Anda di halaman 1dari 2

BAB III

KESIMPULAN
Myasthenia gravis (MG) adalah sindrom autoimun yang disebabkan oleh
kegagalan transmisi neuromuskuler, karena pengikatan autoantibodi terhadap
protein yang terlibat dalam transmisi sinyal saraf pada neuromuscular junction
(NMJ).
Myastenia gravis termasuk penyakit autoimun yang jarang ditemukan.
Jenis kelamin dan usia mempengaruhi angka kejadian dari penyakit ini. Pada usia
dibawah 40 tahun, perempuan cenderung lebih banyak menderita MG namun
diatas usia 50 tahun laki laki ditemukan lebih banyak mnederita MG dibanding
perempuan.
Karakteristik MG yaitu adanya kelemahan yang berfluktuasi pada otot
rangka dan kelemahan ini akan meningkat apabila sedang beraktivitas. Penderita
akan merasa ototnya sangat lemah pada siang hari dan kelemahan ini akan
berkurang apabila penderita beristirahat.
Gejala awal yang paling sering ditemukan adalah kelemahan otot
ekstraokular berupa ptosis dan diplopia yang kemudian akan diikuti oleh
kelemahan di anggota tubuh lainnya mengikuti pola kraniokaudal. Kelemahan
dapat terjadi pada otot fasial, otot orofaring, otot laring, otot anggota gerak hingga
otot pernafasan yang dapat menyebabkan krisis myastenik.
Selain dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat, penegakkan
diagnosis MG juga dapat dibantu dengan adanya tes tes berupa tes tensilon, tes
prostigmin, dan tes kinin. Selain tes tersebut juga dapat dilakukan pemeriksaan
laboratorium dan elektrodiagnostik.
Myastenia gravis merupakan kelainan neurologik yang dapat diobati.
Antikolinesterase (asetilkolinesterase inhibitor) dan terapi imunomudulasi
merupakan penatalaksanaan utama pada myastenia gravis. Penatalaksanaan
myastenia gravis dapat dilakukan dengan obat-obatan, timomektomi ataupun
22

dengan

imunomodulasi

dan

imunosupresif.

Pemberian

antibiotik

yang

dikombinasikan dengan imunosupresif dan imunomodulasi serta ditunjang dengan


penunjang ventilasi, mampu menghambat terjadinya mortalitas dan menurunkan
morbiditas. Seiring dengan penggunaan ventilasi mekanik dan perawatan intensif,
imunoterapi telah berkontribusi besar dalam prognosis MG dengan mortalitas
kurang dari 5%.

23

Anda mungkin juga menyukai