Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MEKANIKA BATUAN

Massa Batuan

Disusun Oleh :
MUHAMAD RIDHO
NIM:
DBD 113 102

UNIVERSITAS PALANGKARAYA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur ke Hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Massa Batuan.
.

Tidak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada Dosen

pembimbing mata kuliah Mekanika Batuan

yang memberikan dukungan dan

kepercayaan dalam penyalasaian makalah ini.


Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha
Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik

dari

bentuk penyusunan

maupun

materinya. Kritik

konstruktif

dari

pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.


Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.

Palangkaraya, 27 Maret 2015

Penyusun

BAB I
Pendahuluan
I.

Latar Belakang
Di dalam geoteknik, klasifikasi massa batuan yang pertama diperkenalkan
sekitar 60 tahun yang lalu yang ditujukan untuk terowongan dengan
penyanggaan

menggunakan

penyangga

baja.

Kemudian

klasifikasi

dikembangkan untuk penyangga non-baja untuk terowongan, lereng, dan


pondasi. 3 pendekatan desain yang biasa digunakan untuk penggalian pada
batuan yaitu: analitik, observasi, dan empirik. Salah satu yang paling banyak
digunakan adalah pendekatan desain dengan menggunakan metode empiric.
Klasifikasi massa batuan dikembangkan untuk mengatasi permasalahan yang
timbul di lapangan secara cepat dan tidak ditujukan untuk mengganti studi
analitik, observasi lapangan, pengukuran, dan engineering judgement.
Tujuan dari klasifikasi massa batuan adalah untuk:

Mengidentifikasi parameter-parameter yang mempengaruhi


kelakuan/sifat massa batuan.

Membagi massa batuan ke dalam kelompok-kelompok yang


mempunyai kesamaan sifat dan kualitas.

Menyediakan pengertian dasar mengenai sifat karakteristik setiap


kelas massa batuan.

Menghubungkan berdasarkan pengalaman kondisi massa batuan di


suatu tempat dengan kondisi massa batuan di tempat lain.

Memperoleh data kuantitatif dan acuan untuk desain teknik.

Menyediakan dasar acuan untuk komuniukasi antara geologist dan


engineer.

Keuntungan dari digunakannya klasifikasi massa batuan:

Meningkatkan kualitas penyelidikan lapangan berdasarkan data


masukan sebagai parameter klasifikasi.

Menyediakan informasi kuantitatif untuk tujuan desain.

Memungkinkan kebijakan teknik yang lebih baik dan komunikasi


yang lebih efektif pada suatu proyek.

Dikarenakan kompleknya suatu massa batuan, beberapa penelitian berusaha


untuk mencari hubungan antara desain galian batu dengan parameter massa
batuan. Banyak dari metode-metode tersebut telah dimodifikasi oleh yang
lainnya dan sekarang banyak digunakan untuk penelitian awal atau bahkan
untuk desain akhir. Beberapa klasifikasi massa batuan yang dikenal saat ini
adalah:
1. Metode klasifikasi beban batuan (rock load)
2. Klasifikasi stand-up time
3. Rock Quality Designation (RQD)
4. Rock Structure Rating (RSR)
5. Rock Mass Rating (RMR)
6. Q-system

BAB II
Pembahasan
I. Perilaku Batuan
Perilaku batuan ada 2 yaitu perilaku batuan statik yang terdiri dari elastik, plastik dan
elastoplastik dan perilaku batuan Dinamik yang terdiri dari viskous (Newtonian),
visko-elastik (Maxwell),firmo viscous (Kelvin) dan kompleks (Burger).
1. Statik

elastik
plastik
elastoplastik

2. Dinamik viskous (Newtonian)


visko-elastik (Maxwell)
firmo viscous (Kelvin)
kompleks (Burger)
Perilaku Batuan Statik
Batuan mempunyai perilaku yang berbeda-beda pada saat menerima beban. Perilaku
ini dapat ditentukan dengan pengujian di laboratorium yaitu dengan pengujian kuat
tekan, statik artinya diam. Jadi, yang dimaksud dengan perilaku batuan statik adalah
batuan yang mempunyai sifat atau perilaku yang diam.
Perilaku batuan Statik memiliki 3 jenis yaitu :

a. Elastik adalah perilaku batuan apabila tidak ada deformasi permanen pada saat
tegangan dihilangkan (dibuat nol).
b. Plastik adalah Plastik sempurna tidak terjadi deformasi, jika < 0. Terjadi
deformasi permanen jika = 0, tidak mampu menyangga > 0.
c. Elasto Plastik adalah Perilaku plastik batuan dapat dicirikan dengan adanya
deformasi (regangan) permanen yang besar sebelum batuan runtuh atau hancur
(failure).

Perilaku batuan ideal menurut Obert. L (1967)


2

1
Et

Es

2
2
2

Awal terjadi
fracture
Propagasi Fracture tak stabil

Propagasi Fracture stabil

Perilaku Batuan yang Se

Tahapan :
1. Tahap awal dikenai gaya kurva landai non linier
2. Menjadi linier sampai batas elastik E
3. Terbentuk fracture baru dengan perambatan stabil kurva tetap linier
4. Batas elastik terlewati fracture takstabil /kurva tidak linier hancur
5. Titik hancur c menyatakan kekuatan batuan

II. Klasifikasi Massa Batuan


1. Metode klasifikasi beban batuan (rock load)
Metode ini diperkenalkan oleh Karl von Terzaghi pada tahun 1946. Merupakan
metode pertama yang cukup rasional yang mengevaluasi beban batuan untuk desain
terowongan dengan penyangga baja. Metode ini telah dipakai secara berhasil di
Amerika selama kurun waktu 50 tahun. Akan tetapi pada saat ini metode ini sudah
tidak cocok lagi dimana banyak sekali terowongan saat ini yang dibangun dengan
menggunakan penyangga beton dan rockbolts.

2. Klasifikasi Stand-up time


Metode ini diperkenalkan oleh Laufer pada 1958. Dasar dari metode ini adalah
bahwa dengan bertambahnya span terowongan akan menyebabkan berkurangnya
waktu berdirinya terowongan tersebut tanpa penyanggaan. Metode ini sangat
berpengaruh terhadap perkembangan klasifikasi massa batuan selanjutnya. Faktorfaktor yang berpengaruh terhadap stand-up time adalah: arah sumbu terowongan,
bentuk potongan melintang, metode penggalian, dan metode penyanggaan.

3. Rock Quality Designation (RQD)


RQD dikembangkan pada tahun 1964 oleh Deere. Metode ini didasarkan pada
penghitungan persentase inti terambil yang mempunyai panjang 10 cm atau lebih.
Dalam hal ini, inti terambil yang lunak atau tidak keras tidak perlu dihitung
walaupun mempunyai panjang lebih dari 10cm. Diameter inti optimal yaitu 47.5mm.

Nilai RQD ini dapat pula dipakai untuk memperkirakan penyanggaan terowongan.
Saat ini RQD sebagai parameter standar dalam pemerian inti pemboran dan
merupakan salah satu parameter dalam penentuan klasifikasi massa batuan RMR dan
Q-system
RQD didefinisikan sebagai persentasi dari perolehan inti bor (core) yang secara
tidak langsung didasarkan pada jumlah bidang lemah dan jumlah bagian yang lunak
dari massa batuan yang diamati dari ini bor (core).

Berdasarkan nilai RQD massa batuan diklasifikasikan sebagai:


RQD Kualitas massa batuan
<25% Sangat jelek
2550% Jelek
50 75% Sedang
75 90% Baik
90 100% Sangat baik
a. Metode Langsung
Dalam menghitung nilai RQD, metode langsung digunakan apabila core logs
tersedia.
b. Metode Tidak Langsung
Dalam menghitung nilai RQD, metode tidak langsung digunakan apabila core logs
tidak tersedia.

Pertimbangan RQD mengabaikan mechanical fracture yaitu fracture yang dibuat


secara sengaja atau tidak selama kegiatan pengeboran atau pengukuran (Hoek, dkk.
1995).
Nilai RQD ini dapat pula dipakai untuk memperkirakan penyanggaan
terowongan. Saat ini RQD sebagai parameter standar dalam pemerian inti pemboran
dan merupakan salah satu parameter dalam penentuan klasifikasi massa batuan RMR.
Data Masukan Rock Quality Designation (Rqd)

Data masukan untuk Rock Quality Designation (RQD) berupa panjang inti bor
(core) sepanjang pengeboran (core run) diukur langsung di lapangan bersamaan
dengan kegiatan core orienting dilakukan. Pengukuran dilakukan sesaat setelah inti
bor (core) dikeluarkan dari core barrel.
sedangkan teknik pengukuran RQD yang dipergunakan adalah teknik pengukuran
RQD yang diusulkan oleh Call & Nicholas, Inc (CNI).
Data masukan untuk perhitungan RQD adalah inti bor (core) yang memiliki
panjang lebih besar dari dua kali diameter dan panjang total perolehan (core
recovery) inti bor (core) dalam satu interval (run) pengeboran.
Penentuan Nilai Rock Quality Designation (Rqd)
Nilai RQD ditentukan untuk setiap interval (run) pengeboran.pengeboran
dilakukan dengan interval (run) 3 m dengan menggunakan mata bor berdiameter
61.11 mm.
Walaupun metode penghitungan dengan RQD ini sangat mudah dan cepat, akan
tetapi metode ini tidak memperhitung factor orientasi bidang diskontinu, material
pengisi, dll, sehingga metode ini kurang dapat menggambarkan keadaan massa
batuan yang sebenarnya.

Kegunaan Rock Quality Designation (Rqd)


a. Teknik Pertambangan
-

Studi perencanaan: pelaksanaan pembukaan tambang dan lain sebagainya

b. Teknik Sipil
- Terowongan dan lain sebagainya
- Fondasi bendungan

4. Rock Structure Rating (RSR)


RSR diperkenalkan pertama kali oleh Wickam, Tiedemann dan Skinner pada tahun
1972 di AS. Konsep ini merupakan metode kuantitatif untuk menggambarkan
kualitas suatu massa batuan dan menentukan jenis penyanggaan di terowongan.

Motode ini merupakan metode pertama untuk menentukan klasifikasi massa batuan
yang komplit setelah diperkenalkannya klasifikasi massa batuan oleh Terzaghi 1946.
Konsep RSR ini selangkah lebih maju dibandingkan konsep-konsep yang ada
sebelumnya. Pada konsep RSR terdapat klasifikasi kuantitatif dibandingkan dengan
Terzaghi yang hanya klasifikasi kulitatif saja. Pada RSR ini juga terdapat cukup
banyak parameter yang terlibat jika dibandingkan dengan RQD yang hanya
melibatkan kualitas inti terambil dari hasil pemboran saja. Pada RSR ini juga terdapat
klasifikasi yang mempunyai data masukan dan data keluaran yang lengkap tidak
seperti Lauffer yang hanya menyajikan data keluaran yang berupa stand-up time dan
span.
RSR merupakan penjumlahan rating dari parameter-parameter pembentuknya yang
terdiri dari 2 katagori umum, yaitu:
Parameter geoteknik; jenis batuan, pola kekar, arah kekar, jenis bidang lemah, sesar,
geseran,

dan

lipatan,

sifat

material;

pelapukan,

dan

alterasi.

Parameter konstruksi; ukuran terowongan, arah penggalian, metode penggalian


RSR merupakan metode yang cukup baik untuk menentukan penyanggaan dengan
penyangga baja tetapi tidak direkomendasikan untuk menentukan penyanggaan
dengan penyangga rock bolt dan beton.
RSR merupakan metode yang cukup baik untuk menentukan penyanggaan dengan
penyangga baja tetapi tidak direkomendasikan untuk menentukan penyanggaan
dengan penyangga rock bolt dan beton.
Pada RSR terdapat cukup banyak parameter yang terlibat jika dibandingkan
dengan konsep lainnya. Pada RSR ini juga terdapat klasifikasi yang mempunyai data
masukan dan data keluaran yang lengkap tidak seperti Lauffer yang hanya
menyajikan data keluaran yang berupa stand-up time dan span. RSR merupakan
penjumlahan rating dari parameter-parameter pembentuknya yang terdiri dari dua
katagori umum, yaitu:
a. Parameter geoteknik; jenis batuan, pola kekar, arah kekar, jenis bidang lemah,
sesar, geseran, danlipatan, sifat material; pelapukan, dan alterasi.
b. Parameter konstruksi; ukuran terowongan, arah penggalian, metode penggalian.

5. Rock Mass Rating (RMR)

Bieniawski (1976) mempublikasikan suatu klasifikasi massa batuan yang disebut


Klasifikasi Geomekanika atau lebih dikenal dengan Rock Mass Rating (RMR).
Setelah bertahun-tahun, klasifikasi massa batuan ini telah mengalami penyesuaian
dikarenakan adanya penambahan data masukan sehingga Bieniawski membuat
perubahan nilai rating pada parameter yang digunakan untuk penilaian klasifikasi
massa batuan tersebut. Pada penelitian ini, klasifikasi massa batuan yang digunakan
adalah klasifikasi massa batuan versi tahun 1989 (Bieniawski, 1989). 6 Parameter
yang digunakan dalam klasifikasi massa batuan menggunakan Sistim RMR yaitu:
1. Kuat tekan uniaxial batuan utuh.
2. Rock Quality Designatian (RQD).
3. Spasi bidang dikontinyu.
4. Kondisi bidang diskontinyu.
5. Kondisi air tanah.
6. Orientasi/arah bidang diskontinyu.
Pada penggunaan sistim klasifikasi ini, massa batuan dibagi kedalam daerah
struktural yang memiliki kesamaan sifat berdasarkan 6 parameter di atas dan
klasifikasi massa batuan untuk setiap daerah tersebut dibuat terpisah. Batas dari
daerah struktur tersebut biasanya disesuaikan dengan kenampakan perubahan
struktur geologi seperti patahan, perubahan kerapatan kekar, dan perubahan jenis
batuan. RMR ini dapat digunakan untuk terowongan. lereng, dan pondasi.

6. Q-system
Q-system diperkenalkan oleh Barton et al pada tahun 1974. Nilai Q didefinisikan
sebagai:
Dimana:
RQD adalah Rock Quality Designation
Jn adalah jumlah set kekar
Jr adalah nilai kekasaran kekar
Ja adalah nilai alterasi kekar
Jw adalah faktor air tanah
SRF adalah faktor berkurangnya tegangan
RQD/Jn merepresentasikan struktur massa batuan
Jr/Ja merepresentasikan kekasaran dan karakteritik gesekan diantara bidang kekar

stsu material pengisi


Jw/SRF merepresentasikan tegangan aktif yang bekerja
Berdasarkan nilai Q kemudian dapat ditentukan jenis penyanggaan yang dibutuhkan
untuk terowongan.

BAB III

Penutup
I. Kesimpulan
Perilaku Batuan terbagi 2 yaitu:
1. Statik

2. Dinamik

elastik
plastik
elastoplastik
viskous (Newtonian)
visko-elastik (Maxwell)
firmo viscous (Kelvin)
kompleks (Burger)

Beberapa klasifikasi massa batuan yang dikenal dan digunakan saat ini adalah:
1. Metode klasifikasi beban batuan (rock load)
2. Klasifikasi stand-up time
3. Rock Quality Designation (RQD)
4. Rock Structure Rating (RSR)
5. Rock Mass Rating (RMR)
6. Q-system

II. Daftar Pustaka


http://lagaevhanchekel.blogspot.com/2010/02/masa-batuan.html
http://junaidawally.blogspot.com/2013/09/terowongan-pada-batuan.html
http://www.slideshare.net/bayulaoly/mekanika-batuan-1
http://jogja-net01.blogspot.com/2011/02/klasifikasi-massa-batuan.html
http://www.academia.edu/5284913/KLASIFIKASI_MASSA_BATUAN

Anda mungkin juga menyukai