Anda di halaman 1dari 7

JURNAL PRAKTIKUM

KIMIA-FISIKA II

KESETIMBANGAN UAP CAIR PADA SISTEM BINER

NamaPraktikan
NIM
Kelompok
Fak/Jurusan
Nama asisten

: Maya Esti Amiliya


: 131810301030
:3
: MIPA/KIMIA
: Rizqan Ahmad

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER

2015BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknik pemisahan fasa liquidliquid ada beberapa macam yaitu distilasi, ekstrasi dan
absorbsi. Proses pemisahan komponen campuran etanolair dilakukan dengan proses distilasi.
Distilasi merupakan proses pemisahan campuran fluida berdasarkan titik didih yang diikuti
oleh kondensasi. Data yang diperlukan dalam penyelesaian persoalan distilasi adalah data
kesetimbangan antara fase liquid dan fase gas. Bentuk dan sumber data ksetimbangan antara
fase liquid dan fase gas diantaranya dapat digambarkan dalam bentuk kurva kesetimbangan
biner ataupun diperoleh dengan cara eksperimen.
Kesetimbangan uap cair dapat ditentukan ketika ada variabel yang tetap (konstan)
pada suatu waktu tertentu. Saat tercapainya kesetimbangan, kecepatan antara molekulmolekul campuran yang membentuk fase uap sama dengan kecepatan molekul-molekulnya
membentuk cairan kembali. Data kesetimbangan uap cair merupakan data termodinamika
yang diperlukan dalam perancangan dan pengoperasian kolom-kolom distilasi. Adapun hal
hal yang berpengaruh dalam sistem ksetimbangannya yaitu : Tekanan (P), Suhu (T),
konsentrasi komponen A dalam fase liquid (x) dan konsentrasi komponen A dalam fase uap
(y).
1.2 Tujuan
Percobaan ini mempunyai beberapa tujuan, yaitu mempelajari sifat larutan biner
dengan membuat diagram temperatur versus komposisi.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
2.1.1 Akuades
Akuades disebut juga Aqua Purificata (air murni) yaitu air yang dimurnikan dari proses
destilasi. Molekul air memiliki ikatan antara dua atom hidrogen dengan satu atom oksigen
melalui ikatan kovalen. Akuades atau air memiliki rumus kimia H 2O dengan berat molekul
sebesar 18,0153 gmol-1. Akuades memiliki sifat fisik antara lain berwujud cair, tidak
berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Akuades juga bersifat netral dengan pH 7, massa
jenisnya 0,998 gramcm-3 (cairan pada 20C), 0,92 gram/cm3 (padatan), tekanan uapnya 2,3
kPa pada suhu 20C, kalor jenis 4148 J Kg-1 K-1 ( cairan pada 20C), massa jenis uapnya 0,62
dan titik didihnya mencapai 100C, serta titik lelehnya 0C. Akuades bersifat tidak mudah
terbakar dan tidak berbahaya untuk dikonsumsi. Bentuk molekul akuades adalah heksagonal,
dan momen dipolnya 1,85 D. Akuades merupakan pelarut univesal karena dapat melarutkan
berbagai jenis zat dengan sifat polar. Molekul akuades memiliki ikatan hidrogen sehingga
interaksi antar molekulnya kuat. Akuades bukanlah zat kimia yang berbahaya sehingga tidak
ada dampak atau bahaya akibat kontak dengan akuades. Berikut struktur dari akuades:

Gambar 1. Struktur lewis dari akuades


(Anonim, 2015).
Akuades memiliki allotrop berupa es dan uap. Senyawa ini tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berasa. Akuades merupakan elektrolit lemah. Kontak dengan akuades tidak
menyebabkan iritasi mata, dan iritasi kulit, apabila tertelan bahan tidak berbahaya, inhalasi
bahan tidak menyebabkan iritasi paru-paru (Anonim, 2015).
2.1.2 Etanol
Etanol merupakan cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Etanol memiliki titik
nyala 11-14oC (951,8-57,2oF), titik didih 78oC (168,8oF), titik leleh -113,48oC (-172,9oF),
berat molekulnya sebesar 46, 414 gmol-1, kekentalannya 1,2 cP pada suhu 20 oC, massa
jenisnya 0,790 gcm-3 pada suhu 20oC, tekanan uapnya 59,3 mmHg pada suhu 20 oC, massa
jenis uapnya 1,59 gcm-3. Etanol memiliki rumus kimia C2H5OH dan merupakan zat yang
dapat larut dalam air dingin. Berikut struktur lewis dari etanol:

Gambar 2. Struktur Lewis Etanol


(Anonim, 2015).
Kontak bahan dengan mata dan kulit dapat menyebabkan iritasi, dermatis, luka bakar,
mata merah, kerusakan jaringan mata. Kasus inhalasi dapat menyebabkan gangguan saluran
pernapasan. Pertolongan pertama kasus kontak bahan dengan kulit dan mata dilakukan
dengan membasuh daerah tekontaminasi menggunakan air sampai bersih. Kasus kontak kulit
disertai pembilasan menggunakan sabun supaya daerah tekontaminasi benar-benar bersih.
Pertolongan kasus inhalasi dilakukan dengan memindahkan korban ke tempat berudara segar.
Apabila efek aritasi terus berlanjut maka segera meminta bantuan medis (Anonim, 2015).
2.2 Dasar Teori
Larutan dapat didefinisikan sebagai suatu sistem homogen yang terdiri dari dua
komponen atau lebih. Istilah pelarut dan zat terlarut sebenarnya biasa dipertukarkan, tetapi
istilah pelarut biasanya digunakan untuk cairan, bila larutan terdiri dari padatan atau gas
dalam cairan. Istilah ini untuk jenis larutan lain biasa digunakan untuk menyatakan zat yang
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak. Komponenkomponen yang terdapat dalam jumlah
yang lebih sedikit biasanya dinamakan zat terlarut (Bird,1993).
Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh, dan lewat jenuh. Larutan disebut jenuh pada
temperature tertentu, bila larutan tidak dapat melarutkan lagi lebih banyak zat terlarut. Jumlah
zat terlarut kurang dari ini, disebut larutan tidak jenuh dan bila lebih disebut lewat jenuh.
Larutan memikiki banyak sekali kemungkinan , ada sembilan kemungkinan yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Larutan gas dalam gas


Larutan cairan dalam gas
Larutan zat padat dalam gas
Larutan gas dalam zat padat
Larutan cairan dalam zat padat
Larutan zat padat dalam zat padat
Larutan gas dalam cairan
Larutan cairan dalam cairan
Larutan zat padat dalam cairan
Percobaan yang akan dilakukan menggunakan larutan gas dalam cairan. Kelarutan gas dalam
cairan tergantung jenis gas, jenis pelarut, tekanan dan temperatur (Sukardjo, 1989).
Larutan dikatakan ideal jika larutan tersebut mengikuti hukum Roult pada seluruh
kisaran komposisi sistem. Hukum Roult dalam bentuknya yang lebih umum didefinisikan

sebagai fugasitas dari tiap komponen dalam larutan yang sama dengan keadaan serta fraksi
molnya dalam larutan tersebut, yakni :
f 1 =X 1 f 1

........................................................ (1)

Hubungan antara tekanan parsial dan komposisinya dalam larutan merupakan


pendekatan dalam hal larutan yang mempunyai komponen tekanan parsial kecil.
P1=X 1 P01 ........................................................ (2)
Dimana :

P1

= tekanan uap larutan

P0 = tekanan uap larutan murni


X 1 = mol fraksi larutan
Potensial kimia dari tiap komponen dalam larutan didefinisikan sebagai :
1=01 + R T ln X 1 .............................................. (3)
(Dogra, 1990).
Komponen pelarut dan zat terlarut mengikuti Hukum Roult pada seluruh selang
konsentrasi dalam larutan ideal. Larutan encer yang tidak mempunyai interaksi kimia di
antara komponen-komponennya, Hukum Roult berlaku bagi pelarut, baik ideal maupun tidak
ideal. Hukum Roult tidak berlaku pada zat terlarut pada larutan tidak ideal encer. Perbedaan
ini bersumber pada kenyataan : molekul-molekul pelarut yang luar biasa banyaknya. Hal ini
menyebabkan lingkungan molekul terlarut sangat berbeda dalam lingkungan pelarut murni.
Zat terlarut dalam larutan tak ideal encer mengikuti Hukum Henry, bukan Hukum Roult
(Petrucci, 1992).
Larutan juga dapat dikatakan sebagai larutan ideal apabila :
1. Homogen pada seluruh system mulai dari mol fraksi 0-1
2. Tidak ada entalpi pencampuran pada waktu komponen-komponen dicampur membentuk
larutan ( H pencampuran = 0 )
3. Tidak ada beda volume pencampuran, artinya volume larutan sama dengan jumlah
komponen yang dicampurkan ( V pencampuran = 0 )
(Indarti, dkk., 2015).
Sifat komponen larutan ideal adalah komponen yang satu akan mempengaruhi sifat
komponen yang lain, sehingga sifat larutan yang dihasilkan terletak diantara sifat kedua
komponennya. Contoh, sistem benzene-toluena. Larutan non ideal adalah larutan yang tidak
memiliki sifat di atas. Larutan ini dibagi dua golongan yaitu:
1. Larutan non ideal deviasi positif yang mempunyai volume ekspansi, dimana akan
menghasilkan titik didih maksimum pada sistem campuran itu. Contoh : sistem asetonkarbondisulfida.
2. Larutan non ideal deviasi negative yang mempunyai volume kontraksi, dimana akan
menghasilkan titik didih minimum pada sistem campuran itu. Contoh : sistem benzeneetanol dan sistem aseton-kloroform

(Indarti, dkk., 2015).


Larutan biner yang diuapkan keseluruhan secara parsial, komponen dengan tekanan uap
lebih tinggi akan terkonsentrasi pada fase uapnya, hingga terjadi perbedaan komposisi antara
cairan dengan uap yang setimbang. Uap tersebut dapat diembunkan sebagai kondensat. Uap
yang diperoleh dengan menguapkan secara parsial kondensat itu akan mempunyai komposisi
yang lebih kaya lagi akan komponen yang mudah menguap (Alberty, 1987).
Percobaan ini komposisi larutan merupakan harga mol fraksi larutan untuk membuat
diagram T X maka harga X ditentukan pada tiap tiap titik didih dengan mengukur indeks
biasnya pada beberapa komposisi tertentu dari larutan. Hal ini dapat dilakukan dengan
membuat grafik standar komposisi vs indeks bias terlebih dahulu. Komposisi dihitung sebagai
berikut : Misalnya mencampurkan a ml aseton dengan berat jenis
kloroform
dengan berat jenis

a 1
M1

( )
( )

Dimana :

dengan b ml

, maka komposisinya :

X 1=

M1

a 1
b
+( 2 )
M1
M2

....................................................

(4)
= berat molekul Aseton = 58

M 2 = Berat molekul kloroform = 119,5


Dari grafik standar akan dapat diturunkan menjadi bentuk-bentuk grafik sperti gambar 1.

Gambar 1. Beberapa kemungkinan bentuk grafik diagram fase campuran. (a) campuran
ideal, (b) deviasi positif), (c) deviasi negatif
(Indarti, dkk., 2015).

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN


3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
-

Piknometer
Alat destilasi
Pipet tetes
Pipet volum
Pipet mohr
Ball pipet (Karet penghisap)
Gelas beaker
Erlenmeyer
3.1.2 Bahan
- Etanol
- Akuades
3.2 Skema kerja
Etanol
- ditentukan berat jenisnya menggunakan piknometer
- dibuat campuran etanol-akuades dengan perbandingan masing-masing 10:0;
Hasil

9:1; 8:2; 6:4; 5:5; dan 1:9


direfluks setiap campuran dan diukur titik didihnya
diambil distilat dan ditentukan konsentrasinya begitu pula residunya
dilakukan prosedur yang sama untuk setiap larutan
dibuat grafik standar campuran n (konsentrasi) X yang belum didestilasi
dibuat grafik standar T X
diperoleh diagram T X dari turunannya

Anda mungkin juga menyukai