Kelas : Refinery I B
Nama Anggota :
1. Krishna Bayu Ramadhan
14121026
2. M. Choirul Rizal
14121028
3. Mad Tarmizi
4. Maulana Aditya Yudha
14121032
5. Mohamad Andy Triyono
14121034
6. Muhammad Iqbal Rafiqy
14121036
14121030
PEMBAHASAN
Setelah itu pula yang mengatakan bahwa ilmu kalam ialah ilmu yang
membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagamaan
dengan bukti-bukti yang meyakinkan. Di dalam Ilmu ini dibahas tentang cara
marifat (mengetahui secara mendalam) tentang sifat-sifat Allah dan para
Rasul-Nya dengan menggunakan dalil-dalil yang pasti guna mencapai
kebahagian hidup abadi. Ilmu ini termasuk induk ilmu agama dan paling
utama bahkan paling mulia, karena berkaitan dengan zat Allah, zat para
Rasul-Nya.
Sejarah Munculnya Teologi
B. Ilmu Tauhid
Tauhid dalam bahasa artinya menjadikan sesuatu esa. Yang dimaksud
disini adalah mempercayai bahwa Allah itu esa. Sedangkan secara istilah ilmu
Tauhid ialah ilmu yang membahas segala kepercayaan-kepercayaan yang
diambil dari dalil dalil keyakinan dan hukum-hukum di dalam Islam termasuk
hukum mempercayakan Allah itu esa.
Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas pengokohan keyakinankeyakinan agama Islam dengan dalil-dalil naqli maupun aqli yang pasti
kebenarannya sehingga dapat menghilangkan semua keraguan, ilmu yang
menyingkap kebatilan orang-orang kafir, kerancuan dan kedustaan mereka.
Dengan ilmu tauhid ini, jiwa kita akan kokoh, dan hati pun akan tenang
dengan iman. Dinamakan ilmu tauhid karena pembahasan terpenting di
dalamnya adalah tentang tauhidullah (mengesakan Allah). Allah swt.
berfirman:
Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu itu benar, sama dengan orang yang buta? Hanyalah
orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. (Ar-Rad:
19).
C. Ilmu Aqaid
Aqaid artinya simpulan, yakni kepercayaan yang tersimpul dalam hati,
menjadikan rasa yakin pada diri tanpa tercampuri oleh keraguan dan
kebimbangan.
Ilmu Aqaid adalah ilmu yang membahas kepercayaan-kepercayaan
fundamental (mendasar) dalam Islam.
Pengertian Ilmu Aqoid
Ilmu aqoid sebagai salah satu asas dalam memahami Islam secara
sempurna kaffah-, kini mulai jarang disentuh. Bahkan hampir mengalami
kepunahan. Buktinya, jarang sekali kita mendengar istilah aqoid, apalagi
Selanjutnya diterangkan bahwa ilmu aqoid sebagaimana diterangkan dalam
kitab Bajuri dan Jamul Jawami sebagai:
3. A. Aliran Khawarij
Secara etimologis kata khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja
yang berarti
keluar, muncul, timbul, atau memberontak. Ini yang
mendasari Syahrastani untuk menyebut khawarij terhadap orang yang
memberontak imam yang sah. Berdsarkan pengertian etimologi ini pula,
khawarij berarti setiap muslim yang ingin keluar dari kesatuan umat Islam.
Adapun yang dimaksud khawarij dalam terminologi ilmu kalam adalah
suatu sekte / aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan
barisan karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima
arbitrase ( tahkim ), dalam Perang Siffin pada tahun 37 H / 648 M, dengan
kelompok bughat ( pemberontak ) Muawiyah bin Abi Sufyan perihal
B. Aliran Murjiah
Nama Murjiah diambil dari kata irja atau arjaa yang bermakna
penundaan, penangguhan, dan pengharapan. Kata arjaa mengandung arti
pula memberi harapan, yakni memberi harapan kepada pelaku dosa
besaruntuk memperoleh pengampunan dan rahmat Allah. Selain itu, arjaa
berarti pula meletakkan di belakang atau mengemudikan, yaitu rang yang
mengwemudikan amal dari iman. Oleh karena itu Murjiah, artinya orang
yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa, yakni Ali
dan Muawiyah serta pasukannya masing-masing, ke hari kiamat kelak.
Ada beberapa teori yang berkembang mengenai asal-usul kemunculan
Murjiah. Teori pertama mengatakan bahwa gagasan irja atau arja
dikembangkan oleh sebagian sahabat dengan tujuan menjamin persatuan dan
kesatuan umat Islam ketika terjadi pertikaian politik dan juga bertujuan untuk
menghindari sektarianisme. Murjiah, baik sebagai kelompok politik maupun
teologis, diperkirakan lahir bersamaan dengan kemunculan Syiah dan
Khawarij. Kelompok ini merupakan musuh berat Khawarij.
Teori lain mengatakan bahwa gagasan irja, yang merupakan basis doktrin
Murjiah, muncul pertama kali sebagai gerakan politik yang oleh cucu Ali bin
Abi Thalib , Al-Hasan bin Muhammad al-Hanafiyah, sekitar tahun 695. Watt,
penggagas teori ini, menceritakan bahwa setelah 20 tahun kematian
Muawiyah, pada tahun 680, dunia Islam dikoyak oleh pertikaian sipil. AlMukhtar membwa faham Syiah ke Kuffah dari tahun 685 687; Ibnu Zubayr
mengklaim kekhalifahan di Mekah hingga yang berada di bawah kekuasaan
Islam. Sebagai respon dari keadaan ini, muncul gagasan irja atau
penangguhan ( postponenment ). Gagasan ini pertama kali digunakan sekitar
tahun 695 oleh cucu Ali bin Abi Thalib, Al-Hasan bin Muhammad AlHanafiyah, dalam sebuah surat pendeknya. Dalam surat itu Al-Hasan
menunjukkan sikap politiknya dengan mengatakan, Kita mengakui Abu
Bakar dan Umar, tetapi menangguhkan keputusan atas persoalan yang
terjadi pada konflik sipil pertama yang melibatkan Usman, Ali, dan Zubyr
( seorang tokoh pembelot ke Mekah ). Dengan sikap politik ini, Al-Hasan
mencoba menanggulangi perpecahan umat Islam. Ia kemudian mengelak
berdampingan dengan kelompok Syiah revolusioner yang terlampau
mengagungkan Ali dan para pengikutnya, serta menjauhkan diri dari
Khawarij yang menolak mengakui kekhalifahan Muawiyah dengan alasan
bahwa ia adalah keturunan si pendosa Usman.
C. Aliran Qadariyah
D. Aliran Jabariyah
Kata Jabariyah berasal dari kata jabara, yang mengandung arti memaksa
dan mengharuskannya melakukan sesuatu. Kalau dikatakan, Allah
mempunyai sifat al-Jabbar (dalam bentuk mubalaghah), itu artinya Allah
Maha Memaksa. Ungkapan al-insan majbur (bentuk isim maful) mempunyai
arti bahwa manusia dipaksa atau terpaksa. Selanjutnya, kata jabara (bentuk
pertama) setelah ditarik menjadi Jabariyah (dengan menambah ya nisbah),
memiliki arti suatu kelompok atau aliran (isme).
Dalam sejarah, tercatat bahwa orang yang pertama kali mengemukakan
paham Jabariyah dikalangan umat Islam adalah al-Jaad ibn Dirham.
2.
3.
Pada pemerintahan Daulah Bani Umayyah, pandangan tentang alJabbar semakin mencuat ke permukaan. Abdullah bin Abbas, melalui
suratnya memberka reaksi yang keras kepada penduduk Syiria yang
diduga berpaham Jabariyah.
Paparan di ats menjelaskan bahwa bibit paham al-Jabbar telah muncul
sejak awal periode Islam. Namun, al-Jabbar sebagai suatu pola pikir atau
aliran yang dianut, dipelajari dan dikembangkan, baru terjadi pada masa
pemerintahan Daulah Bani Umayyah, yakni oleh kedua tokoh yang telah
disebutkan di atas.
Berkaitan dengan kemunculan aliran Jabariyah, ada yang menyatakan
bahwa kemunculannya diakibatkan oleh pengaruh pemikiran asing, yaitu
pengaruh agama Yahudi bermazhab qurra dan agama Kristen bermazhab
yacobt. Namun, tanpa pengaruh asing itu, paham al-Jabbar akan muncul juga
di kalangan umat Islam.
E. Aliran Mutazilah
Secara harfiah, kata mutazilah berasal dari kata Itazala yang artinya
berpisah atau memisahkan diri, menjauh atau menjauhkan diri. Secara teknis
istilah mutazilah menuju kepada 2 golongan, yaitu :
1. Muncul sebagai respon politik murni. Golongan ini tumbuh sebagai
kaum netral politik, khususnya dalam arti bersifat lunak dalam
menangani pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan lawanlawannya, terutama Muawiyah, Aisyah dan Abdullah bin Zubair.
Golongan inilah yang mula-mula disebut kaum Mutazilah karena
mereka menjauhkan diri dari pertikaian masalah khilafah.
2. Muncul sebagai respon persoalan teologis yang berkembang
dikalangan khawarij dan murjiah akibat adanya peristiwa tahkim.
Golongan ini muncul karena mereka berbeda pendapat dengan
golongan Khawarij dan Murjiah tentang pemberian status kafir
kepada orang yang berbuat dosa besar. Golongan ini berpusat pada
peristiwa yang terjadi antara Wail bin Ata serta temannya, Amr bin
Ubaid, dan Hasan Al-Basri di Basrah. Ketika Wasil mengikuti
pelajaran yang diberikan Hasan AL-Basri di Mesjid Basrah, datanglah
seorang yang bertanya mengenai pendapat Hasan Al-Basri tentang
orang yang berdosa besar. Ketika Hasan Al-Basri berpikir, Wasil
mengemukakan pendapatnya dengan mengatakan: Saya berpendapat
bahwa orang yang berdosa besar bukanlah mukmin dan bukan pula
kafir, tetapi berada diposisi di antara keduanya, tidak mukmin, tidak
kafir. Kemudian Wasil menjauhkan diri dari Hasan Al-Basri dan
pergi ke tempat lain di lingkungan mesjid. Di sana Wasil mengulangi
pendapatnya dihadapan para pengikutnya. Dengan adanya hal ini,
Hasan Al-Basri berkata: Wasil menjauhkan diri dari kita (Itazalla
anna).
F. Aliran Asariyah
Munculnya aliran ini berawal dari seseorang yang bernama Abdul Hasan
Ali bin Ismail Al-Asyary keturunan dari Abu Musa Al-Asyary salah seorang
perantara dalam sengketa antara Ali dan Muawiyah. Al-Asyari lahir tahun 260
H / 873 M dan wafat pada tahun 324 H / 935 M. Pada waktu kecilnya ia
berguru pada seorang Mutazilah terkenal, yaitu Al-Jubbai, mempelajari
ajaran-ajaran Mutazilah dan mendalaminya. Aliran ini diikutinya terus sampai
berusia 40 tahun dan tidak sedikit dari hidupnya untuk mengarang buku-buku
kemutazilahan.
Ketika mencapai usia 40 tahun ia bersembunyi di rumahnya selama 15
hari, kemudian eprgi ke Mesjid Basrah. Di depan orang banyak ia menyatakan
bahwa ia mula-mula mengatakan Quran adalah makhluk: Tuhan tidak dapat
dilihat matakepala; perbuatan buruk manusia sendiri yang membuatnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://annisna.blogspot.com/2012/09/hubungan-dan-perbedaan-tauhiddengan.html
https://menantikau.wordpress.com/kumpulan-makalah/metodologi-studiislam/aliran-aliran-pemikiran-islam/
http://iain-s.blogspot.com/2013/04/aliran-aliran-dalam-pemikiran-islam.html
http://konsultasi-hukum-online.com/2013/06/aliran-aliran-dalam-ilmu-kalam/