PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
persaingan bisnis semakin ketat. Jika tidak ada sistem pengendalian manajemen
perusahaan, maka dapat dipastikan bahwa perusahaan tersebut akan tersisih
dari persaingan global dan terpuruk bahkan lebih parahnya lagi akan mengalami
kebangkrutan. Sistem pengendalian manajemen sangat diperlukan sebagai
suatu alat dari alat-alat lainnya untuk mengimplementasikan strategi yang
berfungsi untuk memotivasi anggota-anggota organisasi guna mencapai tujuan
organisasi
dan
untuk
membantu
mengkoordinasikan
proses
pembuatan
manajemen.
Sistem
pengendalian
manajemen
berusaha
untuk
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Sejarah Perkembangan PT Garuda Indonesia Tbk.
berperang melawan Belanda. Pada saat ini, Garuda terbang jalur spesial dengan
pesawat
DC-3.
26
Januari
1949
dianggap
sebagai
hari
jadi
maskapai
penerbangan ini. Pada saat itu nama maskapai ini adalah Garuda Indonesian
Airways. Pesawat pertama mereka bernama Seulawah atau Gunung Emas, dana
untuk membeli pesawat ini didapatkan dari sumbangan masyarakat Aceh,
pesawat tersebut dibeli seharga 120,000 dolar malaya yang sama dengan 20 kg
emas. Maskapai ini tetap mendukung Indonesia sampai revolusi terhadap
Belanda berakhir.
Pemerintah Burma banyak menolong maskapai ini pada masa awal
maskapai ini. Oleh karena itu, pada saat maskapai ini diresmikan sebagai
perusahaan pada 31 Maret 1950, Garuda menyumbangkan Pemerintah Burma
sebuah pesawat DC-3. Pada 1953, maskapai ini memiliki 46 pesawat, tetapi pada
1955 pesawat Catalina mereka harus pensiun. Tahun 1956 mereka membuat
jalur penerbangan pertama ke Mekkah. Tahun 1960-an adalah saat kemajuan
pesat maskapai ini. Tahun 1965 Garuda mendapat dua pesawat baru yaitu
pesawat jet Convair 990 dan pesawat turboprop Lockheed L-118 Electra. Pada
tahun 1961 dibuka jalur menuju Bandara Internasional Kai Tak di Hong Kong dan
tahun 1965 tibalah era jet, dengan DC-8 mereka membuat jalur penerbangan ke
Bandara Schiphol di Haarlemmeer, Belanda, Eropa. Tahun 1970-an Garuda
mengambil perangkat DC-9 dan juga Pesawat Jet kecil Fokker F28 saat itu
Garuda memiliki 36 pesawat F28 dan merupakan operator pesawat terbesar di
dunia untuk jenis pesawat tersebut, sementara pada 1980-an mengadopsi
perangkat dari Airbus, seperti A300. Dan juga Boeing 737, juga McDonnell
Douglas MD-11.
Dalam tahun 1990-an, Garuda mengalami beberapa musibah, dan
maskapai ini mengalami periode ekonomi sulit. Tetapi, dalam tahun 2000-an ini
maskapai ini telah dapat mengatasi masalah-masalah di atas dan dalam
keadaan
ekonomi
yang
bagus.
Salah
satu
lelucon
mengenai
maskapai
penerbangan ini adalah bahwa Garuda merupakan akronim. Akronim ini adalah
kepanjangan dari "Good And Reliable Under Dutch Administration" (baik dan
dapat diandalkan di bawah administrasi Belanda).
Pada tahun 2000, Garuda membentuk anak perusahaan yang bernama
Citilink yang menawarkan penerbangan dengan biaya murah ke kota-kota di
yang terdiri dari etika bisnis Garuda Indonesia dan etika kerja Insan Garuda
Indonesia yang disusun untuk mempengaruhi, membentuk, mengatur dan
melakukan kesesuaian tingkah laku agar diperoleh capaian keluaran yang
konsisten dan sesuai dengan budaya Garuda Indonesia guna mencapai visi dan
misinya.
Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan berlaku untuk seluruh unsur yang
bertindak atas nama Garuda Indonesia, perusahaan anak dan afiliasi di bawah
pengendalian, pemegang saham (investor) serta seluruh Pemangku Kepentingan
atau mitra kerja yang melakukan transaksi bisnis dengan Garuda Indonesia.
Garuda Indonesia senantiasa mendukung kepatuhan terhadap Etika Bisnis
dan Etika Kerja Perusahaan dan berkomitmen untuk mengimplementasikannya,
serta mewajibkan seluruh Pegawai Pimpinan dari setiap tingkatan dalam
perusahaan untuk bertanggung jawab dalam memastikan bahwa Etika Bisnis dan
Etika KerjaPerusahaan dipatuhi dan dijalankan dengan baik oleh seluruh Insan
Garuda Indonesia. Selanjutnya setiap Insan Garuda Indonesia diwajibkan untuk
menandatangani komitmen pribadi Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan
secara tahunan.
Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan senantiasa akan disesuaikan
dengan perkembangan hukum, sosial, norma, peraturan dan perkembangan
bisnis Garuda Indonesia, dan perlu dilaksanakan program internalisasi dan
sosialisasi di lingkungan Garuda Indonesia agar semua unsur dapat memahami
serta secara aktif mendukung implementasi Etika Bisnis dan Etika Kerja
Perusahaan dapat berjalan dengan baik.
obyektivitas
dalam
menjalankan
bisnis,
Perusahaan
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah
diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan mengambil
inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh
peraturan
perundang-undangan,
tetapi
juga
hal
yang
penting
untuk
tidak
mengurangi
kewajiban
untuk
memenuhi
ketentuan
kepentingan
Perusahaan
dengan
tetap
memperhitungkan
prasyarat
yang
diperlukan
untuk
mencapai
kinerja
yang
Perusahaan
serta
melaksanakan
tanggung
jawab
terhadap
pemegang
saham
dan
pemangku
kepentingan
lainnya
BAB III
SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN PADA PT GARUDA
INDONESIA TBK.
A. Result Control
Salah satu cara yang paling efektif untuk mempengaruhi perilaku di dalam
organisasi yaitu dengan melaksanakan management control yang disebut
dengan pay-for-performance atau result control. Tipe management control ini
berhubungan dengan pemberian hadiah (reward) untuk menciptakan hasil yang
baik, atau dengan pemberian hukuman (punishment) atas hasil yang buruk,
dimana pemberian hadiah (reward) dalam hal ini tidak hanya dalam bentuk uang
saja, tetapi juga dapat berupa jaminan pekerjaan, promosi, otonomi, dan
pengakuan.
Result controls akan mempengaruhi tindakan yang akan dilakukan oleh
pegawai karena adanya result controls akan menyebabkan para pegawai sangat
menaruh perhatian terhadap konsekuensi dari tindakan yang mereka lakukan.
Dengan demikian, organisasi tidak lagi mendikte pegawainya mengenai tindakan
apa yang harus dilakukan, karena pegawai diberdayakan untuk mengambil
berbagai
tindakan
yang
mereka
yakini
akan
menghasilkan
result
yang
diharapkan.
Agar result controls bekerja secara efektif, para manajer harus memahami
hasil
yang
diinginkan
di
area
yang
mereka
kendalikan,
serta
Dengan
pengenalan
konsep
Garuda
Indonesia
Experience,
Garuda
pre-flight,
diluncurkan
pada
in-flight,
2009,
post-flight
Garuda
dan
post-journey.
Indonesia
keramahtamahan Indonesia.
Garuda Indonesia mengemban
misi
Experience
khusus
Sejak
pertama
mengandalkan
sebagai
perusahaan
B. Action Control
Action control merupakan pengendalian yang dilakukan untuk meyakinkan
bahwa staff melakukan tindakan yang sesuai dengan yang dikehendaki
perusahaan dan tidak melakukan tindakan yang tidak dikehendaki perusahaan.
Pengendalian tindakan (action control) terdiri dari batasan fisik, mekanisme dan
prosedur yang menyangkut batasan wewenang untuk mengambil keputusan,
kebijakan-kebijakan, prosedur operasi, review sebelum tindakan dilakukan dan
pertanggungjawaban
tindakan
nampaknya
tidak
sesuai
dengan
perilaku
Untuk
dapat
menunjukkan
kinerja
yang
baik
kepentingan
organisasi
yang
tujuan organisasi yang tertuang dalam visi, misi dan strategi organisasi.Apabila
strateginya tidak tepat maka sistem pengendalian manajemen harus dapat
menjamin bahwa strategi tersebut dapat dimodifikasi. Sistem pengendalian
manajemen diterapkan untuk mengurangi goal incongruence. Melalui sistem
pengendalian ini, manajemen berusaha mensosialisasikan strategi, tujuan dan
norma-norma yang dianut oleh organisasi. Diharapkan bahwa dengan proses
sosialisasi ini manajemen dapat menyampaikan kepada anggota organisasi
tentang perilaku yang diharapkan (expected behavior) dari mereka. Tujuannya
adalah meningkatkan goal congruence melalui peningkatan komitmen anggota
terhadap organisasi.
Organisasi merupakan suatu unit sosial yang dibentuk untuk mencapai
tujuan tertentu. Sistem pengendalian yang tepat diperlukan oleh manajemen
untuk membantu pencapaian tujuan organisasi. Begitu pula dalam sistem
pengendalian manajemen PT. Garuda Indonesia, Tbk, dimana sistem ini
bertujuan untuk mempengaruhi anggota organisasi untuk mengimplementasikan
strategi organisasi demi tercapainya sasaran perusahaan.
PT. Garuda Indonesia, Tbk menciptakan, mengembangkan dan menyajikan
merek yang selalu diingat sehingga produk tersebut dapat bertahan di tengah
ketatnya persaingan pasar. Dari segi peningkatan kualitas produk PT. Garuda
Indonesia, Tbk berkomitmen terhadap konsumennya yaitu menyediakan produk
bermerek dan pelayanan yang secara konsisten menawarkan nilai dari segi
harga dan kualitas, dan yang aman bagi tujuan pemakaiannya. PT. Garuda
Indonesia, Tbk memiliki tujuan yang jelas untuk mendorong pertumbuhan merek
berkelas dunia melalui inovasi yang cepat, berskala besar dan menantang.
Elemen-elemen sistem pengendalian pada PT. Garuda Indonesia, Tbk:
1. Pelacak (detector) atau sensor
Detector melaporkan apa yang terjadi di dalam suatu organisasi. Apabila
diterapkan pada manajemen Garuda maka yang berfungsi sebagai detektor
adalah bagian Marketing and Sales. Misalnya jika ada penurunan penjualan,
maka manajer bagian penjualan akan melaporkannya ke assesor.
2. Penaksir (assestor)
Perangkat yang menentukan dampak dari peristiwa aktual dengan
membandingkannya pada standar atau ekspektasi dari yang seharusnya
terjadi. Pada manajemen Garuda hal ini dilakukan oleh bagian Finance. Mereka
membandingkan antara budget dan aktual, jika penjualan tidak sesuai dengan
target maka harus dilaporkan pada bagian efector.
3. Effector
Suatu perangkat (sering disebut feedback) yang mengubah perilaku jika
assesor mengindikasikan kebutuhan yang harus dipenuhi. Setelah masalah
dengan
effector.
Dalam
suatu
organisasi,
komunikasi
antar
arahan
dan
sasaran
perusahaan
yang
sudah
ditetapkan
dan
Administrative
constraint
merupakan
batasan-batasan
yang
sifatnya administratif dalam bentuk kebijakan atau prosedur yang ada yang
membatasi orang dalam melakukan tindakan tertentu. Kunci lemari dan
ruangan, computer password dan magnetic card untuk ruang pimpinan. Juga
terdapat batasan administratif berupa pemisahan fungsi (bagian marketing
dan
sales,
finance
dan
bagian
pembukuan),
wewenang
pengambilan
yang
akan
dikontrol.
Reviewer
dapat
menyetujui
atau
tidak
canggih
dan
modern,
dimana
semua
produk
baru
atau
pun
pengembangan suatu produk ini harus terlebih dahulu lulus uji di litbang ini.
Litbang
merupakan
inti
kegiatan
tersebut,
yang
memadukan
ilmu
review
satu kali dalam seminggu terkait dengan kinerja para bawahannya. Hal ini
untuk mengetahui kualitas kinerja para pegawai untuk dievaluasi.
d. Pengulangan (Redundancy)
Pengulangan, yaitu tindakan yang sama dilakukan oleh lebih dari satu
orang atau sedikitnya ada staff cadangan untuk meningkatkan probabilita
bahwa tugas telah dilaksanakan .
Kemampuan untuk mengukur action control secara efektif memiliki 4 ciri
yaitu : i) Tepat, manajemen tahu secara pasti bahwa tindakan yang dilakukan
benar atau salah; ii) Objektif, artinya pengukuran dilakukan oleh seseorang
yang independen; iii) Tepat waktu; artinya tindakan menyimpang diketahui
secepatnya agar segera dapat diperbaiki, iv) Dapat dimengerti,
karyawan
melakukan
benchmarking
remunerasi,
dan
mengidentifikasi
talenta utama dan pemimpin masa depan. PT. Garuda Indonesia, Tbk juga
h.
Karakteristik lain dari related diversified firm adalah mereka mempunyai core
competencies yang menguntungkan business unitnya. Core competencies yang
dimiliki
Garuda
Group
adalah
dibdang
aviasi.
Karena
mereka
tumbuh
dengan
kegiatan
utama
perusahaan.
Jadi
bisa
dibilang
Garuda
Jadi
misinya
adalah
terus
mempertahankan
keunggulannya.
menyediakan
semuanya
karena
didukung
oleh
BU
dan
perusahaan induknya.
3. The bargaining power of supplier. Salah satu suplai Aerowisata adalah
SDM. Untuk pelatihan pegawai bisa memanfaatkan BU Garuda yaitu
GATE.
4. Threat from substitutes. Karena belum banyak jasa seperti ini jadi
ancamannya belum terlau besar.
5. Threat of new entry. Luasnya industri ini memungkinkan banyaknya
perusahaan baru yang tertarik untuk masuk ke bidang wisata.
PT. Aerowisata berupaya terus mengembangkan kualitas jasa
pelayanannya
dengan
selalu
beradaptasi
dengan
teknologi
baru,
karyawan
PT
Garuda
Indonesia
beserta
seluruh
anak
masuknya
dan
kuat antara yang satu dengan yang lainnya. Penerapan cultural control meliputi
codes of conduct (aturan, komitmen dan nilai perusahaan secara tertulis), groupbased reward (pemberiaan reward atas pencapaian masing-masing kelompok),
intraorganizational transfers (sosialisasi yang diberikan kepada karyawan untuk
mencegah
hal
yang
tidak
diinginkan
perusahaan),
physical
and
social
arrangements (membentuk kebiasaan dari cara berpakaian dan tata bahasa) dan
tone at the top (teladan dari pihak manajemen yang lebih tinggi dari setiap
karyawan).
Cultural control yang terdapat pada PT Garuda Indonesia Tbk antara lain:
1. Kode etik yang merupakan pernyataan yang bersifat umum dari nilai
perudahaan, komitmen pada para pemangku kepentingan, dan cara bagaimana
pimpinan puncak menginginkan organisasi tersebut berfungsi. Kode etik
dirancang
untuk
membantu
karyawan
memahami
perilaku
seperti
yang
of
conduct)
Insan
Garuda
Indonesia.
Penyempurnaan
dilakukan
seluruh
pegawai
Perusahaan
wajib
memahmai,
menerapkan
dan
mewujudkan
tata
kelola
perusahaan
yang
baik
(Good
Corporate
Governance).
2. Physical and social arrangements
Desain interior yang baru di kabin pesawat Garuda Indonesia memadukan
warna-warna alami dan motif tradisional Indonesia yang indah dipandang mata,
terbuat
dari
sutra
dengan
unsur
grafis,
motif,
dan
warna
yang
BAB IV
KESIMPULAN
PT Garuda Indonesia Tbk. adalah maskapai penerbangan nasional
Indonesia yang menguasai 50% pasar penerbangan dosmestik. Seiring dengan
perkembangan teknologi dan persaingan global sekarang ini menjadikan
persaingan
bisnis
semakin
ketat
maka
dibutuhkan
sistem
pengendalian
berkaitan
dengan
pencapaian
visi
dan
misi
organisasi
dimana
pegawai
agar
mengikuti
kehendak
perusahaan.
bentuk
ini,
Pertanggungjawaban
Tindakan
(Action
accountability)
dengan
isinya
mengenai
Organisasional
Manajemen
(MO),
Unit
Organisasi
(Organizational
Unit),
Pekerjaan
(Job)
dan
Posisi
(Position),
Personnel
antara
yang
satu
dengan
yang
lainnya.
Garuda
Indonesia
telah
himpunan
perilaku-perilaku
yang
harus
ditampilkan
dan
Daftar Referensi
Merchant, Kenneth A., Modern Management Control System, Text and Cases,
International edition, New Jersey, Prentice Hall, 2007