Anda di halaman 1dari 3

4.

a Pemeriksaan Sputum
Pengumpulan dahak. Spesimen dahak ditampung dalam pot dahak yang
bermulut lebar dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor. Pot
disediakan oleh laboratorium. Spesimen yang tidak langsung dikerjakan disimpan di
lemari es 4oC. Pembuatan sediaan. Dari spesimen dibuat hapusan dahak masingmasing pada sebuah kaca objek yang telah dilabel dengan nomor kode laboratorium.
Setelah pengeringan diudara, hapusan difiksasi dengan melidah-apikan 3-5x selama
3-4 detik. Sediaan yang tidak segera diwarnai, disimpan didalam kotak penyimpan
preparat pada suhu kamar. Pewarnaan Ziehl Neelsen. Larutan carbol fuchsin 0,3%
dituang pada seluruh permukaan sediaan, kemudian dipanaskan diatas nyala api
sampai keluar asap tetapi tidak sampai mendidih atau kering selama 5 menit. Sediaan
kemudian dibiarkan dingin selama 5-7 menit lalu kelebihan zat warna dibuang dan
dicuci dengan air yang mengalir perlahan. Setelah itu larutan asam alkohol 3%
(hydrochloric acid-ethanol) dituang pada sediaan dan dibiarkan 2-4 menit kemudian
dicuci dengan air mengalir selama 1-3 menit, kelebihan larutan dibuang. Larutan
methylene blue 0,1% dituang sampai menutup seluruh permukaan, dibiarkan 1 menit
lalu larutan dibuang dan dicuci dengan air mengalir .
Pembacaan hasil. Sediaan dilihat dibawah mikroskop dengan pembesaran
1000x dengan meneteskan minyak emersi tanpa menyentuh sediaan untuk mencegah
transfer BTA antar sediaan. Pelaporan jumlah BTA sesuai dengan skala IUATLD
(International Union Againts Tuberculosis and Lung Diseases, lihat Tabel 1).

Pembacaan dibawah Mikroskop


Pelaporan hasil
Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan Negatif
pandang
1 9 BTA dalam 100 lapangan pandang
10 99 BTA dalam 100 lapangan pandang
1 10 BTA dalam 1 lapangan pandang
> 10 BTA dalam 1 lapangan pandang

Tulis jumlah BTA yang ditemukan


1+
2+
3+

Sumber:
World Health Organization. Laboratory Services in Tuberculosis Control: Microscopy
Part II. WHO, 1998: 27-34.

4.b. foto polos


Pemeriksaan radiologik yang menjadi standar adalah foto toraks posteroanterior (A)
dengan atau tanpa foto lateral. Pemeriksaan lain seperti top lordotik, oblik dan CTscan toraks dilakukan atas indikasi. Pada foto toraks rutin mungkin telah ditemukan
tanda-tanda awal TB walaupun secara klinis belum ada gejala. Sebaliknya bila tidak
ada kelainan foto toraks biasanya kelainan tersebut baru terlihat minimal 10 minggu
setelah infeksi. Pada foto toraks PA, TB dapat memberikan gambaran yang
bermacam-macam bentuk (multiform). Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai
TB aktif:
1. Gambaran berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan
segmen superior bawah.
2. Kaviti terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular.
3. Bayangan bercak milier dan efusi pleura.

Gambaran yang dicurigai sebagai lesi inaktif adalah fibrotik, kalsifikasi, kompleks
Ranke, fibrotoraks dan atau penebalan pleura.
Luas proses yang terlibat pada foto toraks dapat dinyatakan sebagai lesi minimal dan
lesi luas. Lesi minimal apabila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru
dengan luas tidak melibihi volum paru yang terletak diatas chondrosterba junction
dari iga ke-2 dan prosesus spinosus vertebra torakalis IV atau korpus torakalis V dan
tidak dijumpai kaviti. Lesi luas apabila proses lebih luas dari lesi minimal atau
terdapat kaviti.

Sumber:
Saputra L. Buku saku harrison pulmonologi: Disertai contoh kasus klinik.
Gunawijaya FA (Alih bahasa), Widowati H (Editor). Tangerang. Karisma Publishing
Group. 2013.hal: 116-117.

Anda mungkin juga menyukai