Anda di halaman 1dari 40

KESEIMBANGAN BENDA TERAPUNG

1.1. Pendahuluan
Benda yang terendam di dalam air akan mengalami gaya berat sendiri benda (FG)
dengan arah vertikal ke bawah dan gaya tekanan air dengan arah vertikal ke atas.
Gaya ke atas ini disebut dengan gaya apung atau gaya Buoyancy (FB).
Ilustrasi gaya-gaya yang bekerja pada benda yang terendam dalam air dapat
dilihat pada Gambar 1.1.

FG

FB
Gambar 1.1. Gaya-gaya yang bekerja pada benda yang terendam dalam air

Jika :
FG > FB

maka benda pada kondisi tenggelam

(1.1)

FG = FB

maka benda pada kondisi melayang (terendam)

(1.2)

FG < FB

maka benda pada kondisi terapung

(1.3)

1.2. Hukum Archimedes


Hukum Archimedes (285-212 SM) menyatakan bahwa benda yang terapung
atau terendam dalam zat cair akan mengalami gaya apung sebesar berat zat cair
yang dipindahkan oleh benda tersebut.
Hukum Archimedes dapat diterangkan dengan memandang suatu benda
sembarang yang terendam dalam zat cair diam (Gambar 1.2).
B

-z
+x

H
h
FG
p
FB
Gambar 1.2. Gaya-gaya yang bekerja pada benda sembarang yang terendam
Gaya-gaya yang bekerja adalah berat sendiri benda (FG) dan gaya hidrostatik
yang bekerja pada seluruh permukaan yang terendam. Karena benda diam, maka
gaya hidrostatik

pada

arah

horizontal

akan

sama

besar

dan

saling

meniadakan, sedangkan gaya hidrostatik yang bekerja pada permukaan dasar


benda merupakan gaya

apung atau gaya Buoyancy (FB). Jika perhitungan

dinyatakan dalam
persatuan lebar maka:
FG

= b BH

FB = p. B, dimana p = air. h

(1.4)
(1.5)

Bila benda dalam keadaan diam, maka resultan gaya arah vertical maupun
horizontal sama dengan nol.
a. Fx = 0
b. Fz = 0

(1.6)

FB

= FG

p.B

= FG

FG

= air.h.B

FG

= air.A

(1.7)

dengan A adalah volume persatuan lebar benda terendam.


1.3. Kestabilan Benda Terapung
Suatu benda dikatakan stabil bila benda tersebut tidak terpengaruh oleh
ganguan kecil (gaya) yang mencoba membuatnya tidak seimbang. Bila sebaliknya
benda itu dikatakan dalam keadaan tidak stabil atau labil. Suatu benda terapung
dalam keseimbangan stabil apabila titik pusat berat benda (Bo) berada di bawah
titik pusat apung benda (Ao) dan jika sebaliknya maka benda dalam
keseimbangan tidak stabil.
Apabila titik pusat berat benda (Bo) berimpit dengan titik pusat apung benda (Ao)
maka benda dikatakan dalam keseimbangan sembarang (indifferent).

Gambar 1.3 Kestabilan Benda yang Terapung


kondisi

stabilitas

benda

terendam

maupun

terapung

dapat

diketahui

berdasarkan tinggi metasentrumnya (m). Titik metasentrum adalah titik potong

antara garis vertikal melalui pusat apung benda setelah digoyangkan dengan garis
vertikal melalui berat benda sebelum digoyangkan (Gambar 1.4).

Gambar 1.4 Tinggi Metasentrum


Tinggi metasentrum ditentukan dengan rumus:

Dimana:
Io

= Momen inersia tampang benda yang terpotong permukaan zat

cair
V

= Volume zat cair yang dipindahkan benda

Ao Bo

= Jarak antara pusat apung dan pusat benda

Berdasarkan nilai tinggi metasentrum (m) maka dapat ditentukan bahwa, jika m >
0 maka benda dikatakan stabil, m = 0 maka benda dalam stabilitas netral
(indifferent), dan jika m < 0 maka benda dikatakan labil.

ZAT CAIR DALAM KESETIMBANGAN RELATIF


2.1. Pendahuluan
Zat cair dalam kesetimbangan relatif yaitu Zat cair dalam suatu tangki yang
bergerak dengan kecepatan konstan tidak mengalami tegangan geser karena tidak
adanya gerak relatif antara partikel zat cair ataupun partikel dengan bidang batas.
Adanya percepatan dan perlambatan akan mempengaruhi besarnya tekanan
hidrostatis zat.
2.2. Zat Cair Dalam Kesetimbangan Relatif
Zat cair dalam kesetimbangan relatif Apabila zat cair dalam suatu tangki dalam
keadaan diam, atau bergerak dengan kecepatan konstan, maka zat cair tersebut
tidak dipengaruhi oleh gerak tangki. Tetapi apabila tangki tersebut mengalami
percepatan kontinyu, maka percepatan tersebut akan berpengaruh pada zat cair
dengan adanya perubahan distribusi tekanan. Oleh karena zat cair tetap diam,
relative terhadap tangki, maka tidak ada gerak relative dari prtikel zat cair, yang
berarti tidak ada tegangan geser. Tekanan zat cair akan tegak lurus pada bidang
dimana tekanan bekerja.

Gambar 2.1. Zat cair dalam tangki bergerak dengan percepatan horizontal

Gambar di atas menunjukan zat cair yang berada dalam tangki dan bergerak
dengan percepatan searah sumbu . percepatan tersebut menyebabkan terjadinya
gaya horizontal yang bekerja pada zat cair,sehingga permukaan zat cair tidak lagi
mendatar tetapi berubah menjadi miring. Pada sisi belakang tangki, zat cair akan
naik dan sisi depan zat cair turun. misalkan adalah sudut antara bidang horizontal
dan bidang permukaan zat cair.

1. Zat cair dalam tangki mengalami percepatan

1. Berat partikel zat cair


W = Mg
2. Gaya karena percepatan
F=M

ax

3. Gaya tekanan P pada partikel


3.1. P arah horizontal Hukum Newton II
F x =M ax
P sin = M

ax

3.2. P arah vertical Hukum Newton II


F y =M a y

percepatan hanya arah horizontal maka

ay

= 0 sehingga

P cos W = 0
P cos = mg

Apabila percepatan arah vertikal maka permukaan zat cair tetap horisontal tetapi
akan terjadi perubahan tekanan hidrostatis. Percepatan ke atas tekanan hidrostatis
akan bertambah dan berlaku sebaliknya.

1. W = Mg = ghA
2. F = May = hAay
3. P = pA
4. Sesuai hk Newton II untuk gaya-gaya vertikal
Fy = May
P- W = May
pA ghA = hAay

2. Tangki bergerak dalam bidang miring

Dengan Hukum Newton II untuk gaya


horizontal
F x =M ax
P sin=M ax

Dengan Hukum Newton II untuk gaya horizontal


F y =M a y
P sin = M

ay

3. Tangki tertutup dengan zat cair penuh

KINEMATIKA ZAT CAIR


3.1. Pendahuluan
Kinematika aliran mempelajari gerak partikel zat cair tanpa meninjau gaya
yang menyebabkan gerak tersebut.
Macam-macam Aliran:
1. Invisid dan viskos
2. Kompresibel dan tak kompresibel
3. Laminer dan turbulen
4. Mantap dan tak mantap
5. Seragam dan tak seragam
6. Satu, dua dan tiga dimensi
7. Rotasional dan tak rotasional
3.2. Aliran Invisid Dan Viskos
Aliran invisid adalah aliran dimana kekentalan zat cair, , dianggap nol(zat
cair ideal). Sebenarnya zat cair dengan kekentalan nol tidak ada di alam, tetapi
dengan anggapan tersebut akan sangat menyederhanakan permasalahan yang
sangatkompleks dalam hidraulika. Karena zat cair tidak mempunyai kekentalan
maka tidak terjadi tegangan geser antara partikel zat cair dan antara zat cair dan
bidang batas.Pada kondisi tertentu, anggapan =0 dapat diterima untuk zat cair
dengan kekentalan kecil seperti air. Aliran Invisid suatu fluida diasumsikan
mempunyai viskositas nol. Jika viskositas nol maka kondiuktivitas thermal fluida
tersebut juga nol dan tidak akan terjadi perpindahan kalor kecuali dengan cara
radiasi. Dalam prakteknya, fluida inviscid tidak ada, karena pada setiap fluida
timbul tegangan geser apabila padanya dikenakan juga suatu laju perpindahan
regangan.
Aliran viskos adalah aliran di mana kekentalan diperhitungkan (zat
cair riil). Keadaan ini menyebabkan timbulnya tegangan geser antara patikel zat

cair yang bergerak dengan kecepatan berbeda. Apabila zat cair riil mengalir
melalui bidang batas yang diam, zat cair yang berhubungan langsung dengan
bidang batas tersebutakan mempunyai kecepatan nol (diam). Kecepatan zat cair
akan bertambah sesuaidengan jarak dari bidang tersebut. Apabila medan aliran
sangat dalam/lebar, di luar suatu jarak tertentu dari bidang batas, aliran tidak lagi
dipengaruhi oleh hambatan bidang batas. Pada daerah tersebut kecepatan aliran
hampir seragam. Bagian aliranyang berada dekat dengan bidang batas, di mana
terjadi perubahan kecepatan yang besar dikenal dengan lapis batas (boundary
layer ). Di daerah lapis batas ini tegangangeser terbentuk di antara lapis-lapis zat
cair yang bergerak denga kecepatan berbedakarena adanya kekentalan zat cair dan
turbulensi yang menyebabkan partikel zat cair bergerak dari lapis yang satu ke
lapis lainnya. Di luar lapis batas tersebut pengaruhtegangan geser yang terjadi
karena adanya bidang batas dapat diabaikan dan zat cair dapat dianggap sebagai
zat cair ideal.

Gambar Aliran Viskos dan Inviscid

3.3. Aliran Kompresible Dan Tak Kompresibel


Semua fluida (termasuk zat cair) adalah kompresibel sehingga rapat massanya
berubah dengan perubahan tekanan. Pada aliran mantap dengan perbuhan rapat
massa kecil, sering dilakukan penyederhanaan dengan menganggap bahwa zat cair
adalah tak kompresibel dan rapat massa adalah konstan. Oleh karena zat cair
mempunyai kemampatan yang sangat kecil, maka dalam analisis mantap sering
dilakukan anggapan zat cair tak kompresibel. Tetapi pada aliran tak mantap sering

10

dilakukan melalui pipa di mana bisa terjadi perubahan tekanan yang sangat besar,
maka kompresibilitas zat cair harus diperhitungkan.
Bila kerapatan massa fluida berubah terhadap perubahan tekanan fluida maka
dikatakan aliran bersifat kompresibel. Sedang bila praktis tak berubah terhadap
perubahan tekanan yang ada dalam sistem, maka aliran itu dikatakan bersifat tak
kompresibel. Zat cair umumnya dapat dianggap mengalir secara tak kompresibel
sedang gas secara umum dipandang mengalir secara kompresibel.Walaupu kasuskasus tertentu mungkin aliran gas dapat pula dipandang sebagai tak kompresibel,
yaitu bila perubahan kerapatan massa dalam sistem yang ditinjau praktis dapat
diabaikan.
3.4. Aliran Laminer dan Turbulen
Aliran fluida mengikuti bentuknya, sewaktu mengalir aliran fluida
membentuk suatu jenis / bentuk. Jenis dan bentuk dari pergerakan fluida adalah :
1. Aliran Laminar
Aliran laminar adalah aliran fluida yang membentuk menyerupai garis lurus.
Aliran laminer terjadi apabila partikel-partikel zat cair bergerak teratur dengan
membentuk garis lintasan kontinyu dan tidak saling berpotongan. Aliran laminer
terjadi apabila kecepatan aliran rendah, ukuran saluran sangat kecil dan zat cair
mempunyai kekentalan besar.
2. Aliran Turbulen
Aliran Turbulen adalah aliran fluida yang tidak membentuk suatu garis lurus.
Aliran ini terbentuk ketika menemui hambatan. Aliran dimana pergerakan dari
partikel partikel fluida sangat tidak menentu karena mengalami percampuran
serta putaran partikel antar lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum
dari satu bagian fluida kebagian fluida yang lain dalam skala yang besar. Dalam
keadaan aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan
geser yang merata diseluruh fluida sehingga menghasilkan kerugian kerugian
aliran. Pada aliran turbulen , partikel-partikel zat cair bergerak tidak teratur dan
garis lintasannya saling berpotongan. Aliran turbulen terjadi apabila kecepatan

11

aliran besar, saluran besar dan zat cair mempunyai kekentalan kecil. Aliran di
sungai, saluran irigasi/drainasi, dan di laut adalah contor dari aliran turbulen.
Aliran yang angka Reynold (Re)-nya besar pada umumnya bersifat turbulen.

Dimana:

: kerapatan fluida
V : Kecepatan
l : panjang karakteristik
: viskositas
(a) Aliran Laminar

Gambar Aliran Laminar

(b) Aliran Turbulen

Gambar Aliran Turbulen

Dalam bidang keteknikan definisi dari kedua jenis aliran fluida tersebut
dapat dilihat pada jet dua dimensi, kincir angin, aliran dalam pipa, dan aliran
dalam dua plat sejajar atau aliran tiga dimensi yang lain mempunyai perubahan
bilangan Reynolds yang tidak stabil. Aliran yang laminar memiliki bilangan
Reynolds yang kecil dan relatif stabil, tetapi pada aliran turbulen bilangan
Reynoldnya besar dan relatif berubah pada setiap titiknya. Untuk menjelaskan
fenomena aliran turbulen kita dapat melakukan simulasi sehingga dapat dljelaskan
karakterisrik aliran turbulen tersebut.
Definisi Turbulen

12

Untuk menentukan suatu penentuan apakah suatu aliran dikatakan laminar


atau turbulen seperti dijelaskan diatas kita dapat menggunakan pendekatan
Bilangan Reynolds pada aliran tersebut. Bilangan Reynolds adalah ukuran yang
dimiliki aliran mengenai gaya inersia yang diberikan dan gaya viskos yang
dimiliki fluida. Apabila dalam lapisan batas aliran tidak terjadi perubahan
terhadap waktu dan aliran steady, maka dapat dikatakan aliran tersebut laminar,
sebaliknya jika alirannya random dan berubah terus terhadap waktu secara radikal,
maka aliran tersebut adalah aliran turbulen atau lebih gampangnya setelah
dihitung suatu aliran dikatakan turbulen apabila Bilangan Reynoldnya > 2300.
Kecepatan, tekanan dan berbagai sifat lainnya akan berubah menjadi acak dalam
aliran turbulen, seperti dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik Aliran vs Tekanan Grafik Variasi Kecepatan pada aliran turbulen

Karakteristik aliran turbulen dapat dilakukan komputasi, dengan


persamaan menggunakan kecepatan rata-rata U dan fluktuasi dari u(t) sehingga
persamaan kecepatan aliran menjadi :

Secara umum, karakteristik dari aliran turbulen ini dinotasikan sebagai kecepatan

13

rata-rata (U,V,W,P dan lainnya) dan kecepatan yang berfluktuasi (y,v,w,p dan
lainnya).

Transisi dari Aliran Laminar ke Turbulen


Penyebab suatu aliran laminar berubah menjadi aliran turbulen adalah
ketika stabilitas pada aliran laminar mengalami sedikit gangguan (gaya) yang
diberikan sehingga aliran tersebut menjadi tidak stabil. Untuk menjelaskan
fenomena tersebut terdapat teori hydrodynamic instability yang digunakan untuk
menganalisis aliran transisi ini. Suatu aliran dengan kecepatan tertentu,
didalamnya terdapat titik perubahan dapat terlihat pada Gambar 2(a). Aliran ini
tidak stabil karana gangguan yang diberikan dan jika dihitung Reynolds angkanya
cukup besar. Ketidakstabilan ini dapat diidentifikasi pertama tentang aliran yang
invicid oleh sebab itu tipe aliran seperti ini disebut aliran inviscid instability.tipe
aliran seperti ini terjadi pada aliran jet, baling-baling, dan lapisan batas antara dua
plat sejajar dengan gradien temperatur yang berlawanan. Aliran dengan kecepatan
yang laminar tanpa adanya point of inflexion disebut viscous instability.
Pendekatan tentang aliran tipe ini dapat didekati dengan beberapa aliran seperti
aliran disepanjang dinding yang solid seperti pipa, dan lapisan batas tanpa adanya
gradien tekanan balik.
3.5. Aliran Mantap Dan Tak Mantap
Aliran mantap (steady flow) terjadi jika variabel dari aliran (seperti
kecepatanV, tekanan p, rapat massa r, tampang aliranA, debit Q, dsb) disembarang
titik pada zat cair tidak berubah dengan waktu.
Aliran tak mantap (unsteady flow) terjadi jika variabel aliran pada setiap titik
berubah dengan waktu. Contoh aliran tak mantap adalah perubahan debit di dalam
pipa atausaluran, aliran banjir di sungai, aliran di estuari (muara sungai) yang
dipengaruhi pasang surut. Analisis dari aliran ini adalah sangat kompleks,

14

biasanya penyelesainnya dilakukan secara numerik dengan menggunakan


komputer.
3.6. ALIRAN SERAGAM DAN TAK SERAGAM
Aliran disebut seragam (uniform flow) apabila tidak ada perubahan besar dan
arah dari kecepatan dari satu titik ke titik yang lain di sepanjang aliran.
Demikian juga dengan variabel-variabel lainnya seperti tekanan, rapat massa,
kedalaman, debit, dsb. Aliran di saluran panjang dengan debit dan penampang
tetap adalah contoh dari aliran seragam. Aliran seragam merupakan aliran yang
tidak berubah berubah menurut menurut tempat tempat. Konsep Konsep aliran
seragam dan aliran kritis sangat diperlukan dalam peninjauan aliran berubah
dengan cepat atau berubah lambat laun. Perhitungan kedalaman kritis dan
kedalaman normal sangat penting untuk menentukan perubahan permukaan
aliran akibat gangguan pada aliran.
Aliran tak seragam (non uniform flow) terjadi jika semua variabel
aliran berubah dengan jarak. Contoh dari aliran tak seragam adalah aliran di
sungai atau di saluran di daerah dekat terjunan atau bendung.
3.7. Aliran 1D, 2D, 3D
Dalam aliran satu dimensi (1-D), kecepatan di setiap titik pada tampang
lintang mempunyai besar dan arah yang sama. Sebenarnya jenis aliran semacam
ini sangat jarang terjadi. Tetapi dalam analisa hidraulika, aliran tiga dimensi dapat
disederhanakan menjadi satu dimensi berdasarkan beberapa anggapan, misalnya
mengabaikan perubahan kecepatan vertikal dan melintang terhadap kecepatan
pada arah memanjang. Keadaan pada tampang lintang adalah nilai rerata dari
kecepatan, rapat massa, dan sifat-sifat lainnya. Aliran satu dimensi jika parameter
aliran (seperti kecepatan, tekanan, kedalaman, dll) pada suatu saat tertentu dalam
waktu hanya bervariasi dalam arah aliran dan tidak di seluruh penampang. Flow
mungkin goyah, dalam hal ini parameter berbeda dalam waktu tetapi masih belum
di seluruh penampang. Contoh aliran satu dimensi adalah aliran dalam pipa .

15

Dalam aliran dua dimensi (2-D), semua partikel dianggap mengalir


dalam bidang sepanjang aliran, sehingga tidak ada aliran tegak lurus pada bidang
tersebut. Untuk aliran di saluran yang sangat lebar, misalnya di pantai, maka
anggapan aliran dua dimensi mendatar adalah lebih sesuai. Aliran dua dimensi
jika dapat diasumsikan bahwa parameter aliran bervariasi dalam arah aliran dan
dalam satu arah di sudut kanan ke arah ini. Arus dalam aliran dua dimensi
melengkung garis pada pesawat dan adalah sama pada semua pesawat paralel.
Contohnya adalah aliran atas musuh bendung arus yang khas.
Aliran tiga dimensi (3D) komponen kecepatan ditinjau pada koordinat
ruang X,Y,Z yaitu u,v,w.
3.8. ALIRAN KRITIS, SUBKRITIS, DAN SUPERKRITIS
Aliran kritis merupakan kondisi aliran yang dipakai sebagai pegangandalam
menentukan dimesi bangunan ukur debit. Pada kondisi tersebut, yang
disebutsebagai keadaan aliran modular bilamana suatu kondisi debutnya
maksimum danenergi spesifiknya adalam minimum.
Fenomena aliran modular pada pintu yang diletakkan di atas ambang
untuk satu energi spesifik yang konstan (E0) dapat diidentifikasi melalui 3 (tiga)
kondisiseperti berikut :

16

Gambar Hubungan antara debit dan tinggi air pada kondisi energi spesifik konstan

Aliran subkritis dan aliran superkritis dapat diketahui melalui nilai bilangan
Froude (F) . Bilangan Froude tersebut membedakan jenis aliran menjaditiga jenis
yakni: Aliran kritis, Subkritis dan superkritis (Queensland Department of Natural
Resources and Mines, 2004). Ketiga jenis aliran dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Aliran kritis, jika bilangan Froude sama dengan 1 (Fr = 1) dan
gangguan permukaan (cth: riak yang terjadi jika sebuah batu di lempar ke
dalam sungai)tidak akan bergerak/menyebar melawan arah arus.
b) Aliran subkritis, jika bilangan Froude lebih kecil dari 1 (Fr<1). Untuk
aliransubkritis, kedalaman biasanya lebih besar dan kecepatan aliran rendah
(semua riak yang timbul dapat bergerak melawan arus). Kecepatan air <
kecepatangelombang hulu aliran dipengaruhi pengendali hilir.
c) Aliran superkritis, Jika bilangan Froude lebih besar dari 1 (Fr>1). Untuk
aliransuperkritis kedalaman relatife lebih kecil dan kecepatan relative tinggi
(segala riak yang ditimbulkan dari suatu gangguan adalah mengikuti arah

17

arus. Kecepatan air > kecepatan gelombanghulu aliran tidak dipengaruhi


pengendali hilir.

Gambar Gelombang Kritis, Subkritis, dan Superkritis

Contoh penerapan aliran kritis, subkritis dan superkritis yaitu Aliran


Melalui Pintu Sorong / Gerak. Kondisi aliran melalui pintu sorong (Sluice gate)
akan tampak jelas apakah dalam kondisi aliran bebas atau tenggelam, tergantung
dari kedalaman air di hilir pintu yang secara bergantian ditentukan oleh kondisi
aliran dihilir pintu tersebut. Kondisi aliran bebas ( free flow) dicapai bila aliran di
hulu pintu adalah sub kritis, sedangkan aliran di hilir pintu adalah super kirtis.
PERSAMAAN BERNOULLI
4.1. Pendahuluan
Anggapan-anggapan untuk menurunkan persamaan Bernoulli:
1. Zat cair adalah ideal, tidak punya kekentalan
2. Zat cair adalah homogen & tidak termampatkan
3. Aliran adalah kontinyu & sepanjang garis arus
4. Kecepatan aliran adalah merata dalam suatu penampang
5. Gaya yang bekerja hanya gaya berat & tekanan
4.2. Persamaan Bernoulli
z

p V2

C
2g

18

Dengan :
p

: elevasi (tinggi tempat)


: tinggi tekanan

V2
2g
: tinggi kecepatan
Konstanta C adalah tinggi energi total, yang merupakan jumlah dari tinggi
tempat, tinggi tekanan dan tinggi kecepatan, yang berbeda dari garis arus yang
satu ke garis arus yang lain. Oleh karena itu persamaan tersebut hanya berlaku
untuk titik-titik pada satu garis arus.
p V2
E z
2g

E z

p V2

2g

19

Aplikasi persamaan Bernoulli untuk kedua titik di dalam medan aliran akan
memberikan :
2

z1

p1 V1
p V

z2 2 2
2g
2g

Yang menunjukkan bahwa jumlah tinggi elevasi, tinggi tekanan dan tinggi
kecepatan di kedua titik adalah sama. Dengan demikian garis tenaga pada aliran
zat cair ideal adalah konstan.
4.3. Persamaan Bernoulli untuk Zat Cair Riil

Pers. Bernoulli untuk zat cair ideal : tidak ada kehilangan tenaga karena
dianggap zat cair tidak punya kekentalan (invisid) sehingga tidak ada gesekan
antar partikel zat cair maupun dengan dinding batas.

Pers. Bernoulli untuk zat cair riil : kehilangan tenaga diperhitungkan


karena kekentalan zat cair juga diperhitungkan

Kehilangan Tenaga

20

Ada 2 macam :
1. Kehilangan tenaga primer (hf) : terjadi karena adanya gesekan antara zat cair
dan dinding batas
2. Kehilangan tenaga sekunder (he) : terjadi karena adanya perubahan tampang
aliran.
2

z1

p1 V1
p V

z 2 2 2 he h f
2g
2g

Rumus Kehilangan Tenaga


h k

Untuk kehilangan tenaga primer

k f

V2
2g

L
D

Untuk kehilangan tenaga sekunder


21

A
k 1 1
A2

Keterangan
K

konstanta

kecepatan aliran

koefisien gesekan

panjang pipa

diameter pipa

A1

luas tampang pipa 1 (hulu)

A2

luas tampang pipa 2 (hilir)

4.4. Koefisien Koreksi Energi


Dalam analisis aliran satu dimensi, kecepatan aliran pada suatu tampang
dianggap konstan. Pada kenyataannya, kecepatan pada penampang adalah tidak
merata. Kecepatan di dinding batas adalah nol dan bertambah dengan jarak dari
dinding batas. Untuk itu diperlukan koefisien koreksi ().
p1 1V1
p V

z2 2 2 2

2g

2g
2

z1

Pemakaian Persamaan Bernoulli


1. Tekanan hidrostatis
2. Tekanan stagnasi
3. Alat pengukur kecepatan
4. Alat pengukur debit
1. Tekanan Hidrostatis

22

2. Tekanan Stagnasi

3. Alat Pengukur Kecepatan (Tabung Pitot)

23

4. Alat Pengukur Debit (Venturimeter)

PERSAMAAN MOMENTUM

24

5.1. Pendahuluan

Zat cair yang bergerak dapat menimbulkan gaya.


Gaya yang ditimbulkan oleh zat cair dapat dimanfaatkan untuk :
- analisis perencanaan turbin
- mesin-mesin hidraulis
- saluran yang panjang dan berkelok-kelok
- dsb.
Momentum suatu partikel atau benda didefinisikan sebagai perkalian

antara massa M dan kecepatan V,


o Momentum = M V
Partikel-partikel aliran zat cair mempunyai momentum.
Perubahan momentum dapat menyebabkan terjadinya gaya.
Gaya yang terjadi karena gerak zat cair disebut dengan gaya dinamis dan
merupakan gaya tambahan pada gaya tekanan hidrostatis.

5.2. Momentum Aliran Zat Cair


Momentum = Q V
Dengan :

: rapat massa zat cair

: debit aliran

: kecepatan rerata aliran

5.3. Gaya yang Bekerja pada Zat Cair


F = Q (V2 V1)
F = QV2 QV1
Gaya yang bekerja pada zat cair adalah sebanding dengan laju perubahan
momentum

5.4. Koefisien Koreksi Momentum


Dalam menurunkan persamaan momentum, distribusi kecepatan aliran
dianggap seragam padahal tidak demikian kenyataannya, sehingga perlu koreksi.
F = Q (2V2 1V1)
Dengan adalah koefisien koreksi momentum.

25

Laminer = 1,33
Turbulen = 1,01 1,04
5.5. Gaya yang Ditimbulkan oleh Perubahan Kecepatan

Ditinjau gaya pada curat.

Gaya ini dapat menimbulkan gaya tarik pada curat.

Perencanaan baut dan las pada sambungan didasarkan pada gaya tarik tsb.
Rx = p1A1 Q(V2 V1)

5.6. Gaya yang Ditimbulkan oleh Perubahan Arah

Perubahan arah aliran dalam pipa dapat menyebabkan terjadinya gayagaya yang bekerja pada belokan pipa.

Gaya-gaya tersebut disebabkan oleh gaya tekanan statis dan gaya dinamis.
Belokan arah x (horisontal) :
Rx = p1A1 p2A2cos Q(V2cos V1)
Belokan arah y (vertikal) :
Ry = W + p2A2sin + QV2sin
2

R Rx R y

Resultante gaya R :

tg

Ry
Rx

Sudut diukur terhadap horisontal menunjukkan arah kerja gaya R. Gaya


R tersebut akan berusaha untuk melepaskan bagian belokan dari pipa
utama, yang harus dapt ditahan oleh sambungan antara pipa dan belokan.

5.7. Gaya yang Ditimbulkan oleh Pancaran Zat Cair


PLAT TETAP
26

Apabila suatu pancaran zat cair menghantam plat datar diam dengan
membentuk sudut tegak lurus terhadap plat, pancaran tsb tidak akan
dipantulkan kembali tetapi akan mengalir di atas plat dalam segala arah.

Gaya yang bekerja pada plat :


R = a V2
Apabila pancaran membentuk sudut terhadap plat :
R = a V2 sin

PLAT BERGERAK

Apabila plat yang dihantam pancaran zat cair bergerak dengan kecepatan v
dalam arah pancaran, maka pancaran tersebut akan menghantam plat
dengan kecepatan relatif (V-v).
V

R = a (V v)2

Seri Plat Bergerak

Jumlah plat dapat ditambah menjadi beberapa plat datar yang dipasang di
sekeliling roda dan memungkinkan pancaran air menghantam plat-plat
tersebut secara tangensial sehingga roda dapat bergerak dengan kecepatan
tangensial v. apabila dianggap bahwa jumlah plat adalah sedemikian sehingga
tidak ada pancaran air yang terbuang (tidak mengenai plat), maka gaya yang
ditimbulkan oleh zat cair pada plat adalah :
R = a V(V v)

27

Kerja yang dilakukan/detik = gaya x jarak/detik


K = a V(V v)v

Energi kinetik pancaran :


Ek = aV3

Efisiensi kerja :

2(V v)v
V2

Plat Lengkung Tetap

Perubahan momentum dapat terjadi karena adanya perubahan arah aliran


tanpa terjadi perubahan kecepatan.

Gaya yang ditimbulkan oleh zat cair pada plat lengkung adalah :
R = a V (V cos + Vcos)

Apabila = = 0 maka :
R = 2 a V2

Plat datar

R = a V2

Plat lengkung R = 2 a V2
Perbandingan antara persamaan gaya pada plat datar dan plat lengkung
menunjukkan bahwa gaya yang terjadi pada plat lengkung dimana pancaran
membelok 180 adalah 2 kali gaya yang terjadi pada plat datar. Pancaran
membelok 180 apabila plat lengkung berbentuk setengah lingkaran.

28

Plat Lengkung Bergerak

Pancaran air datang dengan kecepatan V menghantam plat dengan kecepatan


relatif, Vr = V v. pancaran tersebut akan meluncur pada plat lengkung dan
keluar melalui kedua ujungnya dengan membentuk sudut terhadap arah
gerak plat.

Gaya yang ditimbulkan oleh pancaran dalam arah pancaran :


R = a (V v)2(1+cos )

Kerja yang dilakukan :


K = a (V v)2 (1+cos ) v

Kerja akan maksimum jika : V = 3v

Kerja maksimum :
Kmaks = a (1+cos ) 4/27V3

Apabila plat adalah setengah lingkaran, atau =0


Kmaks = 8/27 a V3

Tenaga kinetik pancaran air :


Ek = aV3

Efisiensi maksimum :

29

maks

k maks 16

59,2%
E
27

ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP

6.1. Pendahuluan

LUBANG : bukaan pada dinding atau dasar tangki dimana zat cair
mengalir melaluinya.

PELUAP : bukaan dimana sisi atas dari bukaan tersebut berada di atas
permukaan air.

Fungsi hidraulik dari keduanya biasanya adalah sebagai alat ukur debit.

Gambar 6.1. (a) Lubang dan (b) Peluap


6.2. Vena Kontrakta
Pancaran air yang melewati lubang akan mengalami kontraksi (penguncupan
aliran). Kontraksi maksimum terjadi pada suatu tampang sedikit di sebelah hilir
lubang. Tampang dengan kontraksi maksimum tersebut dikenal sebagai vena
kontrakta.

30

6.3. Koefisien Aliran


Pada aliran zat cair melalui lubang terjadi kehilangan tenaga sehingga
beberapa parameter aliran akan lebih kecil dibanding pada aliran zat cair ideal.
Berkurangnya parameter aliran tersebut dapat ditunjukkan oleh beberapa
koefisien, yaitu :
Koefisien kontraksi
Koefisien kecepatan
Koefisien debit

6.4. Koefisien Kontraksi


Koefisien kontraksi (Cc) didefinisikan sebagai perbandingan antara luas
tampang aliran pada vena kontrakta (ac) dan luas lubang (a) yang sama dengan
tampang aliran zat cair ideal.
Koefisien kontraksi tergantung pada tinggi energi, bentuk dan ukuran
lubang dan nilai reratanya adalah sekitar Cc = 0,64.

6.5. Koefisien Kecepatan

31

Cv

Kecepatan nyata pada vena kontrakta


kecepatan teoritis
Koefisien

kecepatan

(Cv)

perbandingan antara kecepatan nyata aliran pada vena kontrakta (V c) dan


kecepatan teoritis (V).

Cv

Vc
V

Nilai koefisien kecepatan tergantung pada bentuk dari sisi lubang (lubang tajam
atau dibulatkan) dan tinggi energi. Nilai rerata dari koefisen kecepatan adalah C v
= 0,97.
6.6. Koefisien Debit
Koefisien debit (Cd) : perbandingan antara debit nyata dan debit teoritis.
Cd

debit nyata
Kecepatan nyata luas nyata tampang aliran

debit teor itis


kecepatan teoritis luas lubang

C d Cv C c

Nilai koefisien debit tergantung pada nilai Cc dan Cv, yang nilai reratanya adalah
0,62.
6.7. Lubang Kecil
V 2 gH

Kecepatan teoritis :

Vc Cv 2 gH
Kecepatan nyata :

32

Q Cd a 2 gH
Debit aliran:

6.8. Lubang Kecil Terendam


Lubang terendam : permukaan zat cair pada lubang keluar terletak di atas sisi
atas lubang.

6.9. Lubang Besar

6.10. Lubang Besar Terendam

33

Lubang terendam

Lubang terendam sebagian

Q Q1(bebas) Q2( terendam)


3
3
2
Q1 Cd b 2 g H 2 2 H1 2
3

Q2 Cd b( H 2 H1 ) 2 gH

6.11. Waktu Pengosongan Tangki


t

2A
Cd a 2 g

H 12 H 12
1
2

Waktu yang diperlukan untuk mengubah tinggi


permukaan air dari H1 menjadi H2 :

Waktu pengosongan tangki


34

1
2

2 AH1
Cd a 2 g

6.12. Aliran dari Satu Tangki ke Tangki yang Lain

2 A1 A2
H 12 H 12
1
2

Cd a ( A1 A2 ) 2 g

Waktu yang diperlukan oleh perbedaan


permukaan zat cair di kedua tangki dari H1 menjadi H2 :

35

6.13. Peluap
Peluap : bukaan pada salah satu sisi kolam atau tangki sehingga zat cair di
dalam kolam tersebut melimpas di atas peluap.

Tinggi peluapan : lapis zat cair yang melimpas di atas ambang peluap.

Fungsi : mengukur debit

Jenis :
a. peluap ambang tipis : t < 0,5H
b. peluap ambang lebar : t > 0,66H
0,5H < t < 0,66H aliran tidak stabil, dapat bersifat ambang tipis maupun
lebar

36

Peluap tertekan : panjang peluap sama dengan lebar kolam/saluran. (a)


Peluap dengan kontraksi samping : panjang peluap tidak sama dengan lebar
kolam/saluran. (b)

(a)

(b)

Peluap terjunan (sempurna) : muka air hilir di bawah puncak peluap.


Peluap terendam (tak sempurna) : muka air hilir di atas puncak peluap.

Bentuk Peluap

37

2
Q Cdb 2 g H 2
3

ha

Debit Aliran Melalui Peluap Segiempat

V2
2g

Bila air yang melalui peluap mempunyai kecepatan awal


maka dalam rumus debit tersebut tinggi peluapan harus ditambah dengan
tinggi kecepatan

3
3

Q Cdb 2 g ( H ha ) 2 ha 2
3

Sehingga debit aliran menjadi :

B 2.H .tg Q Cd tg
2g H 2
2
15
2

Debit Aliran Mealalui Peluap

Segitiga

38

Q 1,417 H

5
2

Apabila sudut
0,6 dan percepatan gravitasi g
maka debit aliran menjadi :

= 90, Cd =
= 9,81 m/d2,

Debit Aliran Melalui Peluap Trapesium

3
5
2
8

2
Q Cd 1b 2 g H Cd 2tg
2g H 2
3
15
2

Keterangan :
H : tinggi peluapan
Cd1 : koefisien debit bagian segiempat
Cd2 : koefisien debit bagian segitiga
B : lebar bagian segiempat
: sudut antara sisi peluap dengan garis vertikal

39

Q Cd b 2 g ( Hh 2 h 3 )
Debit Aliran Melalui Peluap Ambang
Lebar

Keterangan :
H : tinggi air bagian hulu peluap
h : tinggi air bagian hilir peluap
b : lebar peluap (panjang dalam arah melintang saluran)

3
2
Q Cd b 2 g H1 H 2 2 Cd bH 2 2 g ( H1 H 2 )
3

Debit Aliran

Melalui Peluap Terendam

Keterangan :
H1 : tinggi air bagian hulu peluap
H2 : tinggi air bagian hilir peluap
b : lebar peluap (panjang dalam arah melintang saluran)

40

Anda mungkin juga menyukai