Anda di halaman 1dari 4

Grand Design Inovasi Untuk Indonesia Mandiri

Inovasi berkaitan dengan pendidikan. Perguruan tinggi sebagai pusat lahirnya


pemikiran-pemikiran, inovasi, penemuan ilmiah seharusnya menjadi gerbong
kemajuan sebuah negara. Namun, kenyataannya saat ini, lulusan perguruan tinggi
Indonesia banyak yang tidak memiliki pekerjaan atau menganggur. Sarjana-sarjana
inilah yang kemudian disebut dengan pengangguran terdidik atau pengangguran
intelek.
Data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebutkan angka
pengangguran mencapai 4,1 juta (21,2 persen) dari jumlah angkatan kerja
sebanyak 21,2 juta pada 2011. Jumlah pengangguran yang bergelar sarjana
mencapai 7,8 persen dari total angkatan kerja.
Angka pengangguran yang tinggi tidak hanya disumbang oleh masyarakat yang
memiliki pendidikan rendah, tapi tak jarang juga banyak pengangguran terdidik
yang kesulitan memperoleh pekerjaan sehingga menjadi beban bagi negara. Indeks
Presrasi Akademik (IPK) menjadi tidak begitu berpengaruh. Kebanyakan sarjana
tidak memiliki keahlian khusus yang menjadi faktor penarik bagi perusahaan untuk
merekrut sarjana ke perusahaannya. Masalah pengangguran bukan saja berakar
dari keterbatasan jumlah lapangan pekerjaan, ketidakcocokan kebutuhan pencari
kerja dan penyedia kerja juga menjadi penyebab tingginya angka pengangguran.
Tingginya angka pengangguran juga menyebabkan lembaga pendidikan sering
disalahkan. Lembaga pendidikan tinggi dianggap tak bisa mencetak lulusan siap
pakai. Kualitas para lulusan tidak cocok dengan kebutuhan dunia kerja. Mereka tidak
memenuhi standar persyaratan yang ditetapkan bagi rekruitmen tenaga kerja.
Maka dari itu, kampus sebagai lembaga pencetak sarjana harus mengambil langkah
cerdas dan strategis.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Bab XIII yang mewajibkan seluruh
program studi perguruan tinggi harus terakreditasi. Artinya, dalam konteks ini mutu
sebuah perguruan tinggi akan mempengaruhi kualitas lulusannya.
Setelah diwisuda, Sarjana akan dihadapkan pada beberapa pilihan yang nantinya
akan menentukan jalan hidup mereka. Pilihan itu antara lain mencari pekerjaan,
berwirausaha, melanjutkan pendidikan ke jenjang S2, dan bahkan ada yang
langsung menikah.
Wirausaha adalah salah satu pilihan yang dapat dipilih oleh sarjana untuk mencari
pemasukan. Kewirausahaan tidak hanya dapat memberikan pemasukan tersendiri
buat sarjana tersebut, tapi juga dapat membuka lapangan pekerjaan. Peluang
menciptakan wirausaha di Indonesia terbuka lebar. Di Indonesia pada tahun 2011
jumlah wirausaha masih 0,18% dari populasi. Angka ini masih jauh dari ideal
dengan standar dua persen. Jumlah wirausaha di Indonesia masih jauh
dibandingkan dengan Malaysia dan Korea. Untuk Malaysia mencapai 2,1%, Korea

4%, Singapura mencapai 7,2%, dan Amerika Serikat 11%. Sarjana harus bisa
menciptakan lapangan kerja.
Pendanaan PKBL
Beberapa BUMN, termasuk Bank seperti Bank Mandiri sudah mulai inisiatif
pendanaan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM). Pendanaan ini sebagian
besar berasal dari dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Beberapa
BUMN memberikan dana ini melalui kegiatan lomba, seperti Bank Mandiri dengan
program Wirausaha Mandiri atau Young Technopreneur Award. Beberapa BUMN lain
juga memberikan kemudahan akses pendanaan dengan memberikan pinjaman
lunak (pinjamanRp.30 juta rupiah, bunga 6%/tahun dengan jaminan/agunan IJAZAH
SARJANA). Sebuah kegiatan yang layak untuk diapresiasi. Pada dasarnya dana PKBL
yang disalurkan oleh perusahaan-perusahaan dapat mencapai Ratusan Milyar
Rupiah, sebuah jumlah yang sangat besar, dapat untuk membiayai penciptaan
wirausaha-wirausaha muda baru di Indonesia.
Program Fast Track Kewirausahaan Kampus PKBL
Beberapa perguruan tinggi di Indonesia telah mengenal istilah Fast Track.
Istilah Fast Trackbiasanya digunakan untuk program percepatan lulusan sarjana
dapat langsung dapat melanjutkan ke jenjang S2, atau dari lulusan S2 langsung ke
program S3. Pada program Fast Track ini biasanya seorang lulusan akan memilih
untuk menjadi peneliti, pengajar atau dosen nantinya setelah lulus dari
program Fast Track.
Kita perlu membuat sebuah program Fast Track lain, yaitu FAST TRACK
KEWIRAUSAHAAN. Fast Track kewirausahaan ditujukan untuk calon Sarjana yang
akan memilih menjadi wirausaha terkait penelitian, skripsi, atau tugas akhirnya
nanti. Mahasiswa yang memilih program Fast Track akan mendapat kemudahan
akses ke pendanaan PKBL atau Dana Pinjaman ke Bank, dengan pihak Kampus
(atau Perguruan Tinggi) sebagai penjamin pinjaman. Strategi penerapan Fast Track
Kewirausahaan diterapkan sebagai berikut :
1. Seorang mahasiswa ketika memasuki tahap semester 5-6 mulai dapat
memilih apakah akan memilih program Fast Track Kewirausahaan atau tetap
di jalur lulusan reguler (biasa).
2. Apabila ia memilih jalur Fast Track kewirausahaan, berarti dia harus
mengambil mata kuliah kewirausahaan lanjutan di semester 5-6. Jika tidak
memilih, ia tetap di jalur reguler (wisudawan biasa).
3. Pada program ini disediakan sebuah portal/website database mahasiswa dan
ide project, Mahasiswa harus mendaftar dan memasukkan biodata, program
studi atau jurusan, keahlian yang dimiliki, keahlian yang dicari (untuk
mahasiswa) yang ingin membuat proposal kewirausahaan berkelompok

dengan Mahasiswa Jurusan lain). Mahasiswa dapat melihat daftar/list


mahasiswa yang ikut program ini dan dapat mengajak mahasiswa lain untuk
bergabung dan berkolaborasi di project/ide project yang dia miliki.
4. Pada semester 6, ketika Kerja Praktek (KP) atau Kuliah Kerja Nyata (KKN),
mahasiswa Fast Track Kewirausahaan akan memilih lokasi KP atau KKN yang
bertema kewirausahaan.
5. Ketika memasuki Tahap Skripsi atau Tugas Akhir, Mahasiswa Fast Track
Kewirausahaan harus membuat penelitian yang sesuai dengan program studi
terkait, lengkap dengan Business Plan, Perencanaan Biaya dan kemungkinan
persiapan ke bentuk badan usaha formal (CV atau PT) (optional).
6. Pada tahap Tugas Akhir atau Skripsi, beberapa mahasiswa dapat saling
berkelompok atau berkolaborasi untuk membuat proyek penelitian atau
program kewirausahaan tersebut.
7. Pada tahap Fast Track Kewirausahaan ini, Mahasiswa atau sekelompok
mahasiswa akan didampingi oleh dosen pembimbing dan atau oleh mentor
praktisi dari pihak donatur (misal mentor dari pihak Bank atau sponsor).
8. Proposal Penelitian, atau proposal Kewirausahaan program Fast Track
Kewirausahaan akan dibimbing oleh dosen pembimbing hingga layak
mendapat pendanaan, sekaligus mengurangi resiko kebangkrutan usaha.
9. Setiap proposal yang lolos akan mendapat pinjaman pendanaan awal (seed
funding) maksimal hingga Rp.25 juta rupiah/proposal.
10.Pendanaan tersebut berupa pinjaman, Mahasiswa harus mengembalikan
dana pinjaman tersebut ke pihak kampus atau sponsor setelah usaha
mahasiswa tersebut berjalan dan mencapai titik impas (Break Even Point).
Pengembalian dana pinjaman itu yang akan menjamin kesinambungan
program ini untuk dilanjutkan ke Mahasiswa angkatan selanjutnya. JAMINAN
PENDANAAN ADALAH IJAZAH KELULUSAN PERGURUAN TINGGI.
11.Usulan Program kewirausahaan harus sesuai dengan Jurusan/Program Studi
pendidikan mahasiswa tersebut. Misalnya, Proposal kewirausahaan atas
nama pribadi, seorang Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika TIDAK
DIBOLEHKAN membuat Proposal Kewirausahan Inovasi Baso Berbentuk
Kotak isi Ampas Tahu, sebagai solusi Limbah Pabrik Tahu, dan sebagainya.
Hal yang diperbolehkan :
Jika sekelompok mahasiswa berbeda jurusan/program studi berkelompok memiliki
ide proposal kewirausahaan yang tidak sesuai dengan program studinya, hanya
diperbolehkan meneliti yang sesuai dengan bidang keahlian jurusannya.

Misalnya :
Banu mahasiswa Teknik Informatika, Bana mahasiswa Desain Produk, Bani
mahasiswa Teknik Lingkungan, Bane mahasiswa Teknologi Pangan berkelompok
membuat proposal usaha Inovasi Baso Berbentuk Kotak isi Ampas Tahu, sebagai
solusi Limbah Pabrik Tahu.
Banu, mahasiswa Teknik Informatika diperbolehkan membuat penelitian terkait
proposal. Misalnya : Cara Otomatisasi produksi, desain e-commerce, website,
internet marketing, pembuatan aplikasi pemesanan Baso, aplikasi penentuan waktu
produksi Baso, dll.
Banu, mahasiswa Desain Produk diperbolehkan membuat penelitian terkait
proposal. Misalnya : Kemasan Produk Baso, Desain booth penjualan, desain logo
atau pakaian penjaga booth, dll.
Begitu juga dengan Bani dan Bane, penelitian harus sesuai dengan program
studi/jurusannya.
Dengan adanya kegiatan fast track kewirausahaan ini diharapkan Sarjana lulusan
perguruan tinggi dapat membuka lapangan pekerjaan baru dan membuat
percepatan pencapaian target minimal 2% populasi menjalani kewirausahaan di
Indonesia segera tercapai.
Program ini dirancang agar mahasiswa Indonesia dapat saling berkolaborasi antara
mahasiswa berbeda jurusan, sehingga dihasilkan produk atau ide yang lebih
matang dan mendapat perspektif pandangan yang menyeluruh dari berbagai
disiplin ilmu pengetahuan.
Program ini juga dirancang agar mahasiswa dapat lebih bertanggung jawab
terhadap pendanaan yang diberikan, karena pendanaan yang diberikan berupa
pinjaman lunak (0%) dengan syarat kelulusan : bisnis berjalan, BEP dan dapat
mengembalikan dana pinjaman. Dana pinjaman akan digunakan akan digunakan
kembali untuk kegiatan mahasiswa angkatan tahun berikutnya.
Grand Design ini diharapkan dapat diterapkan dalam waktu sesegera mungkin.
Sebuah inovasi tidak dapat memberikan dampak jika hanya berakhir ditahap skripsi
atau dokumen penelitian saja, kita perlu aksi nyata dan implementasi di lapangan.
Mari kita dukung Program Fast Track Kewirausahaan. Tertarik mendanai ?

Anda mungkin juga menyukai