaitu program pendidikan yang memiliki
anggaran besar, program perencanaan
satuan kerja, dan laporan keuangan,
tegas Irjen (10/2/2014)

Dalam PMK ini disebutkan
juga bahwa alokasi bansos berdasarkan RKA-KL Kementerian negara/lembaga, maka konsekuensinya lembaga
harus menyusun rencana pemberian
bantuan sosial sebelum APBN disahkan, oleh karena itu lembaga pengawasan dapat dilibatkan dalam rencana
pemberian bansos sebagai langkah
preventif agar pelaksanaan bansos
benar-benar sesuai dengan kebutu-

(QUALITY ASSURANCE)
DALAM PEMBERIAN
BANTUAN SOSIAL
Oleh: Mohamad Fitri

han dan itjen dapat dengan maksimal


menjalankan perannya sebagai quality
assurance dalam kegiatan Kementerian
Agama.
Pengertian quality assurance
Dalam wikipedia disebutkan bahwa
pengertian quality assurance adalah
sebuah cara untuk menghindari kesalahan dan menghindari problem ketika
produk atau kegiatan diberikan kepada
pelanggan atau stakeholder.

Quality assurance dilaksanakan sebelum produk dikeluarkan
untuk memastikan semua sudah sesuai
dengan spesifikasi dan tujuannya,
dengan memvalidasi banyak sampel
agar hasilnya baik dan berfungsi sesuai
harapan. Quality assurance harus
memenuhi 2 unsur yakni quality sistem
dan quality control; QA = QS + QC.
QA dalam organisasi pemerintah

dimaksudkan agar kegiatan yang akan


dilaksanakan dipastikan berjalan baik,
sesuai prosedur dan dipastikan tidak
ada penyimpangan dan mendapatkan
hasil yang memuaskan sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.

Langkah dalam QS berupa
pengukuran yang sistematik, comparison with a standard (membandingkan dengan standar), monitoring
of processes (memonitor proses) dan
langkah-langkah dalam menghindari
kesalahan dan QC yang fokus pada hasil yang maksimal (QC which is focused
on process outputs).
Two principles included in QA are: Fit for
purpose, the product should be suitable
for the intended purpose; and Right first
time, mistakes should be eliminated.

Kaoru Ishikawa, ahli di bidang
penjaminan kualitas, mendefinisikan
Penjaminan Kualitas sebagai kegiatan

43

PENGAWASAN
Masyarakat berebut dan
berdesakkan dalam proses
menerima distribusi bansos.
Di belahan lain Indonesia,
khususnya di kota besar,
masyarakat berdesakan
sekedar untuk mendapatkan
gadget terbaru di Mal.

untuk memastikan kualitas dalam


suatu produk sehingga pelanggan
dapat membelinya dengan kepuasan.

Di dalam ISO 9000, penjaminan kualitas dijabarkan sebagai
berikut: Quality Assurance is a set of
activities intended to establish confidence that quality requirements will be
met. QA is one part of quality management. Menurut Wikipedia, dijelaskan
sebagai berikut: Quality assurance, or
QA for short, refers to a program for the
systematic monitoring and evaluation of
the various aspects of a project, service,
or facility to ensure that standards of
quality are being met.

ISO mendefinisikan penjaminan kualitas sebagai semua kegiatan
yang terencana dan sistematis yang
diterapkan dalam sistem kualitas dan
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, untuk memberikan keyakinan
yang cukup bahwa kegiatan organisasi
akan memenuhi persyaratan kualitas
Jika diterapkan dalam pembuatan
sepeda motor sebagai contoh maka
bagian quality assurance yang harus
memastika bahwa sepeda motor yang
dikeluarkan untuk dipasarkan harus dipastikan dapat berfungsi dengan baik
dan tidak ada masalah dan kerusakan
sedikitpun.
Quality assurance dalam pemberian
bantuan sosial.
Itjen sebelum kegiatan dilaksanakan
dan dalam proses pelaksanaan itjen
ikut berperan menentukan. Maka
pentingya audit perencanaan menjadi
mutlak yang perlu segera direalisasikan, sehingga peran Itjen bukan hanya
pemadam kebakaran, hanya melaksanakan post audit tidak pernah audit

44

di awal atau audit perencanaan.


Ada beberapa kriteria dalam pemberian bansos yang sering dilalaikan oleh
para pemegang kebijakan, yakni prinsip bansos yang tidak terus menerus,
maka penerima bansos seharunya
bukan hanya itu-itu saja, bukan selalu
ditempat yang sama yang sebenarnya
tidak masuk prioritas, dan tidak
mendesak membutuhkan bansos.
Untuk menghindari pemberian bansos
yang salah sasaran, merupakan keharusan adanya kriteria penerima bansos
yang dibuat detial dan secara tegas
dilaksanakan dan dibuat dalam bentuk
kebijakan atau SK oleh KPA/PA, sehingga yang masuk dalam seleksi penerima
bansos hanyalah yang benar-benar
memenuhi syarat dan kriteria dan
tersusunlah data penerima bantuan
yang benar-benar membutuhkan dan
diyakini tepat guna.

Itjen seyogyanya dapat berperan sebagai quality assurance dalam
pemberian bansos kepada stakeholder
di daerah. Namun jika karena ke
terbatasan jumlah SDM Itjen, maka
setiap unit organisasi agar memiliki
tim quality assurance. Dalam struktur
organisasi Kementerian Agama ada 10
unit eselon I dan hampir semua ada
anggaran belanja bantuan sosial.

Anggaran bansos jika
dianalogikan dengan ajaran agama
sebagai amanah yang dipercayakan
kepada pemerintah untuk memberikan bantuan dari pemerintah kepada
orang atau pihak yang benar-benar
dibutuhkan, maka oknum atau lembaga yang tidak menjalankan amanah
Tuhan ini dianggap sebagai pendusta
agama karena pihak penerima sebagai
pihak yang membutuhkan atau fakir

miskin yang sangat membutuhkan


bantuan namun diperlakukan zalim
dengan tidak memberikan bantuan
sesuai prioritas dari yang paling membutuhkan. Solusi perbaikan dalam
pemberian bantuan sosial;
Penetapan kriteria penerima
bantuan yang jelas dan pasti, dan
secara tegas dilaksanakan dalam
proses verifikasi.
Karena Bansos merupakan bantuan dari pemerintah kepada masyarakat, maka dari itu pemberian
bansos kepada Pegawai Negeri
Sipil tidak boleh terjadi lagi, pernah dijumpai dalam audit bahwa
penerima bansos adalah Pokjawas
yang notabene seluruh anggota
pengawas adalah PNS.
Penerima bantuan tidak boleh
terus menerus pada lembaga yang
sama, kecuali anggaran diberikan dengan tahapan yang jelas,
sehingga bantuan tidak diberikan
kepada pihak yang sebenarnya
tidak mendesak membutuhkan
bantuan.
Melakukan seleksi dan verifikasi yang ketat dalam penentuan
penerima bantuan sehingga penerima benar-benar sesuai kriteria
dan sangat membutuhkan, maka
bantuan akan sangat bermanfaat.
Penyediaan data penerima bansos
bukan dari pemberi bantuan tapi
bersumber dari lembaga yang
independen
Sering dijumpai dalam pelaksanaan audit, bahwa penerima
bantuan karena berasal dari broker
yang membantu pengurusan
turunnya bantuan, maka pemberi
bantuan harus menghindari mafia
dalam bansos, pihak-pihak yang
mengambil keuntungan dalam
anggaran bansos
Tidak mencampurkan penentuan
bansos dengan politik anggaran,
maka harus menghindari pemberian bansos karena ada faktor
kepentingan, ini akan menyebabkan seleksi dan verifikasi penerima
bantuan menjadi subjektif.

PENGAWASAN

eformasi birokrasi yang bertujuan mewujudkan prinsipprinsip good governance masih


menemui berbagai kendala terkait
kompleksitas permasalahan. Permasalahan birokrasi tersebut belum
sepenuhnya teratasi baik dari sisi
internal dan eksternal birokrasi. Dari
sisi internal birokrasi, berbagai permasalahan masih terus terjadi seperti,
pelanggaran disiplin, penyalahgunaan
wewenang, banyak praktik KKN, rendahnya kinerja sumber daya manusia,
masih lemahnya sistem kelembagaan
dan ketatalaksanaan pemerintahan.
Sedangkan dari sisi eksternal birokrasi,
faktor globalisasi dan revolusi teknologi informasi juga akan mempengaruhi
pencarian alternatif-alternatif kebijakan dalam bidang aparatur negara,
selain juga banyaknya pihak yang
memiliki kekuasaan politis melakukan
intervensi.

Berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 9 Tahun 2005, bahwa
setiap kementerian/lembaga negara
memiliki tugas membantu Presiden
dalam menyelenggarakan sebagian
urusan pemerintah sesuai dengan
bidangnya kementerian/lembaga
Negara sebagai berikut: (1) Melakukan perumusan kebijakan nasional,
kebijakan pelaksanaan dan kebijakan
teknis di masing-masing bidang tugas

Kunci
Meraih
Sukses
WAJAR TANPA

PENGECUALIAN (WTP)
Oleh: Mohamad Ali Irfan

kementerian/lembaga negara; (2)


Melaksanakan urusan pemerintahan
sesuai dengan bidang tugasnya; (3)
Mengelola barang milik negara yang
menjadi tanggung jawabnya; (4) Pe
ngawasan atas pelaksanaan tugas; (5)
Menyampaikan laporan evaluasi, saran
dan pertimbangan di bidang tugas dan
fungsinya kepada Presiden RI.

Penerbitan Instruksi Presiden
Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi mengindikasikan keseriusan pemerintah untuk
menyehatkan jajaran birokrasi agar
mampu melaksanakan tugasnya secara

transparan, partisipatif, dan akuntabel


sebagaimana prinsip-prinsip manajemen modern. Peran dari lembaga pe
ngawasan ekstern pemerintah seperti
pihak BPK RI bertugas untuk mengontrol realisasi penggunaan anggaran
APBN agar tidak terjadi kebocoran
melalui penilaian atas laporan keua
ngan di setiap kementerian/lembaga
negara. Untuk mengetahui sampai
dimana tingkat optimalitas kinerja
masing-masing kementerian/lembaga
negara maka BPK RI membuat opini
hasil pengawasan atas laporan keua
ngan kepada pihak pimpinan eksekutif
dan legislatif, dengan tingkat opini se
perti Adverse, Disclaimer, Wajar Dengan
Pengecualian (WDP), dan Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP). Pemberian opini
dari BPK RI merupakan indikator kemajuan atau kemunduran atas reformasi
di tubuh birokrasi pemerintah.

Meraih penilaian opini dari
pihak BPK RI dengan penilaian WDP
maupun WTP tidaklah mudah. Untuk
mendapatkannya diperlukan adanya
kerjasama dan tekad kuat yang kolektif
dari seluruh jajaran di kementerian/
lembaga negara dari tingkat yang
paling rendah hingga tingkat eselon
tertinggi. Kunci yang harus dijalani,
untuk memperoleh opini WTP dari BPK
RI yaitu :
1. Setiap pejabat yang terkait
dengan posisi jabatan keuangan
seperti Kuasa Pengguna Anggaran

45

PENGAWASAN
(KPA), Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penandatangan/
Penguji SPM (PP-SPM), dan bendahara pengeluaran dan bendahara
penerima, memahami secara baik
tugas pokok dan fungsinya serta
peraturan-peraturan yang terkait
dengan tugasnya. Seringkali dalam
menjalankan tugasnya pihak KPA
tidak mengetahui substansi tugas
pokoknya, seperti dalam tugas
pemeriksaan Buku Kas Umum
(BKU), pihak KPA banyak tidak
paham hal tersebut adalah tugas
pokoknya. Selama ini pemeriksaan
Buku Kas Umum diserahkan kepada
pihak Pejabat Penguji SPM atau
bahkan kepada pihak PPK. Contoh lain adalah penandatangan
dokumen kontrak oleh KPA, yang
seharusnya dilakukan PPK menurut aturan. Maka banyak terjadi
KPA merangkap PPK atau Pejabat
Penguji SPM, bahkan berfungsi
sebagai bendahara dan berlaku
sebagai pejabat pengadaan barang.
Ihwal berikutnya adalah KPA tidak
mengetahui bahwa yang bersangkutan adalah atasan langsung
bendahara, hal tersebut sangat
terkait dengan dokumen-dokumen
bukti administrasi realisasi keua
ngan. Di banyak tempat seringkali
PPK tidak mengetahui perannya
dalam pengadaan barang dan jasa,
sehingga perannya dilaksanakan
oleh pihak lain yag bukan leading
sector atas pekerjaan tersebut.
Ketika terjadi kesalahan prosedur
di dalam proses pengadaan, PPK
yang tidak paham perannya dan
tidak dilibatkan dalam kegiatan
tersebut, harus menanggung risiko
hukum. Kasus berikutnya adalah
peran Bendahara Pengeluaran dan
Penerima hanya formalitas nama
dalam SK pimpinan, karena kegiatan harian atas penginputan data
transaksi tidak pernah dilaksanakan
oleh pihak bendahara, tetapi lebih
banyak dikerjakan oleh staf lainnya, bahkan dilakukan oleh pihak
honorer (hal tersebut tidak diperkenankan). Ketika terjadi kesalahan
input transaksi dan terjadi selisih

46

kurang yang bersifat material, pihak


Bendahara seringkali menyalahkan pihak staf yang mengerjakan
penginputan, padahal dalam aturan
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004,
kesalahan tersebut tanggung jawab
pribadi bendahara. Hal tersebut
banyak sekali ditemukan oleh
auditor internal maupun auditor eksternal seperti pihak BPK RI,
sehingga berakibat atas penilaian
opini audity.
2. Diperlukan adanya perubahan
struktur organisasi antara struktur satker organisasi Pusat sampai kepada struktur satker organisasi tingkat Kabupaten dan
kota. Memiliki struktur organisasi
yang sama, karena di satker tingkat
kabupaten/kota apabila memiliki
tipelogi yang berbeda, maka akan
berbeda strtuktur fungsi pada

intern satker tersebut, hal tersebut


berakibat dalam penginputan
program Sakpa dan Simak BMN,
yang akan di transfer ke satker
tingkat wilayah selaku koordinator
kompilasi laporan keuangan. Ini
akan mengalami kesulitan dalam
menginput Simak BMN nya pada
barang persediaannya, terutama
dalam hal saldo awal, dan pada
laporan Sakpanya. Terkait dengan
adanya multi DIPA, yang berdasarkan DIPA masing-masing unit ese
lon I, karena ketersediaan anggaran
dalam DIPA pada masing-masing
satker tingkat Kab/kota belum
tentu tersedia akan struktur fungsi
intern pada satker tersebut. Hal itu
akan mengakibatkan penyimpa
ngan realisasi anggaran yang tidak
berdasarkan kode fungsi anggaran
pada DIPA. Apabila hal tersebut

PENGAWASAN

terjadi diketahui oleh pihak auditor


BPK RI, maka akan dapat penilaian
opini yang berakibat fatal.
3. Diperlukan manajemen pengelolaan aset negara yang baik, seperti
adanya proses pencatatan Aset
Negara berikut pengelompokan
aset yang jelas, seperti :
a. Pengelompokkan aset tetap
dengan aset lancar,
b. Setiap adanya transaksi barang
persediaan harus segera
diinput/dicatat jangan sampai
adanya penundaan pencatatan,
c. Setiap adanya pengadaan
barang harus melalui pihak
yang menjadi leading sector pe
ngadaan, seperti pada bagian
umum agar memonitor setiap
pengadaan relatif lebih mudah,
d. Setiap penggunaan aset

negara dengan disertai adanya


penerbitan Surat Izin Penggunaan (SIP) agar adanya ke
jelasan pengalihan tanggung
jawab atas penggunaan aset
negara,
e. Diperlukan adanya kejelasan
status aset negara, terutama
aset tetap seperti tanah, diperlukan adanya kejelasan secara
hukum kepemilikan tanah,
apakah berupa sertifikat hak
milik, sertifikat hak guna, atau
sertifikat wakaf, agar ketika
proses penginputan ke Simak
BMN, akan lebih mempermudah mengelompokkan pada
nilai aset, apakah penambahan
nilai aset Negara, atau tidak,
f. Setiap proses pengadaan harus
berdasarkan prosedur yang
berlaku sebagaimana ketentuan dalam Perpres No. 54
Tahun 2010, apakah prosedur
Penunjukan Langsung, Pemilihan Langsung, atau Lelang
Terbuka, tentunya hal tersebut
harus berdasarkan atas besaran
nilai pengadaannya,
g. Terhadap barang yang telah
rusak, pihak penanggungja
wab barang segera melakukan
proses pengusulan penghapusan barang agar tidak menjadi
beban anggaran Negara, dan
tidak tercatat terus menerus
dalam Simak BMN.
4. Menindaklanjuti segera atas
segala temuan kerugian
keuangan negara maupun
temuan pajak, baik yang berasal temuan yang dari hasil
audit Inspektorat Jenderal,
BPKP maupun dari temuan
BPK RI.
5. Mengadakan penataan administrasi keuangan, dengan
membuat :
a. Buku Kas Umum Pengeluaran
maupun Penerimaan secara
tertib, menggunakan model
Staffel sebagaimana dalam
PerDirjen Perbendaharaan
Kementerian Keuangan No. 47
tahun 2009, Buku Kas Umum

ditutup dan diperiksa setiap


sebulan sekali oleh Kuasa
Pengguna Anggaran ditandatangani oleh Bendahara
Pengeluaran/Penerimaan dan
tandatangan Kuasa Pengguna
Anggaran. Buku Kas Umum
dilengkapi dengan adanya
Buku Pembantu, seperti Buku
Pembantu Pajak, Buku Pembantu Bank, Buku Pembantu
UYHD, Buku Pembantu per
MAK.
b. Administrasi keuangan
penunjang, terkait dengan
dokumen-dokumen transaksi
seperti Kuitansi harus ditandatangani oleh ketiga pihak,
yaitu pihak penerima uang,
Bendahara sebagai setuju
lunas, Kuasa Pengguna Anggaran sebagai setuju bayar.
Kuitansi juga harus dilengkapi
dengan materai apabila nilai
uang dalam kwitansi bernilai
Rp250.000,00 sampai de
ngan dibawah Rp1.000.000,00
maka nilai materainya senilai
Rp3.000,00 sedangkan apabila nilai uang pada kwitansi
bernilai Rp1.000.000,00
keatas maka nilai materainya
senilai Rp6.000,00. Kuitansi pe
ngadaan wajib disertai dengan
adanya nota resmi toko (BerKOP Toko).
c. Setiap Pengadaan barang yang
bernilai Rp5.000.000,00 sampai
dengan Rp10.000.000,00 harus
disertai dengan dokumen
Surat Perjanjian Kerja (SPK)
antara panitia dengan pihak
ketiga (rekanan). Dilengkapi
dengan bukti setor pajak PPN
dan PPh.
6. Merealisasikan Mata Anggaran sesuai dengan peruntukannya, seperti :
a. Merealisasikan Akun 57 (Bantuan Sosial), secara aturan Bansos
diperuntukkan kepada pihak
Non PNS atau Non lembaga
Negara/pemerintah akan tetapi
masih banyak merealisasikannya untuk pihak PNS, seperti

47

PENGAWASAN
bantuan beasiswa pendidikan
untuk para dosen atau guru
swasta akan tetapi realisasinya
yang menerima adalah dosen
atau guru PNS, atau bantuan
sosial terhadap lembaga swasta
akan tetapi pengurus lembaga
tersebut adalah pihak PNS,
ataupun bantuan sosial untuk
madrasah atau sekolah swasta
akan tetapi bantuan tersebut
direalisasikan untuk madrasah
atau sekolah negeri, seringkali
masalah ini ditemukan oleh
pihak BPK RI, dan menjadikan
cacat penilaian atas lembaga
tersebut.
b. Merealisasikan akun 52 (belanja
barang) sesuai dengan akunnya, secara aturan akun 52
peruntukannya adalah untuk
pengadaan barang yang bersifat harian atau yang nilai pengadaan item barangnya senilai
Rp300.000,00 ke bawah atau
yang memiliki klasifikasi barang
persediaan. Sedangkan akun
53 (belanja modal) merupakan
kegiatan pengadaan barang
yang memiliki kriteria menjadi
aset Negara atau bernilai diatas
Rp300.000,00, akan tetapi
seringkali ditemukan oleh
pihak BPK RI akun 52 digunakan
untuk pengadaan barang yang
masuk kriteria akun 53, atau
sebaliknya pengadaan akun 53
digunakan untuk pengadaan

Tahukah Anda ?

Miliaran kali dikumandangkan sejak


14 abad lalu. Adzan dikumandangkan
5 kali sehari. Semenjak adzan pertama
kali dikumandangkan 14 abad lalu

yang masuk kriteria Akun 52,


hal tersebut berakibat sulitnya
dalam proses penginputan
Simak BMNnya terutama ketika
proses migrasi, yang akibatnya
barang tersebut tidak dapat
terangkut sehingga barang
tersebut tidak nampak dalam
laporan realisasi anggaran
(LRA), dan berdampak terjadi
selisih antara nilai neraca Sakpa
dan Simak BMNnya.
7. Tidak membuka rekening
bank untuk kepentingan kantor yang tidak berdasarkan
izin kepada pihak Menteri
Keuangan RI.
8. Merealisasikan anggaran
untuk belanja kegiatan dan
belanja Perjalanan Dinas harus berdasarkan atas Standar
Biaya Umum (SBU).
9. Tidak boleh menyimpan
uang dalam brankas melebihi
aturan yang berlaku, maksimal dana yang dapat disimpan dalam brankas sebesar
Rp.50.000.000,00.(PMK No.190
Tahun 2012)
10. Dalam melaksanakan
perjalanan dinas harus
memperhatikan kelengkapan
dokumen sebagai pertanggungjawabannya, yaitu : Surat
Undangan, Surat Tugas, SPPD
yang ditandatangani oleh pejabat tempat yang dituju, bukti
tiket kendaraan pulang pergi,

hingga saat ini, tak dapat dihitung


berapa juta kali adzan telah berkumandang.
Jika setahun 356 hari. Jika 14 abad
adalah 1400 tahun, maka 1400
tahun x 356 hari = 511000 hari.
Dalam satu hari, adzan 5x dikumandangkan. Sehingga sedikitnya
adzan telah dikumandangkan
2.555.000 kali. Jika dalam satu hari
ada 1 juta muslim di dunia yang
mengumandangkan adzan, jadi
adzan telah dikumandangkan sebanyak 2.555.000.000.000 kali.
(eramuslim.com)

48

kalau dengan pesawat ada


tiket, boarding pass, bill hotel.
11. Dalam merealisasikan anggaran untuk sesuatu kegiatan
maka diwajibkan panitia
membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan yang
sesuai aturan yang berlaku,
seperti membuat proposal kegiatan (TOR), laporan kegiatan
panitia, SK panitia, SK narasumber, SK penunjukan peserta, absensi kehadiran panitia, absensi
kehadiran narasumber, absensi
kehadiran peserta, rekapitulasi
penggunaan anggaran, bukti
penerimaan honor dan transport panitia, bukti penerimaan
honor dan transport narasumber, Bukti penerimaan transport
peserta, biodata narasumber,
biodata peserta, materi masingmasing narasumber, lampiranlampiran berupa contoh
sertifikat peserta, undangan
untuk narasumber, Kuitansikuitansi pengadaan, nota-nota
toko, Bukti setor Pajak (SSP/PPN
dan PPh), foto Kegiatan. Selama
realisasi anggaran untuk ke
giatan disertai dengan Laporan
Pertanggunjawabannya dibuat
maka kegiatan tersebut tidak
akan dinilai fiktif oleh pihak
auditor manapun khususnya
pihak BPK RI yang memiliki hak
penilaian opini terhadap satker.
12. Tidak adanya overlapping
penerimaan dana oleh satu
pihak dalam satu kegiatan,
yang menjadi double accounting, bahkan triple accounting,
sehingga berakibat Kerugian
Negara, dan harus disetorkan
ke kas negara.
Hal-hal tersebut di atas merupakan kegiatan yang harus dihindari oleh setiap
Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat
Pembuat Komitmen, Pejabat Penilai/
Penguji SPM dan Bendahara, agar
kunci-kunci sukses untuk mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian
tercapai, dan lebih mudah tercapai
apabila ada komitmen kuat secara
kolektif dari seluruh jajaran.

PENGAWASAN

Dalam menjalankan tugas


audit seorang auditor harus dapat mengungkapkan
fakta kejadian di suatu unit
kerja yang diperiksanya.
Pengungkapan dibutuhkan
karena seringkali suatu
fakta sengaja disembunyikan. Hal tersebut dilakukan dengan berbagai
alasan diantaranya untuk
menghindari suatu temuan
atau hanya sekadar me
ngamankan kebijakan
pimpinan yang takut di
salahkan oleh auditor.

ituasi seperti di atas akan lebih


sering terjadi dalam sebuah
audit investigasi. Sebagaimana
diketahui bahwa audit investigatif
bekerja berdasarkan suatu dugaan
masalah dalam unit kerja tertentu atau
suatu kegiatan yang diselenggara-

SKEPTISISME
DALAM AUDIT INVESTIGASI
Oleh: M. Irsan

kan oleh aparatur pemerintah. Auditi


sudah memahami bahwa kedatangan
auditor investigasi tidak untuk menilai
kinerja mereka sebagaimana yang
terjadi dalam audit reguler, tetapi
membuat kesimpulan bahwa analisis
atau dugaan auditor tentang penyimpangan yang terjadi di tempat tersebut
adalah benar. Pemahaman auditi atas
dugaan auditor seperti itu akan mendorong mereka bersiap menutup segala akses data dan informasi agar para
pemeriksa tidak mudah atau gegabah
membenarkan dugaan mereka.

Tertutupnya akses atau tidak
ditemukannya informasi dan data yang
dicari auditor dapat menggagalkan
sebuah audit investigasi. Salah satu
penyebab kegagalan dalam audit

investigasi adalah kurangnya kepekaan


auditor dalam melihat titik-titik celah
untuk melihat kecurangan yang sedang ia selidiki. Auditor yang berpikir
positif terhadap auditi ditambah belum memiliki jam terbang yang tinggi
akan melewatkan banyak potensi atau
tanda-tanda bahaya (red flag, warning
sign) yang mengkindikasikan adanya
kesalahan (accounting error) atau
kecurangan (fraud). Dalam mengatasi
penyebab tersebut, auditor biasanya
menutupinya dengan bersikap skeptis
terhadap auditi atau siapapun yang
memberikan keterangan dan data
yang tidak mendukung tesis atau
dugaannya.

Skeptis adalah rasa kurang
percaya, ragu-ragu, atau sinis tehadap

49

FOTO: Bengkulu.Kemenag.go.id

Tim auditor Ispektorat Jenderal


(Itjen) Kementerian Agama RI
lakukan pengecekan bukti fisik
atas bantuan sosial yang telah
disalurkan Kementerian Agama
kebeberapa Madrasah, Pondok
Pesantren, tempat Ibadah dan
sekolah tinggi di Provinsi Bengkulu

FOTO: Kalteng.Kemenag.go.id

PENGAWASAN

Setelah 10 hari melakukan audit,


akhirnya tim Inspektorat Jenderal
Kemenag RI menyelesaikan seluruh
audit kinerja di MAN Pulang Pisau.
Hasilnya, madrasah tersebut
memperoleh nilai 72,05.

sesuatu. Sikap skeptis auditor ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti


selalu curiga, tidak percaya, atau
meyakini keterangan auditi yang tidak
mendukung thesis atau dugaannya
sebagai kebohongan. Dengan bersikap
seperti itu auditor akan terus mencari
faktor-faktor pendukung atau orang
yang dapat memberikan keterangan
sesuai sasaran audit. Jika hingga
akhir pekerjaan atau masa audit habis
keterangan yang diperoleh tidak sesuai
dengan yang diharapkan maka auditor
akan berkesimpulan bahwa para pemberi keterangan tidak mau mengakui
kejadian yang sebenarnya dengan
berbagai dugaan alasan.

Sikap auditor di atas akan
mempengaruhi penilaian para auditi
yang apriori dan skeptis juga terhadap
auditor. Para auditor akan dianggap
sebagai orang yang suka mencaricari kesalahan, mengintimidasi, dan
mudah diprovokasi. Sehingga ada
suatu pameo: jika ada yang tidak suka
pada seorang PNS atau pejabat, cukup
gunakan tangan auditor, biar mereka

50

yang mencari-cari kesalahannya nanti.


Sikap apriori dan skeptis tersebut akan
melahirkan beban bagi para auditi jika
mereka kedatangan auditor khususnya
auditor investigasi. Seseorang dapat
saja menyatakan bahwa tidak perlu takut dengan auditor jika memang tidak
salah. Tetapi jika dalam pemeriksaan,
auditor sudah skeptis dan menganggap para auditi sebagai pesakitan yang
harus dihukum maka rasa takut auditi
pasti ikut hadir bersama kehadiran auditor. Dalam benak mereka kedatangan
auditor berarti kedatangan nasib sial.

Sikap skeptis yang saling
berhadapan antara para auditor dan
para auditi akan menciptakan hubungan internal suatu kementerian yang
tidak kondusif. Para auditi yang sudah
skeptis akan berusaha mencari perlin
dungan dengan memantau kesalahan
auditor dalam menjalankan tugas auditnya. Setiap kesalahan standar audit
yang mereka temukan akan menjadi
amunisi untuk menghindari hukuman
yang mereka anggap tidak fair. Di sisi
lain auditor juga akan menilai tindakan

auditi tersebut sebagai usaha mengalihkan persoalan dan melindungi


diri dari kesalahan. Hubungan antara
inspektorat sebagai unit kerja auditor
dengan unit-unit kerja yang masih
dalam satu intansi menjadi tidak bersinergi tapi justru saling m
enyerang.
Program-program audit yang bertujuan untuk menciptakan kinerja
pemerintahan yang efektif dan efisien
bergeser menjadi ajang pembuktian
siapa yang terkuat dalam perseteruan
antara auditor atau auditi.
Pentingnya Sikap Skeptis Auditor
Dalam suatu penelitian diungkapkan
bahwa etika, kompetensi, pengalaman
audit, risiko audit dan skeptisisme profesional berpengaruh positif terhadap
ketepatan pemberian opini audit. Ini
menunjukkan bahwa sikap skeptis
berkorelasi dengan hasil sebuah audit.
Bahkan pada tahun 2009, seorang
auditor di AS., David G. Frieghling
harus divonis bersalah oleh pengadilan
karena gagal memverifikasi laporan
keuangan Bernard Muddof, Kepala
Bursa Saham NASDAQ. Frieghling mengakui bahwa kesalahan terbesarnya
saat itu karena ia terlalu mempercayai kliennya, Bernard Muddof. Ini
menunjukkan sikap skeptis tidak boleh
diabaikan oleh seorang auditor dalam
melaksanakan pemeriksaan. Terlebih
dalam audit investigatif yang jelas-jelas
objeknya adalah terduga. Auditor perlu
menerapkan skeptisisme dalam menghadapi para terduganya.

Secara psikologis skeptisisme
dapat dipengaruhi oleh dominasi
unsur kejiwaan seorang auditor. Dari
empat ciri kepribadian menurut
Myers-Briggs, (Extrovert-Introvert;
Sensing-intutition; Thinking-feeling;
Perceiving-Judging) ada dua pasang
tipe kepribadian yang berperan dalam
menentukan judgement atau keputusan auditor yaitu pertama Sensing
dan Intuition dan kedua Thinking dan
Feeling. Sensing adalah penggunaan
pancaindra, bagian dari kerja otak
manusia yang berhubungan dengan
penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan.
Pancaindra menerima semua fakta

PENGAWASAN
adaptasi dari http://staging.jess3.com/media/projects/213/JESS3_Mindjet_BetweenMinds_RBvLB-final-3.png

sekeliling dengan apa adanya dan


belum diinterpretasikan. Fakta tersebut
tersusun dan diatur oleh otak menjadi
memori yang dapat keluar saat dibutuhkan atau saat ada merespon suatu
masalah. Pasangannya Intuition adalah
kerja otak manusia dalam berusaha
memahami, menginterpretasikan dan
membentuk pola dan hubungan dari
seluruh fakta yang telah diterima pancaindra. Kedua pasangan tipe kepribadian tersebut secara bersama-sama
atau sendiri-sendiri dapat melahirkan
cara pandang dan pemahaman yang
paling ilmiah bagi seseorang. Akan
tetapi manusia banyak yang cen
derung pada salah satunya. Ada yang
lebih suka menggunakan indra, ada
pula yang suka berintuisi.

Pasangan tipe kepribadian kedua adalah Thinking Feeling.
Thinking adalah kegiatan otak dalam
menganalisis informasi secara objektif
tanpa dipengaruhi oleh perasaan. Otak
bekerja berdasarkan fakta-fakta yang
diterima oleh indra lalu dikonstruksi
dan membuat kesimpulan. Sedangkan
feeling merupakan kerja otak yang
melibatkan unsur rasa seperti suka tidak suka, etika, nilai-nilai yang diyakini,

bahkan sekedar dampak kesimpulan


yang dibuat terhadap orang lain.
Pasangan thinking dan feeling menjadi bagian dari kerja otak manusia
dalam membuak kesimpulan. Namun
biasanya masing-masing orang punya
kecenderungan pada satu tipe, apakah
thinking atau feeling. Kesimpulan
dengan menggunakan Thinking adalah
penilaian yang sering disebut dengan
penilaian objektif. Sedangkan feeling
sering disebut penilaian yang subjektif.

Jika dua pasang tipe kepribadian pertama yaitu sensing dan intuition adalah cara pandang dan pemahaman seseorang dalam menangkap
suatu realitas, maka pasangan kepribadian thinking dan feeling adalah
cara seseorang dalam merumuskan
kesimpulan atau keputusan.

Apapun tipe kepribadian
auditor di atas dapat mempengaruhi
sikap skeptis dirinya terhadap objek
audit. Fakta dan data yang memiliki
kejanggalan secara objektif akan membentuk pemahaman dan kesimpulan
yang skeptis meski belum ditemukan
alat bukti cukup untuk membenarkan
dugaannya. Demikian pula pengalaman menghadapi orang-orang yang

bermasalah secara subjektif akan


menggiring seorang auditor skeptis
terhadap auditinya. Tetapi kedua
pasang tipe kepribadian di atas juga
dapat menghambat kemunculan sikap
skeptis. Misalnya tidak ditemukannya
fakta kesalahan seseorang, atau sosok
yang diperiksa diketahui sebagai sosok
yang jujur dan baik maka skeptis bisa
tidak muncul pada seorang pemeriksa.
Menuju Skeptisisme yang
Proporsional dan Profesional
Salah satu dasar penugasan auditor
khususnya auditor investigasi adalah
pengaduan masyarakat. Jika dikaji
mendalam aduan masyarakat yang
diterima inspektorat berasal dari
bermacam-macam orang dan motif.
Mulai dari aduan yang disampaikan
oleh kalangan internal kantor atau
dari luar. Demikian pula motifnya, ada
yang ikhlas ingin memperbaiki kinerja
lembaga, ada pula yang berangkat
dari balas dendam bahkan yang hanya
sekerdar menebar ketakutan. Beragam
pengaduan yang masuk ke Inspektorat
Jenderal harus dilakukan analisis
mendalam untuk menakar tingkat
urgensi dan kedekatan pada kebena-

51

PENGAWASAN
ran sehingga dapat dipilah tindak
lanjutnya sebagaimana yang diatur
dalam Permen. PAN No. PER/05//M.
PAN/4/2009. Analisis yang tepat akan
dapat menyaring mana objek audit
yang patut diperlakukan skeptis atau
tidak. Apabila analisis suatu penga
duan atau suatu informasi sekedarnya
(hanya untuk sarana mendapatkan tugas), maka auditor akan terperangkap
pada sikap skeptis tanpa dasar. Dalam
hal ini yang menjadi korban adalah
objek audit. Pemilahan dan pemilihan
hasil analsis tersebut dapat meminimalisir sikap skeptis yang tidak pada
tempatnya atau lebih proporsional.

Dalam audit yang standar,
seorang auditor yang menjalankan
tugasnya tidak boleh menganggap
bahwa auditi memilki kejujuran yang
tidak perlu dipertanyakan lagi, tetapi ia
juga tidak boleh menganggap bahwa
auditinya pasti tidak jujur. Dengan kata
lain seorang auditor harus memiliki
kepercayaan yang secukupnya saja
terhadap auditi. Namun dalam audit
investigatif rendahnya kepercayaan
terhadap terperiksa akan mempengaruhi tingkat skeptisme profesional
yang tinggi. Skeptisme profesional

yang tinggi akan mendorong auditor


untuk memilih prosedur audit yang
kreatif, tidak biasa tapi lebih efektif
meskipun mungkin untuk menjalankan prosedur tersebut dibutuhkan
waktu lebih lama dan usaha lebih
besar bahkan mungkin mengorbankan
kode etik audit. Sebab itu seorang
auditor investigatif dituntut memiliki
kepercayaan yang rendah terhadap
orang yang terperiksa. Dengan tingkat
kepercayaan rendah auditor tidak akan
mudah begitu saja percaya terhadap
data dan informasi yang diberikan
objek auditnya maupun dari pihak lain.

Tingginya peran psikologis
dari sikap skeptis dalam proses audit
harus ditata dalam pola pikir berikut:
1. Penilaian yang kritis, tidak menerima begitu saja informasi yang
diproleh baik dari yang terperiksa
maupun pihak ketiga.
2. Berpikir dan mempertanyakan
secara terus menerus terhadap
validitas bukti audit yang didapatkan untuk mengetahui fakta yang
sesungguhnya.
3. Berhati-hati terhadap bukti audit
yang kontradiktif dengan dugaan
auditor dengan menganalisisnya
secara mendalam.
4. Mempertanyakan keandalan dokumen dan respon terhadap pertanyaan atau informasi lainnya yang
diperoleh dari manajeman atau
pihak yang berwenang dalam pe
ngelolaan data yang dibutuhkan.
Membendung Dampak Sikap Skeptis terhadap Auditi
Pada dasarnya skeptis merupakan
sikap yang terpola dalam pikiran
seseorang. Namun pada tahap selanjutnya orang yang sudah terbiasa
bersikap skeptis akan mempengaruhi
perilakunya sehari-hari. Tidak terkecuali auditor, apabila dalam keseharian auditor senantiasa memandang
curiga terhadap orang khususnya yang
diperiksa maka sikap skeptis akan
mewarnai performance dirinya mulai
dari ucapan hingga tindakan. Pada
ucapan seorang auditor yang skeptis
akan selalu mempertanyakan kejujuran
seorang terperiksa dan pada tindakan

52

ia akan mencari data-data sevalid dan


seakurat mungkin untuk membenarkan dugaannya.

Diantara perilaku ucapan atau
tindakan skeptis auditi, ucapan skeptis
yang langsung biasanya akan lebih
mendapatkan respon negatif. Ucapan
merupakan bentuk komunikasi verbal.
Dengan terjadinya komunikasi verbal
semua ide dan prasangka yang ada
dipikiran akan mengalir dalam perkataan si pengirim pesan. Selanjutnya
si penerima pesan akan memahami
secara jelas pesan yang dikirimkan.
Perkataan seperti Keterangan Saudara
tidak bisa dipercaya; Saudara berbohong; Saudara akan saya rekomendasikan untuk dihukum karena berbohong
ditambah nada dengan nada yang
keras akan langsung dapat dipahami
auditi bahwa dirinya tidak dipercaya
dan akan mendapatkan hukuman.
Sebab itu pengungkapan skeptisisme
secara verbal lebih sering menimbulkan ketersinggungan. Berbeda jika
skeptisisme hanya tampil dalam tindakan (non verbal) atau perkataan secara
tidak langsung. Misalnya mempertanyakan adanya data yang tidak valid,
adanya data yang bertentangan dengan data yang lain atau terus menerus
mendesak untuk mendapatkan data
yang benar. Permintaan pemeriksa
tersebut hanya akan dipahami sebagai
proses dalam mencari fakta. Apabila
data yang diberikan auditi selalu dapat
dibantah dengan fakta yang dimiliki
auditor, maka dalam posisi mendesak
auditi biasanya akan memberikan
keterangan yang sebenarnya.

Pilihan dalam menampilkan
skeptisisme harus dapat disesuaikan
dengan situasi dan kondisi psikologis
auditi. Kapan sikap skeptisisme cukup
ditampilkan dalam tindakan dan kapan
harus diungkapkan dengan ucapan
secara langsung harus mempertimbangkan kemungkinan hasil yang akan
dicapai. Apapun pilihan perilaku skeptis yang digunakan oleh auditor akan
memberikan hasil dan berdampak
balik (feedback) kepada auditor juga.
Anda akan dinilai dari apa yang
Anda perjuangkan (Mario Teguh).

OPINI

Pengukuran Kinerja
Pengelolaan Keuangan
Negara (Daerah)
Oleh: Rio Antonio


Saat
ini,
tuntutan
pertanggungjawaban penyelenggara
negara semakin besar atas kepercayaan
yang diamanatkan kepada mereka.
Kinerja instansi pemerintah kini lebih
banyak mendapat sorota. Kondisi
ini mendorong pengukuran kinerja
terhadap para penyelenggara negara
yang telah menerima amanat dari
rakyat.

Kinerja
(performance)
adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian
pelaksanaan
suatu
kegiatan/program/kebijakan
dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi
dan visi organisasi yang tertuang
dalam perencanaan strategis suatu
organisasi. Istilah kinerja sering
digunakan untuk menyebut prestasi
atau tingkat keberhasilan individu
maupun kelompok. Kinerja bisa
diketahui hanya jika individu atau
kelompok tersebut mempunyai kriteria
keberhasilan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Kriteria keberhasilan
ini berupa tujuan-tujuan atau targettarget tertentu yang hendak dicapai.

Dalam rangka menjalankan
amanat rakyat, pengelolaan keuangan
negara harus dilakukan secara tertib,
taat pada peraturan perundangundangan, efisien, efektif, transparan,
dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan asas keadilan dan
kepatutan. Untuk mewujudkannya,
diperlukan pendekatan prestasi kerja
dalam penyusunan APBN/APBD, setiap
alokasi biaya yang direncanakan harus
dikaitkan dengan tingkat pelayanan
atau hasil yang diharapkan dapat
dicapai. Pendekatan ini merupakan
bagian yang tidak dapat dilepaskan

dengan konsep manajemen kinerja,


khususnya untuk mengukur tingkat
keberhasilan program atau aktivitas
pada pemerintah yang ditujukan dalam
rangka mencapai hasil yang dapat
memenuhi kebutuhan stakeholders.
A. MANAJEMEN KINERJA

Secara teoritis, manajemen
kinerja juga bisa didefinisikan
sebagai proses sistematik, terencana
dan berkelanjutan yang meliputi
perencanaan kinerja, pelaksanaan
kinerja, penilaian kinerja, kaji ulang
kinerja, dan perbaikan kinerja.

Manajemen kinerja merupakan proses


penentuan indikator kinerja yang tepat
untuk suatu kegiatan serta pengukuran
indikator kinerja dari pelaksanaan
kegiatan sehingga dapat digunakan
untuk menilai tingkat keberhasilan
suatu organisasi pemerintahan.

Kinerja Pemerintah dapat
diukur melalui evaluasi terhadap
pelaksanaan APBN/APBD. Penetapan
indikator
kinerja
pada
saat
penganggaran merupakan tahapan
awal dari manajemen kinerja, dan
merupakan tahapan yang paling
penting, karena indikator kinerja pada

53

OPINI
anggaran merupakan kontrak dan
komitmen tentang hasil yang akan
dicapai pada satu tahun ke depan.
Kesalahan
penentuan
indikator
kinerja pada saat penganggaran
akan menyebabkan kesalahan pada
saat pengukuran dan evaluasi.
Kaitannya dengan hal tersebut, saat ini
dikembangkan Standar Analisa Belanja
(SAB), Tolok Ukur Kinerja, dan Standar
Biaya dalam sistem penganggaran di
Indonesia.
1. Standar Analisa Belanja (SAB)

Standar Analisa Belanja (SAB)
merupakan salah satu komponen yang
harus dikembangkan sebagai dasar
pengukuran kinerja keuangan dalam
penyusunan APBN/APBD dengan
pendekatan kinerja. SAB adalah
standar atau pedoman yang digunakan
untuk menganalisis kewajaran beban
kerja atau biaya setiap program atau
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
suatu
Kementerian/Lembaga/SKPD
dalam satu tahun anggaran.
Penilaian terhadap kewajaran beban
kerja usulan program atau kegiatan
dikaitkan dengan kebijakan anggaran,
komponen dan tingkat pelayanan
yang akan dicapai, jangka waktu
pelaksanaannya,
serta
kapasitas
satuan kerja untuk melaksanakannya,
sehingga penerapan SAB pada
dasarnya akan memberikan manfaat
antara lain: (1) mendorong setiap
instansi untuk lebih selektif dalam
merencanakan program dan atau
kegiatannya,
(2)
menghindari
adanya belanja yang kurang efektif
dalam upaya pencapaian kinerja, (3)
mengurangi tumpang tindih belanja
dalam kegiatan investasi dan non
investasi.
2. Tolok Ukur Kinerja

Tolok ukur kinerja adalah
ukuran keberhasilan yang dicapai pada
setiap program atau kegiatan dalam
satu tahun anggaran tertentu. Tolok
ukur kinerja digunakan sebagai dasar
pengukuran kinerja keuangan dalam
sistem anggaran kinerja, terutama
untuk menilai kewajaran anggaran
biaya suatu program atau kegiatan.
Tolok ukur kinerja mencakup dua
hal, yaitu: unsur keberhasilan yang
dapat diukur (output) dan tingkat
pencapaian setiap unsur keberhasilan

54

(outcome). Setiap program atau


kegiatan minimal mempunyai satu
unsur ukuran keberhasilan dan tingkat
pencapaiannya (target kinerja) yang
digunakan sebagai tolok ukur kinerja.
Program atau kegiatan tertentu dapat
diukur berdasarkan lebih dari satu
unsur ukuran keberhasilan.
3. Standar Biaya

Standar biaya adalah harga
satuan unit biaya yang berlaku pada
masing-masing wilayah atau daerah.
Penetapan standar biaya akan
membantu penyusunan anggaran
belanja suatu program atau kegiatan
bagi Daerah yang bersangkutan.
Pengembangan standar biaya harus
dilakukan secara terus-menerus sesuai
dengan perubahan harga yang berlaku
di masing-masing wilayah atau daerah
tersebut.

Evaluasi kinerja merupakan
suatu hal yang penting dalam
manajemen
kinerja,
karena
evaluasi kinerja merupakan proses
penilaian secara sistematis terhadap
keberhasilan dan/atau kegagalan
suatu kebijakan atau program dalam
pencapaian tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan. Hasil evaluasi kinerja
bermanfaat sebagai sumber informasi
dalam pengambilan keputusan untuk
melanjutkan, melakukan perbaikan,
ataupun
menghentikan
suatu
kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan.

Evaluasi kinerja memiliki
karakteristik khusus, yaitu:
Evaluasi kinerja menekankan
pada penilaian terhadap dampak
suatu
kebijakan,
program,
kegiatan, dan tata cara untuk
melakukan penilaian terhadap
tujuan dan sasaran kebijakan
dan program.
Evaluasi kinerja menekankan
keterkaitan antara pencapaian
tujuan dan sasaran dengan
fakta. Hal ini berarti bahwa
pengukuran
kinerja
suatu
kebijakan, program, dan kegiatan
tidak hanya memperhitungkan
persepsi seseorang, kelompok
masyarakat
atau
seluruh
masyarakat terhadap manfaat
kebijakan,
program,
dan
kegiatan tersebut, tetapi perlu
didukung oleh bukti nyata

bahwa dampak yang timbul


merupakan konsekuensi dari
hasil serangkaian tindakan yang
dilakukan dalam pelaksanaan
kebijakan,
program,
dan
kegiatan.
Evaluasi kinerja berorientasi pada
kinerja saat ini dibandingkan
dengan kinerja masa lalu.
Dengan kata lain, evaluasi kinerja
bersifat retrospektif terhadap
kinerja saat ini atas pelaksanaan
kegiatan (ex post). Hasil evaluasi
kinerja berupa rekomendasi
yang bersifat prospektif untuk
perbaikan kebijakan di masa
depan dan sebelum tindakan di
masa depan dilakukan (ex ante).
Evaluasi kinerja dipandang
sebagai tujuan dan sekaligus
cara untuk mencapai tujuan dan
sasaran pembangunan secara
menyeluruh. Evaluasi kinerja
terhadap suatu kebijakan atau
program seringkali sangat krusial
dan menentukan pelaksanaan
kebijakan atau program lainnya.

Ukuran-ukuran untuk menilai
dan meningkatkan kinerja organisasi
secara cepat dan komprehensif
harus dibatasi jumlahnya. Pemilihan
atas ukuran kinerja organisasi
akan menghasilkan kerangka kerja
pengukuran yang berbeda-beda.
Umumnya, ukuran kinerja dapat
dikelompokkan ke dalam satu dari
enam kategori berikut ini, yaitu:
Efektif, Indikator ini mengukur tingkat
kesesuaian output yang dihasilkan
dalam mencapai sesuatu yang
diinginkan.
Efisien, Indikator ini mengukur tingkat
kesesuaian proses menghasilkan
output dengan biaya serendah
mungkin.
Kualitas, Indikator ini mengukur
tingkat kesesuaian antara produk
atau jasa yang dihasilkan dengan
kebutuhan dan harapan konsumen.
Produktivitas, Indikator ini mengukur
tingkat produktivitas (kemampuan
untuk menghasilkan nilai tambah)
suatu organisasi.
Ketepatan Waktu, Indikator ini untuk
mengukur apakah suatu pekerjaan
dapat diselesaikan sesuai waktu yang
ditentukan.
Keselamatan, Indikator ini mengukur

OPINI
kesehatan
organisasi
secara
keseluruhan
serta
lingkungan
para pegawai ditinjau dari aspek
keselamatan.
B. PENGUKURAN KINERJA

Manajemen
kinerja
membutuhkan alat yang disebut
pengukuran kinerja. Pengukuran
kinerja digunakan sebagai dasar
untuk melakukan penilaian kinerja,
yaitu untuk menilai keberhasilan
organisasi, program, dan kegiatan.
Pengukuran
kinerja
merupakan
suatu proses penilaian kemajuan
pekerjaan
terhadap
pencapaian
tujuan dan sasaran yang telah
ditentukan, termasuk informasi atas
efisiensi penggunaan sumberdaya
dalam menghasilkan barang dan
jasa, untuk mengukur kualitas barang
dan jasa, membandingkan hasil
kegiatan dengan target, dan menilai
efektivitas tindakan dalam mencapai
tujuan. Dengan adanya pengukuran
kinerja memungkinkan bagi unit kerja
pemerintahan untuk memonitor
kinerja dalam menghasilkan keluaran
(output), hasil (outcomes), manfaat
(benefit) dan dampak (impact)
terhadap
masyarakat,
sehingga
bermanfaat
untuk
membantu
pimpinan instansi dalam memonitor
dan memperbaiki kinerja serta fokus
pada tujuan organisasi dalam rangka
memenuhi tuntutan akuntabilitas
publik. Sistem pengukuran kinerja yang
menggunakan kerangka pengukuran
kinerja dengan pendekatan proses
mulai dari input hingga dampaknya
adalah sebagai berikut:
1. Masukan (Input)

Indikator
input
harus
dibedakan dengan inputnya sendiri.
Input adalah segala hal yang
digunakan untuk menghasilkan output
dan outcome. Sedangkan indikator
input adalah alat yang digunakan
untuk mengukur jumlah input yang
digunakan
untuk
menghasilkan
output dan outcome (melaksanakan
kegiatan). Dengan meninjau distribusi
sumberdaya, suatu lembaga dapat
menganalisis
kesesuaian
alokasi
sumberdaya dengan rencana strategis
yang telah ditetapkan. Tolok ukur
input relatif mudah diukur dan telah
dipergunakan secara luas, namun tidak

terlepas dari adanya permasalahan


antara lain :
Tingkat intensitas keterlibatan
SDM
dalam
pelaksanaan
kegiatan tidak digambarkan
dalam pengukuran SDM.
Pengukuran biaya tidak akurat
karena banyak biaya-biaya
yang dibebankan pada suatu
kegiatan tidak memiliki kaitan
dengan pencapaian sasaran
kegiatan tersebut.
Banyak biaya input seperti biaya
pendidikan dan pelatihan, gaji
bulanan karyawan pelaksana,
penyusutan
aktiva
yang
dipergunakan, seringkali tidak
diperhitungkan sebagai biaya
kegiatan.

Tolok ukur input tidak dapat
digunakan untuk menilai kinerja
suatu kegiatan apabila diterapkan
tidak menggunakan pertimbangan
yang tepat. Besarnya input dengan
tingkat keberhasilan atau kinerja suatu
kegiatan memang memiliki hubungan/
korelasi. Namun, tingkat korelasi ini
tidak sepenuhnya tepat, karena Input
yang besar tidak selalu menjamin
tercapainya
suatu
keberhasilan
pemerintah.
2. Proses (Process)

Indikator ini berisi gambaran
mengenai
langkah-langkah
yang
dilaksanakan dalam menghasilkan
barang atau jasa. Indikator mengenai
proses dapat dikelompokkan menjadi:
Frekuensi proses atau aktivitas,
Ketaatan terhadap ketentuan
atau standar yang ditentukan
dalam melaksanakan proses.
3. Keluaran (Output)

Indikator
output
harus
dibedakan dengan outputnya sendiri.
Output adalah segala hal yang
dihasilkan oleh suatu aktivitas atau
kegiatan. Sedangkan indikator output
adalah alat untuk mendeskripsikan
bagaimana organisasi mengelola
input tersebut dalam menghasilkan
output dan outcome. Dengan
membandingkan output, suatu unit
kerja dapat menganalisis sejauh
mana kegiatan terlaksanan sesuai
dengan rencana. Untuk dapat menilai
kemajuan suatu kegiatan, tolok ukur
output harus dikaitkan dengan sasaran-

sasaran kegiatan yang terdefinisi


dengan baik dan terukur. Untuk
dapat menggambarkan mengenai hal
tersebut, indikator kinerja output dapat
dikelompokkan menjadi indikator yang
menggambarkan mengenai kuantitas
output, kualitas output dan efisiensi
dalam menghasilkan output.
4. Hasil (Outcome).

Indikator
outcome
memberikan gambaran mengenai
hasil aktual atau yang diharapkan dari
barang atau jasa yang diproduk oleh
suatu organisasi. Indikator kinerja
outcome mengukur outcome yang
lebih dapat dikendalikan (controllable)
bagi organisasi. Untuk outcome yang
melibatkan banyak pihak ataupun
dipengaruhi secara signifikan oleh
faktor-faktor lain di luar kendali
organisasi sebaiknya diukur sebagai
manfaat (benefit) atau dampak
(impact).
Indikator kinerja outcome dapat
dikelompokkan menjadi indikator
yang menggambarkan mengenai :
Peningkatan kuantitas setelah
output/ kegiatan selesai,
Perbaikan proses setelah
output/ kegiatan selesai,
Peningkatan efisiensi setelah
output/ kegiatan selesai,
Peningkatan kualitas setelah
output/kegiatan selesai,
Perubahan perilaku setelah
output/ kegiatan selesai,
Peningkatan efektivitas setelah
output/ kegiatan selesai,
Peningkatan
pendapatan
setelah output/ kegiatan
selesai.
5. Manfaat (Benefit)

Indikator
kinerja
ini
menggambarkan
manfaat
yang
diperoleh dari indikator hasil.
Manfaat tersebut baru tampak
setelah beberapa waktu kemudian,
khususnya dalam jangka menengah
dan jangka panjang. Indikator manfaat
menunjukkan hal-hal yang diharapkan
untuk dicapai bila keluaran dapat
diselesaikan dan berfungsi dengan
optimal (tepat lokasi dan tepat waktu).
6. Dampak (Impact)

Indikator
dampak
memberikan gambaran mengenai efek

55

OPINI
langsung atau tidak langsung yang
dihasilkan dari tercapainya tujuantujuan program. Dampak merupakan
outcome pada tingkat yang lebih tinggi
hingga batas tertentu. Indikator kinerja
dampak, mengukur outcome yang
lebih makro dan melibatkan pihak lain
diluar organisasi. Karena sifatnya yang
tidak dikendalikan (uncontrollable),
indikator dampak boleh tidak disertai
dengan target.
C. VALUE FOR MONEY

Salah satu konsep yang bisa
digunakan untuk menilai/mengukur
kinerja adalah konsep Value for Money.
Pengukuran kinerja Value for Money
adalah pengukuran kinerja untuk
mengukur nilai ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas suatu kegiatan, program,
dan organisasi.
1. Ekonomi

Ekonomi terkait dengan
pengkonversian input primer berupa
sumber daya keuangan menjadi input
sekunder berupa tenaga kerja, bahan,
infrastruktur, dan barang modal yang
dikonsumsi untuk kegiatan operasi
organisasi. Konsep ekonomi sangat
terkait dengan konsep biaya untuk
memperoleh nilai input. Ekonomi
memiliki pengertian bahwa sumber
daya input hendaknya diperoleh
dengan harga yang lebih rendah
(spending less), yaitu harga yang
mendekati harga pasar. Secara
matematis, ekonomi merupakan
perbandingan antara input dengan
nilai rupiah untuk memperoleh input
tersebut. Atau dapat diformulasikan
sebagai berikut:

Ekonomi = Input : Harga Input


Organisasi harus memastikan bahwa
dalam perolehan sumber daya input,
seperti material, barang, dan bahan
baku tidak terjadi pemborosan. Untuk
memenuhi prinsip ekonomi dapat
dilakukan survei harga pasar untuk
mengetahui perbandingan harga
sehingga organisasi bisa menentukan
harga terendah suatu input dengan
kualitas tertentu.
2. Efisiensi

Efisiensi
terkait
dengan
hubungan antara output berupa
barang
atau
pelayanan
yang
dihasilkan dengan sumber daya yang
digunakan untuk menghasilkan output
tersebut. Secara matematis, efisiensi
merupakan perbandingan antara
output dengan input atau output per
unit input. Suatu organisasi, program,
atau kegiatan dikatakan efisien
apabila mampu menghasilkan output
tertentu dengan input serendahrendahnya, atau dengan input
tertentu mampu menghasilkan output
sebesar-besarnya (spending well).
Untuk mendapatkan tingkat efisiensi,
dapat menggunakan formula sebagai
berikut:
Efisiensi = Output : Input
3. Efektivitas

Efektifitas terkait dengan
hubungan antara hasil yang diharapkan
dengan hasil yang sesungguhnya
dicapai.
Efektivitas
merupakan
hubungan antara output dengan
tujuan. Semakin besar kontribusi

output terhadap pencapaian tujuan,


maka semakin efektif organisasi,
program, atau kegiatan. Jika ekonomi
berfokus pada input dan efisiensi pada
output atau proses, maka efektivitas
berfokus pada outcome. Suatu
organisasi, program, atau kegiatan
dinilai efektif apabila output yang
dihasilkan bisa memenuhi tujun yang
diharapkan, atau dapat dikatakan
spending wisely.
Formulasi yang dapat digunakan
untuk mendapatkan tingkat efektivitas
adalah sebagai berikut:
Efektivitas = Outcome : Output

Karena
output
yang
dihasilkan pemerintah lebih banyak
bersifat output yang tidak berwujud
(intangible) yang tidak mudah untuk
dikuantifikasikan, maka pengukuran
efektivitas
sering
menghadapi
kesulitan. Kesulitan dalam pengukuran
efektivitas tersebut adalah karena
pencapaian hasil (outcome) sering
tidak bisa diketahui dalam jangka
pendek, akan tetapi jangka panjang
setelah program berakhir, sehingga
ukuran efektivitas biasanya dinyatakan
secara kualitatif dalam bentuk
pernyataan saja (judgement).

Value
for
Money
menghendaki organisasi sektor publik
bisa memenuhi prinsip ekonomi,
efisiensi, dan efektivitas tersebut
secara bersama-sama. Dengan kata
lain, value for money menghendaki
pemerintah dapat mencapai tujuan
yang ditetapkan dengan tingkat biaya
yang lebih rendah.

Jendela
Kemenag, Kemenpora, Dan KPU
Sepakati Sukseskan Pemilu 2014
Kementerian Agama (Kemenag),
Kementerian Pemuda dan Olahraga
(Kemenpora), serta Komisi Pemilihan
Umum (KPU) menyepakati untuk menyukseskan penyelenggaraan Pemilu
2014 dengan ditandai penandatanganan nota kesepahaman (MOU) di kantor
KPU Jakarta, Kamis (27/03) petang.

Penandatanganan nota
kesepahaman tersebut disaksikan sejumlah pejabat KPU. Sekjen Kemenag

56

Bahrul Hayat mewakili Menteri Agama


Suryadharma Ali menandatangani
nota kesepahaman tersebut. Sedangkan Menpora Roy Suryo langsung
menandatangani sendiri kesepakatan
yang digagas Ketua KPU, Hasan Kamil
Manik.

Penandatanganan tersebut
dimaksudkan untuk meningkatkan
kerja sama dalam membangun kesadaran berpolitik di kalangan pemuda,

olahraga, dan pramuka. Mereka itu


diharapkan ambil bagian dalam pemilu
demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang demokratis. (kemenag.go.id)

OPINI

Korupsi Dalam
Pandangan
Islam

Oleh: Agus Susanto


Illustrasi : Wifjana.deviantart.com

i negeri kita, banyak orang yang


melakukan perbuatan amat
tercela ini. Hampir kita dapati
dalam semua lapisan masyarakat,
dari masyarakat yang paling bawah,
menengah sampai kalangan atas.
Kami mencoba mengulasnya dengan
mengambil salah satu hadits Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam berikut
ini. Dari Adiy bin Amirah Al Kindi
Radhiyallahu anhu berkata : Aku
pernah mendengar Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam bersabda
Barang siapa di antara kalian yang
kami tugaskan untuk suatu pekerjaan
(urusan), lalu dia menyembunyikan
dari kami sebatang jarum atau lebih
dari itu, maka itu adalah ghulul
(belenggu, harta korupsi) yang akan
dia bawa pada hari kiamat. (Adiy)
berkata : Maka ada seorang lelaki
hitam dari Anshar berdiri menghadap
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam,
seolah-olah aku melihatnya, lalu dia
berkata,Wahai Rasulullah, copotlah
jabatanku yang engkau tugaskan.
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
bertanya,Ada apa gerangan? Dia
menjawab,Aku mendengar engkau
berkata demikian dan demikian
(maksudnya perkataan di atas, Pen.).
Beliau Shallallahu alaihi wa sallam
pun berkata,Aku katakan sekarang,
(bahwa) barangsiapa di antara kalian
yang kami tugaskan untuk suatu
pekerjaan (urusan), maka hendaklah
dia membawa (seluruh hasilnya),
sedikit maupun banyak. Kemudian,
apa yang diberikan kepadanya, maka
dia (boleh) mengambilnya. Sedangkan
apa yang dilarang, maka tidak boleh.

MAKNA HADITS


Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam menyampaikan peringatan
atau ancaman kepada orang yang
ditugaskan untuk menangani suatu
pekerjaan (urusan), lalu ia mengambil
sesuatu dari hasil pekerjaannya
tersebut secara diam-diam tanpa
seizin pimpinan atau orang yang
menugaskannya, di luar hak yang telah
ditetapkan untuknya, meskipun hanya
sebatang jarum. Maka, apa yang
dia ambil dengan cara tidak benar
tersebut akan menjadi belenggu,
yang akan dia pikul pada hari Kiamat.
Yang dia lakukan ini merupakan
khianat (korupsi) terhadap amanah

yang diembannya. Dia akan dimintai


pertanggungjawaban nanti pada hari
kiamat. Ketika kata-kata ancaman
tersebut didengar oleh salah seorang
dari kaum Anshar, yang orang ini
merupakan satu di antara para
petugas yang ditunjuk oleh Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam, serta

merta dia merasa takut. Dia meminta


kepada
Rasulullah
Shallallahu
alaihi wa sallam untuk melepaskan
jabatannya. Maka Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam menjelaskan,
agar setiap orang yang diberi tugas
dengan suatu pekerjaan, hendaknya
membawa hasil dari pekerjaannya

57

OPINI
secara keseluruhan, sedikit maupun
banyak kepada beliau Shallallahu
alaihi wa sallam. Kemudian mengenai
pembagiannya, akan dilakukan sendiri
oleh beliau Shallallahu alaihi wa
sallam. Apa yang diberikan, berarti
boleh mereka ambil. Sedangkan yang
ditahan oleh beliau Shallallahu alaihi
wa sallam, maka mereka tidak boleh
mengambilnya.

SYARAH HADITS

Hadits di atas intinya berisi larangan


berbuat ghulul (korupsi), yaitu
mengambil harta di luar hak yang telah
ditetapkan, tanpa seizin pimpinan
atau orang yang menugaskannya.
Ditegaskan dalam hadits yang
diriwayatkan Buraidah Radhiyallahu
anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam bersabda :
Barang siapa yang kami tugaskan
dengan suatu pekerjaan, lalu kami
tetapkan imbalan (gaji) untuknya,
maka apa yang dia ambil di luar itu
adalah harta ghulul (korupsi).

Asy Syaukani menjelaskan,
dalam hadits ini terdapat dalil
tidak halalnya (haram) bagi pekerja
(petugas) mengambil tambahan di luar
imbalan (upah) yang telah ditetapkan
oleh orang yang menugaskannya, dan
apa yang diambilnya di luar itu adalah
ghulul (korupsi).

Dalam
hadits
tersebut
maupun di atas, Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam menyampaikan
secara global bentuk pekerjaan atau
tugas yang dimaksud.

HUKUM SYARIAT
TENTANG KORUPSI

Sangat jelas, perbuatan korupsi


dilarang oleh syariat, baik dalam
Kitabullah (al Qur`an) maupun haditshadits Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam yang shahih.
Di dalam Kitabullah, di antaranya
adalah firman Allah Subhanahu wa
Taala :
Tidak mungkin seorang nabi
berkhianat (dalam urusan harta
rampasan perang). Barang siapa yang
berkhianat (dalam urusan rampasan
perang itu), maka pada hari kiamat
ia akan datang membawa apa yang
dikhianatkannya itu [Ali Imran:
161].

Dalam ayat tersebut Allah

58

Subhanahu wa Taala mengeluarkan


pernyataan bahwa, semua nabi
Allah terbebas dari sifat khianat, di
antaranya dalam urusan rampasan
perang.

Menurut penjelasan Ibnu
Abbas Radhiyallahu anhuma, ayat
ini diturunkan pada saat (setelah)
Perang Badar, orang-orang kehilangan
sepotong kain tebal hasil rampasan
perang. Lalu sebagian mereka, yakni
kaum munafik mengatakan, bahwa
mungkin Rasulullah Shallallahu alaihi
wa sallam telah mengambilnya.
Maka Allah Subhanahu wa Taala
menurunkan
ayat
ini
untuk
menunjukkan
jika
Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam terbebas
dari tuduhan tersebut.

Ibnu Katsir menambahkan,
pernyataan dalam ayat tersebut
merupakan pensucian diri Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam dari segala
bentuk khianat dalam penunaian
amanah,
pembagian
rampasan
perang, maupun dalam urusan lainnya.
Hal itu, karena berkhianat dalam
urusan apapun merupakan perbuatan
dosa besar. Semua nabi Allah mashum
(terjaga) dari perbuatan seperti itu.

Mengenai besarnya dosa
perbuatan ini, dapat kita pahami dari
ancaman yang terdapat dalam ayat
di atas. Ibnu Katsir mengatakan,Di
dalamnya terdapat ancaman yang
amat keras.

Selain itu, perbuatan korupsi
(ghulul) ini termasuk dalam kategori
memakan harta manusia dengan
cara batil yang diharamkan Allah
Subhanahu wa Taala, sebagaimana
dalam firmanNya :
Dan janganlah sebagian kamu
memakan harta sebagian yang lain
di antara kamu dengan jalan yang
batil, dan janganlah kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim,
supaya kamu dapat memakan
sebagian dari harta benda orang
lain itu dengan (jalan berbuat) dosa,
padahal kamu mengetahui [al
Baqarah/2:188]

Juga firmanNya :
Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang
batil [an Nisaa`/4 : 29].
Adapun larangan berbuat ghulul
(korupsi) yang datang dari Nabi

Shallallahu alaihi wa sallam, maka


hadits-hadits yang menunjukkan
larangan ini sangat banyak, di
antaranya hadits dari Adiy bin
Amirah Radhiyallahu anhu dan hadits
Buraidah Radhiyallahu anhu di atas.

PINTU-PINTU KORUPSI

Peluang melakukan korupsi ada di


setiap tempat, pekerjaan ataupun
tugas. Dengan mengetahui pintupintu ini, semoga kita selalu waspada
dan tidak tergoda, sehingga nantinya
mampu menjaga amanah.
Berikut adalah di antara pintu-pintu
korupsi.
1. Saat pengumpulan harta rampasan
perang, sebelum harta tersebut
dibagikan.
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
menceritakan :
Ada seorang nabi berperang, lalu
ia berkata kepada kaumnya : Tidak
boleh
mengikutiku
(berperang)
seorang yang telah menikahi wanita,
sementara ia ingin menggaulinya,
dan ia belum melakukannya; tidak
pula seseorang yang yang telah
membangun rumah, sementara ia
belum memasang atapnya; tidak
pula seseorang yang telah membeli
kambing atau unta betina yang sedang
bunting, sementara ia menunggu
(mengharapkan) peranakannya.

Lalu nabi itu pun berperang
dan ketika sudah dekat negeri (yang
akan diperangi) tiba atau hampir
tiba shalat Ashar, ia berkata kepada
matahari : Sesungguhnya kamu
diperintah, dan aku pun diperintah.
Ya Allah, tahanlah matahari ini untuk
kami, maka tertahanlah matahari
itu hingga Allah membukakan
kemenangan
baginya.
Lalu
ia
mengumpulkan
harta
rampasan
perang. Kemudian datang api untuk
melahapnya, tetapi api tersebut
tidak dapat melahapnya. Dia (nabi
itu) pun berseru (kepada kaumnya):
Sesungguhnya di antara kalian ada
(yang berbuat) ghulul (mengambil
harta rampasan perang secara diamdiam). Maka, hendaklah ada satu
orang dari setiap kabilah bersumpah
(berbaiat) kepadaku, kemudian
ada tangan seseorang menempel ke
tangannya (berbaiat kepada nabi itu),
lalu ia (nabi itu) berkata,Di antara
kalian ada (yang berbuat) ghulul, maka

OPINI
hendaknya kabilahmu bersumpah
(berbaiat) kepadaku, kemudian
ada tangan dari dua atau tiga orang
menempel ke tangannya (berbaiat
kepada nabi itu), lalu ia (nabi itu)
berkata,Di antara kalian ada (yang
berbuat) ghulul, maka mereka datang
membawa emas sebesar kepala sapi,
kemudian mereka meletakkannya,
lalu datanglah api dan melahapnya.
Kemudian Allah menghalalkan harta
rampasan perang bagi kita (karena)
Allah melihat kelemahan kita.
2. Ketika pengumpulan zakat maal
(harta).
Seseorang
yang
diberi
tugas
mengumpulkan zakat maal oleh
seorang pemimpin negeri, jika tidak
jujur, sangat mungkin ia mengambil
sesuatu dari hasil (zakat maal) yang
telah dikumpulkannya, dan tidak
menyerahkannya kepada pemimpin
yang menugaskannya. Atau dia
mengaku yang dia ambil adalah
sesuatu yang dihadiahkan kepadanya.
Peristiwa semacam ini pernah terjadi
pada masa Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam, dan beliau
memperingatkan dengan keras kepada
petugas yang mendapat amanah
mengumpulkan zakat maal tersebut
dengan mengatakan :
Tidakkah kamu duduk saja di rumah
bapak-ibumu, lalu lihatlah, apakah
kamu akan diberi hadiah (oleh orang
lain) atau tidak?
Kemudian pada malam harinya
selepas shalat Isya Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam berceramah (untuk
memperingatkan perbuatan ghulul
kepada khalayak). Di antara isi
penjelasan beliau Shallallahu alaihi
wa sallam mengatakan :
(Maka) Demi (Allah), yang jiwa
Muhammad berada di tanganNya.
Tidaklah seseorang dari kalian
mengambil (mengkorupsi) sesuatu
daripadanya (harta zakat), melainkan
dia akan datang pada hari Kiamat
membawanya di lehernya. Jika (yang
dia ambil) seekor unta, maka (unta itu)
bersuara. Jika (yang dia ambil) seekor
sapi, maka (sapi itu pun) bersuara.
Atau jika (yang dia ambil) seekor
kambing, maka (kambing itu pun)
bersuara
3. Hadiah untuk petugas, dengan
tanpa sepengetahuan dan izin
pemimpin atau yang menugaskannya.

Dalam hal ini, Nabi Shallallahu alaihi


wa sallam pernah bersabda :
Hadiah untuk para petugas adalah
ghulul.
4. Setiap tugas apapun, terutama
yang berurusan dengan harta, seperti
seorang yang mendapat amanah
memegang perbendaharaan negara,
penjaga baitul maal atau yang lainnya,
terdapat peluang bagi seseorang
yang berniat buruk untuk melakukan
ghulul (korupsi), padahal dia sudah
memperoleh upah yang telah
ditetapkan untuknya. Telah disebutkan
dalam hadits yang telah lalu, yaitu
sabda Rasulullah Shallallahu alaihi
wa sallam, yang artinya : Barang
siapa yang kami tugaskan dengan
suatu pekerjaan, lalu kami tetapkan
imbalan (gaji) untuknya, maka apa
yang dia ambil di luar itu adalah harta
ghulul(korupsi).

BAHAYA PERBUATAN
GHULUL (KORUPSI)

Tidaklah Allah melarang sesuatu,


melainkan di balik itu terkandung
keburukan dan mudharat (bahaya)
bagi pelakunya. Begitu pula dengan
perbuatan korupsi (ghulul), tidak
luput dari keburukan dan mudharat
tersebut. Diantaranya :
1. Pelaku ghulul (korupsi) akan
dibelenggu, atau ia akan membawa
hasil korupsinya pada hari Kiamat,
sebagaimana ditunjukkan dalam ayat
ke-161 surat Ali Imran dan hadits
Adiy bin Amirah Radhiyallahu anhu
di atas. Dalam hadits Abu Humaid as
Saidi Radhiyallahu anhu, Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda
:
Demi (Allah), yang jiwaku berada
di tanganNya. Tidaklah seseorang
mengambil sesuatu daripadanya
(harta
zakat),
melainkan
dia
akan datang pada hari Kiamat
membawanya di lehernya. Jjika (yang
dia ambil) seekor unta, maka (unta itu)
bersuara. Jika (yang dia ambil) seekor
sapi, maka (sapi itu pun) bersuara.
Atau jika (yang dia ambil) seekor
kambing, maka (kambing itu pun)
bersuara
2. Perbuatan korupsi menjadi
penyebab kehinaan dan siksa api
neraka pada hari Kiamat.
Dalam hadits Ubadah bin ash Shamit
Radhiyallahu anhu, bahwa Nabi

Shallallahu alaihi wa sallam bersabda


:
(karena) sesungguhnya ghulul
(korupsi) itu adalah kehinaan, aib dan
api neraka bagi pelakunya.
3. Orang yang mati dalam keadaan
membawa harta ghulul (korupsi),
ia tidak mendapat jaminan atau
terhalang masuk surga. Hal itu dapat
dipahami dari sabda Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam :
Barangsiapa berpisah ruh dari
jasadnya (mati) dalam keadaan
terbebas dari tiga perkara, maka
ia (dijamin) masuk surga. Yaitu
kesombongan, ghulul (korupsi) dan
hutang.
4. Allah tidak menerima shadaqah
seseorang dari harta ghulul (korupsi),
sebagaimana dalam sabda Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam :
Shalat tidak akan diterima tanpa
bersuci, dan shadaqah tidak diterima
dari harta ghulul (korupsi).
5. Harta hasil korupsi adalah haram,
sehingga ia menjadi salah satu
penyebab yang dapat menghalangi
terkabulnya
doa,
sebagaimana
dipahami dari sabda Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam :
Wahai manusia, sesungguhnya
Allah itu baik, tidak menerima kecuali
yang baik. Dan sesungguhnya Allah
memerintahkan orang-orang yang
beriman dengan apa yang Allah
perintahkan kepada para rasul.
Allah berfirman,Wahai para rasul,
makanlah dari yang baik-baik dan
kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya
Aku Maha Mengetahui apa yang kalian
kerjakan. Dia (Allah) juga berfirman:
Wahai orang-orang yang beriman,
makanlah yang baik-baik dari yang
Kami rizkikan kepada kamu, kemudian
beliau (Rasulullah) Shallallahu alaihi
wa sallam menceritakan seseorang
yang lama bersafar, berpakaian kusut
dan berdebu. Dia menengadahkan
tangannya ke langit (seraya berdoa):
Ya Rabb, ya Rabb, tetapi
makanannya haram, minumannya
haram, pakaiannya haram dan dirinya
dipenuhi dengan sesuatu yang haram.
Maka, bagaimana doanya akan
dikabulkan?.
Allah menyelamatkan kita dari
segala keburukan yang lahir maupun
tersembunyi. Dan semoga uraian
singkat ini bermanfaat.

59

Lingkungan

MENUMBUHKAN KESADARAN,
PERILAKU & MOTIVASI

HEMAT ENERGI P
Oleh: Akhmad Hariyanto

enghematan energi adalah


unsur yang penting dari sebuah
kebijakan. Hemat energi menurunkan konsumsi dan permintaan
energi per kapita, sehingga dapat
menutup meningkatnya kebutuhan
energi akibat pertumbuhan populasi.
Hal ini mengurangi naiknya biaya,
dan dapat mengurangi kebutuhan
pembangkit bahkan impor energi.
Berkurangnya permintaan dapat memberikan fleksibilitas dalam memilih
metode produksi energi.

Selain itu, dengan mengura
ngi emisi, penghematan energi merupakan bagian penting dari mencegah
atau mengurangi perubahan iklim.
Penghematan energi juga memudahkan digantinya sumber tak dapat
diperbaharui dengan sumber yang
dapat diperbaharui.

Pemerintah meyakini,
menghemat energi merupakan ujung
tombak dari semua bentuk penghematan. Sebab, dengan hemat energi
secara nasional, akan berimplikasi pada
penghematan anggaran pemerintah.
Namun, hal tersebut akan dicapai
apabila merubah pola dan perilaku di
masyarakat dan lingkungan pemerintah.

Kesadaran Hemat Energi



Dalam rangka melakukan
penghematan energi, upaya yang
dilakukan pemerintah adalah mengajak seluruh masyarakat untuk melaksanakan Gerakan Nasional Penggunaan Energi, termasuk diantaranya
bahan bakar minyak (BBM), listrik dan
air tanah. Ajakan tersebut melalui
pidato Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) pada tanggal 28 Mei
2012.
Gerakan Nasional Penghematan BBM

60

Lingkungan
dan Listrik meliputi lima langkah yaitu:
Pertama, pengendalian sistem distribusi di setiap SPBU, pengendalian ini kita
lakukan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Kedua, pelarangan BBM
bersubsidi bagi mobil pemerintah,
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
Ketiga, pelarangan penggunaan BBM
Bersubsidi bagi kendaraan perkebunan
dan pertambangan. Keempat, konversi
BBM ke BBG untuk transportasi. Dan
kelima, penghematan penggunaan
listrik dan air di kantor-kantor peme
rintah, pemerintah daerah (Pemda),
BUMN, BUMD serta penghematan
penerangan jalan-jalan.
Sebagai pilot project alias percontohan, memang ditujukan kepada
kantor-kantor Pemerintah, Pemda,
BUMN dan BUMD serta penghematan penerangan jalan-jalan dengan
maksud agar dapat menjadi contoh
kepada masyarakat.

Pada instansi pemerintah,
memang diperlukan aksi nyata dalam
melaksanakan instruksi yang kelima
yaitu penghematan penggunaan listrik
dan air di kantor-kantor pemerintah.
Beban listrik di gedung pemerintahan umumnya terbagi atas sistem
pencahayaan, pengkondisian udara,
pengolah data, peralatan komunikasi,
peralatan mobilitas, sarana kerja teknis

dan peralatan atau mesin pedukung


lainnya.

Pemborosan energi pada
peralatan tersebut dapat disebabkan
oleh dua hal yaitu spesifikasi peralatan
yang memang boros energi dan pola
pemakaian peralatan yang salah atau
tidak dikendalikan. faktor pertama
dalam pemborosan energi adalah
peralatan yang mengkonsumsi daya
terbesar seperti peralatan pendingin
udara atau lift. Namun secara akumulasi jumlah orang yang berada di kantor,
peralatan yang mengkonsumsi daya
terbesar adalah komputer. Keberhasilan penghematan energi sangat bergantung pada kedua faktor tersebut
yaitu konsumsi daya peralatan individu
dan pola pemakaian peralatan kantor.

Penggunaan peralatan kantor
yang hemat energi merupakan cara
yang paling mudah di saat aparatur
pemerintah belum mempunyai ke
sadaran hemat energi. Seperti penggantian komputer 250 W dengan
laptop 45 W akan menghemat energi
sebesar 205 W/jam/orang.

Faktor kedua yang mempe
ngaruhi konsumsi energi di gedung
perkantoran pemerintah adalah
perilaku pegawai yang tidak mempunyai kepentingan untuk menghemat
energi. Penghematan energi membutuhkan langkah konkret. Prinsip 3

M yakni mematikan lampu pada saat


tidak digunakan, mencabut peralatan
listrik jika tidak digunakan, dan menyesuaikan suhu ruangan, merupakan
aksi nyata dan langkah konkrit yang
harus dijalankan. Formula tersebut
sebenarnya mudah dan sangat efektif,
namun bertitik berat pada perilaku
atau behaviour.

Sikap tidak peduli harus dikikis dan diperbaiki dengan membatasi
anggaran langganan listrik gedung
perkantoran pemerintahan. Dengan
terbatasnya anggaran maka pengelola
gedung pemerintah secara otomatis
akan menjaga pemakaian listriknya
tidak melebihi sebagaimana yang
dianggarkan.

Di lingkungan instansi
pemerintah, biaya langganan listrik
telah dianggarkan dalam Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sehingga
pegawai tidak perlu khawatir membayar terhadap listrik yang digunakannya. Akibatnya adalah komputer
tidak dimatikan saat di tingggal, setiap
orang mendapatkan printer, seluruh
lampu, lift dan AC tetap menyala jika
hanya ada 1 sampai 2 orang yang
lembur dan sebagainya. Hal ini lah
yang perlu mendapat perhatian dan
kesadaran kita semua.

Estimasi konsumsi energi
pada peralatan perkantoran, dapat
dilihat dalam Tabel berikut:

Tabel Konsumsi Energi Peralatan Kantor

Jenis
Peralatan

Lampu

Mesin Fotokopi

Komputer

Printer Deskjet

Dispenser

Lift 320 Kg

AC Split
Duct 3000
btu/jam

AC Split
3/4 pk

LAN Hub
16 port

Wireless
Router

Daya (Watt)

18

900

250

80

250

2200

3663

550

19

12

Estimasi
Pemakaian
per Hari (Jam)

10

24

24

Daya stanby

65

13

10

Estimasi stanby
per Hari (Jam)

22

Energi Per
bulan (Kwh)

3,78

40,53

33,14

3,53

10,75

92,82

615,38

92,40

13,68

8,64

61

Lingkungan
Tip Hemat Energi
Cara mudah yang bisa kita lakukan dalam kebiasaan sehari-hari baik di lingkungan kantor maupun di lingkungan keluarga/
rumah tangga dalam menghemat energi dan menjaga lingkungan, antara lain:

Pertama, mematikan Lampu atau peralatan listrik


lainnya jika tidak digunakan. Lampu sebagai
penerangan tentunya menjadi bagian penting
dalam kehidupan sehari-hari, sumber dari lampu
tentunya membutuhkan energi yang besar untuk
di manfaatkan oleh manusia yaitu listrik. Untuk itu kita harus
menjaga dan menghemat energi yang dihasilkan dengan baik.
Sebagian dari kita seringkali melakukan pembiaran dan menganggap sepele dengan membiarkan lampu menyala ketika
tidak sedang dipergunakan. Contoh paling sering kita lihat, di
jalan raya pada siang hari masih ada lampu penerangan jalan
atau lampu penerangan papan-papan reklame yang menyala.
Begitu juga di rumah seperti di kamar mandi, kamar tidur atau
di kantor-kantor. Padahal, pemilik rumah dan karyawan atau
pegawai kantornya sudah beraktivitas dan hari pun sudah
terang benderang. Belum lagi kalau masuk ke ruang-ruang
kantor misalnya. Usai jam kerja, ketika ruang kerja tidak lagi
ada orang, masih ada komputer atau mesin printer, bahkan
pendingin ruangan (AC) yang menyala. Padahal, bila saja
energi-energi itu bisa dihemat, berapa banyak pengguna energi lainnya bisa menikmati listrik tersebut. Aksi nyata yang harus kita lakukan adalah dengan mematikan lampu pada siang
hari, serta menurunkan suhu AC hingga 25 derajat celcius.

Ketiga, membuang sampah pada tempatnya dan


memanfaatkan daur ulang sampah. Agar lingkungan yang kita diami serasa sejuk dan bersih. Sekaligus kita dapat memanfaatkan sampah menjadi
sesuatu yang bermanfaat dengan memisahkan
sampah organik dan anorganik. Sampah organik bisa dimanfaatkan menjadi pupuk kompos untuk tanaman dan tumbuhan. Sedangkan sampah anorganik dari bekas diterjen, botol
minuman, bungkus kopi, sedotan dll, bisa menjadi kerajinan
yang memiliki nilai jual seperti membuat tas, lampu gantung,
tempat tisu, tamplak dan sebagainya, tergantung dari kreatifitas kita masing-masing.

62

Kedua, mematikan kran Air yang terbuang


dengan mubazir. Sebagai sumber utama
kehidupan, maka keberadaan air harus dijaga
dengan sebaik-baiknya. Kebutuhan terhadap air tidak bisa terpisahkan dari manusia,
dimana air sangat berperan penting bagi keberlangsu
ngan hidup manusia. Apabila air terbuang dengan sia-sia/
mubazir melalui kran yang terbuka/tidak sempurna menutupnya, tentu secara tidak sengaja kita sudah merusak
lingkungan karena sumber air rumah tangga/perkantoran
umumnya dihasilkan langsung dari air tanah/sumur tanah.
Persediaan air layak konsumsi bumi hanya 2,5% dari jumlah air yang ada di dunia. Jumlah ini pun masih belum di
kurangi dengan jumlah air yang menjadi es di kutub yang
berjumlah 70%nya. Jadi dapat di katakan persediaan air
di bumi untuk di konsumsi hanya 0.75%. Untuk itulah kita
perlu menghemat air bersih yang kita miliki.

Lingkungan

Keempat, menjaga polusi udara dari asap kendaraan bermotor dan asap pembakaran sampah.
Menurut pelatihan eco driving, terdapat beberapa
cara hemat bahan bakar saat berkendara sekaligus
ramah lingkungan, yaitu: a) Pada saat melakukan
perpindahan gigi transmisi usahakan diantara 1.500 sampai
2.500 rpm dengan akselerasi yang halus. b) Hindari Akselerasi
dan Pengereman berlebihan. c) Matikan AC jika tidak perlu,
karena kompresor AC memberi beban cukup besar ke mesin.
d) Jangan membawa beban yang berlebih, karena beban berat
sudah pasti boros bahan bakar. e) Selalu cek tekanan angin
pada ban, jika tekanan ban berkurang akan mengakibatkan
hambatan mobil bertambah, dan lain-lain. Asap pembakaan
sampah juga berbahaya, karena sampah yang dibakar terkadang bersama kantong plastik sebagai pembungkus yang
mengandung bahan beracun yang dapat merusak paru-paru
apabila terhisap. Lebih baik sampah dikubur dengan tidak
menggunakan kantong plastik.

Keenam, sedikit cerdik untuk menghemat


banyak. Memasak dengan panci tertutup lebih
menghemat energi dibandingkan dengan
memasak dengan wajan atau panci terbuka.
Mengalirkan air hangat dengan keran yang
terbuka setengah memanfaatkan energi listrik lebih banyak
dibandingkan dengan membuka keran besar sekaligus tetapi dalam waktu yang lebih singkat. Sangat efisien bila Anda
mengisi batere laptop, smartphone dan telepon genggam
dalam keadaan off. Buat daftar penggunaan energi untuk
kebutuhan yang tidak terlalu besar tapi berisiko membuat
rumah tangga anda tidak efisien menggunakan energi listrik.
Diskusikan juga pemakaian energi listrik untuk menjalankan
hobi. Seperti, bermain games, memasak dengan oven listrik
atau microwave, menjahit, memelihara ikan hias dan lain
sebagainya.
Ketujuh, biarkan angin, hujan dan matahari
bekerja. Buka jendela kamar di pagi hari, biarkan
udara yang belum terlalu panas masuk ke dalam
rumah dan menutupnya setelah Anda selesai
mandi (dengan asumsi udara belum terlalu
panas). Hal ini akan menghemat listrik untuk penggunaan
pendingin ruangan di pagi hari. Gunakan air hujan yang
ditampung dalam bak untuk untuk menyiram tanaman.
Membiarkan matahari masuk ke dalam rumah, juga mem-

Kelima, menanam kembali pohon dan membuat


resapan air. Manfaat yang bisa kita dapatkan
dari keberadaan pohon adalah sebagai resapan
air, sekaligus melindungi dari panasnya terik
matahari. Ada beberapa cara dalam membuat
resepan air selain secara alami dari pohon yaitu dengan cara
biopori membuat lubang kira-kira 80cm dengan diameter
10cm, lalu masukkan pipa di bibir permukaan sebagai pondasi dengan diisi sampah organik seperti daun-daun yang
jatuh dari pohon atau sampah rumah tangga setelah itu
diberi penghalang menggunakan besi agar tidak terperosok.

berikan kesempatan mematikan lampu dan menghemat


listrik untuk penerangan di pagi dan siang hari yang cerah.

Kita harus menyadari sebenarnya setiap hari
kita sudah buang-buang energi. Tak hanya listrik, tetapi
energi-energi lain pun juga seringkali disia-siakan. Cara
berhemat dapat dilakukan bersama keluarga tiap hari di
rumah. Matikan listrik selama beberapa jam, terutama saat
anda bepergian. Lakukan edukasi kepada seluruh anggota keluarga bahwa menghemat energi termasuk energi
listrik itu sehat dan sangat sederhana dan menyenangkan
sejak sekarang. Hal tersebut di atas hanya contoh kecil
dari sekian banyak contoh. Hal ini yang mestinya menyadarkan kita akan pentingnya kampanye hemat energi.
Karena dengan berhemat, hidup kita dan orang lain akan
terasa nikmat. Hemat energi mesti dimulai dari diri sendiri,
keluarga dan masyarakat sekitar tempat tinggal maupun
di tempat kerja kita. Kalau bukan dari kita, terus dari siapa
lagi, semoga.

63

Lingkungan

HEMAT ENERGI MENYELAMATKAN BUMI


Untuk menghasilkan tenaga listrik, kita membakar energi fosil seperti minyak bumi, batu bara dan gas
alam. Hasil pembakaran tersebut memproduksi emisi gas yang mengakibatkan efek rumah kaca dan
pemanasan global. Dapmpak besarnya adalah rusaknya lingkungan hidup di bumi. Hemat energi
membantu menyelamatkan bumi dari dampak global tersebut

Gunung es mencair

N2O

CO2

CH4

Lupa mematikan lampu,


menghasilkan emisi 204 Kg CO2 Per
Tahun. faktor konversi di Indonesia
adalah 0,801 Kg CO2 /kwh

SOx

KEBAKARAN HUTAN

HEWAN PUNAH

SUHU BUMI NAIK

PEMANASAN

EMISI PEMBAKARAN

ANGIN TOPAN

GLOBAL

Tsunami

FOSIL

Sejak awal revolusi industri, emisi


karbon di atmosfir meningkat dari
280 ppm menjadi 390 ppm

EMISI K
DIPERK ARBON INDO
NE
IRAKAN
AKAN N SIA
AIK
LIPAT P
TAHUN ADA
2030

8X

INDONESIA MENGGUNAKAN

96%

DAMPAK
KENAIKAN

SUMBER DATA DAN ADAPTASI INFOGRAFIS:


http://infografisme.tumblr.com/image/21195441751

Pertanian Industri
Limbah
Pabrik

Kebakaran

5%

3%

sumber:
http://www.beritasatu.com/iptek/49835-6-sektor-penyumbang-terbesar-emisi-karbon.html

11%

6 SEKTOR
PENYUMBANG
12% EMISI KARBON 48%
DI INDONESIA

perubahan
fungsi
hutan
menjadi
non-hutan

SUHU
BUMI

64

4%

ENERGI
TERBARUKAN

SUHU NAIK 4oC

= Kenaikan permukaan air laut yang mengancam


kota-kota di berbagai belahan bumi

SUHU NAIK 3oC

= Mayoritas ekosistem di bumi tidak dapat bertahan lagi

SUHU NAIK 2,5oC

= Sekitar 20-50% species hewan dan tumbuhan punah

SUHU NAIK 2oC


SUHU NAIK 1,5oC
SUHU NAIK 1oC

21%
transportasi

ENERGI
FOSIL

SUHU NAIK 0,5oC

= Jumlah air bersih menurun drastis


= Kegagalan panen di negara-negara berkembang
= Intensitas badai, kebakaran hutan, kekeringan, banjir
dan gelombang panas meningkat
= Gunung Es di seluruh dunia meleleh. ekosistem di laut dan
karang-karang rusak dan tak dapat kembali normal

Lingkungan

65

Lingkungan
Ilutrasi: Basuki Rahmat

66

SUMBER DATA DAN ADAPTASI INFOGRAFIS:


http://infografisme.tumblr.com/image/21195383151

Lingkungan

SICK BUILDING SYNDROME

TINGKATKAN
PRODUKTIVITAS

Rasa mudah lelah, sakit


kepala, masalah
pernafasan dan influenza
adalah gejala sick building
syndrome. Gejala tersebut
akan hilang jika kita keluar
dari ruangan atau gedung
yang kita tempati.

SBS atau sindrom gedung sakit dikenal sejak


tahun 1970, kedokteran okupasi tahun 1980
memperkenalkan konsep SBS sebagai masalah
kesehatan akibat lingkungan kerja karena
adanya polusi udara, IAQ (Indoor Air Quality)
dan buruknya ventilasi gedung perkantoran.
SBS merupakan keadaan dimana gedung
gedung seperti industri, perkantoran,
perdagangan dan rumah tinggal justru
memberikan dampak penyakit yang dialami
oleh orang-orang yang berada di dalam
gedung. Hal ini terjadi sehubungan dengan
ruangan yang tidak hemat energi serta lamanya
seseorang berada di dalam gedung.

CAHAYA ALAMI

SUHU RUANGAN

DOUBLE PANEL

KOMPUTER

1. Meningkatkan 26%
kemampuan membaca
2. Meningkatkan 20%
kemampuan berhitung
3. Mencegah mata lelah
4. Membunuh bakteri dan
virus

Suhu ruangan ideal


23C-25C:
1. Mengurangi 70% gejala
sakit kepala dan flu
2. Mengurangi 44%
kesalahan mengetik
3. Meningkatkan 150%
output mengetik

1. Memaksimalkan cahaya
alami
2. Mencegah panas
matahari masuk ke
ruangan
3. mencegah mata lelah
saat melihat pemandangan ke luar

1. Gunakan Layar LED


dengan setting hemat
energi dan minim radiasi
mencegah mata lelah
2. Gunakan perangkat
keras yang hemat energi
(notebook laptop lebih
irit daya)

SUMBER DATA DAN ADAPTASI INFOGRAFIS:


http://infografisme.tumblr.com/image/21195358353

Ilutrasi: Basuki Rahmat

Ruangan yang hemat energi membantu


meningkatkan produktivitas dan
mencegah gejala-gejala sick building
syndrome. Ruangan hemat energi
memberikan kenyamanan, menjaga
kesehatan dan kondusif bagi penghuni
ruangan

TANAMAN
1. Mendinginkan suhu
ruangan
2. Menambah rasa nyaman
3. Warna hijau mencegah
mata lelah
4. Memberikan nuansa dan
kesan segar.

67

Refleksi
Illustrasi : http://adjie76.deviantart.com/

TANTANGAN
KAMPANYE

ANTIKORUPSI
di Kementerian Taplak Meja
Oleh: Farid Maruf

68

Refleksi

ementerian taplak meja,


sepertinya ini yang dapat
kita analogikan untuk
kondisi Kementerian Agama
Republik Indonesia. Taplak meja yang
dimaksud adalah taplak meja yang
memiliki ukuran lebih kecil dari luas
meja yang harus ditutupinya. Jadi
apabila kita ingin membuat sisi utara
tertutup dan kita menariknya ke arah
utara maka sisi selatan akan tersingkap, demikian sebaliknya. Begitu pula
apabila kita ingin membuat sisi barat
tertutup dan kita menariknya ke arah
barat maka sisi timur pun akan tersingkap, demikian juga sebaliknya.

Ini menggambarkan kondisi
Kementerian Agama sebagai institusi
yang memiliki satuan kerja (satker)
sangat besar jumlahnya dan bahkan
mungkin terbesar di dunia, akan tetapi
memiliki personel pengawasan yang
sangat terbatas. Kementerian Agama
memiliki 5.000-an satker yang tersebar
diseluruh wilayah Indonesia dan jumlah ini tidak termasuk dengan Kantor
Urusan Agama (KUA). Apabila dihitung
dengan KUA maka jumlah satker Kementerian Agama berjumlah 10.000an. Dapat dibayangkan bagaimana
beratnya tugas yang harus diemban
institusi pengawasan yang dalam hal
ini Inspektorat Jenderal dalam melakukan pengawasan.

Kementerian Agama selain
memiliki jumlah satker yang sangat
besar juga memiliki anggaran yang
besar. Kondisi inilah yang menjadikan
Kementerian Agama memiliki potensi
besar akan terjadinya penyimpangan
baik yang disengaja ataupun tidak di
sengaja. Kementerian Agama beberapa
tahun silam pernah menyandang predikat kementerian terkorup, bahkan
predikat ini sepertinya sulit dilepaskan
dari Kementerian Agama. Stigma di
masyarakat juga masih melekat hingga
saat ini, tidak adil memang karena
berdasarkan hasil survei Kementerian
Agama tidak lagi layak menyandang
kementerian terkorup. Apalagi jika
yang menjadi perhatian adalah terkait
pelayanan Kantor Urusan Agama
(KUA) dan Dana Abadi Umat (DAU)
penyelenggaraan haji. Sepertinya

stigma negatif tentang Kementerian


Agama tidak ada habisnya. Sayangnya peran kehumasan di Kemen
terian Agama yang diharapkan dapat
mengimbangi stigma negatif tersebut
belum dapat berfungsi dengan baik,
dampaknya adalah stigma negatif
tersebut semakin menggelinding liar.

Permasalahan di atas semakin
diperburuk dengan mencuatnya kasus
korupsi pengadaan Al Quran setahun
silam. Hebatnya lagi permasalahan ini
mencuat sesaat setelah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan
opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Dimana kita ketahui opini WTP adalah
predikat tertinggi yang diberikan oleh
BPK atas kewajaran laporan keuangan
kementerian/lembaga pemerintah
yang ada di Indonesia. Hal ini menjadi
tamparan keras bagi Kementerian
Agama maupun BPK, terkesan bahwa
BPK tidak kompeten dalam pemberian
opini kewajaran. Media massa pun
turut memiliki andil untuk memperburuk kondisi, sisi objektifitas tidak lagi
menjadi dasar pemberitaan. Faktafakta maupun upaya pembelaan dari
Kementerian Agama tidak mampu
meng-counter permasalahan tersebut.
Penjelasan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) melalui juru bicaranya
Johan Budi juga seperti tidak mampu
membela Kementerian Agama. Johan
Budi berkali-kali mengatakan bahwa
dugaan korupsi bukan pada proses

pelaksanaan akan tetapi pada proses


penganggaran. Setelah waktu berjalan
mulai terungkap seperti apa sebe
narnya duduk permasalahan yang
terjadi. Akan tetapi stigma negatif
terlanjur terpatri dalam benak masyarakat, tidak adil bukan ?
Pencitraan Terbalik,
Solusi Awal Terbaik
Sebelum berbicara tentang kampanye
anti korupsi ada baiknya kita berbicara
terlebih dahulu tentang pencitraan
positif tentang Kementerian Agama.
Harapannya adalah apabila stigma
terbalik (positif ) mulai terbentuk akan
merangsang semangat internal dari
Kementerian Agama karena modal
utama dari kampanye anti korupsi
adalah semangat dari dalam. Selain itu
pencitraan terbalik diharapkan mampu
meredam bola liar stigma negatif tentang Kementerian Agama. Tanpa pencitraan terbalik maka dapat diibaratkan
seperti pertarungan dua kekuatan
yang saling mendorong, secara tidak
langsung semangat kampanye anti korupsi dari internal Kementerian Agama
secara tidak langsung akan terpengaruh oleh kuatnya stigma negatif dari
masyarakat.

Mundzier Suparta, Inspektur
Jenderal Kementerian Agama periode
yang lalu dalam sebuah kesempatan
menyampaikan bahwa saat pertama
dilantik menjadi Inspektur Jenderal

69

Refleksi
Kementerian Agama mendapatkan
tugas khusus dari Menteri Agama.
Tugas khusus tersebut adalah menjadikan Kementerian Agama memperoleh
opini WTP dari BPK setelah beberapa
kali memperoleh opini Wajar De
ngan Pengecualian (WDP). Akhirnya
menjelang akhir masa tugasnya se
bagai Inspektur Jenderal Kementerian
Agama, opini WTP pun berhasil dicapai
meskipun masih diikuti imbuhan De
ngan Paragraf Penjelas (DPP). Saat ini
dibawah nahkoda baru yaitu Inspektur
Jenderal Kementerian Agama dijabat
oleh Moch. Jasin yang notabene adalah
mantan Wakil Ketua KPK yang tentunya menjadikan Kementerian Agama
memiliki warna baru juga. Kali ini pun
Moch. Jasin mendapat tugas khusus
dari Menteri Agama, akan tetapi tugas
khusus tersebut berbeda. Tugas khusus
tersebut adalah memperbaiki citra Ke-

70

menterian Agama yang sudah terlanjur


buruk di masyarakat. Berdasarkan hasil
penilaian atas Kementerian Agama
yang pernah dilakukan oleh KPK beberapa waktu silam inilah Moch. Jasin
memulai langkah.

Kementerian Agama sering
diidentikan dengan KUA dan pe
nyelenggaraan haji, baik buruk tentang
hal-hal yang terkait dengan KUA dan
penyelenggaraan haji pasti akan
dikaitkan dengan Kementerian Agama.
Beberapa bulan terakhir permasalahan KUA kembali menyeruak, selama
itu pula KUA menjadi pasien media
sehingga hampir setiap saat KUA menjadi berita utama di media baik cetak
maupun elektronik. Beragam reaksi
pun bermunculan, pro maupun kontra
terkait pemberitaan KUA tersebut.
Pemberitaan tentang gratifikasi biaya
pencatatan nikah menjadi bola panas

bagi Kementerian Agama dan puncaknya adalah mogok masal penghulu


di Jawa Timur. Tidak sedikit masyarakat
yang mendukung aksi para penghulu
ini meskipun dilain sisi banyak juga
masyarakat yang mencibir aksi tersebut.

Inspektorat Jenderal berusaha
mencari solusi konkret atas permasalahan biaya nikah agar bola panas tidak
semakin memburuk. Langkah yang diambil Kementerian Agama yaitu berupaya melakukan perubahan sistem
dalam bentuk dorongan untuk adanya
regulasi yang jelas akan hal tersebut.
Sebenarnya semua pihak sadar bahwa
permasalahan KUA bukan hanya tanggung jawab Kementerian Agama semata dan semua pihak paham bahwa
permasalahan biaya nikah bukan tanggung jawab KUA yang dalam hal ini
adalah penghulu. Inspektorat Jenderal
berupaya memotori perbaikan dari sisi
regulasi karena semua pihak juga sadar
bahwa permasalahan utama terletak
pada regulasi yang sudah tidak relevan
lagi dengan kondisi riil yang ada. Selain
berupaya dari sisi regulasi Inspektorat
Jenderal melalui Inspektur Jenderal
juga berupaya mengimbangi stigma
negatif tentang permasalahan KUA
dengan melakukan pencitraan positif
Kementerian Agama.

Moch. Jasin selaku Inspektur Jenderal melakukan pencitraan
positif dengan cara menjadi sahabat
media yang dilakukan secara intensif.
Interaksi dengan awak media dilakukan dengan berbagai sarana mulai dari
wawancara tidak langsung, wawancara
langsung, wawancara eksklusif sampai
dengan konferensi pers dengan awak
dari berbagai media. Hal ini tentunya
merupakan nilai positif karena selama
menjabat sebagai pimpinan KPK yang
sudah dekat dengan media. Pencitraan
melalui media ini diharapkan mampu
mengimbangi stigma negatif Kemen
terian Agama terutama terkait dengan
pencatatan biaya nikah. Setidaknya
masyarakat akan melihat bahwa sebenarnya memang ada sebuah upaya
yang konkret dari internal untuk terus
melakukan perubahan dan pembenahan.

Refleksi
FOTO: Indra Hardi (RM)/rmol.com

Mural bertuliskan Sapu Bersih Perilaku Korupsi menghiasi jalanan di daerah


Lebak Bulus, Jakarta, (Rabu 26/12). Pesan mural ini: perilaku korupsi harus
dibersihkan dari negeri ini.

Siapkan Sapu yang Bersih Untuk


Bersih-bersih

Sapu yang bersih mutlak
diperlukan untuk dapat digunakan
membersihkan lantai yang kotor, apa
jadinya jika yang digunakan adalah
sapu yang kotor ? Begitu juga dalam
konteks institusi, jika ingin melakukan
bersih-bersih maka harus dimulai dari
diri sendiri terlebih dahulu, terutama
bagi para pemangku kepentingan
yang dalam hal ini pengawas internal
dan atasan langsung. Institusi yang
bersih harus dimulai dari pengawas
internal dan para atasan langsung
terlebih dahulu di institusi tersebut.
Bagaimana akan menghasilkan sesuatu
yang bersih apabila tidak diawali
dengan pengawas internal dan para
atasan langsung yang bersih ?

Pengawas internal idealnya
harus memiliki integritas yang baik
dalam melaksanakan tugas dan bersikap. Diharapkan pengawas internal
dapat menjadi contoh bagi seluruh
unit kerja yang ada dalam lingkup
binaan atau dengan kata lain dapat
menjadi prototype. Dalam hal ini Inspektorat Jenderal Kementerian Agama
selaku pengendalian dan penjamin
mutu pada Kementerian Agama secara
institusi dan secara individu personil di dalamnya harus benar-benar
dapat menjadi contoh yang baik bagi
keluarga besar Kementerian Agama.
Inspektorat Jenderal harus mampu
menjadi agen perubahan di Kemen
terian Agama, menularkan kebaikan ke
seluruh lini agar Kementerian Agama
dapat menjadi institusi percontohan
bagi institusi yang lain.

Minimnya personel pada Inspektorat Jenderal Kementerian Agama
dan luasnya jangkauan menuntut pe
ran serta banyak pihak untuk berperan

Petugas kebersihan menyapu di depan mural anti korupsi di Kawasan Saharjo, Jakarta, (Selasa 11/12). Mural
tersebut ekspresikegelisahan masyarakat terhadap maraknya kasus korupsi yang menggerogoti bangsa ini.

aktif dalam menyebarkan kebaikan di


Kementerian Agama. Disinilah peran
atasan langsung dalam menjalankan
fungsi pengawasan melekat dapat
membantu meminimalkan potensi
terjadinya fraud. Hal tersebut diharapkan dapat menimbulkan domino effect
dimana bagian yang satu dengan yang
lainnya dapat saling mempengaruhi,
hal baik akan menghasilkan iklim yang
baik begitu pula hal yang kurang baik
akan menghasilkan iklim yang kurang
baik. Kementerian Agama terdiri dari
unit kerja setingkat eselon I hingga
eselon IV mulai dari pusat hingga ke
daerah. Unit kerja terkecil akan mampu
memberikan dampak bagi Kemen
terian Agama secara institusi. Apabila

potensi akan terjadinya fraud tersebut


dapat dikendalikan mulai dari unit
kerja terkecil maka akan tercermin
pada Kementerian Agama secara institusi. Fungsi pengawasan melekat harus
dilaksanakan dengan baik oleh para
atasan langsung pada setiap jenjang
struktural yang ada demi menjamin
terciptanya Kementerian Agama yang
baik dan bersih.
Potensi Korupsi
di Kementerian Agama
Hasil pencarian korupsi Kementerian
Agama di google berjumlah 2.430.000
pencarian per 27 Januari 2014, angka
yang cukup fantastis. Memang hal ini
tidak dapat dijadikan dasar penilaian

71

Refleksi
FOTO: http://hyugewb.deviantart.com/

!
S
A
W
A NGAN A
JAA-COB
COB
Foto karya William Budiyana dengan judul dont you even dare , untuk kampanye anti korupsi dengan visualisasi jebakan tikus

yang akurat dalam membuat sebuah


kesimpulan tentang korupsi di Kementerian Agama. Akan tetapi hal ini dapat
menjadi bahan instropeksi diri bagi
Kementerian Agama bahwa ternyata
banyak tulisan terkait dengan korupsi
di Kementerian terlepas tulisan-tulisan
tersebut dapat dipertanggungjawabkan atau tidak.

Seperti diulas sebelumnya
bahwa Kementerian Agama merupakan institusi dengan jumlah unit
kerja terbanyak di Indonesia atau
bahkan di dunia. Sebagai salah satu
konsekuensi adalah besar pula dari sisi
anggaran yang harus dikelola. Kementerian Agama tidak hanya menjalankan
fungsi administratif dalam rangka
mendukung roda pemerintahan, akan
tetapi juga memiliki fungsi kependidikan melalui madrasah-madrasah serta
perguruan tinggi agama yang dimiliki.
Dimana sejak era reformasi dimana
anggaran pendidikan haruslah minimal
20% dari total anggaran, maka anggaran pendidikan di Kementerian Agama
ikut meningkat.

Tidak hanya itu, Kementerian

72

Agama juga dapat dikatakan sebagai


Institusi yang spesifik karena memiliki
kegiatan yang tidak dimiliki institusi
lainnya, seperti urusan nikah dan penyelenggaraan ibadah haji. Diketahui
bersama, yaitu tentang berapa lama
antrian untuk dapat menunaikan
ibadah haji? Berapa besarnya dana
yang harus mengendap untuk sekian
periode menunggu? Hal ini pula yang
sering menjadi bahan perdebatan
tentang bagaimana dana dikelola,
yang seringnya menjadi bumerang
bagi Kementerian Agama. Minimnya
informasi dan sosiasilisasi tentang
pengelolaan dana setoran awal haji
membuat Kementerian Agama menjadi bulan-bulanan pembentukan opini
yang berkembang liar di masyarakat.

Permasalahan nikah pun
setali tiga uang, berulang kali permasalahan besaran biaya pencatatan
nikah dimunculkan meskipun pada
akhirnya hilang dengan sendirinya
tanpa adanya solusi konkret sehingga
permasalahan ini hanya timbul
tenggelam. Hingga pada akhirnya
beberapa waktu lalu permasalahan ini

benar-benar muncul dan menjadi bola


panas bagi Kementerian Agama yang
benar-benar memaksa semua pihak
untuk duduk bersama mencari solusi
terbaik. Dimana solusi terbaik adalah
dari sisi payung hukum yang jelas bagi
KUA terutama para penghulu, agar
permasalahan tidak semakin memburuk dan memberi dampak negatif bagi
Kementerian Agama secara keseluruhan.
Imunisasi Antikorupsi
di Kementerian Agama

Di dalam tubuh manusia
terdapat sistem daya tahan tubuh yang
terbentuk alami yang berguna untuk
menangkal virus yang akan menyerang
tubuh kita. Apabila kondisi alam di
sekitar sedang tidak baik dan berpotensi menyerang daya tahan tubuh
maka sistem imun tubuh akan berusaha menyesuaikan untuk menangkal
virus yang berpotensi masuk ke dalam
tubuh. Untuk dapat meningkatkan
sistem imun tubuh dapat dilakukan
dengan mengonsumsi makanan atau
minuman yang mampu menambah

Refleksi
bagaimana dengan berjiwa besar me
ngakui akan kekurangan tersebut dan
mengatasi permasalahan yang terjadi
dengan adil agar tidak menulari yang
lainnya. Tindakan tegas bagi yang
terbukti melanggar dapat menjadikan pelajaran bagi pegawai yang lain
karena memberikan efek jera.

Lebih luas lagi, apabila
melihat kondisi bangsa saat ini dimana banyaknya kasus korupsi yang
terungkap maka Kementerian Agama
sebenarnya juga memiliki andil tanggung jawab terkait permasalahan
moral. Seolah-olah korupsi sudah menjadi hal yang lumrah, contonya saja
para koruptor dengan tanpa rasa berdosa masih dapat tersenyum di depan
kamera. Semakin berat saja tanggung
jawab Kementerian Agama untuk menyikapi permasalahan korupsi bangsa
ini, sehingga diperlukan sistem imun
yang harus benar-benar kuat bagi
Kementerian Agama untuk selanjutnya
ditularkan ke seluruh elemen bangsa.

Melihat realitas tersebut, Kementerian Agama memiliki pemikiran
bahwa tindakan korupsi harus dilawan
dengan antikorupsi yang juga bersi-

fat massif. Hal ini tentunya menuntut


keterlibatan semua pihak terkait yang
bertanggungjawab terhadap pembentukan karakter bangsa, terutama
sekali dunia pendidikan, khususnya
pada madrasah dan Perguruan Tinggi
Agama Islam (PTAI). Dimana Pendidikan Antikorupsi (PAK) merupakan
suatu keniscayaan yang harus diberikan kepada siswa dan mahasiswa sebagai upaya penanaman pemahaman
dan kesadaran akan bahaya perilaku
korupsi terhadap kelangsungan
kehidupan berbangsa dan bernegara,
serta cerdas dalam melawan perilaku
korupsi tersebut. Dunia pendidikan
harus mampu menjadi motor bagi ge
rakan antikorupsi di Tanah Air dan PAK
sudah harus menjadi suatu keharusan,
madrasah dan perguruan tinggi akan
benar-benar menjadi garda terdepan
dalam pemberantasan tindak korupsi.
PAK ditanamkan secara evolusioner
melalui pendekatan preventif dan
harus disampaikan secara holistik
pada semua jenjang pendidikan, mulai
dari pendidikan anak usia dini, dasar,
menengah hingga perguruan tinggi.

Kementerian Agama serius

Salahs satu mural anti korupsi di Jogjakarta

Mural anti korupsi di Cikini, Jakpus. Foto


diambil pada 8 Juni 2013

Warga melintas di depan mural bertuliskan Suapi Dari


Hasil Kerja Yang Jujur di Jakarta, Selasa (16/12). Mural
tersebut merupakan bentuk apresiasi masyarakat yang
peduli terhadap pemberantasan kasus korupsi.
FOTO: inilah.com/Ardhy Fernando

73

FOTO: Beritagar.com

sistem imun tubuh. Sistem imun akan


tetap dapat menjaga tubuh dari serangan virus meskipun kondisi sekitar
sedang kurang bersahabat.

Begitu juga dengan Kementerian Agama, sebagai institusi yang
menyandang kata agama yang secara
makna berarti institusi dengan segala
sesuatunya terkait hal-hal berbau
agama. Secara nama saja sudah sela
yaknya jika dalam keseharian menjalankan tugas dan fungsinya senantiasa dilandasi dengan nilai-nilai agama.
Kementerian Agama sebagai institusi
yang memiliki tugas menjaga moral
bangsa ini sudah memiliki sistem imun
dari dalam untuk menangkal dari perbuatan-perbuatan tidak terpuji yang
tidak sesuai dengan norma semua
agama. Setidaknya imbuhan agama
tadi dapat menjadi alat pengingat bagi
setiap bagian organisasi Kementerian
Agama.

Namun demikian, Kemen
terian Agama juga merupakan kumpulan dari manusia bukan kumpulan malaikat yang tidak dapat luput dari salah
dan dosa sehingga dengan lingkungan
baik dari dalam maupun dari luar institusi yang berpotensi mempengaruhi
maka Kementerian Agama membutuhkan suatu langkah-langkah preventif
untuk melindungi anggota organisasinya. Seperti dibahas sebelumnya
bahwa Kementerian Agama memiliki
potensi besar untuk terjadinya fraud,
hal inilah yang dapat menjadi salah
satu alasan kuat untuk adanya suatu
langkah-langkah sistematis untuk
meminimalkan potensi fraud tersebut
karena fraud dapat menjadi salah satu
penyebabnya terjadinya korupsi di
Kementerian Agama.

Memang mencegah adalah
lebih baik dari mengobati, akan tetapi
bagaimana apabila hal-hal yang tidak
diinginkan sudah terlanjur terjadi? Kita
tidak dapat menutup mata akan masih
adanya oknum-oknum yang masih
berani melakukan tindakan korupsi.
Akan tetapi yang terpenting adalah

Refleksi
FOTO: Dok. Itjen News

Diperlukan strategi
dan langkah yang
komprehensif
serta sistematis
agar kampanye an
tikorupsi di Kemen
terian Agama dapat
lebih efektif dan
tepat sasaran.

Salah satu backdrop di Itjen Kemenag dalam rangka mewujudkan rangkaian program anti korupsi di lingkungan Kementerian Agama

akan hal PAK tersebut, ini dapat dilihat


akan terbitnya Keputusan Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1696
Tahun 2013 tentang Panduan Penye
lenggaraan Antikorupsi di Madrasah.
Kementerian Agama memandang
bahwa pendidikan antikorupsi harus
diberikan sejak dini dan dimasukkan
dalam proses pembelajaran mulai dari
tingkat pendidikan dasar, menengah
dan pendidikan tinggi. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya membentuk
perilaku peserta didik yang anti korupsi. Pendidikan anti korupsi ini tidak
diberikan melalui suatu mata pelajaran tersendiri, melainkan dengan cara
mengintegrasikan melalui beberapa
mata pelajaran. Inti dari materi pendidikana antikorupsi ini adalah penanaman nilai-nilai luhur yang terdiri dari
Sembilan nilai yang disebut dengan
Sembilan Nilai Antikorupsi. Sembilan
tersebut adalah: tanggung jawab,
disiplin, jujur, sederhana, mandiri, kerja
keras, adil, berani, dan peduli.

Implementasi PAK pada PTAI
memilih pendekatan akademis melalui
kurikulum integratif di mana PAK akan
disisipkan ke dalam sejumlah mata kuliah terkait atau serumpun. Pemilihan
pendekatan ini memiliki alasan bahwa
pendekatan ini tidak perlu menambah
mata kuliah tersendiri, lebih praktis,
dan tidak memerlukan dosen khusus
tetapi cukup dosen mata kuliah terkait
yang mengajarkannya. Penyisipan

74

muatan nilai Pendidikan Antikorupsi


tersebut dilakukan secara eksplisit
yang dituang dalam materi pokok
tersendiri. Kurikulum PAK yang terintegrasi ini menggunakan pendekatan
pembelajaran kontekstual, pendidikan
orang dewasa dan dengan strategi active learning. Seperti manusia, imunisasi lebih efektif jika diberikan pada saat
usia dini sehingga diharapkan ketika
mulai beranjak remaja hingga dewasa
tubuh akan lebih presistance terhadap
serangan berbagai penyakit. Begitu
juga dengan permasalahan moral dan
karakter bangsa terkait permasalahan
korupsi. Kementerian Agama selaku
penjaga moral bangsa ingin menjadi
agen perubahan dan dapat menjadi
contoh dengan cara berusaha memulai dari dalam Kementerian Agama
terlebih dahulu.
Kampanye Antikorupsi
di Kementerian Agama

Sapu lidi akan lebih optimal
digunakan membersihkan sampah
apabila terdiri dari kumpulan batang
lidi dan diikat kuat, bayangkan apa
jadinya jika membersihkan sampah
hanya dengan satu atau dua batang
lidi saja? Begitu juga dengan gerakan
antikorupsi, akan lebih terasa manfaatnya jika dilakukan oleh banyak pihak
dibanding dengan dilakukan dengan
satu atau dua pihak saja. Agar dampak
yang ditimbulkan lebih memberikan

makna pada gerakan pencegahan


dan pemberantas korupsi di Indonesia, maka perlu adanya kampanye
antikorupsi di seluruh institusi secara terpadu termasuk Kementerian
Agama.

Kementerian Agama selama
ini juga intens melakukan kampanye
anti korupsi mulai dari satuan kerja
pusat hingga di daerah. Kampanye dilakukan dengan berbagai sarana hampir di setiap kesempatan. Akan tetapi
semua itu sepertinya belum terlalu
memberikan perubahan berarti dan
terkesan selama ini kampanye baru
pada tataran slogan semata. Padahal
tidak kurang-kurangnya upaya terus
dilakukan untuk memerangi korupsi di
Kementerian Agama. Lantas apa yang
belum tepat? Jika dikaitkan dengan
pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa permasalahan terletak
pada karakteristik Kementerian Agama
yang unik yaitu memiliki satuan kerja
yang sangat besar.

Inspektorat Jenderal Kemen
terian selaku Aparat Pengawas Internal
Pemerintah (APIP) di lingkungan
Kementerian Agama dituntut untuk
menjadi agent of change termasuk
untuk kampanye anti korupsi. Permasalahan klasik yaitu minimnya personil
pada Inspektorat Jenderal sering menjadi alasan akan kurang maksimalnya
kampanye anti korupsi di Kementerian
Agama. Permasalahan klasik tersebut
tetap klasik selama ini karena memang
sangat besar satuan kerja yang dimiliki.
Kini saatnya merubah paradigma permasalahan tersebut menjadi tantangan
bagi Kementerian Agama.

Refleksi

Diperlukan strategi dan
langkah yang komprehensif serta
sistematis agar kampanye antikorupsi
di Kementerian Agama dapat lebih
efektif dan tepat sasaran. Sebenarnya
selama ini sudah dilakukan upayaupaya mulai dari pencegahan hingga
penanggulangan korupsi di Kementerian Agama. Kementerian Agama
memiliki program-program unggulan
dimana kementerian/lembaga lainnya
belum tentu memilikinya. Contohnya
seperti program Pengawasan dengan
Pendekatan Agama (PPA) yang dimotori oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Agama, dalam kurun waktu
berjalan PPA terus disempurnakan baik
dari sisi metode ataupun materinya.
Meskipun secara efektifitas belum
dapat diukur dengan pastinya karena
memang belum ada parameter yang
baku untuk dilakukan penilaian. Akan
tetapi PPA sudah mampu mewarnai
upaya Kementerian Agama dalam
memerangi korupsi dari unsur pencegahan.

Kedepan, program yang
sudah ada harus terus dipertahankan
dan ditingkatkan kualitas serta intensitasnya. Selain itu juga diperlukan
langkah-langkah kampanye yang
komprehensif dan sistematis lainnya.
Berikut ini adalah beberapa pemikiran
yang semoga dapat menjadi referensi
dalam upaya memerangi korupsi.
Pertama, meningkatkan efektivitas
PPA yaitu dengan cara melakukan
evaluasi terhadap PPA yang telah
dilakukan. Evaluasi yang baik untuk
membuktikan PPA bukanlah program
formalitas semata. Dengan evaluasi
dapat diketahui seberapa besar efektifitas PPA terhadap perbaikan moral
para pegawai yang telah mengikuti
PPA. Kedua, lebih meningkatkan lagi
efektifitas pengaduan masyarakat
(DUMAS) agar dapat menjadi bagian dari internal soft control bagi
Kementerian Agama. Hal yang tidak
kalah penting juga adalah membuat
mekanisme dalam merespons DUMAS
tersebut, sehingga dapat menjadi
bahan pertimbangan dalam menyusun skala prioritas audit. Ketiga,
mendorong dan menjadi motor bagi

perumusan regulasi baru yang lebih


akomodatif bagi permasalahan yang
sering muncul seperti permasalah KUA
dan penyelenggaraan ibadah haji. Hal
ini dimaksudkan agar Kementerian
Agama tidak menjadi bulan-bulanan
yang dikaitkan dengan korupsi dan ini
disebabkan oleh aturan-aturan yang
sudah tidak relevan lagi, dengan kata
lain dibutuhkan adanya kejelasan
payung hukum.
Keempat, menegakkan aturan tanpa
diskriminasi. Bahwa aturan tidak memandang posisi dan jabatan sehingga
terdapat kepastian penegakkan hukum
yang dapat menciptakan wibawa
hukum di Kementerian Agama. Kelima,
publikasi bagi yang melanggar. Hal
ini bukan bermaksud mengumbar
aib saudara sendiri, akan tetapi dalam
rangka menimbulkan efek jera bagi oknum yang berani melakukan korupsi.
Karena sesusungguhnya permasalahan
korupsi di Negara ini adalah masalah
moral dimana telah hilangnya rasa
malu. Keenam, diadakannya laporan
periodik masing-masing satker dalam
bentuk buku report yang disampaikan
secara terbuka dalam sebuah forum
evaluasi bersama. Buku report tersebut dapat menjadi bahan evaluasi
bagi para satker serta dapat memacu
satker untuk menjadi yang terbaik. Dan
bagi satker yang mendapatkan hasil
terburuk, maka pimpinan dari satker
tersebut harus siap diganti sebagai
sanksi moral. Ketujuh, dilakukan sosialisi Zona Integritas menuju Wilayah
Bebas Korupsi ke seluruh satker. Hal ini
dimaksudkan agar semangat reformasi
birokrasi juga dapat mengakar ke
seluruh pelosok negeri, jadi semangat
ini tidak hanya semarak di satker pusat
saja. Kedelapan, lebih menghidupkan
fungsi kehumasan. Di era keterbukaan
seperti sekarang ini terkadang membuat masyarakat sulit menilai objektivitas akan sebuah berita. Diharapkan
fungsi kehumasan Kementerian Agama
dapat mengimbangi pemberitaan
negatif yang mungkin muncul serta
dapat memberikan klarifikasi.
Kesembilan, menjadi sahabat media.
Kampanye anti korupsi menggunakan
berbagai media pers saat ini menjadi

alat kampanye antikorupsi yang paling


efektif, di samping sosial media yang
dewasa ini semakin populer. Sesuatu
yang tidak baik jika dikemas dan
disampaikan dengan baik akan tampak
baik, sesuatu yang baik tetapi tidak
dikemas dan disampaikan dengan cara
kurang baik akan tampak kurang baik.
Apalagi jika Kementerian Agama memiliki sesuatu yang baik serta dikemas
dengan baik kemudian disampaikan
dengan baik, tentunya akan member
dampak positif bagi Kementerian
Agama. Kesepuluh, duplikasi kampanye anti korupsi. Hasil dari perkalian
angka lebih besar dari penjumlahan
angka. Tidak ada cara lain untuk me
ngatasi keterbatasan jumlah personil pengawasan yaitu dengan cara
duplikasi. Sehingga dapat terbentuk
kader-kader antikorupsi di masingmasing satker yang dapat membantu
aparatur pengawasan melakukan
kampanya antikorupsi.

Akhir kata, sebuah perubahan
besar selalu dimulai dengan sebuah
perubahan kecil dan itu harus dimulai
dari diri kita masing-masing. Setelah
itu barulah masing-masing dari kita
menyebarkan semangat perubahan kepada orang-orang di sekitar. Efek bola
salju yang akan menjadikan Kementerian Agama menjadi institusi percontohan dalam memerangi korupsi.
Tanpa kesungguhan dari kita semua
maka upaya memberantas korupsi
di Kementerian Agama hanya akan
menjadi sesuatu yang sia-sia seperti
menata taplak meja yang kekecilan.

FOTO: DGI-Indonesia.com

Salah satu poster Ajang kreatif


pameran anti korupsi oleh Institut
Seni Yogyakarta

75

PERJALANAN

BELAJAR
DARI PULAU

MERBAU

Merbau

Provinsi Riau

Oleh: Wendi Wijarwadi

Pulau Merbau adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, Indonesia. Kota kecamatan ini adalah Renak Rungun. Kecamatan Pulau Merbau (Kabupaten Kepulauan Meranti) merupakan hasil pemekaran wilayah dari Kecamatan Merbau, dibentuk
pada tanggal 26 Januari 2011. Dimana wilayah Kecamatan Pulau Merbau meliputi seluruh
Pulau Merbau sedangkan Kecamatan Merbau wilayahnya meliputi seluruh Pulau Padang.
Adapun nama Meranti diambil dari nama gabungan Pulau Merbau, Pulau Ransang dan
Pulau Tebingtinggi.
FOTO: http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/


Ketika kita mendengar kata
Merbau dan meranti, pikiran kita pasti
langsung berasosiasi dengan dua jenis
kayu populer yang sangat mudah dijumpai di toko-toko bangunan. Jauh di
garis depan Indonesia yang barbatasan
langsung dengan perairan Malaysia,
dua nama tersebut adalah nama
sebuah pulau dan sebuah kabupaten
di Provinsi Riau. Pulau Merbau adalah
nama sebuah pulau yang merupakan
bagian dari Kabupaten Kepulauan
Meranti. Saya tidak tahu pasti ada latar
belakang apa di balik kesamaan nama
kayu dengan nama sebuah pulau
tersebut, yang pasti perjalanan ke pulau Merbau Kabupaten meranti tidak
untuk mencari kayu Merbau maupun
kayu meranti.

Merbau adalah sebuah pulau
kecil yang berbatasan langsung de
ngan perairan Malaysia. Titik terdepan
indonesia ini sebelumnya merupakan
bagian integral dari Kabupaten Bengkalis, sebuah kabupaten yang sangat
kaya dengan minyak bumi dan kelapa
sawit. Tak kurang, di negeri kaya ini
terdapat dua eksplorasi minyak utama,
citra rasa lokal bernama Pertamina dan
perusahaan asing berlabel Chevron.
Untuk mencapai Pulau Merbau, kita
butuh waktu yang sangat panjang dari
pekanbaru. Kurang lebih kita membutuhkan waktu sekitar 7-9 jam melalui

76

jalur darat dan laut. Lamanya waktu


tempuh dijamin akan terbayar tuntas
dengan hamparan indah kekayaan
alam bumi Riau sepanjang perjalanan
menembus provinsi riau menuju lautan
Pulau Merbau. Provinsi Riau memang
identik dengan provinsi yang diberkati
dengan kekayaan alam yang luar biasa.
Bumi menghasilkan minyak bumi dan
tanah yang subur menghasilkan kelapa
sawit. Seorang teman bahkan berkelakar bahwa hanya udara saja yang tidak
bisa menghasilkan keuntungan karena
seringnya dicemari asap hutan yang dibakar oknum tak bertanggung jawab.

Perjalanan menuju Pulau
Merbau menjadi bukti valid betapa
gemerlapnya sumber daya alam riau.
Sepanjang jalan, ribuan hektar pohon
kepala sawit yang tertata rapih dan
lebat meneduhkan suasana panas
alam Riau. Melimpahnya minyak bumi
terlihat nyata dengan keberadaan
pipa gas Pertamina dan Chevron yang
membentang sejak Rumbai hingga
Sungai Pakning, titik akhir perjalanan
sebelum menyebrang menuju bengkalis dan pulau Merbau. Sayangnya,
kekayaan alam yang maha dahsyat ini
justru membawa kepedihan bagi ma
yoritas warga riau. Menurut seorang
teman asal bengkalis, kekayaan alam
riau hanya dilokalisasi oleh sebagian
kecil orang saja, kesejahteraan belum

Pemandangan Teluk Belitung (merbau) dari laut.

FOTO: id.wikipedia.org

menyentuh seluruh lapisan warga riau


sebagai pemilik sah kekayaan alam.
Ironis memang, tapi itu lah faktanya.
Contoh sederhananya adalah bagaimana riau sempat mengalami krisis BBM
beberapa tahun silam.

Pepatah populer ayam mati
dilumbung padi seperti menemui
bentuk aslinya di Provinsi Riau ini.
Kabupaten Siak juga menjadi kein-

FOTO: riaulive.vom

FOTO: Jalanblog.wordpress.com



Pulau Merbau masih
harus ditempuh dengan
Jembatan Siak Kabupaten Bengkalis
speedboat selama 2 jam
dari Bengkalis. Perjalanan
speedboat inilah yang
membawa kesan mendalam dalam perjalanan
ke Pulau Merbau ini. Ja
ngan bayangkan kemewahan atau kenyamanan
alat tranportasi lainnya,
speedboat ini lebih dekat
dengan cita rasa metro
mini yang banyak
berseliweran di ibukota.
Saya cukup banyak sport
jantung karena tidak ada
keamanan memadai jika
sewaktu-waktu terjadi
FOTO: http://awibowo325.wordpress.com/
Aktivitas Teluk Belitung (merbau)
apa-apa dengan speedboat. Speedboat ini memiliki ukuran kecil dengan
daya tampung sekitar 20
orang. Namun, speedboat
ini tampaknya berusaha
break the limit dan
menangkut lebih banyak
penumpang dari semestinya. Jika ada penumpang
lebih, kondektur akan
Suasana Kota
Kondisi jambatan penghubung antar Kelurahan
memasang kayu tempat
Selat Panjang,
Teluk Belitung dan Mekar Sari Kecamatan Merbau
di kepulauan
sudah amblas hampir 1 meter (atas)
duduk diantara jejeran
Meranti (Kiri)
bangku penumpang. Jika
masih
ada
penumpang
lagi, berdiri
kan menjadi nama UIN Sultan
adalah pilihan. Jika masih ada pe
Syarif Kasim Pekanbaru dan
numpang lagi, duduk diatas speedboat
Bandara Sultan Syarif Kasim II
adalah pilihan terakhir. Celakanya,
Pekanbaru.
warga tampaknya lebih asik dengan
Perjalanan darat berakhir di
pilihan terakhir, menumpang speedSungai Pakning untuk kemuboat sambil menikmati siulan angin
dian berlanjut menaiki kapal
segar yang ramah berhembus. Kapal
Roro yang tersedia setiap
speedboat ini juga ramah penumpang.
saat. Harganya cukup murah,
FOTO: http://infomeranti.blogspot.com/
Kapal tak segan-segan untuk memutar
20 ribu untuk mobil, 10 ribu
arah kembali ke dermaga jika ada pe
untuk motor dan 2 ribu untuk
numpang yang melambaikan tangan
tengah berlangsung, kabupaten yang
penumpang non kendaraan. Kapal
tanda butuh tumpangan. Lika liku
dulunya merupakan Kerajaan besar ini
roro ini lumayan nyaman dan bersih.
perjalanan tadi akhirnya membawa
akan segera menjadi kota metropolis
Makanan yang dijual di kantin pun
kami ke Pulau Merbau, Kabupaten
berikutnya di Provinsi Riau, mungkin
relatif murah. Popmie yang saya beli
Kepulauan Meranti.
bisa menyaingi Kota Dumai. Kabuuntuk menutup irama sendu pencer
Setibanya di pulau Merbau,
paten Siak memang memiliki tempat
naan hanya seharga Rp7.000, tidak
Kesunyian tampak terasa di pulau kecil
tersendiri dalam sejarah Provinsi Riau.
jauh beda dengan harga di Jakarta.
ini. Listrik hanya tersedia di malam hari
Sultan Syarif Kasim merupakan Sultan
45 menit kemudian, saya secara resmi
dan semua kebutuhan pokok dipasok
Tersohor Kesultanan Siak Sri Inderapumenjejakan kaki di Kabupaten Bengdari wilayah sekitar. Aktivitas seolah
ra yang namanya kemudian diabadikalis.
dahan tersendiri dalam perjalanan
ini. Perjalanan darat ke Bengkalis dan
Pulau Merbau memang wajib melewati
Kabupaten ini. Siak, yang merupakan
pemekaran dari Kabupaten Bengkalis
pada tahun 1999, menyimpan pesona keindahan dan obat rasa lelah.
Jembatan Siak yang menjulang besar
dengan arsitektur melayu terlihat
sangat gagah dan berwibawa sekaligus
menjadi Ikon baru kota Siak. Jalanannya full hotmix dan mulus, jauh lebih
mulus dari jalanan ibukota. Tak heran,
kabupaten Siak dipilih sebagai Venue
untuk perlombaan Sepeda pada pelaksanaan PON 2012 silam. Komitmen
Pemerintah kabupaten Siak pantas
diacungi Jempol untuk hal yang satu
ini. Dilihat dari pembangunan yang

77

PERJALANAN
FOTO: http://almasdi.staff.unri.ac.id/

Salah Satu rumah di desa tertinggal Kepulauan Meranti

berjalan lambat bahkan ketika siangpun suasana sudah terasa sepi. Namun
demikian, layaknya wilayah provinsi
Riau lainnya, pulau kecil ini ternyata
mewarisi kekayaan alam berupa mi
nyak bumi. Merbau ini ternyata merupakan kawasan penghasil minyak bumi
dan gas alam di Kabupaten Kepulauan
Meranti. Di kawasan ini sudah berdiri
PT. Kundur Petroleum S.A. yang bero
perasi di daerah Kurau Desa Lukit yang
mampu memproduksi minyak mentah
sekitar 8.500 barel/hari. Menurut warga
sekitar, perusahaan tersebut masih
merupakan perusahaan yang berafiliasi
dengan salah satu perusahaan besar
berskala nasional. Namun lagi-lagi,
tampaknya kekayaan alam belum
mampu berkontribusi banyak untuk
warga sekitar.

Perjalanan silaturahmi di
Pulau Merbau ini terpaksa harus dibatasi oleh waktu. Kami hanya memiliki
waktu sekitar 4 jam. Jika lebih, kami
terpaksa harus menginap di pulau ini
karena speedboat menuju Bengkalis
hanya merapat satu kali sehari setiap
pukul 14.00 WIB. Kami pun segera
bergegas menuju lokasi tujuan kami
yaitu sebuah KUA yang terletak tidak
jauh dari dermaga. Kami disambut
oleh 2 orang penghulu dan dua orang
pelaksana. Menurut seorang pegawai
KUA yang sudah berusia diatas 50-an,
selama 20-an tahun pengabdiannya
belum pernah ada orang dari pusat

78

yang mengunjungi KUA tersebut. Jarak


yang jauh dan fasilitas transportasi
yang minin pastinya menjadi penyebab utama jarangnya pulau ini disinggahi pendatang.

Berada di daerah kepulauan
dengan infrastuktur dan fasilitas terbatas tentu menjadi tantangan besar
bagi pelaksanaan tugas KUA. Penduduk muslim yang berjumlah ratusan
bahkan ribuan tentu tidak sebanding
dengan jumlah dua orang penghulu
yang harus melayani kebutuhan keagamaan masyarakat. Peran penghulu
pun tidak hanya sebatas pada pernikahan tapi juga pada pembinaan
masyarakat termasuk mengisi talim,
pengajian dan khutbah jumat. Dengan
geografis wilayah dan luas dan terpisah
lautan, ongkos yang dikeluarkan untuk
menjalankan tugas sangatlah besar.
Tentunya tidak sebanding dengan anggaran yang dimiliki. Tak jarang, uang
pribadi dikeluarkan untuk menutup
kekurangan. Di wilayah kepulauan,
peran tokoh agama seperti penghulu ini memang sangat dibutuhkan,
melebihi tugas utamanya sebagai juru
catat pernikahan.

Di tengah kondisi yang serba
terbatas ini, kita tentu saja sangat
menantikan disahkan peraturan
pemerintah tentang biaya nikah oleh
KUA. Inisiatif inspiratif Inspektur Jenderal, Bapak Moch. Jasin untuk merapihkan admiistrasi pelaksanaan nikah

ini tentu harus kita dukung. Terbitnya


PP ini akan sangat mengakomodir
kebutuhan para penghulu di daerahdaerah minor yang minim fasilitas.
Dana yang terbatas tentu menganggu
proses pelayanan kepada masyarakat
dan hadirnya PP ini adalah jawaban
atas semua permasalahan yang terjadi.
Peran penghulu di daerah-daerah
minor akan lebih diperhatikan dan
perannya pun semoga menjadi lebih
maksimal sebagai garda terdepan
pelayanan masyarakat pada Kemen
terian Agama.

Waktu sudah mendekati
pukul 14.00, artinya kami harus segera
bergegas menuju dermaga, bersiap
kembali merasakan olahraga jantung
di dalam speedboat. Tak lama berselang, speedboat pun datang dengan
ciri khas utamanya, orang-orang yang
asyik menikmati atap speedboat.

Salah satu kabupaten yang


merasakan ketimpangan
dan banyaknya daerah tertinggal adalah Kabupaten
Kepulauan Meranti. Sebagian besar dari desa yang
ada yakni sebanyak 59
desa (80,82%) merupakan
desa tertinggal. Jumlah
rumah tangga sebanyak
45.564 KK, dan sebesar 34,84% (15.876 KK)
merupakan rumah tangga
miskin. Banyaknya desa
tertinggal dan keluarga
prasejahtera di daerah ini
merupakan indikasi bahwa
pembangunan ekonomi
selama ini belum menyentuh rakyat lapisan bawah
sehingga dengan adanya krisis menyebabkan
daerah-daerah pedesaan
yang terpencil menjadi
rentan sehingga terpuruk
menjadi daerah miskin.
Hal ini disebabkan selain
oleh karena kebijaksanan
yang salah dan distortif
pada masa lalu juga karena
kondisi wilayah Kabupaten
Kepulauan Meranti merupakan wilayah pesisir.

HIKMAH

Pikirkan:
Akibat Umat yang
Centang Perenang?
Oleh: Nurhidayati

FOTO: tribunnews.com

TUNTUT KEBEBASAN BERAGAMA. Massa dari


Forum Solidaritas Kebebasan Beragama berunjuk
rasa menuntut hak atas kebebasan beribadah di
kawasan Silang Monas, Jakarta, Minggu (15/8).
Mereka mengecam tindak kekerasan dalam proses
penyegelan tanah yang akan dijadikan rumah
ibadah Jemaat gereja HKBP Pondok Timur Bekasi
dan menuntut pemerintah menjamin hak-hak
warga negara untuk beribadah,beragama, dan
berkeyakinan.

ehidupan ini bagaikan rembesan air yang mengalir, kadang


air itu dapat kita manfaatkan
untuk kehidupan kita, namun tak
jarang air itu menyebabkan bencana
bagi banyak manusia. Bagaikan filsafat
air, begitulah romantika nasib yang
harus kita jalani. Banyak hal yang tidak
kita mengerti terjadi tanpa kita prediksi. Banyak realita yang tak pernah
kita bayangkan menghampiri kehidupan kita dengan sangat tiba-tiba.
Kita merasa intervensi yang kita miliki
dalam me-manage perputaran waktu
sangatlah sempit. Seolah-olah kita
hanya diberikan kesempatan untuk

berpasrah tanpa mampu untuk me


ngubah nasib yang menimpa ataupun
takdir yang harus kita terima.

Itu mungkin satu kenyataan
yang mesti kita terima dengan suka
rela ataupun dengan terpaksa. Namun
yang jelas ada satu kesempatan yang
diberikan oleh Allah kepada semua
manusia demi untuk menyelamatkan
hidupnya, yaitu kesempatan untuk
memperbaharui dan menjaga taqwa
yang ada di dalam dada agar tetap
terpelihara sepanjang masa.

Di dalam kehidupan, berbagai
cobaan dan penderitaan mewarnai
goresan perjalanan nasib kita dengan

begitu banyaknya. Baik itu cobaan


dan penderitaan yang bersifat kolektif
ataupun personal. Namun semuanya
dapat kita hadapi dan kita tanggulangi
dengan kesuksesan dan kematangan
jiwa. Ketika kita dihadapkan pada
cobaan yang berupa penyakit, kita bisa
bersabar, ketika kita dihadapkan pada
tantangan dan ancaman peperangan
dengan umat atau golongan selain
kita, kita bisa bersatu dan menggalang
kata seiya dan sekata dalam upaya
menghadapinya. Namun satu hal yang
sampai sekarang ini masih mengganjal
dan membalut kehidupan kita adalah
cobaan akan perpecahan dalam diri

79

HIKMAH
FOTO: hizbut-tahrir.or.id

Aksi jalan kaki ini diselenggarakan oleh DPD I Hizbut Tahrir Indonesia Jawa Barat ini yang merupakan warming up dalam rangka
menyambut Konferensi Khilafah Internasional. Acara diselingi dengan teatrikal yang bertajuk Saatnya Khilafah Memimpin
Dunia, yang menggambarkan sejarah kehancuran Khilafah dan perpecahan negeri-negeri Muslim hingga perjuangan kembali
menyatukan umat Islam sedunia melalui Khilafah.

umat Islam. Mungkin inilah cobaan


terberat yang sampai sekarang ini
belum bisa kita selesaikan.

Perpecahan dalam diri umat
Islam bukanlah satu hal yang baru
dalam perjalanan sejarah Islam. Sejak
berakhirnya pemerintahan Khulafa
Ar-Rosyidin perpecahan mulai timbul.
Diawali dengan munculnya golongan
syiah, khowarij dan mutazilah yang
berlatar belakang pada perbedaan
sosio-politik yang pada akhirnya me
luas kepada pola mengintepretasikan
dalil dan ayat, hingga yang berkaitan
dengan klaim keimanan dan kekufuran. Yang kemudian kita tahu hingga
terjadinya penghilangan nyawa dan
pembantaian sesama orang Islam. Kita
tidak harus menilai mana yang benar
dan mana yang salah, akan tetapi yang
jelas permusuhan di antara sesama
umat Islam adalah sangat-sangat bertentangan dengan sendi dasar norma
ajaran Islam. orang yang membunuh
dan yang dibunuh sama-sama berada
dalam neraka. Bukan berarti mereka
semua masuk neraka secara langsung sebagaimana persangkaan kita,
karena kita yakin mereka orang-orang
yang soleh. Akan tetapi yang kita
yakini adalah Allah sangat membenci

80

pertikaian antara sesama orang Islam.


Pernahkah itu semua kita renungkan?

Sepertinya perpecahan yang
seperti itu masih kita lestarikan di
dalam kehidupan kita sampai sekarang
ini. Seakan-akan kita bangga dengan warisan permusuhan yang telah
dilimpahkan oleh para pendahulu
kita itu. Walaupun kita tahu itu salah,
namun mental kita enggan untuk
merubahnya. Sehingga yang terjadi
adalah permusuhan yang tiada henti
dan pertikaian yang tak berkesudahan.
Lebih sayang lagi yang kita musuhi
adalah saudara-saudara kita seiman
seagama.

Marilah kita menengok
kembali hadits-hadits Nabi SAW yang
mengajarkan tentang kebersamaan,
persatuan dan kasih sayang sebelum kita mengklaim orang lain yang
beda dengan partai atau jamaah kita
dengan tuduhan murtad, kafir, atau
pendosa.
Nabi SAW bersabda:
Perumpamaan orang-orang mumin
di dalam kasih sayang, kecintaan dan
kelembutan mereka, layaknya satu tubuh di mana ketika ada salah satu anggota badan yang sakit maka anggota
badan yang lain akan ikut merasakan-

nya dengan tidak bisa tidur dan demam


(al-hadist)
Sabda Nabi SAW:
Seorang mukmin satu dengan mumin
yang lain bagaikan satu bangunan yang
satu menguatkan yang lain.

Pernahkah hadits-hadits
itu kita renungkan dalam-dalam di
tengah keheningan kita sehingga
kita mengerti betul apa maksud yang
dikehendaki oleh Nabi Muhammad
SAW dengan perkataan beliau itu.
Dalam tahap berikutnya kita bisa hidup
berdampingan dengan orang yang
tidak se-ide dengan kita dengan penuh
kedamaian dalam naungan panji-panji
persaudaraan. Munculnya berbagai
macam golongan, jamaah dan partai
dalam diri umat Islam bukanlah suatu
kesalahan karena lain lubuk lain airnya,
lain air lain ikannya, begitulah pepatah
mengatakan. Walaupun kepala sama
hitamnya namun ide tentu berbeda.
Tidak salah kalau setiap orang ingin
mengaktualisasikan dirinya. Tidak keliru kalau setiap orang ingin mengekspresikan prinsip dan pola berpikirnya,
yang salah adalah sifat egoisme kita
yang tak bisa menerima pendapat
orang lain. Lebih salah lagi kalau sifat
egoisme itu kita bawa kepada klaim

HIKMAH

benar dan salah, iman, dan kufur,


hingga surga dan neraka.

Firman Allah Surat: An-Nahl:
97 yang artinya Barang siapa yang
mengerjakan amal soleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan sesungguhnya akan Kami
beri balasan kepada mereka balasan
yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan
Sekarang yang harus kita pahami
adalah siapa saja yang berbuat baik sementara ia beriman maka balasannya
ada di tangan Allah, bukan di tangan
kita, dan juga bukan kita yang menilai
salah dan benar perbuatan mereka,
sebab yang tahu hakikat kebenaran
hakiki adalah Allah semata kalau kita
masih percaya. Firman Allah, surat Ali
Imran: 60.
Kebenaran itu datang dari Tuhanmu
maka janganlah kamu termasuk orangorang yang ragu

Manusia bukanlah penentu
kebenaran, akan tetapi manusia
hanyalah pencari kebenaran. Apa yang
kita anggap benar boleh jadi memang
nyata-nyata benar, akan tetapi tidak
mustahil persepsi kebenaran kita itu
salah total.

Slogan Islam adalah agama


yang tinggi tak ada yang membandingi)
harusnya tetap kita jaga. Sebab yang
terjadi selama ini adalah, Islam ibarat
layang-layang yang melambung tinggi
di atas awan, sementara kita hanya
berdiri jauh di bawah naungan besar
Islam tanpa punya kontribusi apapun
dalam mengangkat dan menjaga
eksistensi Islam itu sendiri. Islam kita
unggulkan secara prinsip akan tetapi
kita robohkan secara etik. Kita bangga
dengan nama besar Islam akan tetapi
kita tidak pernah berusaha menjaga
nilai moral Islam. Kita yang di bawah
naungan Islam hanya berebut tali
layang-layang Islam itu. Kita hanya
mengaku dan mengklaim kitalah yang
mempunyai otoritas tunggal terhadap
warisan Islam yang paling benar. Kita
selalu beranggapan bahwa golongan
yang selain kita adalah salah pemahamannya terhadap Islam. Oleh karena
itulah kita bertikai diantara saudara
kita sendiri yang seislam, demi merebutkan klaim kebenaran Islam yang
kita pahami.

Sekarang ini kita bukan
berperang ideologi akan tetapi kita
berperang interpretasi, yang jadi pertanyaan adalah kenapa kita memperebutkan nama Islam, kenapa kita tidak

berlomba-lomba untuk menjadi orang


yang beriman, karena Islam hanyalah
simbol, sementara iman adalah inti,
Islam hanyalah kulit, sementara iman
adalah isi. Mengapa kita hanya berebut
simbol dan kulit, sementara isi dan intinya kita biarkan, tak penah kita pedulikan. Rasulullah SAW tidak pernah
memerintahkan kita hanya sekedar
menjadi orang Islam, akan tetapi Allah
dan Rasul-Nya selalu meminta kita agar
jadi orang yang beriman. Karena Islam
sangatlah mudah untuk kita pertontonkan, sementara iman membutuhkan bukti yang sangat sulit untuk
kita realisasikan. Orang awam bisa
dengan mudah mengatakan bahwa ia
beragama Islam, akan tetapi iman tidak
akan cukup hanya dengan perkataan.
Allah telah berfirman, dalam surat: AlHujurat: 14.
Orang-orang Arab badui itu
berkata:kami telah beriman. Katakanlah (kepada mereka):kamu belum
beriman, tapi katakanlah kami telah
tunduk karena iman itu belum masuk
dalam hatimu.

Ibarat sebuah bangunan,
Islam adalah atap dan umat ini adalah
gedungnya. Kalau umat ini kuat maka
Islam akan menjadi bangunan yang
kokoh dan Islam tidak akan pernah roboh. Akan tetapi kalau umat ini rapuh
maka jangan harap Islam akan tetap
jaya dan semoncer slogannya. Islam
membutuhkan persatuan umat, bukan
perpecahan umat, karena persatuan
adalah akar dari kekuatan dan perpecahan adalah awal dari kehancuran.

Kita harus berbangga dengan
bermunculannya golongan, jamaah
ataupun partai dalam diri umat
Islam. dari situ akan memunculkan
perbedaan.perbedan umatku adalah
suatu rahmat-(al-hadis), asalkan perbedaan itu bukan perbedaan prinsipil
Islam. Sebab dengan adanya perbedaan kita akan menemukan romantika
kehidupan dan dapat menambah khazanah dialektika pengetahuan, jikalau
kita bisa arif menyikapi arti perbedaan
tersebut. Bahkan Dr. H. Tholib Hasyim
Hasan pernah menyatakan bahwa
adanya golongan, jamaah dalam Islam
yang berbeda-beda adalah ibarat tiang

81

HIKMAH
FOTO: Antara

KERUKUNAN UMAT. Seorang mahasiswa membawa poster ketika berlangsungnya aksi damai di Mataram, NTB, Selasa
(21/9). Puluhan mahasiswa dari KAMMI dan PMKRI mengecam tindakan pembakaran Al Quran di Amerika Serikat (AS), dan
menyerukan kepada masyarakat agar tetap menjaga toleransi antar umat beragama.

Masa pendukung kerukunan antar umat beragama menggelar aksi damai di Kedubes Amerika, Jakarta,. Aksi tersebut
meminta kepada Amerika untuk membatalkan pemberian penghargaan kerukunan antar umat beragama kepada Presiden
SBY karena dianggap gagal dalam pemeliharaan kerukunan beragama di Indonesia.

yang menyangga Islam, semakin ba


nyak golongan atau partai dalam Islam
akan semakin mengokohkan bangunan Islam itu sendiri. Dengan syarat
golongan, partai ataupun jamaah
itu saling bersatu. Akan tetapi kalau
semua golongan itu tidak bersatu
maka akan cepat merobohkan Islam
dari dalam.

Manfaat yang bisa kita ambil
dari adanya kelompok-kelompok
yang banyak adalah jikalau ada satu
kelompok yang rusak, maka kelompok
yang lain masih akan tetap bisa eksis.
Berbeda bila hanya ada satu kelompok
saja, ketika satu kelompok itu rusak,
maka akan hancur pula kelompok
itu tanpa ada yang dapat meneruskan visi dan misinya di kemudian
hari. Secara lebih gamblang dapat

82

FOTO: Inilah.com

kita ingat sebuah ilustrasi yang me


ngatakan: alkisah, ada seorang bapak
ingin pergi dari Surabaya ke Jakarta
bersama seluruh keluarganya yang
berjumlah sekitar empat puluh orang.
Bapak tersebut menghimbau kepada
seluruh keluarganya agar tidak menaiki satu bis saja. Akan tetapi mereka
harus berpencar-pencar dan menaiki
beberapa bis. Ketika ada orang yang
bertanya tentang hal itu, sang bapak
tersebut menjawab dont put your
eggs in one basket (jangan kau taruh
telur-telur yang kau punyai dalam satu
keranjang saja). Ketika ditanya alasannya ia menjawab, sebab kalau ditaruh
dalam satu keranjang, ketika keranjang
itu jatuh maka akan habislah seluruh
telur itu. Beda kalau telur itu dipisahpisah dalam beberapa keranjang. Kalau

ada satu keranjang yang terjatuh,


maka masih ada beberapa telur yang
terselamatkan.

Begitu pula halnya gambaran
komunitas umat ini, kita lebih bisa
menemukan dinamika dan romantika
hidup dengan banyaknya kelompok
di dalam umat ini. Prinsip boleh beda
asalkan akidah tetap sama. Siapapun
orangnya, asalkan ia beriman kepada
Allah dan dan mengakui M
uhammad
sebagai rasulullah serta beriman
kepada rukun iman yang lain, maka ia
adalah saudara kita.

Sekarang ini dunia Islam
membutuhkan orang-orang yang
mempunyai sifat toleran, bukan orang
yang anti perbedaan. Islam butuh
orang-orang yang arif dalam kebersamaan, bukan orang yang kritis dalam
mengklaim kesalahan. Umat ini haus
akan persatuan dan butuh kedamaian.
Marilah kita mencoba kembali kepada
titik kebersamaan, walaupun kebersamaan itu harus dibingkai dengan
aneka ragam perbedaan. Marilah kita
bersama-sama kembali berpegang
kepada tali ajaran Allah karena hanya
dengan itulah kita bisa menemukan
makna sebuah persatuan. Allah SWT
telah berfirman dalam surat Ali Imran
ayat: 103.
Dan berpeganglah kamu semua kepada
tali atau (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan
nimat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa jahiliyyah) bermusuhmusuhan, maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu orangorang yang bersaudara karena nimat
Allah. Dan kamu telah berada di ujung
neraka, lalu Allah menyelamatkan
kamu dari padanya, demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu,
agar kamu mendapatkan petunjuk.
Melalui ayat ini Allah menyapa manusia dengan firman-Nya agar manusia
ingat kembali akan sejarah umat-umat
yang terdahulu yang hancurkan dan
diazab oleh Allah dengan adanya
sebuah kehancuran sebab mereka bercerai berai dan enggan untuk bersatu.
Melalui sejarah itulah Allah mengingatkan kembali akan jeleknya perpecahan.

83

84

Anda mungkin juga menyukai