com
HR Head NET. TV Hery Kustanto dalam sharing HR Thursday Talk Karir.com Identifying
Leader from the Millenial Generation di Jakarta Design Center (JDC), Jakarta Pusat, Kamis
(2/7/2015). (Karir.com/Cindy Nara)
Berawal dari kegelisahan bagaimana menghadapi Generasi Milenial, event ini mendapat
sambutan yang luar biasa dari Profesional HR di Jakarta dan dihadiri lebih dari 100
Profesional HR, 2 Juli lalu. Pembicara HR Thursday Talk kali ini adalah Hery Kustanto,
HR Head NET. TV, stasiun televisi yang lebih dari 70% karyawannya berasal dari Generasi
Milenial atau Generasi Y. Dari hasil tanya-jawab, ternyata friksi antara Generasi Milenial
dengan pendahulu mereka, yakni Generasi X, lebih nyata dari yang dibayangkan.
Generasi X, atau generasi yang lahir antara tahun 1965-1980, pasti tidak asing
dengan Catatan Si Boy yang identik dengan BMW seri 3-nya, Lintas Melawai dan Drive-in
Ancol. Sebagian besar menggemari Bon Jovi, dan sekarang mulai heboh karena sebentar lagi
akan tampil di Jakarta. Generasi X lebih familiar dengan sepatu roda ketimbang inline
skate, pernah merasakan ketegangan antara Amerika dan Rusia, tahu bahwa dulu sempat ada
Jerman Barat dan Jerman Timur, sempat menonton Unyil sebagai hiburan, dan lain-lain.
Generasi X adalah pemikir-pemikir independen yang tidak menyukai segala bentuk otoritas,
generasi yang menggulingkan Orde Baru, dan generasi yang tidak suka meeting berlamalama dalam suasana formal. Nah, banyak anggota Generasi X kini menjadi pemimpin
perusahaan, sementara yang dipimpin adalah Generasi Milenial atau Generasi Y.
Siapakah Generasi Y?
Generasi Y adalah mereka yang lahir antara tahun 1980-1995. Generasi ini sudah tak lagi
mendengar tentang Perang Dingin atau Cold War, KGB, dan lebih tidak menyukai formalitas
jika dibandingkan dengan Generasi X. Generasi ini menuntut fleksibilitas dalam bekerja,
mempertanyakan semua keputusan (dan bahkan sangat kritis), lebih mahir berhadapan
dengan teknologi dibanding generasi sebelumnya, banyak dipengaruhi kultur musik dan pop,
dan sadar fesyen.
Dalam paparannya, Hery Kustanto menjabarkan karakter Generasi Milenial yang menjadi
populasi dominan NET. TV sebagai berikut:
1. Generasi yang melek teknologi (tech savvy)
2. Memiliki ambisi yang tinggi dan ingin karirnya melejit dengan cepat
3. Haus perhatian (attention-craving)
Sudah bukan rahasia bahwa karyawan menuntut suasana kerja yang nyaman, dan Generasi
Milenial adalah kelompok yang menuntut lebih. Di NET. TV, upaya ini dilakukan melalui
desain interior yang menyerupai kafe. Sampai-sampai desain kantor kami memenangkan
penghargaan, tutur Hery. Area outdoor juga disediakan bagi karyawan untuk melepas stres.
Di Bukalapak.com, selain makan siang dan sore gratis, karyawan juga diperbolehkan bekerja
dari rumah dengan flexible working hour. Kebijakan bekerja dari rumah ini menjadi salah
satu topik yang menarik dalam diskusi sore itu, karena tidak semua perusahaan dapat
menerapkannya.
Friksi seringkali terjadi ketika seorang Head yang berasal dari Generasi X memiliki tim yang
berasal dari Generasi Milenial dan sudah terlanjur nyaman dengan pilihan bekerja dari
rumah. Generasi X terkadang menganggap mereka sebagai slackers atau pemalas. Di sinilah
peran HR sebagai talent development kembali diuji; bagaimana menghadirkan suasana kerja
yang nyaman bagi kedua generasi. Jangan kebablasan.
Sementara itu di NET. TV bisa dibilang tidak ada jam kerja. Karena kami media TV, jam
kerja tidak standar. Namun bukan berarti karyawan bisa masuk dan pulang kantor seenaknya.
Jam kerja tergantung dari program apa yang sedang dikerjakan. Tak jarang, mereka yang baru
pertama kali berkarir di media TV shock dengan pola jam kerja ini, jelas Hery.
2. Keterlibatan CEO sebagai Sosok Inspiratif
NET. TV menilai keterlibatan seorang CEO merupakan salah satu kunci
dalam mendisplinkan Generasi Milenial. CEO NET. TV dipandang sangat terlibat dan dekat
dengan generasi ini; selalu hadir dalam pertemuan formal dan informal. CEO kita sampai
jadi idola karyawan baru Generasi Milenial, aku Hery.
Dalam sebuah buku berjudul The Nordstrom Way tentang kisah sukses Nordstrom, salah
satu retailer besar di Amerika, dijelaskan bahwaberbeda dengan WalmartNordstrom
lebih melayani konsumen premium. Pendekatan Nordstrom sangat personal, dan untuk bisa
menularkan value tersebut kepada karyawan, CEO Blake Nordstrom memperlakukan
karyawannya dengan personal pula. Dalam proses induction, sang CEO tidak segan-segan
menemui karyawan secara langsung dan memberi sambutan serta insights. Dalam buku
tersebut juga digambarkan bagaimana Blake mengatakan kepada para karyawan baru,
Gunakan uang saya bila perlu, supaya kamu bisa lebih dekat dengan konsumen.
3. Update Berkala
Generasi Milenial adalah generasi yang kritis, sehingga ingin dilibatkan dalam update berkala
manajemen perihal kondisi dan performa perusahaan. Mereka selalu ingin tahu, Perusahaan
kita ini gimana sih? Sudah sampai mana? Untung gak? jelas Hery.
Pendekatan serupa diaplikasikan oleh EMTEK Group yang mengenalkan istilah Town Hall
pada karyawannya, yakni sebuah agenda rutin bagi pihak manajemen yang diwakili CEO
memberikan performance update perusahaan. Kebiasaan ini ternyata mampu
menumbuhkan sense of ownership yang tinggi dan memotivasi karyawan untuk terus
berkarya.
4. Pendekatan Kreatif