REDAKSI
DEWAN PEMBINA :
Moch. Jasin
DEWAN REDAKSI :
Maman Taufiqurohman, HilmiM
uhammadiyah, Sukarma, Akso,
Heffinur, Mohamad Fahri, Akhmad Hariyanto.
PEMIMPIN REDAKSI :
Nurul Badruttamam
WAKIL PEMIMPIN REDAKSI :
Ali Ghozi
REDAKTUR PELAKSANA :
Ali Machzumi
REPORTER :
Hakim Jamil, Agus Salim, Moh. Anshari,
Hendro Dwi antoro
DESAIN ARTISTIK/TATA LETAK :
Basuki Rahmat
INFORMASI TEKNOLOGI :
M. Hafidz L idinillah , Darwanto
LITBANG :
M. Ali Zakiyuddin
PENYELARAS BAHASA:
Mukodas Arif Subekti, Ahmad Saubari
FOTOGRAFER :
Abdur Rahman Saputra, Ahmad Nida
HUMAS :
Royhand Abdillah
PRODUKSI:
Abdul Hamid
DISTRIBUSI :
Titik Purwanti
Edisi Berikutnya
SEKRETARIS REDAKSI:
Darori, Mia Rahmawati, Sari Febrianti
KEUANGAN :
Milha Fitri Hawa
ALAMAT REDAKSI :
Gedung Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI, Subbag
Ortala Lantai II, Ruang Dapur Reformasi Birokrasi, Jalan RS. Fatmawati No. 33-A Cipete PO BOX 3867 Jakarta Selatan
TELEPON : (021)75916038, 7591853, 7691849
FAX : 021-7692112
PONSEL : 081932499551, 081398894955
WEBSITE : www.itjen.kemenag.go.id
EMAIL: fokuspengawasan. itjen@gmail.com
TIM ITJEN KEMENAG dalam setiap peliputan selalu dilengkapi
kartu identitas.
Kontributor :
Abdul Djamil
Abdul Mujib
Ade Irawan
Ali Ghufron Mukti
Ali Machzumi
Ary Ginanjar Agustian
Budi Santoso
Busyro Muqoddas
Din Syamsuddin
Gun Gun Heryanto
Hidayat Nur Wahid
Hilmi Muhammadiyah
Ida Fauziyah
Moch. Jasin
Moh. Anshari
Mohamad Fitri
Mustholih Siradj
Nasaruddin Umar
Nasih Nasrullah
Nurul Badruttamam
Said Aqil Siradj
Slamet Effendi Yusuf
DARI REDAKSI
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb
Pembaca Fokus yang berbahagia,
Pada Triwulan II 2014 ini, Fokus
Pengawasan kembali hadir dihada
pan pembaca dengan tema Pusaran
Gratifikasi dalam Birokrasi. Tema yang
sangat menarik di tengah proses refor
masi birokrasi di Indonesia. Birokrasi
merupakan ujung tombak dalam
urusan pelayanan publik. Mau tidak
mau birokrasi menjadi sorotan atas
kondisi akut permasalahan pelayanan
yang berkelindan dengan korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN). Meskipun
kita tahu bahwa masalah KKN bukan
hanya terjadi dan terdapat di lingku
ngan birokrasi, tetapi juga berjangkit
pada sektor swasta, dunia usaha, dan
lembaga sosial kemasyarakatan.
Korupsi, kolusi, dan nepo
tisme (KKN) dimulai dari hal kecil yang
dilakukan oleh penyelenggara negara
dengan menerima hadiah sebagai tan
da terima kasih pelayanan birokrasi
kepada masyarakat, dunia usaha mau
pun lembaga sosial kemasyarakatan.
Sebuah pemberian mulai dari yang
kecil hingga yang besar, cepat atau
lambat tentu akan mempengaruhi
kualitas pelayanan ataupun keputu
san yang diambil oleh penyelenggara
negara.
Jika kita tengok ke belakang,
sebelum reformasi bergulir di Indone
sia, suatu pemberian kepada aparatur
atas jasa dan pelayanan merupakan
Dengan dibentuknya UPG
pada masing-masing Kementerian/
Lembaga diharapkan akan memini
malisasi dan mencegah segala bentuk
gratifikasi. Namun, tanpa kemauan
dari dalam untuk menyelamatkan bi
rokrasi dari pusaran gratifikasi, upaya
memperbaiki sistem dalam rangka
reformasi birokrasi akan percuma. Un
tuk menciptakan birokrasi yang jujur,
transparan, bersih, anti KKN memang
harus didukung oleh semua pihak, baik
dari dalam maupun dari luar. Pihak dari
luar misalnya swasta, dunia usaha, dan
lembaga sosial kemasyarakatan.
Reformasi birokrasi mengide
alkan birokrasi tanpa gratifikasi. Bi
rokrasi yang serius untuk berbenah diri
serta kembali kepada peran dan fungsi
yang diembannya, yaitu birokrasi yang
menjadi pelayan masyarakat, jujur,
berintegritas, kompeten, profesional,
dan bersih. Selamat Membaca
Wassalamualaikum Wr. Wb
SURAT PEMBACA
Redaksi menerima surat anda berupa saran, kritik dan karya pembaca semua untuk di muat di
Majalah FOKUS Pengawasan ini. layangkan surat anda ke Redaksi melalui email ke :
fokuspengawasan@gmail.com Mohon sertakan identitas lengkap dan alamat anda.
Unit Pengendali
Gratifikasi?
Redaksi yang terhormat, sesuai
informasi yang saya dapatkan, bahwa
dalam rangka pelaksanaan reformasi
birokrasi pada Kementerian Agama
telah membentuk Unit Pengendali
Gratifikasi, kalau boleh tahu minta
dijelaskan bagaimana strukturnya?
Apakah pada masing-masing satker
nanti harus dibentuk, lalu apa peran
dan tugas dari Unit Pengendali Gratifi
kasi tersebut. Terima kasih.
Irma, Bekasi
FP: Saudari Irma yang saya hormati, me
mang betul di lingkungan Kementerian
Agama sudah dibentuk Unit Pengendali
Gratifikasi (UPG) dan telah di launching
pada tanggal 11 Maret 2014. Saat ini
memang masih di lingkungan Ins
pektorat Jenderal Kementerian Agama.
UPG sendiri merupakan unit pelaksana
program pengendalian gratifikasi yang
dibentuk oleh pejabat yang berwenang
dengan Surat Keputusan pimpinan unit
kerja sebagai perpanjangan tangan dari
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Terkait dengan masing-masing satker
apakah membentuk UPG atau tidak ma
sih menunggu Peraturan Menteri Agama
(PMA) tentang Pengendalian Gratifikasi
di Lingkungan Kemenag yang saat ini
masih disiapkan. Terima kasih masukan
saudara akan kami bawa pada rapat
umum redaksi guna membahas secara
prinsip dan teknis penambahan rubrik
tersebut. Terima kasih
LHKPN
Salam hangat untuk redaksi FP, mohon infomasi terkait
masalah Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di
lingkungan Kementerian Agama. Apakah ada buku panduan
cara pengisiannya sehingga bisa mempermudah kita bagi
penyelenggara negara di lingkungan Kementerian Agama
untuk mengisi LHKPN. Kalau memang belum ada, saya kira
ini penting untuk disusun.Terima kasih.
Arif, Cilacap
FP: Salam sukses untuk Saudara Arif, kami sampaikan terima
kasih atas pertanyaannya. Kementerian Agama sudah mempu
nyai Keputusan Menteri Agama Nomor 91 Tahun 2013 tentang
Pejabat yang Wajib Menyampaikan Laporan Harta Kekayaan
Penyelenggara Negara di Lingkungan Kementerian Agama.
Saat ini sudah ada buku panduan terkait dengan tata cara
pengisian LHKPN di lingkungan Kementerian Agama yang di
terbitkan oleh Inspektorat Jenderal Kemenag bekerja sama
dengan KPK Tahun 2014. Tentu dengan diterbitkannya buku
panduan tersebut diharapkan akan membantu dan memper
mudah pengisian bagi yang wajib LHKPN.
DAFTAR ISI
F KUS UTAMA
Terbitnya Undang-Undang No 20 tahun 2001 khususnya pasal 12 B
menjadikan gratifikasi secara tegas sebagai suatu tindakan yang terlarang. Sebagai
suatu bangsa yang birokrasinya telah lama dibiarkan toleran terhadap gratifikasi
maka usaha untuk menghilangkannya menjadi cukup sulit. Terbukti meskipun
peraturan tersebut sudah berjalan lebih dari satu dasawarsa, gratifikasi masih saja
ditemukan dalam lingkaran birokrasi pemerintahan. Bukan hanya penyelenggara
negara yang mempertahankan kebiasaan gratifikasi, tetapi juga masyarakat umum
saat melakukan aktivitas yang bersentuhan dengan birokrasi.
Hal 6 - 40
COVER
STORY
Kebiasaan memberi dan
menerima hadiah dalam
sistem birokrasi menimbulkan
kendala dalam membangun
tata kelola pemerintahan yang
baik. akibat berkembangnya
kebiasaan pemberian hadiah ini
juga memungkinkan terjadinya
praktik suap
Hal 14-17
GRATIFIKASI: SATU BENTUK
KONFLIK KEPENTINGAN
43-47
PERAN WHISTLEBLOWER
DLAM PEMBERANTASAN
KORUPSI
Dalam konteks hukum positif
kita, kehadiran Whistleblower
perlu mendapatkan
perlindungan. Berdasar
UU Nomor 13 Tahun 2006,
Pasal 10 Ayat (2) keberadaan
Whistleblower tidak
mendapatkan perlindungan
hukum
HOW TO BE AN
EFFECTIVE LEADER
Menjadi seorang pemimpin,
selain harus bisa mengayomi
anak buahnya juga harus
fokus dan meminimalisasi
ke
lalaian-kelalaian yang bisa
merugikan diri sendiri dan tim.
Hal tersebut bisa terhindar
dengan banyak belajar dari
pengalaman orang lain dalam
memimpin.
62-65
48-52
53-55
DILEMA SERTIFIKASI
GURU
Di dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Tahun 2005,
Pasal 2 ayat 2 menjelaskan
bahwa pengakuan kedudukan
guru sebagai tenaga
profesional dibuktikan dengan
sertifikat pendidik.
Pemberdayaan (empowering)
APIP ; dalam mewujudkan
program WBK dan WBBKM
tentunya diperlukan penguatan
dan pemberdayaan APIP, bentuk
penguatan dan pemberdayaannya
Sekitar Kita
KANTOR SEHAT TANPA
ASAP ROKOK
Hikmah
76-78
MENCETAK GENERASI
ANTIKORUPSI
79-82
Hal 23-27
MENDETEKSI & MENCEGAH
GRATIFIKASI DALAM
BIROKRASI
Fraud (Gratifikasi, Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme) adalah
pertama, penghasilan tidak
seimbang dengan butuhan,
kurang sempurnanya peraturan
perundang-undangan,
administrasi yang lamban dan
sebagainya;
F KUS UTAMA
Gratifikasi
dalam Birokrasi
Oleh: Mahmudah
F KUS UTAMA
Oleh karena itu, pemerintah
memandang perlu untuk mendisiplin
kan pemberian hadiah ini.
Sistem nilai dan budaya yang
berkembang di dalam suatu
Kebiasaan memberi dan
tidak lain mencip
menerima hadiah dalam sistem masyarakat
takan ideologi yang mencer
birokrasi menimbulkan kendala
minkan usaha kelompok-ke
lompok dominan.
dalam membangun tata kelola
Bangsa Indonesia dike
nal dengan pola hidup yang
komunal, pola hidup tersebut
membentuk ikatan kekeluar
gaan yang kental dalam kehidu
pan bermasyarakat dengan prinsip
hidup gotong royong dan saling to
long menolong. Dengan prinsip hidup
tersebut bangsa Indonesia diajarkan
untuk saling berbagi dengan sesama.
Saling memberi tidak hanya dilakukan
dalam lingkup keluarga namun juga
dalam hubungan sosial di masyarakat.
Saling memberi dalam hal ini identik
dengan pemberian dalam bentuk kon
ret seperti uang, hadiah, dan lainnya.
Kebiasaan pemberian hadiah
berkembang secara turun-temurun
sampai saat ini dengan berbagai
model dan tujuan. Diantaranya
pemberian sumbangan kepada orang
yang sedang membutuhkan, pembe
rian bingkisan atau hadiah pada saat
perayaan atau hari besar keagamaan,
ulang tahun maupun pernikahan.
Namun seiring dengan perkembangan
F KUS UTAMA
menggunakan sarana elektronik atau
tanpa sarana elektronik, masih terus
ada di masyarakat.
Sebelum diaturnya gratifikasi,
masyarakat tetap diperbolehkan mem
berikan hadiah atas dasar hubungan
jabatan selama pemberian hadiah
tersebut tidak mengharapkan imba
lan dalam bentuk apapun. Seseorang
baru dapat dijerat dengan pasal suap
apabila ia mengetahui atau patut di
duga bahwa hadiah yang diterimanya
diberikan karena kekuasaan dan ke
wenangan yang berhubungan dengan
jabatannya, atau yang menurut pikiran
orang yang memberikan hadiah atau
janji tersebut ada hubungan dengan
jabatannya seperti dijelaskan dalam
Pasal 11 UU Nomor 20 tahun 2011
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Jadi tidak semua hadiah yang diterima
oleh pejabat harus dikembalikan mau
pun diperiksa, hanya yang menimbul
kan kecurigaan dalam penyelidikan
maupun penyidikan.
Setelah gratifikasi diatur
dalam pasal yang berbeda dengan
suap dan berdiri sebagai perbuatan
sendiri, pemberian hadiah yang telah
berlangsung lama di masyarakat dila
rang khususnya pegawai negeri dan
penyelenggara negara. Akan tetapi,
pada kenyataannya ketentuan gratifi
kasi ini masih belum dapat mencegah
masyarakat dari kebiasaan pemberian
hadiah. Sampai saat ini kebiasaan
pemberian hadiah kepada pejabat
yang bertentangan dengan tugas dan
kewajibannya masih berlangsung di
masyarakat seperti yang telah dijelas
kan di atas mengenai reaksi yang
berdasarkan rasa salah diri. Dengan
demikian pada praktiknya ketentuan
mengenai gratifikasi ini belum efektif
dilihat dari masih maraknya praktik
gratifikasi yang ada di masyarakat.
Tentang
Gratifikasi
GRATI
FIKASI
BUKAN
GRATIFI
KASI
JENIS
SUAP
DA
ALA
DALAM
KEDINASAN
Boleh diterima
tak harus
dilaporkan
Boleh diterima
dan harus dilaporkan
F KUS UTAMA
Gratifikasi
Adalah
Korupsi
Oleh: Hendro Wibowo
enurut Undang-undang
Nomor 31 tahun 1999 jo.
UU Nomor 20 tahun 2001
tentang tindak pidana korupsi, definisi
korupsi dijelaskan secara gamblang
dalam 13 buah pasal yang terbagi
dalam 7 kelompok, sebagai berikut:
(a) menyangkut kerugian keuangan
negara (diuraikan dalam pasal 2 dan
pasal 3); (b) suap menyuap (diuraikan
dalam pasal 5, 6, 11, 12 dan pasal
13); (c) penggelapan dalam jabatan
(diuraikan dalam pasal 8, 9 dan 10); (d)
pemerasan (diuraikan dalam pasal 12);
(e) perbuatan curang (diuraikan dalam
pasal 7 dan 12); (f ) benturan kepentin
gan dalam pengadaan barang dan jasa
(diuraikan dalam pasal 12 huruf i); (g)
Gratifikasi (diuraikan dalam pasal 12 b
jo pasal 12 c). Sehingga dalam undangundang tersebut dengan jelas dise
butkan bahwa gratifikasi merupakan
bagian dari korupsi.
Dalam pengertian yang lebih
luas sesuai dengan Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2001, penjelasan pa
sal 12 b ayat (1) , gratifikasi didefinisi
kan pemberian dalam arti luas, di
mana gratifikasi tersebut baik diterima
di dalam negeri maupun di luar negeri,
dan dilakukan dengan menggunakan
sarana elektronik ataupun tanpa sarana
elektronik.
Banyaknya peraturan perun
dang-undangan mengenai korupsi
yang dibuat sejak tahun 1957, sebena
rnya memperlihatkan besarnya niat
bangsa Indonesia untuk memberantas
korupsi hingga saat ini. Pemberantasan
tersebut baik dari sisi hukum pidana
material maupun hukum pidana formal
(hukum acara pidana). Namun demiki
an, masih ditemui kelemahan yang
dapat disalahgunakan oleh pelaku
korupsi untuk melepaskan diri dari
jerat hukum. Terlepas dari kuantitas
peraturan perundang-undangan yang
dihasilkan, permasalahan utama pem
berantasan korupsi juga berhubungan
erat dengan sikap dan perilaku. Struk
tur dan sistem politik yang korup telah
melahirkan apatisme dan sikap yang
cenderung toleran terhadap perilaku
korupsi. Akibatnya sistem sosial yang
terbentuk dalam masyarakat telah
melahirkan sikap dan perilaku yang
permisif dan menganggap korupsi se
bagai suatu hal yang wajar dan normal.
Akan tetapi, yang tak kalah
memprihatinkan adalah dampak
korupsi bagi pembentukan sikap
pandang masyarakat sehari-hari.
Lama-kelamaan kondisi sosial ini akan
berpotensi memberi ruang pembena
ran bahkan kesempatan bagi pelaksa
naan korupsi. Hal ini karena, bukannya
NOMOR 42 TRIWULAN II TAHUN 2014
F KUS UTAMA
menjadi sumber nilai-nilai yang benar,
baik dan pantas, kondisi sosial yang
serba mengizinkan ini justru akan
dapat menimbulkan kekaburan pato
kan nilai-nilai. Akibatnya korupsi pun
menjadi hal yang biasa, termasuk di
dalam kebiasaan melakukan pungutan
tambahan terhadap pelayanan publik/
masyarakat seperti pengurusan pem
bayaran pajak, perizinan, pengurusan
paspor, pengurusan biaya nikah dan
pengurusan KTP, maupun penerimaan
baik berupa barang atau uang yang
diterima oleh penyelenggara negara
maupun pegawai negeri apabila ada
kaitan langsung terhadap tugasnya.
Apabila terdapat biaya tambahan
selain penerimaan tersebut yang
diatur dalam peraturan perundangundangan maka dapat dikategorikan
sebagai gratifikasi.
Dari berbagai jenis korupsi
yang diatur dalam undang-undang,
gratifikasi merupakan suatu hal yang
relatif baru dalam penegakan hukum
tindak pidana korupsi di Indonesia.
Meskipun sudah diterangkan di dalam
undang-undang, ternyata masih ba
nyak masyarakat Indonesia yang belum
memahami makna gratifikasi. Dengan
latar belakang rendahnya pemahaman
masyarakat Indonesia atas gratifikasi
yang dianggap suap sebagai salah satu
jenis tindak pidana korupsi. Gratifikasi
dapat diartikan positif atau negatif.
Gratifikasi positif adalah pemberian
10
F KUS UTAMA
Mencurigai
Niat Baik
Pemberian
Gratifikasi
Humaid as-Saidi radhiyallahu anhu ber
kata: Nabi shallallahu alaihi wasallam
memperkerjakan seorang laki-laki dari
suku al-Azdi yang bernama Ibnu Lutbiah
sebagai pemungut zakat. Ketika datang
dari tugasnya, dia berkata: Ini untuk ka
lian sebagai zakat dan ini dihadiahkan
untukku. Beliau bersabda: Cobalah dia
duduk saja di rumah ayahnya atau ibu
nya, dan menunggu apakah akan ada
yang memberikan kepadanya hadiah?
Dan demi Dzat yag jiwaku di tanganNya, tidak seorangpun yang mengam
bil sesuatu dari zakat ini, kecuali dia
akan datang pada hari kiamat dengan
dipikulkan di atas lehernya berupa unta
yang berteriak, atau sapi yang melem
buh atau kambing yang mengembik.
Kemudian beliau mengangkat tangan-
Oleh:
Mahfudz Maulana Sahban
pemberian dalam
arti luas, yakni
meliputi pemberian
uang, barang,
rabat (discount),
komisi, pinjaman
tanpa bunga, tiket
perjalanan, fasilitas
penginapan,
perjalanan wisata,
pengobatan cumacuma, dan fasilitas
lainnya.
NOMOR 42 TRIWULAN II TAHUN 2014
11
F KUS UTAMA
FOTO: foto.detik.com/readfoto/2011/10/11/182359/1741818/157/4/barang-gratifikasi-dilelang
Barang-barang
g ratifikasi yang disita
KPK dan akan dilelang
secara terbuka
12
F KUS UTAMA
menggunakan emas, perak, dan tem
baga sebagai alat tukar dalam bentuk
koin serta cetakan keong dengan berat
tertentu yang dalam bahasa Melayu
disebut tael. Dalam catatannya, I Tsing
menjabarkan secara singkat bahwa
para pedagang tersebut memberikan
koin-koin perak kepada para prajurit
penjaga pada saat akan bertemu de
ngan pihak Kerabat Kerajaan Sriwijaya
yang menangani masalah perdaga
ngan. Adapun pemberian tersebut di
duga bertujuan untuk mempermudah
komunikasi. Pemberian koin perak
tersebut kemudian menjadi kebiasaan
tersendiri di kalangan pedagang dari
Champa dan China pada saat ber
hubungan dagang dengan Kerajaan
Sriwijaya untuk menjalin hubungan
baik serta agar dikenal identitasnya
oleh pihak Kerajaan Sriwijaya, (Doni
Mahardiansyah, dkk, 2010).
Transformasi budaya memberi
hadiah menghasilkan distorsi makna,
yang awalnya adalah sebuah kebai
kan tanpa ada kepentingan tertentu
berubah menjadi tindak pidana korup
si. Hal tersebut karena terjadinya ke
salahan adopsi, pemberian hadiah dari
anak kepada orang tua, begitu juga se
13
F KUS UTAMA
Gratifikasi :
Satu Bentuk
Konflik Kepentingan
Oleh: Rofi Sari Dewi
14
F KUS UTAMA
15
F KUS UTAMA
Penerimaan gratifikasi dapat membawa vested
interest dan kewajiban timbal balik atas sebuah
pemberian sehingga independensi penyelenggara
negara dapat terganggu, serta dapat mempengaruhi
objektivitas juga penilaian profesional
penyelenggara negara;
FOTO: merdeka.com
16
F KUS UTAMA
lain-lain.
Penerimaan gratifikasi oleh
penyelenggara negara atau pegawai
negeri dan keluarganya dalam suatu
acara pribadi, atau menerima pembe
rian suatu fasilitas tertentu yang tidak
wajar, semakin lama akan menjadi ke
biasaan yang cepat atau lambat akan
mempengaruhi penyelenggara negara
atau pegawai negeri yang bersangku
tan. Banyak yang berpendapat bahwa
pemberian tersebut sekedar tanda teri
ma kasih dan sah-sah saja, tetapi pem
berian tersebut patut diwaspadai se
bagai pemberian yang berpotensi me
nimbulkan konflik kepentingan karena
terkait dengan jabatan yang dipangku
oleh penerima serta kemungkinan
adanya kepentingan-kepentingan dari
pemberi, dan pada saatnya pejabat
penerima akan berbuat sesuatu untuk
kepentingan pemberi sebagai balas
jasa. Penyelenggara negara atau pega
wai negeri yang menerima gratifikasi
dari pihak yang memiliki hubungan
afiliasi (misalnya: pemberi kerjapenerima kerja, atasan-bawahan dan
kedinasan) dapat terpengaruh dengan
pemberian tersebut, yang semula
tidak memiliki kepentingan pribadi
terhadap kewenangan dan jabatan
yang dimilikinya menjadi memiliki ke
pentingan pribadi dikarenakan adanya
gratifikasi. Pemberian tersebut dapat
dikatakan berpotensi untuk menimbul
kan konflik kepentingan pada pejabat
yang bersangkutan.
Untuk menghindari terjadinya
konflik kepentingan yang timbul
karena gratifikasi tersebut, penyeleng
gara negara atau pegawai negeri harus
membuat suatu declaration of interest
untuk memutus kepentingan pribadi
yang timbul dalam hal penerimaan
gratifikasi. Oleh karena itu, penyeleng
gara negara atau pegawai negeri harus
melaporkan gratifikasi yang diteriman
ya untuk kemudian ditetapkan status
kepemilikan gratifikasi tersebut oleh
KPK, sesuai dengan Pasal 12C UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 juncto
Undang- Undang Nomor 20 Tahun
2001.
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl3369/perbedaan-antara-suap-dengan-gratifikasi
SUMBER : hukumonline.com Infografis: Basuki Rahmat.
17
F KUS UTAMA
Sebenarnya segala jenis penyimpangan,
pelanggaran termasuk gratifikasi dapat
diminimalkan dengan peran pengelolaan
manajemen yang baik (good governance).
Salah satunya adalah dengan menerapkan
pengendalian intern yang kuat dan
pengawasan melekat yang ketat dan
tegas, dengan memenuhi dua unsur
good governance yakni transparansi dan
kompetensi. Langkah nyatanya dengan tetap
menjalankan manajemen organisasi sesuai
aturan, tidak takut intervensi dan tekanan
dari atasan, seperti dicontohkan Kapolri
Hoegeng dia menyatakan: Perlu diketahui
bahwa kita tidak gentar menghadapi
orang-orang gede siapa pun. Kita hanya
takut kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi
kalau salah tetap kita tindak.
Gratifikasi
dalam
Birokrasi
yang Tidak
Reformis
18
F KUS UTAMA
19
F KUS UTAMA
Imam An-Nawawi
berkata, antara hibah,
hadiah, dan sedekah
tathowwu mempunyai
kesamaan makna,
yaitu menjadikan
sesuatu sebagai hak
milik tanpa ada ganti.
menjabat sebagai Walikota Surakarta
namun diberikan kepada rakyatnya
yang membutuhkan. Selain Jokowi
ada juga Herman Sutrisno, Wali Kota
Banjar, Jawa Barat. Pada pemilihan
kepala daerah 2008, Herman Sutrisno
meraih 92,17 persen suara dan masuk
Museum Rekor-Dunia Indonesia. Dia
disukai rakyatnya karena puskesmas
dan rumah sakit gratis pelayanannya
terutama untuk orang miskin, dan
mendirikan posko kesehatan yang
dekat dengan tempat tinggal masyara
kat, di bidang pendidikan ada bantuan
kepada siswa yang tidak mampu mem
bayar dengan proyek Angka Prediksi
Drop Out pada 2004. Setiap anak yang
20
F KUS UTAMA
Pelaporan Gratifikasi Berdasarkan Wilayah Tahun 2013
No
Wilayah
Jumlah
No
Wilayah
Jumlah
NAD
17
DKI Jakarta
Sumatera Utara
18
D.I. Yogyakarta
15
Riau
19
Jawa Tengah
25
Kepulauan Riau
20
Jawa Timur
29
Sumatera Barat
15
21
Sulawesi Utara
Sumatera Selatan
22
Sulawesi Selatan
23
Sulawesi Tengah
Jambi
24
Sulawesi Tenggara
Bengkulu
25
Gorontalo
10
Lampung
26
Papua
11
Jawa Barat
291
27
Bali
12
Banten
28
13
Kalimantan Selatan
29
14
Kalimantan Tengah
30
Maluku Utara
15
Kalimantan Barat
31
Maluku
Kalimantan Timur
32
Kalimantan Utara
33
Sulawesi Barat
16
970
JUMLAH
1,391
SUMBER: Laporan Tahunan KPK Tahun 2013
21
F KUS UTAMA
pemberian adalah haram. Diharamkan
pula bagi seorang atau lembaga yang
memberikan fatwa menerima suap..
Beberapa tujuan dari suap adalah:
Ibtholul haq (mengalahkan yang
benar), Ihqaqul bathil (merealisasikan
kebathilan), al mahsubiyah bighoiri
haq (mencari keberpihakan yang tidak
dibenarkan), al hushul alal manafi
(mendapatkan kepentingan yang
bukan menjadi haknya), dan al hukmu
lahu (memenangkan perkaranya).
Menteri Agama memberi
kan respon atas Undang-Undang
Antikorupsi dan Gratifikasi dengan
himbauan dalam Surat Edaran Menteri
Agama Nomor: MA/39/2013 tentang
Himbauan terkait Gratifikasi yang ditu
jukan kepada seluruh pimpinan satker
sampai Kepala Madrasah dan Kepala
KUA Kecamatan untuk tidak mener
ima/memberikan gratifikasi yang
berhubungan dengan jabatannya dan
berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya, seperti uang/barang/fasilitas
lainnya dalam rangka mempenga
ruhi kebijakan/keputusan/perlakuan
pemangku kewenangan, terkait pela
yanan dengan tugas, wewenang atau
Galeri Foto
22
F KUS UTAMA
Mencegah &
Mendeteksi
Gratifikasi
dalam Birokrasi
Fraud (Gratifikasi,
Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme) adalah
pertama, penghasilan
tidak seimbang dengan
butuhan, kurang
sempurnanya peraturan
perundang-undangan,
administrasi yang
lamban dan sebagainya;
Oleh: Ilman
23
F KUS UTAMA
Disamping pengendalian
intern dua konsep
penting lainnya dalam
pencegahan fraud, yakni
menanamkan kesadaran
tentang adanya fraud
(fraud awarness) dan
upaya menilai risiko
terjadinya fraud (fraud
risk assessment).
24
F KUS UTAMA
hal menarik lainnya adalah jika fraud
tersebut dilakukan oleh majikan atau
pemilik perusahaan (pemegang kekua
saan), hasil survei menunjukan lebih
dari separuhnya (51,7%) terungkap
karena bocoran (tip), dan 57,7% pem
bocornya adalah karyawannya sendiri.
No
1
Bidang
Legislatif
Jumlah
Laporan
Instansi
MPR/DPR
DPRD
DPD
0
1
Kepresidenan
Kementerian Sekretaris Negara
Kementerian:
- Kementerian Koordinator
- Kementerian
- Kementerian Negara
- Setingkat Kementerian
LPNK
Lembaga Ekstra Struktural
Pemda
0
57
0
50
0
6
12
8
34
Eksekutif
344
Yudikatif
Lembaga Indepeden
38
BUMN/BUMD
235
Jumlah Keseluruhan
787
SUMBER: acch.kpk.go.id
25
F KUS UTAMA
FOTO: http://jatismart.com/v1/2013/08/tes-cpns-honorer-k-2-gunakan-ljk/
TES CPNS RAWAN PENYIMPANGAN : Kejujuran dan obyektifitas
dalam merekrut PNS, adalah harapan masyarakat. Sudah bukan
zamannya lagi merekrut CPNS dengan pola KKN atau atas dasar mengandalkan jaringan. Maka, transparansi adalah sesuatu yang wajib
kita lakukan. Informasi yang diberikan kepada masyarakat tidak hanya
informasi pendaftaran tetapi sampai pada pengumuman penerimaan
termasuk nilai yang diperoleh CPNS bagi yang lolos seleksi.
FOTO: http://jatismart.com/v1/2013/08/tes-cpns-honorer-k-2-gunakan-ljk/
26
F KUS UTAMA
LELANG JABATAN : Open recruitment atau lelang jabatan, merupakan dalah satu solusi yang cukup efektif untuk mrngisi porsi
jabatan dalam instansi pemerintahan. Seperti yang dilakukan
pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta pada ilustrasi di atas, yang
diikuti calon camat definitif.
27
F KUS UTAMA
Melacak
KORUPSI
dalam Birokrasi
Oleh: Rio Antonio
28
F KUS UTAMA
buh organisasi (misalnya penggelapan
uang) atau di luar organisasi (misalnya
pemerasan).
Tindak korupsi berbeda luas
sebaran dan jenisnya. Korupsi ada yang
dilakukan secara freelance artinya
pejabat secara sendiri-sendiri atau
dalam kelompok kecil menggunakan
wewenang yang dimilikinya untuk
meminta suap. Namun korupsi bisa
mewabah, menjadi sitematis. Klitgaard
(2002: 3) membagi korupsi menjadi
dua sebagai berikut: Pertama, korupsi
dalam arti seperti bermain curang
dalam pertandingan olahraga. Kedua,
korupsi dalam arti aturan main yang
menentukan mana permainan curan
gdan menjatuhkan sanksi bila terjadi
pelanggaran sama sekali tidak di
patuhi.
Menurut Alatas (dalam Der
matoto, 2007: 91) dari segi tipologi,
konsep korupsi dapat dibagi ke dalam
tujuh jenis yang berlainan, antara lain:
Pertama, Korupsi transaktif menunjuk
kepada adanya kesempatan timbal
balik antara pihak pemberi dan pene
rima demi keuntungan kedua belah pi
hak dan dengan aktif diusahakan terca
painya keuntungan ini oleh keduanya.
Korupsi jenis ini biasanya melibatkan
dunia usaha dan pemerintah atau
masyarakat dan pemerintah. Kedua,
Jenis yang memeras adalah jenis ko
rupsi di mana pihak pemberi dipaksa
untuk menyuap guna mencegah
kerugian yang sedang mengancam
dirinya,kepentingannya atau orangorang dan hal-hal yang dihargainya.
Ketiga, Korupsi defensif adalah perilaku
korban korupsi dengan pemerasan.
Korupsinyaadalah dalam rangka mem
pertahankan diri.
Keempat, Korupsi inven
sif adalah pemberian barang atau
jasa tanpa ada pertalian langsung
dengan keuntungan tertentu, se
lain keuntungan yang dibayangkan
akan diperoleh di mana yang akan
datang. Kelima, Korupsi perkerabatan
atau nepotisme adalah penunjukkan
yang tidak sah terhadap teman atau
saudara untuk memegang jabatan
dalam pemerintahan, atau tindakan
yang memberikan perlakuan yang
29
F KUS UTAMA
birokrasi di Indonesia
tidak berkembang
menjadi lebih efisien,
tetapi justru sebaliknya
menjadi inefisiensi,
berbelit-belit dan banyak
aturan formal yang
tidak ditaati. Birokrasi
di Indonesia ditandai
pula dengan tingginya
pertumbuhan pegawai
dan pemekaran struktur
organisasi. Birokrasi
semakin besar dan
membesar.
30
F KUS UTAMA
prinsip abdi masyarakat. Dalam kaitan
ini perlu diperhatikan kenyataan bah
wa birokrat umumnya berpendidikan
lebih tinggi daripada rakyat maupun
wakil-wakil rakyat dalam DPR. Oleh
karena itu tidak heran kalau sering
ditemui petani yang sangat bersyukur
memperoleh kredit pemerintah dan
menganggap kredit itu sebagai cermi
nan dari kebaikan hati bapak pejabat
dan tidak menganggapnya sebagai
haknya yang lumrah dan sah.
Ketimpangan antara birokrat
dan rakyat dalam hal status, pendi
dikan dan pemilikan informasi me
nimbulkan dua konsekuensi. Pertama,
pejabat itu bisa membuat keputusan
secara sewenang-wenang tanpa bisa
diukur dan bisa minta uang semir atau
sogokan lain dari warga masyarakat.
Kedua, warga yang lemah itu akan
lebih sering menawarkan sogo
kan dengan harapan bisa merubah
perilaku birokrat yang menjaga jarak
agar lebih mendekat padanya dan
menjadipatron nya, sehingga warga
itu bisa memperoleh keuntungan
diistimewakan dalam urusan dengan
pemerintah.
Faktor-faktor kultural dan
struktural itu berperan besar dalam
mendorong terjadinya korupsi di ba
nyak masyarakat dunia ketiga. Bahkan,
mungkin juga di wilayah lain. Namun,
yang menjadi pertanyaan, mengapa
ada negara yang mampu menahan de
sakan itu dan ada yang tidak mampu?
Mengapa negara-negara yang lebih
bersih daripada yang lain? Untuk men
jawab pertanyaan ini harus diperhati
kan variabel penengah yang berwujud
sifat kelembagaan politik. Hubungan
antara desakan untuk korupsi (variabel
penyebab) dengan terjadinya korupsi
(variabel akibat) sebenarnya tidak lang
sung, tetapi ditengahi oleh sifat kelem
bagaan politik. Dalam masyarakat yang
menjalankan satu jenis pelembagaan
politik desakan kultural dan struktural
ke arah korupsi mungkin betul-betul
menimbulkan tindak korupsi, tetapi
di dalam masyarakat dengan jenis
pelembagaan politik lain mungkin de
sakan itu tidak menimbulkan tindakan
korupsi.
Langkah-Langkah Pencegahan
Menurut Tanzi (1998: 565)
penyebab korupsi dapat dibedakan
menjadi penyebab langsung dan tidak
langsung. Penyebab langsung antara
lain disebabkan oleh: (1) Pengaturan
dan otorisasi; (2) Perpajakan; (3) Kebi
31
F KUS UTAMA
32
F KUS UTAMA
FOTO: Antara
33
F KUS UTAMA
secara arbitrasi. Kedua, menutup ke
mungkinan bagi para pegawai untuk
melakukan tindakan-tindakan koruptif
dengan mengurangi otoritas penuh
mereka, baik dalam perumusan ke
bijakan maupun dalam pengelolaan
keuangan. Ketiga, menegakkan akun
tabilitas para pegawai pemerintah
dengan memperkuat monitoring
dan mekanisme hukuman, lembaga-
lembaga publik hendaknya juga
memberdayakan fungsi kontrol dan
pengawasan publik (Ilyas dan Umar,
2004:98). Menurut Ilyas dan Umar
(2004: 98), pemberdayaan fungsi kon
trol dan pengawasan juga memerlukan
strategi, sehingga pemberantasan ko
rupsi dapat berlangsung secara kom
prehensif dan berkelanjutan. Terdapat
tiga strategi dalam pemberdayaan
fungsi kontrol dan pengawasan ini,
diantaranya adalah: Pertama, mem
perkuat kelembagaan mekanisme
kontrol resmi untuk memonitor
pegawai, pejabat dan politisi. Kedua,
meningkatkan tekanan publik agar
lembaga-lembaga mekanisme kontrol
tersebut bisa berfungsi dengan baik
dan ini memerlukan reformasi struktur
politik kenegaraan dan partai politik
dan lingkungan sosial yang memung
kinkan publik untuk dapat melakukan
tekanan.Ketiga, mendidik publik untuk
melakukan tekanan moral dan politik
untuk pemberantasan korupsi.
Selanjutnya Kartono (2005:
135) memberikan saran untuk mem
berantas korupsi diperlukan adanya
partisipasi segenap lapisan masyara
kat, antara lain: (1) Adanya kesadaran
rakyat ikut memikul tanggung jawab
guna melakukan partisipasi politik dan
kontrol sosial dan tidak bersikap acuh
tak acuh. Kontrol sosial baru bisa efektif
apabila bisa dilaksanakan oleh dewandewan perwakilan yang benar-benar
representatif dan otonom, pada taraf
desa sampai taraf pusat dan nasional.
(2) Memanfaatkan aspirasi nasional
yang positif yaitu mengutamakan
kepentingan nasional, kejujuran serta
pengabdian pada bangsa dan negara,
melalui sistem pendidikan formal, non
formal dan pendidikan agama. (3) Para
pemimpin dan pejabat memberikan
34
FOTO: politikuang.net
F KUS UTAMA
ZERO
GRATIFIKASI
TANTANGAN
PROFESIONALISME
APARATUR SIPIL
NEGARA
35
F KUS UTAMA
http://www.solopos.com/2013/06/04/banner-larangan-terima-gratifikasi-412589
Pegawai membawa banner larangan penerimaan gratifikasi di halaman
Balaikota, Solo. Sebanyak 51 lurah di Kota Solo menerima banner tersebut saat
upacara peringatan Hari Lansia Nasional di Balaikota.
Profesionalisme lebih
ditujukan kepada
kemampuan aparatur
dalam memberikan
pelayanan yang baik,
adil, dan inklusif serta
tidak hanya sekedar
kecocokan keahlian
dengan tempat
penugasan.
misi birokrasi sebagai pelayan pub
lik seperti tertuang dalam UU-ASN,
diharapkan pengaruh negatif dari
carut-marut terhadap birokrasi akan
dapat dikikis.Kedua, kita akui bersama
bahwa reformasi birokrasi yang men
jadi kebijakan prioritas dalam rencana
jangka menengah pemerintah telah
gagal. Kegagalan itu terutama karena
reformasi birokrasi hanya ditafsirkan
sebagai perbaikan remunerasi bagi
para PNS. UU-ASN diharapkan mampu
mengubah paradigma reformasi bi
rokrasi yang hanya berorientasi remu
nerasi menjadi kinerja yang profesio
nal, komitmen pada kepentingan
rakyat, dan akuntabilitas sesuai tun
tutan masyarakat modern. Kenaikan
remunerasi penting untuk memastikan
setiap PNS memiliki tingkat kesejahte
raan yang layak, tetapi yang jauh lebih
penting adalah mengaitkan remunera
si dengan kinerja pelayanan mereka.
Kinerja aparatur pemerintah
secara umum selalu menjadi sorotan
dari masyarkat. Harus diakui memang
bahwa selama ini aparatur pemerintah
dalam tugasnya, belum secara opti
mal memperlihatkan citra dan kinerja
yang diharapkan berdasarkan prinsip
penyelenggaraan negara dan peme
rintahan yang baik dan bertanggung
jawab. Masyarakat selaku stakeholder
merupakan pihak yang paling dapat
merasakan baik tidaknya pelayanan
36
F KUS UTAMA
berdasarkan penilaian
terhadap Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP), pada
tahun 2009 jumlah instansi
pemerintah yang dinilai
akuntabel baru mencapai 24%.
3.
4.
5.
6.
37
F KUS UTAMA
INDEKS PERILAKU
ANTI KORUPSI
(IPAK) 2013
38
F KUS UTAMA
rokrasi pemerintah sebagai berikut:
1. Terjadinya maladministrasi yang
sering dilakukan oleh birokrasi
publik dan meluasnya praktik KKN,
2. Rendahnya profesionalisme
aparat, kurang inovasi, tidak dina
mis, kualitas yang masih harus
ditingkatkan,
3. Lemahnya sistem kontrol dalam
birokrasi sehingga mendorong
terjadinya in-efisiensi,
4. Budaya (culture) yang cenderung
masihpaternalistik, patron-client,
hedonistik, patrimonialistik, feoda
listik,
5. Masih gemuknya lembaga-
lembaga birokrasi tanpa adanya
kejelasan dalam rincian tugas,
6. Rendahnya standar moral dan
perilaku aparat dalam menjalan
kan fungsi-fungsi pelayanan, dan
7. Sistem insentif yang dianggap
kurang berkeadilan, dan lain-lain.
Atas penjelasan tersebut
maka prinsip integritas dan profesio
nalisme hadir sebagai suatu kebutu
han terhadap tantangan tugas yang
dihadapi aparatur negara, sebab tanpa
prinsip tersebut tidaklah mungkin ter
capai tingkat efektifitas dan produkti
vitas yang tinggi dalam melaksanakan
proses reformasi birokrasi. Dan guna
menetapkan strategi yang tepat dalam
melaksanakan reformasi birokrasi di
lingkup pemerintah.
MOTTO: Kepastian Ijin Dengan Mempermudah dan Tidak Mempersulit, tertera di lobby pelayanan publik salah satu instansi
pelayanan publik, di Tangsel. Ini merupakan tantangan bagi birokrasi yang memerlukan unsur-unsur mendasar antara lain adalah
unsur profesionalisme dari pelaku dan penyelenggara pemerintahan dan pelayanan publik.
Parameter Profesionalisme
Pencarian jati diri akan
paradigma baru dalam meningkatkan
profesionalisme aparatur yang berkai
tan dengan pencapaian tujuan orga
nisasi yang baik dan bersih bukanlah
pekerjaan mudah. Salah satu jawaban
bagi permasalahan tersebut adalah
dengan melihat kemampuan aparatur
untuk beradaptasi dengan fenomena
yang terjadi. Menjadi penting bahwa
kemampuan aparatur dalam beradap
tasi terhadap perubahan lingkungan
eksternal dan internal organisasi
dijadikan tolak-ukur dalam melihat
profesionalisme birokrasi. Perbedaan
kemampuan aparatur mempengaruhi
Sumber : http://bp2t.tangerangselatankota.go.id/uploads/album/1/25.JPG
NOMOR 42 TRIWULAN II TAHUN 2014
39
F KUS UTAMA
tuntutan baru, dan pengetahuan
baru, birokrasi harus merespons
secara cepat agar tidak tertinggal
dalam menjalankan tugas dan
fungsinya.
Gratifikasi dan Profesionalisme
Aparatur
Prinsip integritas
dan profesionalisme
hadir sebagai suatu
kebutuhan terhadap
tantangan tugas
yang dihadapi
aparatur negara,
sebab tanpa prinsip
tersebut tidaklah
mungkin tercapai
tingkat efektifitas
dan produktivitas
yang tinggi dalam
melaksanakan proses
reformasi birokrasi.
40
REFLEKSI
KORUPTOR ITU
KUFUR NIKMAT
Oleh: Ida Farida
FOTO : urbancult.net
udul di atas terinspirasi dari sebuah buku hasil kajian para ahli
agama dari kalangan Nahdlatul
Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Selama ini wacana yang berkembang
dikalangan publik tentang korupsi selalu merujuk pada pandangan sekuler
dan moralitas barat yang menyebut
korupsi itu bertentangan dengan etika
dan moralitas publik.
Korupsi juga dinilai mengingkari prinsip-prinsip good governance
seperti prinsip akuntabilitas, transpa
ransi, dan rasionalitas birokrasi
pemerintahan modern. Agar gema
terhadap praktek ketidakadilan yang
diakibatkan oleh perilaku korupsi makin meluas dan punya resonansi yang
kuat, pandangan mengenai praktek
korupsi dari sudut pandang agama
perlu disosialisasikan dan disuarakan
lebih keras lagi.
Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah yang menjadi representasi kelompok Islam paling besar
tentu dapat memberi kontribusi pen
ting dalam mendorong gerakan anti
korupsi. Selain mewakili jumlah umat
Islam yang sangat besar,kedua organisasi sosial keagamaan itu juga dapat
menyuarakan pandangan moralitas
Power tends
to corrupt,
and absolute
power to
corrupt
absolutely
-Lord Actonagama bahwa korupsi itu bertenta
ngan dengan ajaran agama apa pun.
Dalam Al-Quran misalnya,
Tuhan berfirman: Dan janganlah
kamu memakan harta sebagian
yang lain di antara kamu dengan
jalan yang batil dan janganlah kamu
membawa (urusan) harta itu kepada
hakim supaya kamu dapat memakan
sebagian harta benda orang lain
itu dengan (jalan berbuat) dosa,
padahal kamu mengetahui(QS;AlBaqarah:188).
Para koruptor itu tak pernah
merenungkan khotbah moral Nabi
utusan Tuhan Muhammad SAW dalam
sebuah hadits yang sangat populer,
Setiap tulang dan daging yang tum
buh di badan berasal dari makanan
yang tidak halal, seluruh amal dan
41
REFLEKSI
FOTO : urbancult.net
Salah Satu Seni Jalanan
(Street art)yang dibuat oleh
komunitas omahasu, dengan
tema dan materi yang
provokatif untuk membasmi
korupsi. Tikus merupakan
personifikasi dari koruptor
yang menggerogoti negeri ini
42
PERAN WHISTLE
BLOWER
43
44
Peran Whistleblower
Di Indonesia.
Menurut Prof. Dr. Komariah
E. Sapardjaja, peran whistleblower
sangat penting dan diperlukan dalam
rangka proses pemberantasan korupsi.
Namun demikian, asal bukan semacam suatu gosip bagi pengungkapan
kasus korupsi maupun mafia peradilan. Yang dikatakan Whistleblower
itu benar-benar didukung oleh fakta
konkret, bukan semacam surat kaleng
atau rumor saja. Penyidikan atau
penuntut umum kalau ada laporan
seorang Whistleblower harus hati-hati
menerimannya, tidak sembarangan
apa yang dilaporkan itu langsung
diterima dan harus diuji dahulu.
Whistleblower berperan
untuk memudahkan pengungkapan
tindak pidana korupsi, karena Whistle
blower itu sendiri tidak lain adalah
orang dalam didalam institusi di mana
ditengarai telah terjadi praktik korupsi. Sebagai orang dalam, seorang
Whistleblower merupakan orang yang
memberikan informasi telah terjadi
pidana korupsi dimana ia bekerja.
Seorang Whistleblower ini bisa merupakan orang yang sama tidak terlibat
Seorang saksi,
korban dan
pelapor tidak
dapat dituntut
secara hukum
baik pidana
maupun perdata
atas laporan
kesaksian yang
akan, sedang,
atau telah
diberikan .
45
Adapun kriteria
seorang untuk mejadi
Whistleblower tidak
perlu ada, karena siapa
saja yang benar-benar
mengetahui adanya
suatu permufakatan
jahat, kemudian bila
dia sungguh-sungguh
memberikan laporan
atau kesaksian kepada
penegak hukum,
maka orang itu wajib
hukumnya untuk
dilindungi.
46
Lembaga
Perlindungan Saksi
dan Korban (LPSK)
yang menjalankan
tugas memberikan
perlindungan bagi
saksi dan korban.
Namun lingkup
LPSK sayangnya
belum menjangkau
Whistleblower.
47
48
Tunjangan sertifikasi
guru tidak hanya
sekadar tambahan
penghasilan yang
diberikan pemerintah,
namun juga
merupakan salah
satu bentuk reward
(penghargaan) dari
pemerintah terhadap
para guru yang telah
memenuhi kriteria
lolos sertifikasi.
49
http://bimg.antaranews.com/kalbar/2013/08/ori/20130814sutarmidji-sertifikasi-guru.jpg
50
tunjangan profesi dan tunjangan khusus guru PNS dan non PNS berdasarkan Bab V Pasal 8 Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 164/PMK.05/2010.
Pelaksanaan Pembayaran TPG
PNS dan Non PNS
Tunjangan Profesi Guru
diberikan terhitung mulai bulan
Januari tahun berikutnya setelah
yang bersangkutan mendapat Nomor
Registrasi Guru dari Kementerian
Pendidikan Nasional setelah terlebih
dahulu mendapat sertifikat pendidik
sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan. Di samping itu, tunjangan
khusus diberikan setelah yang bersangkutan memenuhi persyaratan se
suai dengan ketentuan dan peraturan
perundang-undangan. Tunjangan
Profesi dan Tunjangan Khusus Guru
dibayarkan sesuai Surat Keputusan
tentang penetapan penerima tunjangan.
Dalam hal terdapat tunggakan atau kekurangan bayar/rapel
atas Tunjangan Profesi dan Tunjangan
Khusus Guru dari tahun lalu dan atau
berdasarkan perubahan Surat Keputusan tentang penetapan penerima Tunjangan sebagai akibat terbitnya Surat
Keputusan Kenaikan Pangkat, Kenaikan Gaji Berkala dan Surat Keputusan
Impassing, dapat diajukan tagihan
dan dilakukan pembayaran sepanjang
http://kalteng.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=94372
51
Foto: Tribunnews.com
52
Mimpi Indah
Menuju
WBK/WBBKM
Oleh: M. Ali Irfan
53
54
55
Unit Pengendali
Gratifikasi (UPG)
Kementerian Agama
Oleh: Sri Hindriyanti
56
pegawai negeri dan atau penyelenggara negara dapat dengan mudah melaporkan gratifikasi yang diterimanya
kepada KPK. Dengan keberadaan
UPG tersebut, pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang akan me
laporkan gratifikasi tidak harus berhadapan langsung dengan KPK.
Untuk mengoptimalkan hasil
yang ada, tentu kehadiran unit pe
ngendali gratifikasi (UPG) di Kementerian Agama ini, diharapkan tidak
hanya ada di Inspektorat Jenderal
saja, tetapi juga di satuan-kerja lain
yang ada di lingkungan Kementerian
Agama mulai dari level eselon I Pusat
sampai di tingkat perguruan tinggi
57
Korupsi Para
Wakil Tuhan
58
Negeri dengan
mayoritas umat yang
beragama Islam,
namun hanya sedikit
pemimpin/pejabat yang
mempunyai integritas
dan bersifat jujur
terutama dalam lingkup
birokrasi pemerintah.
Menurut Dr HM Harry
Mulya Zein yang dimuat dalam
republika.co.id (Jumat, 26 April
2013) mengatakan bahwa Jabatan
merupakan amanah dan pengab
dian bukan untuk mencari kete
naran serta menumpuk kekayaan.
Karena dalam sebuah kisah Rasu
lullah shallallahu alaihi wa sallam
pernah menasihati Abdurrahman
bin Samurah:
59
Foto: okezone.com
BARANG BUKTI KORUPSI: Sejumlah penyidik
KPK memperlihatkan barang bukti uang pecahan
Dollar AS dugaan suap terhadap Kepala Satuan
Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak
dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini di
Gedung KPK Jakarta.
Foto: Portalkbr.com
60
Berpegangteguhlah pada
kejujuran karena kejujuran membawa kebaikan dan kebaikan itu
membawa kepada surga. Dan se
sungguhnya seseorang senantiasa
berbuat jujur dan memilih kejujuran hingga ia dicatat di sisi Allah
sebagai orang yang jujur. Dan hatihatilah kamu terhadap kedustaan
karena kedustaan membawa kejahatan dan kejahatan itu membawa
kepada neraka. Dan sesungguhnya
seseorang senantiasa berdusta dan
memilih kedustaan hingga dicatat
di sisi Allah sebagai seorang pendusta [HR. Bukhari no. 6094
dan Muslim no. 2607].
Motif atau hasrat se
seorang melakukan korupsi menu
rut Sosiolog Musni Umar (dilansir
dalam rilis JAK TV, 4/10/2013)
bahwa setidaknya terdapat 4
(empat) penyebab pejabat tinggi
negara melakukan korupsi dengan
menerima suap dan atau grati
Foto: okezone.com
TANGKAP TANGAN PEJABAT
KORUP (kiri). Dua penyidik Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK)
menunjukan barang bukti berupa
uang saat gelar barang bukti hasil
operasi tangkap tangan di Gedung
KPK, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta
Selatan. Uang tersebut didapat
dalam Operasi Tangkap Tangan
Ketua Mahkamah Konstitusi Akil
Mochtar, dan Akil Mochtar telah
ditetapkan sebagai tersangka
dalam kasus dugaan suap perkara
kasus pilkada Lebak, Banten dan
Gunug Mas Kalimantan Tengah,
dan uang yang diamankan dalam
operasi tersebut sekira Rp 3miliar.
Sementara menurut
Lukman Hakim (Auditor Badan
Pemeriksa Keuangan BPK RI )
mengatakan, ada empat faktor
yang mendorong seseorang untuk
melakukan tindak pidana korupsi
yang merugikan keuangan negara
yang antara lain adalah faktor
kebutuhan, tekanan, kesempatan
dan rasionalisasi. Seseorang ter
dorong untuk melakukan tindak
pidana korupsi karena ingin me
miliki sesuatu namun pendapatan
nya tidak memungkinkan untuk
mendapatkan yang diinginkan
tersebut atau karena permin
taan dari seseorang kerabat atau
atasan yang tidak bisa dihindari.
Adapun menurut Direktur Penga
wasan Kepatuhan Pusat Pelaporan
dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK), Subintoro, bahwa se
seorang terdorong melakukan
tindak pidana korupsi karena
ingin memenuhi kebutuhan
yang bergaya hidup mewah atau
berlebih-lebihan (republika.co.id.
21/11/2011). Gaya hidup me
wah dan gelamour saat ini sering
61
How To Be An
Effective Leader
Oleh: Farida Nugrahini
Pemimpin merupakan
figur dalam sebuah sistem yang
selalu dipertanyakan setiap kali
sebuah sistem organisasi goyah,
mengalami kekacauan, dan tidak
berhasil mencapai tujuan. Keber
hasilan sebuah sistem, kelompok
atau organisasi, memang diten
tukan oleh peran pemimpinnya.
Beberapa ahli berpendapat ten
tang pemimpin. Menurut Malayu
S.P. Hasibuan, pemimpin adalah
seseorang dengan wewenang
kepemimpinannya mengarahkan
bawahannya untuk mengerjakan
sebagian dari pekerjaannya dalam
mencapai tujuan. Robert Tanem
baum, menyatakan pemimpin
62
Pemimpin yang
baik adalah seorang
yang membantu
mengembangkan
orang lain, sehingga
akhirnya mereka tidak
lagi memerlukan
pemimpinnya itu.
- Lao Tzu -
Kepemimpinan
adalah seni untuk
mempengaruhi
dan menggerakkan
orang-orang
sedemikian rupa
untuk memperoleh
kepatuhan,
kepercayaan, respek,
dan kerjasama
secara royal untuk
menyelesaikan tugas
mengurus atau mengatur orang
lain.
Kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang mempe
ngaruhi dan memotivasi orang
lain untuk melakukan sesuatu
sesuai tujuan bersama. Kepemim
pinan meliputi proses mempe
ngaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku
pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memper
baiki kelompok dan budayanya.
Sedangkan kekuasaan adalah
kemampuan untuk mempenga
ruhi orang lain untuk mau mela
kukan apa yang diinginkan pihak
lainnya.The art of influencing
and directing meaninsuch away
to abatain their willing obedience, confidence, respect, and loyal
cooperation in order to accomplish
the mission. Kepemimpinan ada
lah seni untuk mempengaruhi dan
menggerakkan orang-orang sede
mikian rupa untuk memperoleh
kepatuhan, kepercayaan, respek,
dan kerjasama secara royal untuk
menyelesaikan tugas Field Ma
nual 22-100.
Kekuasaan adalah ke
mampuan untuk mempengaruhi
orang lain untuk mau melakukan
apa yang diinginkan pihak lainnya.
Ketiga kata yaitu pemimpin, kepe
mimpinan serta kekuasaan yang
dijelaskan sebelumnya tersebut
memiliki keterikatan yang tak
NOMOR 42 TRIWULAN II TAHUN 2014
63
JENDELA
Sumber : Kemenag.go.id
Reformasi Pengadaan,
Kunci Reformasi Birokrasi
64
Mengambil tema 100 %
e-procurement untuk Kementerian
Agama Bersih dan Sejahtera, Rakernas
LPSE ini dihadiri 129 peserta yang terdiri
dari Kabag TU Kanwil, Kabag TU PTAIN
(UIN dan Institut), Kasubag Inmas Kanwil,
dan Sys Admin LPSE Kanwil seluruh
Indonesia.
Menurutnya, berbagai
penyimpangan yang terjadi dan sering
muncul di media, salah satunya terkait
dengan persoalan pengadaan barang
dan jasa. Ini wajar, mengingat barang
dan jasa masuk kategori belanja modal
dan merupakan komponen yang sangat
besar.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pasif
Diktator
Krisis
Tidak konsisten
Penakut
Pesimis
Sombong
Akademis
Berikut kelalaian yang ha
rus dihindari seorang pemimpin :
1. Memperbaiki suatu masalah
tanpa sebuah sistem. Tanpa
adanya sebuah sistem, malah
akan membuang-buang waktu
secara percuma dan ini akan
memperlambat kinerja tim se
cara keseluruhan.
2. Menempatkan pekerjaan sebelum orang lain. Pemimpin
yang baik adalah pemimpin
yang mencari keseimbangan
sempurna antara menger
Dapat disimpulkan bahwa
untuk menjadi untuk menjadi
pemimpin yang efektif tidaklah
mudah dan membutuhkan suatu
proses, yang terpenting bahwa
kita harus bekerja secara tim dan
dapat menciptakan lingkungan
pekerjaan yang energik, berkomit
men dan bermanfaat bagi orga
nisasi.
65
Jebakan
Gratifikasi
Oleh: Darori
66
Penerimaan gratifikasi
merupakan hal yang
sangat serius sebagai
salah satu bentuk tindak
pidana korupsi, dengan
sanksi pidana yang
persis sama dengan
tindak pidana suap
lainnya dalam UndangUndang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
Yang dimaksud dengan gratifikasi dalam ayat ini adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi
pemberian uang, barang, rabat
(discount), komisi, pinjaman tanpa
bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut
baik yang diterima di dalam negeri
ataupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana
elektronik.
Jelaslah bahwa gratifikasi meru
67
68
Apakah pemberian
tersebut diberikan oleh pemberi yang memiliki hubungan
kekuasaan/ posisi setara de
ngan Anda atau tidak?
Misalnya pemberian tersebut diberikan oleh bawahan, atasan atau
pihak lain yang tidak setara secara
kedudukan/posisi baik dalam
lingkup hubungan kerja atau konteks sosial yang terkait kerja. Jika
jawabannya adalah ya (memiliki
posisi setara), maka bisa jadi kemungkinan pemberian tersebut
diberikan atas dasar pertemanan
atau kekerabatan (sosial), meski
demikian untuk berjaga-jaga ada
baiknya Anda mencoba menjawab
pertanyaan berikutnya. Jika jawabannya tidak (memiliki posisi tidak
setara) maka Anda perlu mulai
meningkatkan kewaspadaan Anda
mengenai motif pemberian dan
menanyakan pertanyaan berikutnya untuk mendapatkan pemahaman lebih lanjut.
Apakah terdapat hubu
ngan relasi kuasa yang bersifat
strategis?
Artinya terdapat kaitan berkenaan
dengan/ menyangkut akses ke
aset-aset dan kontrol atas aset-aset
sumberdaya strategis ekonomi,
politik, sosial, dan budaya yang
Anda miliki akibat posisi Anda saat
Foto: viva.co.id
gratifikasi ilegal.
Bagaimana kepantasan/ke
wajaran nilai dan frekuensi
pemberian yang diterima (secara sosial)?
Jika pemberian tersebut di atas nilai kewajaran yang berlaku di masyarakat ataupun frekuensi pemberian yang terlalu sering sehingga
membuat orang yang berakal sehat
menduga ada sesuatu di balik pemberian tersebut, maka pemberian
tersebut sebaiknya Anda laporkan
ke KPK atau sedapat mungkin
Anda tolak.
Akhirnya setiap pemberian yang
diberikan kepada pegawai negeri
perlu disikapi dengan hati-hati,
bisa saja itu menjadi penjebak
Pegawai Negeri tersebut yang
nantinya akan menjadi kasus hukum karena dikategorikan gratifikasi illegal.
MENJADI POLEMIK: Suvenir iPod yang sebagai yang dibagikan
kepada tamu undangan di resepsi pernikahan putri Sekretaris
MA Nurhadi di kembalikan oleh tamunya yang telah di tetapkan
sebagai gratifikasi ke KPK, Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta
Selatan, Senin. iPod Shuffle 2GB itu menjadi suvenir pernikahan
putri Nurhadi yang digelar 15 Maret 2014 lalu. Harga iPod
tersebut ditaksir bernilai Rp 700 ribu. Dengan 2500 undangan, sedikitnya pihak mempelai merogoh kocek sedikitnya Rp 1,5 miliar
hanya untuk suvenir saja.
Foto: tribunnews.com
69
Korupsi dalam
Pandangan Islam
Oleh: Agus Susanto
Foto: merdeka.com
70
MAKNA HADITS
SYARAH HADITS
HUKUM SYARIAT
TENTANG KORUPSI
perang.
Menurut penjelasan Ibnu
Abbas Radhiyallahu anhuma, ayat
ini diturunkan pada saat (setelah)
Perang Badar, orang-orang kehilangan
sepotong kain tebal hasil rampasan
perang. Lalu sebagian mereka, yakni
kaum munafik mengatakan, bahwa
mungkin Rasulullah Shallallahu alaihi
wa sallam telah mengambilnya.
Maka Allah Subhanahu wa Taala
menurunkan
ayat
ini
untuk
menunjukkan
jika
Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam terbebas
dari tuduhan tersebut.
Ibnu Katsir menambahkan,
pernyataan dalam ayat tersebut
merupakan pensucian diri Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam dari segala
bentuk khianat dalam penunaian
amanah,
pembagian
rampasan
perang, maupun dalam urusan lainnya.
Hal itu, karena berkhianat dalam
urusan apapun merupakan perbuatan
dosa besar. Semua nabi Allah mashum
(terjaga) dari perbuatan seperti itu.
Mengenai besarnya dosa
perbuatan ini, dapat kita pahami dari
ancaman yang terdapat dalam ayat
di atas. Ibnu Katsir mengatakan,Di
dalamnya terdapat ancaman yang
amat keras.
Selain itu, perbuatan korupsi
(ghulul) ini termasuk dalam kategori
memakan harta manusia dengan
cara batil yang diharamkan Allah
Subhanahu wa Taala, sebagaimana
dalam firmanNya :
Dan janganlah sebagian kamu
memakan harta sebagian yang lain
di antara kamu dengan jalan yang
batil, dan janganlah kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim,
supaya kamu dapat memakan
sebagian dari harta benda orang
lain itu dengan (jalan berbuat) dosa,
padahal kamu mengetahui [al
Baqarah/2:188]
Juga firmanNya :
Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang
batil [an Nisaa`/4 : 29].
Adapun larangan berbuat ghulul
(korupsi) yang datang dari Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam, maka
hadits-hadits yang menunjukkan
larangan ini sangat banyak, di
antaranya hadits dari Adiy bin
PINTU-PINTU KORUPSI
71
72
BAHAYA PERBUATAN
GHULUL (KORUPSI)
FIQH
GRATIFIKASI
Oleh: Ali Yuddin
73
74
elektronik.
Contoh kasus yang bisa
digolongkan gratifikasi adalah
pembiayaan kunjungan kerja
lembaga legislatif oleh eksekutif
karena ini dapat memengaruhi
legislasi dan implementasinya,
penyediaan biaya tambahan (fee)
dari nilai proyek, hadiah pernikahan
untuk keluarga pejabat dari
pengusaha, dan pengurusan KTP/
SIM/paspor yang dipercepat dengan
uang tambahan.
Memang, status gratifikasi
perlu dibedakan. Jika gratifikasi
diberikan oleh pemberinya
karena terkait dengan jabatan
penerimanya, baik untuk
menyelesaikan urusan pada saat
itu maupun pada masa yang akan
datang, status gratifikasi itu haram.
Statusnya sama dengan suap.
Namun, jika gratifikasi diberikan
oleh pemberinya sama sekali tidak
terkait dengan jabatan penerimanya
tetapi karena hubungan
kekerabatan atau pertemanan
yang lazim saling memberi hadiah,
gratifikasi seperti ini hukumnya
halal.
Dalam fikih ada penegasan,
apabila status gratifikasi haram,
dilaporkan atau tidak kepada
negara, statusnya tetap haram.
Ketentuan fikih ini agaknya berbeda
dengan yang dinyatakan dalam
UU No 20 Tahun 2001. Menurut
UU ini, setiap gratifikasi yang
diperoleh pegawai negeri atau
penyelenggara negara adalah suap,
tetapi ketentuan yang sama tak
berlaku jika penerima melaporkan
gratifikasi itu ke KPK paling lambat
30 hari kerja terhitung sejak tanggal
gratifikasi diterima. Ketentuan
UU ini tampaknya kalah tegas
dibanding pemikiran fikih sehingga
dikhawatirkan justru terkesan
melegalkan praktik suap dan hadiah
yang diharamkan.
Dalam fikih terdapat
metode yang dinamakan sadd
al-dzariah, yaitu upaya preventif
agar tak terjadi sesuatu yang
menimbulkan dampak negatif.
75
Sekitar Kita
ASAP ROKOK
Oleh: Miftahul Huda
Merokok Membunuhmu
begitu bunyi tagline baru iklan rokok
yang beredar pada akhir tahun 2013
pada ruang-ruang publik seperti
televisi, reklame, radio dan lainnya.
Peringatan bahaya rokok ini dari sisi
materinya terlihat lebih tegas dan jelas
dibandingkan dengan sebelumnya.
Walaupun pada satu sisi tampilan iklan
ini justru kontradiksi dengan gambar
iklan orang merokok ditampilkan terlihat gagah dan mantab mengeluarkan
asap hisapan rokoknya. Dan iklan peringatan bahaya merokok tersebut masih saja terlihat kecil kalah jauh dengan
iklan rokoknya. Dengan kondisi demikian, apakah iklan ini akan mengurangi
jumlah perokok di Indonesia? Tentu
hal ini tidak akan menjadi bahasan
kita saat ini. Biar nanti Kementerian/
Lembaga terkait itu akan mengkaji
masalah kesehatan juga masalah efek
ekonominya.
Pada saat ini memang belum
ada data yang pasti berapa jumlah
perokok aktif di Indonesia. Karena jumlah perokok selalu bertambah setiap
hari tanpa ada yang mengontrol. Mulai
dari orang dewasa dan remaja bahkan
usia anak-anak sudah tidak malu-malu
dan canggung lagi mulai mengisapnya.
Hal yang sangat memprihatinkan.
Dan tentunya kita pasti tidak susah
untuk mencari orang-orang yang
76
Sekitar Kita
sedang merokok di sekitar kita, tiap
jam, menit bahkan detik kita saksikan
kepulan asap rokok ada di sekitar kita.
Kemudian memprihatinkan lagi adalah
justru tempat-tempat umum seperti;
perkantoran, sekolah, tempat ibadah,
rumah sakit, angkutan umum dan lain
sebagainya menjadi berkumpulnya
semua merk asap rokok. Karena seakan
tidak ada halangan bagi para penikmat
tembakau tersebut untuk mengepulkan asap rokoknya. Mereka tanpa
merasa bersalah serta memikirkan
efek samping asapnya kepada orang
sekelilingnya.
Kita sebenarnya tidak mela
rang orang untuk merokok. Toh, merokok dan tidak merokok merupakan pilihan masing-masing orang. Mau sehat
atau sakit adalah kemauannya dan hak
pribadi pada individunya. Tetapi yang
perlu dipikirkan adalah bagaimana
hak-hak orang yang tidak merokok.
Dan bagaimana orang yang merokok
itu tidak pada sembarang tempat yang
justru mengganggu hak orang lain
tersebut. Memang kita harus menghormati pilihan orang yang merokok
tetapi orang yang merokok juga seharusnya menghormati orang yang tidak
merokok yang terganggu dengan asap
rokok.
Sudah banyak peraturanperaturan daerah yang diterbitkan
mengenai pengendalian asap rokok.
Sebagai contoh Provinsi DKI Jakarta
misalnya sudah menerbitkan Peraturan
Daerah (Perda) Nomor 2 tahun 2005
tentang Pengendalian Pencemaran
Udara. Peraturan Gubernur Provinsi
DKI Jakarta Nomor 88 Tahun 2010
tentang Perubahan Atas Peraturan
Gubernur Nomor 75 Tahun 2005 Tentang Kawasan Dilarang Merokok, juga
telah diterbitkan Peraturan Gubernur
Provinsi DKI Jakarta Nomor 50 Tahun
2012 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pembinaan, Pengawasan dan Penegakan Hukum Kawasan dilarang
Merokok.
Sekarang ini sudah banyak
daerah-daerah lain yang telah membuat peraturan-peraturan terkait
dengan pengendalian asap rokok.
Diantaranya Provinsi DI Yogyakarta
dengan Peraturan Gubernur DI Yogyakarta Nomor 42 tentang Kawasan
Dilarang Merokok (KDM), lalu Kota Bo-
SIDAK ROKOK :
Sekitar 15 orang dari tim
gabungan sidak rokok
berkeliling lingkungan
Pemerintah Kota (
Pemkot ) Jakut untuk
menyidak para perokok
di dalam kawasan
pemprov DKI. Tim sidak
ini memulai sidaknya
sekitar pukul 13.50 WIB.
Mereka memulai sidak di
lantai 13 kantor walikota
menuju ke semua ruang
77
Sekitar Kita
Disadur dari infografis Lindungi Anak dari Rokok Majalah Tempo. Edisi 8 Juni 2008
orang masih tergantung pada pengawasan dari luar dan belum ada ke
sadaran dalam dirinya untuk mematuhi
aturan yang telah ditetapkan.
Harus dimulai dari diri sendiri,
begitulah semboyan untuk memulai
sebuah perubahan. Pemerintah se
bagai pembuat peraturan seharusnya
memberikan contoh kepada masyarakat dalam mematuhi peraturan. Ja
ngan sampai ada kesan membuat peraturan itu mudah tetapi susah dalam
mengimplementasikannya. Dan jangan
sampai ada stigma yang membuat
aturan justru yang melanggar duluan.
Hal yang seharusnya dihindari oleh
pengambil kebijakan dan aparaturnya.
Melihat hasil survei YLKI tersebut
kondisi ini harus disikapi oleh pimpinan
dengan menegakkan larangan merokok pada KDM.
Paling tidak ada dua hal yang
dapat diambil kebijakan oleh pimpinan
atau penanggungjawab perkantoran
terkait dengan implementasi aturan
KDM. Pertama, Buatlah peraturan
terkait dengan KDM dan tegakkan
aturan tersebut. Bagi yang melanggar
memberikan teguran bahkan sanksi
yang tegas tanpa pandang bulu. Jika
pimpinan tegas menegakkan aturan
maka bawahan pun akan takut untuk
melanggar. Kedua, membuat kebijakan
78
terkait dengan penataan ruangan. Yaitu menyiapkan ruangan khusus smoking area yang terpisah dengan gedung
dan tidak berdekatan dengan pintu keluar masuk gedung. Hal ini tentu akan
memberikan kenyamanan bagi yang
tidak merokok sehingga terbebas dari
polusi asap.
Terkait dengan implementasi
peraturan KDM ini seperti yang dilansir
oleh TCSC Indonesia, bahwa keberhasilan pelaksanaan kebijakan KDM adalah
adanya ketegasan dari pimpinan.
Sebagai contoh di Kantor Suku Dinas
Sosial Jakarta Barat, yang berani secara tegas dan konsisten menjatuhkan
sanksi denda kepada staf dan tamu
yang merokok di ruang kerja. Sudah
ada beberapa staf dan belasan tamu
yang terpaksa membayar denda karena tertangkap merokok di ruang kerja.
Hasilnya adalah tidak ada yang cobacoba lagi melanggar KDM, dan suasana
kantor bersih serta udaranya sehat
tanpa polusi asap rokok. Memang
butuh perjuangan dan pengorbanan
untuk menegakkan sebuah aturan, di
samping sosialisasi yang berkelanjutan.
Siapa yang tidak menginginkan kantor yang bersih dan sehat?
Tentu semua orang menginginkannya.
Tetapi ketika kondisi lingkungan yang
sudah tidak ramah lagi, polusi udara
Hikmah
Mencetak Generasi
Antikorupsi
Oleh: Safaat Setiawan
79
Hikmah
Ilmu (yang
didapat) pada
masa kecil (akan
membekas)
bagaikan ukiran
pada batu.
(HR. Al-Baihaqi
dan Thabrani).
80
Hikmah
Puluhan anak-anak SD di Solo menggelar aksi
memperingati hari anti korupsi Sedunia, 9 Desember .
Sekitar 50 anak-anak berseragam olahraga dari berbagai
SD di Solo meneriakkan yel-yel anti korupsi di ajang Car
Free Day atau hari Bebas Kendaraan di sepanjang Jalan
Slamet Riyadi Solo, Minggu pagi . Anak- anak Solo ini
pun membawa berbagai poster dan mendeklarasikan diri
sebagai generasi anti korupsi.
Tujuan pendidikan
itu untuk
mempertajam
kecerdasan,
memperkukuh
kemauan serta
memperhalus
perasaan
Tan Malaka
khalifah dari bani Umayyah yang oleh
sebagian sejarawan dimasukkan dalam
kategori Khulafaur rasyidin.
Salah satu fragmen kehidupan Beliau adalah ketika sang Khalifah
sedang menjalankan tugasnya di meja
kerjanya hingga malam hari, maka saat
itulah pintu ruang kerjanya terketuk
dari luar, Assalamuaikum begitu suara
sang pengetuk pintu terdengar yang
segera dikenalnya sebagai suara anak
beliau sendiri. Waalaikum salam, masuklah wahai anakku begitu jawab sang
khalifah, begitu anaknya masuk maka
sang khalifah bertanya. Wahai anakku
apakah yang akan engkau bicarakan
ini urusan negara ataukah urusan keluarga? wahai ayah ini adalah urusan
keluarga jawab si anak, dan setelah
itu sang khlalifah segera mematikan
lampu minyak yang dari tadi menyinari
ruangan tersebut. Sang anakpun terheran Karena ruangan menjadi gelap,
dan kemudian ia bertanya, wahai ayah
kenapakah engkau matikan lampu
ruangan ini?, sang khalifah menjawab
Ketahuilah nak bahwa minyak dari
lampu ini dibeli dengan uang negara
dan diperuntukkan untuk kepenti
ngan negara, maka ketika engkau akan
membicarakan kepentingan keluarga
maka aku matikan lampu ini. Menjadi
menarik jika kemudian kita bertanya
bagaimana bisa tercipta manusia yang
berkepribadian penuh dengan integritas tersebut? Apakah untuk mencetak
81
Hikmah
FOTO: RAKYAT MERDEKA/ Wahyu Dwi Nugroho
82
FOTO: Beranijujur.net
Mia Rahmiawati
83
84