FAKULTAS TEKNIK
UNVERSITAS TANJUNGPURA
TAHUN 2014
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, Karena berkat
rahmat serta hidayah-Nya penulis berhasil menyelesaikan makalah yang judul " Otonomi
Daerah dalam Kerangka NKRI". Adapun Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Kewarganearaan.
Tak lupa penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Penulis yakin Makalah ini masih jauh dari nilai kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis demi menjadikan makalah ini
bisa lebih baik lagi.
Semoga makalah "Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRI" memberikan informasi yang
berguna bagi masyarakat serta bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan
ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. iii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
Latar Belakang Masalah ...................................................................................................................... 1
BAB II ....................................................................................................................................................... 3
ISI............................................................................................................................................................. 3
Hakikat Otonomi Daerah .................................................................................................................... 3
Visi Otonomi Daerah ........................................................................................................................... 4
Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia ................................................................................................ 5
Prinsip-prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah .................................................................................... 6
Pembagian Kekuasaan dalam Kerangka Otonomi Daerah ................................................................. 6
Pemilihan, Penetapan, dan Kewenanangan Kepala Daerah ............................................................... 7
Kesalahpahaman terhadap Otonomi Daerah ..................................................................................... 8
Otonomi Daerah dan Pembangunan Daerah...................................................................................... 9
Otonomi Daerah dan Pilkada Langsung ............................................................................................ 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 12
KESIMPULAN ................................................................................................................................... 12
SARAN .............................................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 13
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
perilaku buruk aparat pemerintah pusat ini, disinyalir terjadi kebocoran 20 sampai 30
persen dari APBN.
Akibat lebih jauh dari terlalu sibuk mengur usi proyek di daerah,
m e m b u a t pejabat di pemerintahan nasional tidak ada waktu untuk belajar tentang situasi
global, tentang international relation, international economy dan international
finance. Merekat e r l a l u s i b u k m e n g g u n a k a n w a k t u d a n e n e r g i n ya u n t u k
m e n g u r u s m a s a l a h - m a s a l a h domestik yang seharusnya bisa diurus pemerintah
daerah. Akibatnya mereka tidak bisa mengatasi masalah ketika krisis ekonomi datang
dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Sentralisasi yang sangat kuat telah berdampak pada ketiadaan kreativitas daerah
karena ketiadaan kewenangan dan uang yang cukup. Semua dipusatkan di
Jakarta untuk diurus. Kebijakan ini telah mematikan kemampuan prakarsa dan daya
kreativitas daerah, baik pemerintah maupun masyarakatnya. Akibat lebih lanjut, adalah
adanya ketergantungan daerah kepada pemerintah pusat yang sangat besar.
Bisa dikatakan sentralisasi is absolutely bad. Dan otonomi daerah
a d a l a h jawaban terhadap persoalan sentralisasi yang terlalu kuat di masa orde baru. Caranya
adalah mengalihkan kewenangan ke daerah. Ini ber dasarkan paradigma ,
h a k i k a t n ya daerah sudah ada sebelum Republik Indonesia (RI) berdiri. Jadi ketika RI
dibentuk tidak ada kevakuman pemerintah daerah.
Karena itu, ketika RI diumumkan di Jakarta, daerah-daerah
m e n g u m u m k a n persetujuan dan dukungannya. Misalnya pemerintahan di Jakarta,
sulawesi, sumatera dan K a l i m a n t a n m e n d u k u n g . I t u m e n j a d i b u k t i b a h w a
p e m e r i n t a h a n d a e r a h s u d a h a d a sebelumnya. Prinsipnya, daerah itu bukan
bentukan pemerintah pusat, tapi sudah ada sebelum RI berdiri.
2
BAB II
ISI
Otonomi berasal dari kata autonomos atau autonomia (yunani) yang berarti “keputusan
sendiri” (self ruling).Otonomi yaitu hak untuk memerintah dan menentukan nasibnya
sendiri.Sedangkan Desentralisasi adalah pelimbahan kewenangan dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah.
Ada beberapa alasan mengapaIndonesia perlu desentralisasi. Pertama, kehidupan
berbangsa dan bernegara hanya terpusat di Jakarta. Kedua, pembagian kekayaan tidak
merata dan tidak adil. Ketiga, Kesenjangan sosial antar satu daerah dengan daerah lain sangat
mencolok.
Pelaksanaan desentralisasi haruslah dilandasi argumentasi yang kuat. Di antara
argumentasi dalam memilih desentralisasi-otonomi daerah adalah :
3
c. Pemerintah daerah sebagai persiapan untuk karir politik lanjutan.
Pemerintah daerah merupakan wahana pnggodokan calon-calon pemimpin
nasional, setelah melalui karir di daerahnya.Proses kaderasi para pemimpin nasional
berlangsung secara akuntabel dan rasional sehingga masyarakat luas dapat
mendudukijabatan baik di pemerintah maupun lembaga perwakilan dan juga dapat
menghapus bahkan menghilangkan tradisi politik yang bertumpu pada garis
keturunan.
d. Stabilitas politik
Menurut Sharpe, stabilitas nasional mestinya berawal dari stabilitas nasional
pada tingkat lokal. Beberapa peristiwa karena ketidakstabilan politik diantaranya, di
Indonesia terjadi pergolakan daerah seperti PRRI dan PERMESTA karena kekuasaan
pemerintah Jakarta lebih dominan. Di Filipina dan Thailand, minoritas muslim
berjuang melepaskan diri dari ketidakadilan ekonomi yang berakibat lahirnya gejolak
disintegrasi yang dilakukan pemerintah pusat di Manila dan Bangkok.
e. Kesetaraan politik
Kesetaraan yang baik akibat kebijakan desentralisasi-otonomi daerah yang baik.
Melalui desentralisasi, akan tercipta kesetaraan politik antara daerah dan pusat.
f. Akuntabilitas politik
Melalui penyelenggaraan pemerintah di daerahakan lebih akuntabel dan
profesional, sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dalam politik.
Visi otonomi daerah dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama yaitu politik,
ekonomi, sosial dan budaya. Di bidang politik, untuk melahirkan pemerintah daerah yang
dipilih secara demokrasi, penyelenggaraan pemerintah yang yang responsif terhadap
4
masyarakat luas, dan lain-lain. Di bidang ekonomi, menjamin lancarnya pelaksanaan
ekonomi nasional di daerah, pemerintah daerah dapat mengembangkan kebijakan lokal
kedaerahan untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya, lahirnya
prakarsa pemerintah daerah untuk menawarkan fasilitas investasi,memudahkan perizinan
usah dan lain-lain. Di bidang sosial dan budaya, memelihara dan mengembangkan nilai,
tradisi, karya seni, karya cipta, bahasa, dan karya sastra lokal untuk merespon positif
dinamika kehidupan disekitarnya dan kehidupan global.
5
Prinsip-prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah
Pembagian kekuasaan antara pusat dan daerah dilakukan berdasarkan prinsip negara
kesatuan tetapi dengan semangat federalisme.Otonomi daerah bersifat luas, nyata, dan
bertanggung jawab. Disebut luas karena kewenangan sisa justru berada pada pemerintah
pusat, disebut nyata karena kewenangan yang diselenggarakn itu menyangkut yang
diperlukan, tumbuh dan hidup dan berkembang di daerah. Disebut bertanggung jawab karena
kewenangan yang diserahkan itu harus diselenggarakan demi pencapaian tujuan otonomi
darah, yaitu peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik,
pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan, dan pemerataan, serta pemeliharaan
hubungan yang serasi antar pusatdan derah dan antar daerah.
Kewenangan yang diserahkan kepada daerah otonom provinsi dalam rangka
desentralisasi mencakup :
6
a. Kewenangan yang besifat lintas-kabupaten dan kota, seperti kewenangan dalam bidang
pekerjaan umum,perhubungan , kehutanan dan perkebunan.
b. Perencanaan dan pengendalian pembangunan regional secara makro, pelatihan bidang
alokasi sumber daya manusia potensial, penelitian yang mencakup wilayah provinsi,
pengelolaan pelabuhan regional, pengendalian lingkungan hidup, promosi dagang dan
budaya, penanganan penyakit menular, dan penataan tata ruang provinsi.
c. Kewenangan kelautan.
d. Kewenangan yang tidak atau belum dapat ditangani daerah kabupaten dan daerah kota
diserahkan kepada provinsi dengan pernyataan dari daerah otonom kabupaten atau kota
tersebut.
Menurut UU No. 22 Thun 1999, Bupati dan Wali kotadipilih dan diberhentikan oleh
DPRD, tetapi secara administratif di lakukan oleh presiden. Sedangkan UU No. 32 Tahun
2004, kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat melalui pilkada langsung.
Pengawasan pemerintah pusat terhadap daerah otonom menurut UU baru ini dilakukan
berdasarkan supremasi hukum.Artinya, setiap perda yang dibuat DPRD dan Kepala Daerah
langsung dapat berlaku tanpa persetujuan pemerintah pusat.Tetapi pemerintah pusat bisa
menunda atau membatalkannya bila perda dinilai bertentangan dengan konstitusi, UU, dan
kepentingan umum. Sebelas kewenangan wajib diserahkan kepada daerah otonom kabupaten
dan daerah otonom kota, yaitu : pertanahan, pertanian, pendidikan dan kebudayaan, tenaga
kerja, kesehatan, lingkungan hidup, pekerjaan umum, perhubungan, perdagangan dan
industri, penanaman modal, dan koperasi.
7
Kewenangan yang dapat diselenggarakan oleh daerah otonom kabupaten dan kota yaitu
diberi kewenangan kelautan seluas 1/3 dan luas kewenangan provinsi 12 mil.Kewenangan
pilihan, yaitu kewenangan yang tidak di tangani pusat dan provinsi.
Penyerahan kesebelas kewenagan ini kepada daerah otonom kabupaten dan kota
dilandasi pertimbangan sebagai berikut : pertama,makin dekat produsen dan distributor
pelayanan publik dengan warga masyarakat yang dilayani, semakin cepat sasaran, merata,
berkualitas dan terjangkau. Kedua, penyerahan 11 jenis kewenangan itu kepada daerah
otonom kabupaten dan kota akan membuka kesempatan bagi aktor politik lokal dan sumber
daya manusia yang berkualitas di daerah untuk mengajukan prakarsa, berkreativitas, dan
melakukan inovasi. Hal ini berarti unsur-unsur budaya lokal berupa pengetahuan, keahlian
dan kearifan lokal akan dapat didayagunakan secara maksimal. Ketiga, karena distribusi
SDM yang berkualitas tidak merata.Keempat, pengangguran dan kemiskinan sudah menjadi
masalah yang tidak saja hanya ditanggung kepada pemerintah pusat semata.
8
pemerintah. Setiap pemberian kewenangan dari pusat ke daerah harus diserati dana yang jelas
dan cukup,apakah berbentuk Dana Alokasi Umum atau Dana Alokasi Khusus.
Keempat, Daerah dapat melakukan apa saja. Daerah dapat menempuh segala bentuk
kebijakan sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan hukum dan UU yang berlaku
secara nasional.Disamping itu, kepentingan masyarakat merupakan landasan paling utama
dalam mengambil kebijakan.
Kelima, Otonomi daerahakan menciptakan raja-raja kecil di daerah dan memindahkan
korupsi kedaerah.Hal ini benar, jika pemerintah daerah menempatkan diri dalam kerangka
sistem politik orde baru. Untuk menghindari hal tersebut, pilar-pilar penegakan demokrasi
dan masyarakat madani.
9
Kalangan pengusaha asing dan domestik sering kali terganggu dengan sikap
kalangan politisi dan birokrasi daerah yang mencoba mengubah apa yang sudah
disepakati sebelumnya. Hal itu berdampak dunia usaha merasa tidak
terlindungi dalam kesinambungan usahanya.
5. Pemda harus komunikatif dengan LSM / NGO, terutama dalam bidang
perburuhan dan lingkungan hidup
Pemda dituntut memahami semua aspirasi yang berkembang di kalangan
perburuhan. Pemda hendaknya menjadi jembatan antar kepentingan dunia usaha
dengan aspirasi buruh.Pemda juga harus sensitif dengan isu-isu lingkungan hidup.
Pilkada yaitu pemilihan kepala daerah dan wakilnya yaitu pemilihan Gubernur dan
wakilnya maupun pemilihan Bupati dan wakilnya yang merupakan perwujudan
pengembalian hak-hak rakyat dalam memilih pemimpin di daerah.Pilkada langsung
merupakan instrumen politik dari rakyat dalam kerangka kepemimpinan kepala daerah.
Legistimasi adalah komitmen untuk mewujudkan nilai-nilai dan norma-norma yang
berdimensi hukum, moral, dan sosial. Seorang kepala daerah yang memiliki legitimasi adalah
kepala daerah yang terpilihdengan prosedur yang sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan serta melalui proses kampanye dan pemilihan yang demokratis dan sesuai dengan
norma-norma sosial dan didukung suara terbanyak.
Penyelenggara pilkada harus memenuhi beberapa kriteria :
1. Langsung
Rakyat mempunyai hak memberikan suaranya secara langsung dengan hati
nuraninya, tanpa perantara.
2. Umum
Pemilihan berlaku bagi semua warga negara, tanpa deskriminasi suku, ras,
agama, golongan,kedaerahan,pekerjaan,dll
3. Bebas
Warga negara bebas menentukan pilihannnya tanpa tekanan dari siapapun.
4. Rahasia
10
Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin pilihannya tidak akan diketahui
orang lain dengan cara apapun.
5. Jujur
Setiap penyelenggara pilkada, aparat pemerintah,calon / peserta
pilkada,pengawas, pemantau, pemilih serta semua pihak yang terkait harus bersikap
dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
6. Adil
Setiap pemilih dan peserta pilkada mendapat perlakuan yang sama, serta bebas
dari kecurangan pihak manapun.
11
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
12
DAFTAR PUSTAKA
Rozak A, Ubaedillah A. 2008. “Demokerasi, & Hak Asasi Manusia Masyarakat Madani:
Edisi Ke-3. ICCE UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta
13