ISPA
Modul Elektif Farmakologi
Oleh :
Almira Dwina R
Arifah Shabrina
Aulia Ajrina
Bening Putri R U
Fithriyah
Febri Hanifa
Mutia Oktavia
Puspa Antika
Siti Yayah
Tenia Alfitri
PEMICU
Kasus 1
Seorang wanita usia 16 tahun dibawa ibunya ke Puskesmas karena demam dan nyeri
tenggorokan sejak 2 hari lalu. Keluhan tersebut tidak disertai batuk dan pilek. Pasien
sudah makan tablet parasetamol namun belum ada perbaikan. Pemeriksaan fisik :
suhu 40C faring bengkak dan hiperemis, tonsil T2-T2, terdapat pus di kedua tonsil.
Kasus 2
Sama dengan kasus 1 tetapi suhu 37,8 C
Kasus 3
Sama dengan kasus 2 pasien kembali hari ke 5, masih demam, batuk dengan banyak
riak.
Pertanyaan :
1. Buat diagnosis kerja ketiga kasus tersebut
2. Pemeriksaan apa saja yang perlu dilakiukan untuk masing-masing pasien?
3. Bagaimana penatalaksanaan pasien-pasien tersebut ? apa saja obat yang dapat
dipakai untuk mengatasi penyakit ini ? bagimana cara pemakaian dan berapa
lama obat harus diberikan ?
4. Bagaimana prognosis penyakit masing-masing ? komplikasi apa yang dapt
terjadi ?
5. Jelaskan mekanisme kerja, kontraindikasi, efek samping, interaksi obat, dan
aspek farmakokinetik dari berbagai antibiotik yang sering digunakan pada
kasus-kasus tersebut, yang saudara resepkan !
6. Apa edukasi yang anda berikan untuk pasien-pasien tersebut sehubungan
dengan penyakitnya dan obat yang anda berikan ?
7. Buatlah resep untuk pasien-pasien tersebut sesuai dengan obat-obat yang telah
ada pilih.
Jawaban
1) Diagnosis Kerja
1. Diagnosis : Tonsilofaringitis akut
An. Perempuan, 16 thn, demam dan nyeri tenggorokan sejak 2
hari yang lalu, dengan paracetamol belum membaik. Pemeriksaan fisik :
suhu 400C, faring bengkak dan hiperemis, tonsil T2-T2, pus (+) kedua
tonsil.
Penyebab tersering dari tonsilofaringitis akut adalah virus, namun
dewasa ini sering diiringi dengan infeksi bakteri. Pada anak, dilaporkan tahun
2008 di India sebanyak 15% - 40% penyebab tonsilofaringitis adalah virus,
sisanya adalah infeksi bakteri dan 48% infeksi streptococcus beta hemolitikus
grup A.1
Berdasarkan keterangan yang didapatkan dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik, ditemukan adanya tanda dan gejala tonsilofaringitis akut
e.c susp bakteri dengan diagnosis banding infeksi streptococcus beta
hemolitikus group A dan infeksi virus.1,2
paru
juga
sudah
terinfeksi
sehingga
menyebabkan
bronkopneumonia.4-5
2) Pemeriksaan Penunjang
a. Darah rutin (hemoglobin, leukosit, trombosit, eritrosit)
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk melihat apakah leukosit
meningkat yang menandakan adanya infeksi bakteri.1
b. Apusan tenggorok
Pemeriksaan apusan tenggorok dilakukan agar sekret pada tonsil dapat
di kultur untuk memastikan adanya bakteri spesifik dengan melakukan
pewarnaan gram. Pewarnaan gram hanya dapat menentukan bakteri tersebut
gram positif atan negatif dan menunjukan bentuknya. Pada kasus ini
streptoccus beta hemolitikus grup adalah gram positif, maka hasil apusan
menunjukan bakteri terwarnai ungu. Jika terwarnai merah maka bakteri
tersebut gram negatif.1
3) Tatalaksana
a. Non medikamentosa
Edukasi yang dapat diberikan pada kasus 1 sampai 3 tidaklah
berbeda, karena ketiga kasus diatas mengalami tonsilofaringitis akut yang
dicurigai karena infeksi bakteri ataupun infeksi virus. Edukasi yang dapat
diberikan berupa :1
-
b. Medikamentosa
Pada kasus 1 dan 3, terapi medikamentosa (farmakologi) dengan
antibiotik dan analgetik atas indikasi adanya infeksi bakteri yang masih
harus dibuktikan dengan kultur apusan tenggorok. Antibiotik yang
diberikan untuk terapi empiris ditujukan untuk menangani infeksi akut dan
mencegah gejala sisa.3-4
Gambar
3. Regimen
Antibiotik
Pada penjelasan terapi
tabel
diatas, dapat
dikatakan bahwa pilihan
sering
ditemukan
kombinasi
dengan
obat
batuk
jenis
PROGNOSIS1-3
1. Tonsilofaringitis akut ec. Susp. Infeksi bakteri dd/ GABHS, infeksi virus
Prognosis
Ad vitam
: bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad functionam : bonam
2. Tonsilofaringitis akut ec. Infeksi virus dd/ infeksi bakteri
Prognosis
Ad vitam
Ad sanationam
Ad functionam
: bonam
: bonam
: bonam
3. Tonsilofaringitis akut ec. susp Infeksi bakteri dengan bronchitis akut dd/
bronchopneumonia
Prognosis :
Ad vitam
Ad sanationam
Ad functionam
: bonam
: dubia ad bonam
: bonam
KOMPLIKASI1-3
Kasus 1 dan 3
1. Abses peritonsilar
2. Bronchitis akut
3. Pneumonia
4. GNAPS ( GlomeruloNefritis Akut Post Streptococcal )
5. Rheumatic Heart Disease
6. Otitis Media Akut
Kemungkinan komplikasi yang terjadi pada kasus 1 dan 3, lebih kepada
timbulnya abses peritonsil, bronchitis akut, ataupun pneumonia. Hal ini
5) PEMILIHAN ANTIBIOTIK
Berikut ini adalah P drug antibiotik pada kasus ini :
Obat
Penisilin G
Penisilin V
Amoksisilin
Sefadroksil
Efficacy
+++
+++
+++
+++
Safety
++
++
+++
++
Suitability
+++
+++
+++
+++
Cost
+++
++
+++
+
kemampuan
untuk
mematikan
bakteri
melalui
Absorpsi
diinjeksikan
secara
intramuskuler,
Distribusi
Didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh, namun
konsentrasinya dalam berbagai cairan dan jaringan tubuh
sangat berbeda. Volume distribusinya sekitar 0,35 liter/kg.
Sekitar 60% penisilin G dalam plasma terikat dengan
albumin secara reversibel. Obat ini tidak mudah memasuki
cairan serebrospinal jika meningens dalam keadaan normal.
Ekskresi
Dalam kondisi normal, penisilin G dieliminasi dengan
cepat dari dalam tubuh, terutama oleh ginjal dan sedikit
melalui empedu dan rute lainnya. Sekitar 10% obat
dieliminasi melalui filtrasi glomerulus dan 90% melalui
sekresi tubulus. Kapasitas sekresi tubulus maksimal untuk
penisilin pada pria dewasa normal sekitar 3 juta unit per
jam.8
c) Kontraindikasi
Penggunaan penisilin dikontraindikasikan pada pasien dengan
hipersensitivitas terhadap penisilin.7
d) Efek samping
Efek
toksik
depresi
sumsum
tulang
belakang,
granulositopenia, hepatitis.7
e) Interaksi obat
Penisilin berinteraksi dengan probenesid. Probenesid akan
memblok sekresi penisilin dari tubulus ginjal, sehingga dapat
meningkatkan konsentrasi plasma penisilin. Selain itu, probenesid
juga menyebabkan penurunan volume distribusi penisilin secara
signifikan. Probenesid secara kompetitif juga menghambat
kemampuan
untuk
mematikan
bakteri
melalui
Efek
toksik
depresi
sumsum
tulang
belakang,
granulositopenia, hepatitis.
e) Interaksi obat
Sama dengan penisilin, obat ini berinteraksi dengan obat
probenesid,
dimana
probenesid
dapat
menunda
ekskresi
ketika
penisilin
mengganggu
keseimbangan
antara
Protein)
dan
aktivitas
murein
hidrolase
yang
potensial
membran.
Sebagai
golongan
Hipersensitivitas
Nefrotoksik
Vaginitis
Neutropenia
e) Interaksi obat
ginjal,
sehingga
dapat
meningkatkan
konsentrasi
6) Edukasi Pasien
Edukasi yang dapat diberikan pada kasus 1 sampai 3 tidaklah berbeda,
karena ketiga kasus diatas mengalami tonsilofaringitis akut yang dicurigai karena
infeksi bakteri ataupun infeksi virus. Edukasi yang dapat diberikan berupa :
-
Hindari makanan padat yang sulit ditelan seperti kerupuk, karena akan
mudah tersedak
Banyak minum air putih agar tenggorokan tidak kering dan mengurangi
rasa nyeri
7) Resep
a. Kasus I
b. Kasus II
c. Kasus III
DAFTAR PUSTAKA
Clinical
of
Tennesse
College
of
Medicine;Tennessee.2009
4. Efiaty AS,Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, et all
editors. Buku
ajar
hidung
Acuired
Pneumonia.
Am
Fam