1.1. Pendahuluan
Benda yang terendam di dalam air akan mengalami gaya berat sendiri benda (FG)
dengan arah vertikal ke bawah dan gaya tekanan air dengan arah vertikal ke atas.
Gaya ke atas ini disebut dengan gaya apung atau gaya Buoyancy (FB).
Ilustrasi gaya-gaya yang bekerja pada benda yang terendam dalam air dapat
dilihat pada Gambar 1.1.
FG
FB
Gambar 1.1. Gaya-gaya yang bekerja pada benda yang terendam dalam air
Jika :
FG > FB
(1.1)
FG = FB
(1.2)
FG < FB
(1.3)
-z
+x
H
h
FG
p
FB
Gambar 1.2. Gaya-gaya yang bekerja pada benda sembarang yang terendam
Gaya-gaya yang bekerja adalah berat sendiri benda (FG) dan gaya hidrostatik
yang bekerja pada seluruh permukaan yang terendam. Karena benda diam, maka
gaya hidrostatik
pada
arah
horizontal
akan
sama
besar
dan
saling
dinyatakan dalam
persatuan lebar maka:
FG
= b BH
FB = p. B, dimana p = air. h
(1.4)
(1.5)
Bila benda dalam keadaan diam, maka resultan gaya arah vertical maupun
horizontal sama dengan nol.
a. Fx = 0
b. Fz = 0
(1.6)
FB
= FG
p.B
= FG
FG
= air.h.B
FG
= air.A
(1.7)
stabilitas
benda
terendam
maupun
terapung
dapat
diketahui
antara garis vertikal melalui pusat apung benda setelah digoyangkan dengan garis
vertikal melalui berat benda sebelum digoyangkan (Gambar 1.4).
Dimana:
Io
cair
V
Ao Bo
Berdasarkan nilai tinggi metasentrum (m) maka dapat ditentukan bahwa, jika m >
0 maka benda dikatakan stabil, m = 0 maka benda dalam stabilitas netral
(indifferent), dan jika m < 0 maka benda dikatakan labil.
Gambar 2.1. Zat cair dalam tangki bergerak dengan percepatan horizontal
Gambar di atas menunjukan zat cair yang berada dalam tangki dan bergerak
dengan percepatan searah sumbu . percepatan tersebut menyebabkan terjadinya
gaya horizontal yang bekerja pada zat cair,sehingga permukaan zat cair tidak lagi
mendatar tetapi berubah menjadi miring. Pada sisi belakang tangki, zat cair akan
naik dan sisi depan zat cair turun. misalkan adalah sudut antara bidang horizontal
dan bidang permukaan zat cair.
ax
ax
ay
= 0 sehingga
P cos W = 0
P cos = mg
Apabila percepatan arah vertikal maka permukaan zat cair tetap horisontal tetapi
akan terjadi perubahan tekanan hidrostatis. Percepatan ke atas tekanan hidrostatis
akan bertambah dan berlaku sebaliknya.
1. W = Mg = ghA
2. F = May = hAay
3. P = pA
4. Sesuai hk Newton II untuk gaya-gaya vertikal
Fy = May
P- W = May
pA ghA = hAay
ay
cair yang bergerak dengan kecepatan berbeda. Apabila zat cair riil mengalir
melalui bidang batas yang diam, zat cair yang berhubungan langsung dengan
bidang batas tersebutakan mempunyai kecepatan nol (diam). Kecepatan zat cair
akan bertambah sesuaidengan jarak dari bidang tersebut. Apabila medan aliran
sangat dalam/lebar, di luar suatu jarak tertentu dari bidang batas, aliran tidak lagi
dipengaruhi oleh hambatan bidang batas. Pada daerah tersebut kecepatan aliran
hampir seragam. Bagian aliranyang berada dekat dengan bidang batas, di mana
terjadi perubahan kecepatan yang besar dikenal dengan lapis batas (boundary
layer ). Di daerah lapis batas ini tegangangeser terbentuk di antara lapis-lapis zat
cair yang bergerak denga kecepatan berbedakarena adanya kekentalan zat cair dan
turbulensi yang menyebabkan partikel zat cair bergerak dari lapis yang satu ke
lapis lainnya. Di luar lapis batas tersebut pengaruhtegangan geser yang terjadi
karena adanya bidang batas dapat diabaikan dan zat cair dapat dianggap sebagai
zat cair ideal.
10
dilakukan melalui pipa di mana bisa terjadi perubahan tekanan yang sangat besar,
maka kompresibilitas zat cair harus diperhitungkan.
Bila kerapatan massa fluida berubah terhadap perubahan tekanan fluida maka
dikatakan aliran bersifat kompresibel. Sedang bila praktis tak berubah terhadap
perubahan tekanan yang ada dalam sistem, maka aliran itu dikatakan bersifat tak
kompresibel. Zat cair umumnya dapat dianggap mengalir secara tak kompresibel
sedang gas secara umum dipandang mengalir secara kompresibel.Walaupu kasuskasus tertentu mungkin aliran gas dapat pula dipandang sebagai tak kompresibel,
yaitu bila perubahan kerapatan massa dalam sistem yang ditinjau praktis dapat
diabaikan.
3.4. Aliran Laminer dan Turbulen
Aliran fluida mengikuti bentuknya, sewaktu mengalir aliran fluida
membentuk suatu jenis / bentuk. Jenis dan bentuk dari pergerakan fluida adalah :
1. Aliran Laminar
Aliran laminar adalah aliran fluida yang membentuk menyerupai garis lurus.
Aliran laminer terjadi apabila partikel-partikel zat cair bergerak teratur dengan
membentuk garis lintasan kontinyu dan tidak saling berpotongan. Aliran laminer
terjadi apabila kecepatan aliran rendah, ukuran saluran sangat kecil dan zat cair
mempunyai kekentalan besar.
2. Aliran Turbulen
Aliran Turbulen adalah aliran fluida yang tidak membentuk suatu garis lurus.
Aliran ini terbentuk ketika menemui hambatan. Aliran dimana pergerakan dari
partikel partikel fluida sangat tidak menentu karena mengalami percampuran
serta putaran partikel antar lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum
dari satu bagian fluida kebagian fluida yang lain dalam skala yang besar. Dalam
keadaan aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan
geser yang merata diseluruh fluida sehingga menghasilkan kerugian kerugian
aliran. Pada aliran turbulen , partikel-partikel zat cair bergerak tidak teratur dan
garis lintasannya saling berpotongan. Aliran turbulen terjadi apabila kecepatan
11
aliran besar, saluran besar dan zat cair mempunyai kekentalan kecil. Aliran di
sungai, saluran irigasi/drainasi, dan di laut adalah contor dari aliran turbulen.
Aliran yang angka Reynold (Re)-nya besar pada umumnya bersifat turbulen.
Dimana:
: kerapatan fluida
V : Kecepatan
l : panjang karakteristik
: viskositas
(a) Aliran Laminar
Dalam bidang keteknikan definisi dari kedua jenis aliran fluida tersebut
dapat dilihat pada jet dua dimensi, kincir angin, aliran dalam pipa, dan aliran
dalam dua plat sejajar atau aliran tiga dimensi yang lain mempunyai perubahan
bilangan Reynolds yang tidak stabil. Aliran yang laminar memiliki bilangan
Reynolds yang kecil dan relatif stabil, tetapi pada aliran turbulen bilangan
Reynoldnya besar dan relatif berubah pada setiap titiknya. Untuk menjelaskan
fenomena aliran turbulen kita dapat melakukan simulasi sehingga dapat dljelaskan
karakterisrik aliran turbulen tersebut.
Definisi Turbulen
12
Secara umum, karakteristik dari aliran turbulen ini dinotasikan sebagai kecepatan
13
rata-rata (U,V,W,P dan lainnya) dan kecepatan yang berfluktuasi (y,v,w,p dan
lainnya).
14
15
16
Gambar Hubungan antara debit dan tinggi air pada kondisi energi spesifik konstan
Aliran subkritis dan aliran superkritis dapat diketahui melalui nilai bilangan
Froude (F) . Bilangan Froude tersebut membedakan jenis aliran menjaditiga jenis
yakni: Aliran kritis, Subkritis dan superkritis (Queensland Department of Natural
Resources and Mines, 2004). Ketiga jenis aliran dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Aliran kritis, jika bilangan Froude sama dengan 1 (Fr = 1) dan
gangguan permukaan (cth: riak yang terjadi jika sebuah batu di lempar ke
dalam sungai)tidak akan bergerak/menyebar melawan arah arus.
b) Aliran subkritis, jika bilangan Froude lebih kecil dari 1 (Fr<1). Untuk
aliransubkritis, kedalaman biasanya lebih besar dan kecepatan aliran rendah
(semua riak yang timbul dapat bergerak melawan arus). Kecepatan air <
kecepatangelombang hulu aliran dipengaruhi pengendali hilir.
c) Aliran superkritis, Jika bilangan Froude lebih besar dari 1 (Fr>1). Untuk
aliransuperkritis kedalaman relatife lebih kecil dan kecepatan relative tinggi
(segala riak yang ditimbulkan dari suatu gangguan adalah mengikuti arah
17
p V2
C
2g
18
Dengan :
p
V2
2g
: tinggi kecepatan
Konstanta C adalah tinggi energi total, yang merupakan jumlah dari tinggi
tempat, tinggi tekanan dan tinggi kecepatan, yang berbeda dari garis arus yang
satu ke garis arus yang lain. Oleh karena itu persamaan tersebut hanya berlaku
untuk titik-titik pada satu garis arus.
p V2
E z
2g
E z
p V2
2g
19
Aplikasi persamaan Bernoulli untuk kedua titik di dalam medan aliran akan
memberikan :
2
z1
p1 V1
p V
z2 2 2
2g
2g
Yang menunjukkan bahwa jumlah tinggi elevasi, tinggi tekanan dan tinggi
kecepatan di kedua titik adalah sama. Dengan demikian garis tenaga pada aliran
zat cair ideal adalah konstan.
4.3. Persamaan Bernoulli untuk Zat Cair Riil
Pers. Bernoulli untuk zat cair ideal : tidak ada kehilangan tenaga karena
dianggap zat cair tidak punya kekentalan (invisid) sehingga tidak ada gesekan
antar partikel zat cair maupun dengan dinding batas.
Kehilangan Tenaga
20
Ada 2 macam :
1. Kehilangan tenaga primer (hf) : terjadi karena adanya gesekan antara zat cair
dan dinding batas
2. Kehilangan tenaga sekunder (he) : terjadi karena adanya perubahan tampang
aliran.
2
z1
p1 V1
p V
z 2 2 2 he h f
2g
2g
k f
V2
2g
L
D
A
k 1 1
A2
Keterangan
K
konstanta
kecepatan aliran
koefisien gesekan
panjang pipa
diameter pipa
A1
A2
z2 2 2 2
2g
2g
2
z1
22
2. Tekanan Stagnasi
23
PERSAMAAN MOMENTUM
24
5.1. Pendahuluan
: debit aliran
25
Laminer = 1,33
Turbulen = 1,01 1,04
5.5. Gaya yang Ditimbulkan oleh Perubahan Kecepatan
Perencanaan baut dan las pada sambungan didasarkan pada gaya tarik tsb.
Rx = p1A1 Q(V2 V1)
Perubahan arah aliran dalam pipa dapat menyebabkan terjadinya gayagaya yang bekerja pada belokan pipa.
Gaya-gaya tersebut disebabkan oleh gaya tekanan statis dan gaya dinamis.
Belokan arah x (horisontal) :
Rx = p1A1 p2A2cos Q(V2cos V1)
Belokan arah y (vertikal) :
Ry = W + p2A2sin + QV2sin
2
R Rx R y
Resultante gaya R :
tg
Ry
Rx
Apabila suatu pancaran zat cair menghantam plat datar diam dengan
membentuk sudut tegak lurus terhadap plat, pancaran tsb tidak akan
dipantulkan kembali tetapi akan mengalir di atas plat dalam segala arah.
PLAT BERGERAK
Apabila plat yang dihantam pancaran zat cair bergerak dengan kecepatan v
dalam arah pancaran, maka pancaran tersebut akan menghantam plat
dengan kecepatan relatif (V-v).
V
R = a (V v)2
Jumlah plat dapat ditambah menjadi beberapa plat datar yang dipasang di
sekeliling roda dan memungkinkan pancaran air menghantam plat-plat
tersebut secara tangensial sehingga roda dapat bergerak dengan kecepatan
tangensial v. apabila dianggap bahwa jumlah plat adalah sedemikian sehingga
tidak ada pancaran air yang terbuang (tidak mengenai plat), maka gaya yang
ditimbulkan oleh zat cair pada plat adalah :
R = a V(V v)
27
Efisiensi kerja :
2(V v)v
V2
Gaya yang ditimbulkan oleh zat cair pada plat lengkung adalah :
R = a V (V cos + Vcos)
Apabila = = 0 maka :
R = 2 a V2
Plat datar
R = a V2
Plat lengkung R = 2 a V2
Perbandingan antara persamaan gaya pada plat datar dan plat lengkung
menunjukkan bahwa gaya yang terjadi pada plat lengkung dimana pancaran
membelok 180 adalah 2 kali gaya yang terjadi pada plat datar. Pancaran
membelok 180 apabila plat lengkung berbentuk setengah lingkaran.
28
Kerja maksimum :
Kmaks = a (1+cos ) 4/27V3
Efisiensi maksimum :
29
maks
k maks 16
59,2%
E
27
6.1. Pendahuluan
LUBANG : bukaan pada dinding atau dasar tangki dimana zat cair
mengalir melaluinya.
PELUAP : bukaan dimana sisi atas dari bukaan tersebut berada di atas
permukaan air.
Fungsi hidraulik dari keduanya biasanya adalah sebagai alat ukur debit.
30
31
Cv
kecepatan
(Cv)
Cv
Vc
V
Nilai koefisien kecepatan tergantung pada bentuk dari sisi lubang (lubang tajam
atau dibulatkan) dan tinggi energi. Nilai rerata dari koefisen kecepatan adalah C v
= 0,97.
6.6. Koefisien Debit
Koefisien debit (Cd) : perbandingan antara debit nyata dan debit teoritis.
Cd
debit nyata
Kecepatan nyata luas nyata tampang aliran
C d Cv C c
Nilai koefisien debit tergantung pada nilai Cc dan Cv, yang nilai reratanya adalah
0,62.
6.7. Lubang Kecil
V 2 gH
Kecepatan teoritis :
Vc Cv 2 gH
Kecepatan nyata :
32
Q Cd a 2 gH
Debit aliran:
33
Lubang terendam
Q2 Cd b( H 2 H1 ) 2 gH
2A
Cd a 2 g
H 12 H 12
1
2
1
2
2 AH1
Cd a 2 g
2 A1 A2
H 12 H 12
1
2
Cd a ( A1 A2 ) 2 g
35
6.13. Peluap
Peluap : bukaan pada salah satu sisi kolam atau tangki sehingga zat cair di
dalam kolam tersebut melimpas di atas peluap.
Tinggi peluapan : lapis zat cair yang melimpas di atas ambang peluap.
Jenis :
a. peluap ambang tipis : t < 0,5H
b. peluap ambang lebar : t > 0,66H
0,5H < t < 0,66H aliran tidak stabil, dapat bersifat ambang tipis maupun
lebar
36
(a)
(b)
Bentuk Peluap
37
2
Q Cdb 2 g H 2
3
ha
V2
2g
3
3
Q Cdb 2 g ( H ha ) 2 ha 2
3
B 2.H .tg Q Cd tg
2g H 2
2
15
2
Segitiga
38
Q 1,417 H
5
2
Apabila sudut
0,6 dan percepatan gravitasi g
maka debit aliran menjadi :
= 90, Cd =
= 9,81 m/d2,
3
5
2
8
2
Q Cd 1b 2 g H Cd 2tg
2g H 2
3
15
2
Keterangan :
H : tinggi peluapan
Cd1 : koefisien debit bagian segiempat
Cd2 : koefisien debit bagian segitiga
B : lebar bagian segiempat
: sudut antara sisi peluap dengan garis vertikal
39
Q Cd b 2 g ( Hh 2 h 3 )
Debit Aliran Melalui Peluap Ambang
Lebar
Keterangan :
H : tinggi air bagian hulu peluap
h : tinggi air bagian hilir peluap
b : lebar peluap (panjang dalam arah melintang saluran)
3
2
Q Cd b 2 g H1 H 2 2 Cd bH 2 2 g ( H1 H 2 )
3
Debit Aliran
Keterangan :
H1 : tinggi air bagian hulu peluap
H2 : tinggi air bagian hilir peluap
b : lebar peluap (panjang dalam arah melintang saluran)
40