Anda di halaman 1dari 26

I.

Jenis Sample Uji : BENSIN 88

II.

Uraian Dasar Bensin :


Bensin adalah salah satu jenis bahan bakar minyak yang dimaksudkan
untuk kendaraan bermotor roda dua, tiga, atau empat. Dewasa ini, tersedia tiga
jenis bensin, yaitu premium, pertamax, dan pertamax plus. Ketiganya
mempunyai mutu atau perilaku (performance) yang berbeda. Adapun mutu
bahan bakar bensin dikaitkan dengan jumlah ketukan (knocking) yang
ditimbulkannya dan dinyatakan dengan nilai oktan. Semakin sedikit ketukan,
semakin baik mutu bensin, dan semakin tinggi nilai oktannya.
Ketukan adalah suatu perilaku yang kurang baik dari bahan bakar,
yaitu pembakaran terjadi terlalu dini sebelum piston berada pada posisi yang
tepat. Ketukan menyebabkan mesin mengelitik, mengurangi efisiensi bahan
bakar dan dapat merusak mesin.
Untuk menentukan nilai oktan, ditetapkan dua jenis senyawa sebagai
pembanding, yaitu isooktana dan n-heptana. Kedua senyawa ini adalah dua
diantara banyak macam senyawa yang terdapat didalam bensin. Isooktana
menghasilkan ketukan paling sedikit, dan diberi oktan 100; sedangkan nheptana menghasilkan ketukan paling banyak, dan diberi nilai oktan 0 (nol).
Suatu campuran yang terdiri dari 80% isooktana dan 20% n-heptana
mempunyai nilai oktan sebesar (80/100x100) + (20/100 x 0) = 80.

Secara umum, alkana rantai bercabang mempunyai nilai oktan lebih


tinggi daripada isomer rantai lurusnya. Sebagai contoh n-heksana
mempunyai nilai oktan 25, sedangkan 2,2-dimetilbutana mempunyai nilai
oktan 92.
Pertamax mempunyai nilai oktan 92 berarti mutu bahan bakar itu
setara dengan campuran 92% isooktana dan 8% n-heptana. Namun,
demikian, tidak berarti pertamax hanya terdiri dari dua jenis senyawa (92%
isooktana dan 8% n-heptana), melainkan 'mutunya" atau jumlah ketukan
yang ditimbulkannya setara dengan campuran dengan 92% isooktana dan
8% n-heptana. Premium mempunyai nilai oktan 88, sedangkan pertamax
plus mempunyai nilai oktan 94.
Fraksi bensin dari hasil penyulingan mempunyai nilai oktan yang
rendah. Hal itu terjadi karena sebagian besar bensin dari hasil penyulingan
terdiri dri alkana rantai lurus. Nilai oktan bensin harus ditingkatkan sebelum
dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan. Hal ini dapat dilakukan
dengan reforming atau menambahkan zat antiketukan.

III.

Parameter Pengujian Bensin 88


Untuk mengetahui kualitas dari Bensin 88 maka kita harus mengetahui
parameter-parameter pengujian. Berikut akan dijelaskan mengenai parameter
pengujian Bensin 88 :
a. Distilasi ASTM D 86

RUANG LINGKUP
Mencakup distilasi atmosferik produk minyak bumi (Mogas,

Avgas,

Avtur, Kerosine, Gasoil), untuk menentukan secara kuantitatif sifat

trayek titik didih.


Initial Boiling Point (IBP), adalah pembacaan suhu yang diperoleh

pada waktu tetesan pertama jatuh dari ujung kondensor.


End Point (EP) atau Final Boiling Point (FBP), adalah pembacaan
suhu yang paling tinggi (maksimal) yang diperoleh

selama

pemeriksaan.

PRINSIP PENGUJIAN
100 mL contoh dimasukkan ke dalam labu distilasi, kemudian

dipanaskan dengan kecepatan penguapan yang terkontrol


Suhu dicatat pada saat terjadi tetesan pertama jatuh dari ujung

kondensor, sebagai IBP (Initial Boiling Point).


Kemudian pada 5%, 10% recovery, dan seterusnya setiap kenaikan

10% to 90%, 95%, dan akhirnya pada EP (End Point).


FRONT END & MIDRANGE
10% EVAPORATION TEMPERATURE, MAKSIMUM 74 C
Menjamin sifat kemudahan menguap yang bagus
Tidak terlalu mudah menguap
Tak terjadi Vapour Lock, dan tak terjadi es di karburator
Mepermudah start waktu dingin
Memperpendek waktu pemanasan pendahuluan

Membuat distribusi campuran uap Bensin Udara merata dan

seimbang keseluruh silinder ruang bakar mesin


50 % TERUAPKAN ANTARA 75 125 C
Menjamin sifat kemudahan menguap yang bagus
Tidak terlalu mudah dan tak terlalu sukar menguap
Tak terjadi Vapour Lock, dan dan tak terjadi es di karburator
Mepermudah start waktu dingin
Memperpendek waktu pemanasan pendahuluan
Distribusi campuran dan akselerasi mesin bagus

TAIL END
90 % TERUAPKAN MAKSIMUM 180 C
END POINT MAKSIMUM 215 C
RESIDU MAKSIMUM 2,0 %
Menjamin sifat kemudahan menguap yang bagus
Tak terlalu sukar menguap sehingga terjamin untuk tidak
terjadi pembakaran tak sempurna
Jaminan kebersihan ruang bakar mesin
Tidak mencuci dan mengencerkan pelumas mesin
Pengotoran crankcase engine oil minimum

HASIL PENGUJIAN DISTILASI


% Recovery

Suhu (C)

Suhu (F)

IBP
10
20
30
40
50
60
70
80
90
FBP

43
50
61
67
74
83
96
115
137
177
191

109.4
122
141.8
152.6
165.2
181.4
204.8
239
278.6
350.6
375.8

.
Flash Point ABEL
Pengujian Flash Point ini merupakan sebagai ukuran tendensi
kemudahan terjadinya bahaya kebakaran pada storage & handling
produk avtur. Pengujian ini digunakan untuk memenuhi regulasi
angkutan dan safety untuk material mudah menyala dan terbakar. Pada
produk avtur, pengujian ini tidak terkait secara langsung dengan unjuk
kerja (performance) mesin. Biasanya pengujian ini digunakan sebagai
indikasi terjadinya kontaminasi oleh fraksi yang lebih ringan.
Density
Pengujian Density pada avtur digunakan untuk mengetahui
perbandingan massa dengan volume avtur. Densitas ini dapat
digunakan untuk perhitungan konversi dari volume ke berat maupun

sebaliknya. Pengujian densitas digunakan sebagai indikasi awal


terjadinya kontaminasi maupun deteriorasi dari avtur.
Copper Strip
Pengujian Copper Strip Corrosion ditujukan untuk menilai
secara relatif tingkat korosifitas pada produk avtur. Beberapa senyawa
sulfur yang terkandung dalam produk avtur dapat berperan untuk
mengkorosi pada berbagai logam. Sifat korosifitas tidak dapat
dihubungkan secara langsung dengan kandungan sulfur total. Efek
korosifitas dapat bervariasi sesuai keberadaan dari tipe senyawa sulfur.
Doctor Test
Pengujian Doctor Test merupakan salah satu sifat pengkaratan
yang menunjukan secara kualitatif terhadap kemungkinan adanya
senyawa belerang dalam contoh uji dan keberadaan senyawa belerang
dalam bentuk merkaptan (RSH). Interpretasi dari pengujian doctor
test, besar kecilnya kandungan sulfur mempengaruhi hasil pengujian
doctor test, jika kandungan sulfur pada produk tinggi maka hasiluji
akanpositif
Spesific Energy
Pengujian Spesific Energy menunjukan perbandingan berat
dari sejumlah volume tertentu suatu cairan terhadap berat dari volume
yang sama dari air murni pada temperatur yang sama

b. Hasil Pengujian Avtur


No

Parameter

Satuan

Spesifikasi

Density

kg/m3

775 840

Distilasi

C
C
C
C
C
% v/v
% v/v

IBP = report
T10 = max. 205
T50 = report
T90 = report
EP = max. 300
Residu = 1,5 max
Losses = 1,5 max

Hasil
801,6 (Tabel 53)
801,9 (Tabel 53B)

Keterangan
Sesuai
Spesifikasi

IBP = 152
T10 = 175
T50 = 197
T90 = 234
EP = 262
Residu = 1,7%
Losses = 0,3%

Sesuai
Spesifikasi

Flash Point

Min. 38

44 (FP Tag)
45,5 (FP Abel)

Smoke Point

mm

Min. 25

24

Doctor Test

Negatif

Positif

Freezing Point

Max. -47

-45

Conductivity

pS/m

50 600

115

Specific Energy

MJ/kg

Min. 42,8

128,732

Copper Strip
Corrotion

Max. kelas 1

Kelas 1a

c. Perhitungan

Sesuai
Spesifikasi
Tidak Sesuai
Spesifikasi
Tidak Sesuai
Spesifikasi
Tidak Sesuai
Spesifikasi
Sesuai
Spesifikasi
Sesuai
Spesifikasi
Sesuai
Spesifikasi

1. Density 15C
Data Hasil Pengujian
- Suhu Pengamatan
- Density Pengamatan

: 30 oC
: 791 kg/m3

a. Hasil konversi Petroleum Measurement Table 53 (lama) diketahui :


Temperature
Observed (oC)
30

Density Observed (Kg/m3)


791
Density At 15 oC (Kg/m3)
801,6

Jadi, diperoleh nilai density 15oC sebesar


Mencari SG 60/60 dan oAPI
Penggunaan Tabel 51

Density 15 oC
SG 60/60
(Gr/cm3)
0,801
0,8014
0,8016
(a)
0,802
0,8024
Dengan cara interpolasi, maka diperoleh hasil

API

45,07
(b)
44,85

SG 60/60 : 0,802
o

API

: 44,938

b. Hasil konversi Petroleum Measurement Table 53 B diketahui :


Temperature
Observed (oC)
30

Density Observed (Kg/m3)


791
Density At 15 oC (Kg/m3)
801,9

Jadi, diperoleh nilai density at 15oC sebesar

Mencari SG 60/60 dan oAPI


Penggunaan Tabel 51
Density 15 oC
(Gr/cm3)
0,801
0,8019
0,802

SG 60/60
0,8014
(a)
0,8024

API

45,07
(b)
44,85

Dengan cara interpolasi, maka diperoleh hasil


SG 60/60 : 0,8023
o

API

: 44,872

2. Distilasi (ASTM D86)


% Volume
IBP
10 %
20 %
30 %
40 %
50 %
60 %
70 %
80 %
90 %
FBP
Residu (% v/v)
Losses (% v/v)

Temperature (C)
152
175
180
185
190
197
205
213
222
234
262
1,7
100 (98+1,7) = 0,3

Spesifikasi Avtur
Dilaporkan
max 205 C

Dilaporkan

Dilaporkan
Max 300 C
Max 1,5 % v/v
Max 1,5 % v/v

Perhitungan
Volume total avtur
- Total recovery (kondensat)
- Residue

= 100 ml
= 98 ml
= 1,7 ml

% volume losses = 100 ml (Total recovery + residue) ml


= 100 ml (98 + 1,7) ml

= 100 ml 99,7 ml
= 0,3 ml
Jadi, volume losses dari distilasi avtur adalah sebanyak 0,3 % volume
3. Spesific Energy
Massa contoh uji : 1.0755 Kg
Temperatur Awal : 28.753 oC
Diperoleh temperature selama pengamatan, sebagai berikut :
Time (Second)
0
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
330
360

Temperatur (oC)
28.753
29.836
30.545
31.921
32.458
32.537
32.895
33.117
33.365
33.478
33.693
33.872
34.136

Panas Pembakaran Kotor (Qg) adalah :

Qg =

Dimana, diketahui :
W

= 6143, 177 kal/oC


= 25703 J/ oC

(1 Kalori = 4,18400 Joule)

= 25, 703 MJ/ oC


= (34.136-28.753) oC

= 5,383 oC
M

= 1.0755 Kg

Maka,

Qg =

Qg

VI.

Analisis Hasil Pengujian


1. Distilasi
Secara garis besar, distilasi avtur masih sesuai spesifikasi, dimana 10%
dan FBP serta losses masih masuk, tidak melebihi nilai maximal. Hanya saja
residu sedikit lebih besar dan kadar max yakni 1,7% v/v. Hasil distilasi ini
berpengaruh terhadap produk avtur, dimana avtur lebih mudah / cepat
menyala serta mutu pembakaran yang baik serta kinerja yang lebih baik pada
suhu rendah.
Sehingga disimpulkan bahwa kualitas contoh uji cukup baik. Akan tetapi
terdapat satu parameter yang off specification, sehingga tidak disarankan
untuk digunakan. Disarankan untuk melakukan pengujian ulang dengan
contoh yang sama, apabila di dapatkan hasil residu yang sesuai spesifikasi,
maka contoh uji masih bisa dipertimbangkan untuk digunakan.

2. Density 15C

Spesifikasi yang dikeluarkan oleh Dirjen Migas tahun 2011, density 15oC
diatur sebesar minimal 775 kg/m3 dan maksimal 840 kg/m3. Maka
berdasarkan pengujian, nilai density contoh masih termasuk produk yang ONSpesification.
Dengan nilai density sebesar 801,6 kg/m3 (Tabel 53) atau 801,9 kg/m3
(Tabel 53 B), maka mengindikasikan bahwa contoh uji memiliki sifat
volatility yang baik, kualitas produk yang terjamin, dan tidak terlalu banyak
mengandung fraksi-fraksi berat yang dapat mempengaruhi atau memperburuk
nilai/sifat contoh uji yang lain. Sehingga produk yang diuji On-Spesification
dan memiliki kualitas yang baik

3. Flash Point Tag (ASTM D 56)


Pengujian flash point produk avtur yang kami uji on spec. Berdasarkan
spesifikasi Dirjen Migas 26 Oktober tahun 2011 Flash point avtur minimum
yaitu 38oC. Hasil pengujian flash point kelompok kami senilai 44 oC. Hal ini
berarti avtur baru dapat menyala sesaat pada temperature lebih dari 44 oC.
Pada temperature lingkungan yaitu sekitar 32 oC masih terjamin faktor
safety/keamanannya.

4. Flash Point Abel

Diperoleh flash point sebesar 45,5 oC. Produk initermasuk on spec dalam
segi flash point. Berdasarkan spesifikasi Dirjen Migas 26 Oktober tahun 2011.
Flash point avtur minimum yaitu

38oC. Dari hasil pengujian yang telah

dilakukan, menunjukkan bahwa produk yang diuji memenuhi persyaratan dari


sisi safety, hal ini menjamin bahwa produk avtur tidak mudah menimbulkan
nyala sesaat (flash) ataupun terbakar baik selama penyimpanan maupun saat
penggunaan. Dengan flash point yang relatif tinggi, menggambarkan
kecenderungan kandungan parafin lebih banyak pada sampel.

5. Smoke Point (ASTM D 1322)


Pengujian smoke point yang kami uji ternyata off spec. Berdasarkan
spesifikasi yang ditentukan, seharusnya smoke point minimal adalah 25 mm
namun hasil pengujian didapat sebesar 24 mm. Bila spesifikasi minimal
sebesar 25 mm tidak tercapai, diperbolehkan smoke point minimal 19 mm
dengan kadar naftalen maksimal 3% v/v melalui pengujian ASTM D1840.
Namun karena keterbatasan alat, pengujian kadar naftalen ini tidak dapat
diuji.
Nilai

smoke

point

yang

kurang

dari

spefisikasi

menunjukkan

kemungkinan kandungan aromat dalam jumlah sedikit lebih banyak dari yang
seharusnya yang berpengaruh pada kurangnya tinggi nyala api tanpa asap. Hal
ini berpeluang menimbulkan banyaknya asap yang bisa menempel pada turbin
blade serta mengurangi umur (lifetime) ruang bakar.

6. Doctor Test
Pada tabung reaksi campuran antara avtur 10 mL, Na2PbO2 15 mL dan
sedikit serbuk belerang, terjadi dua lapis cairan. Cairan dasar berupa Na2PbO2
dan diatasnya merupakan avtur. Di atas lapisan cairan Na 2PbO2 terdapat
serbuk belerang yang mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan.
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan maka didapat sulfur mengalami
perubahan warna sehingga dikatakan doctor test positif, sehingga di dalam
avtur uji diketahui terdapat merkaptan (RSH) dan H2S.
Namun pengujian Doctor Test ini hanyalah persyaratan sekunder dari
persyaratan alternatif sulfur merkaptan, sehingga bila terdapat perbedaan
antara hasil pengujian doctor test dengan hasil pengujian kandungan sulfur
merkaptan, maka yang digunakan adalah hasil pengujian sulfur merkaptan.

7. Freezing Point
Dari hasil percobaan yang telah kami lakukan dan amati, maka freezing
point dari avtur dilaporkan pada temperature -45C. hampir memenuhi
spesifikasi yang ditentukan yaitu berdasarkan spesifikasi avtur yang
dikeluarkan Dirjen Migas, nilai dari freezing point diatur maksimal -47 C.
Hal ini menggambarkan kencenderungan kristal dapat lebih cepat terbentuk di
dalam tangki fuel pesawat, bila dalam perjalanan cukup lama maupun
melewati daerah yang bersuhu dingin. Kristal hidrokarbon ini dapat
menyebabkan tersumbatnya filter dan membahayakan penerbangan.

Suhu freezing point yang tidak memenihi spesifikasi, mengindikasikan


bahwa kandungan senyawa aromat pada contoh cukup banyak, sehingga
membuat freezing point dari avtur terlalu tinggi. Aromat terutama di-aromat,
dan tri-aromat, merupakan senyawa yang berkontribusi merusak nilai dari
freezing point.
Freezing Point Avtur tidak memenuhi spesifikasi atau off-spec, karena
freezing point hasil pengujian di atas temperatur yang ditentukan. Maka
produk tidak boleh dipasarkan karena berpotensi akan membahayakan
penerbangan.
8. Conductivity (ASTM D 2624)
Berdasarkan spesifikasi nilai conductivity produk avtur 50-600 ps/meter.
Hasil pengujian conductivity kelompok yang kami lakukan senilai 115. Maka
produk avtur yang kami uji on-spec dalam pengujian conductivity. Pengujian
ini bertujuan untuk factor safety produk avtur, dimana avtur mudah
menghantarkan listrik statis. Kemudahan ini di pengaruhi oleh faktor aditif
dan partikel-partikel di dalam produk avtur.

9. Spesific Energy
Dari percobaan heating value yang telah kelompok kami lakukan di
peroleh nilai panas hasil pembakaran 1,0755 gr avtur adalah sebesar

MJ/kg dengan kenaikan suhu 5,383 C dari suhu awal. Hasil


tersebut melebihi spesifikasi spesific energy Dirjen Migas yaitu minimal 42,80
Mj/Kg. Itu menunjukan sampel uji memiliki nilai bakar yang sangat baik.
Besarnya nilai panas hasil pembakaran senyawa hidrokarbon bergantung
dari banyaknya atau jumlah hidrokarbon yang digunakan dan jenis dari
hidrokarbon tersebut. Produk avtur yang di uji memiliki sifat pembakaran
yang baik, dengan nilai Spesific Energy diatas nilai dari spesifikasi yang telah
ditentukan.

10. Copper Strip Corrotion (ASTM D 4815)


Pengujian Copper Strip Corrotion terhadap sampel masih sesuai
spesifikasi. Di mana pengujian sampel menunjukkan hasil berupa kelas 1a,
sedangkan di spesifikasi tertulis maksimal kelas 1. Hal ini menjamin bahwa
sampel avtur yang diuji memiliki sifat korosivitas yang kurang terhadap
logam sehingga peluang terjadinya korosi terhadap logam semakin kecil.

LAMPIRAN
Lampiran 1 : Sampel Uji

Lampiran 2 : Pengujian Flash Point Abel

Lampiran 3 : Pengujian Flash Point Tag

Lampiran 4 : Pengujian Doctor Test

Lampiran 5 : Pengujian Copper Strip Corrotion

Lampiran 6 : Pengujian Smoke Point

Lampiran 7 : Pengujian Distilasi

Lampiran 8 : Pengujian Bomb Calorimeter (Specific Energy)

Anda mungkin juga menyukai