TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tuberkulosis
2.1.3 Penularan
Transmisi basil Mycobacterium ini adalah melalui manusia, kecuali untuk M.
bovis (Varaine F., Henkens M. & Grouzard V., 2010). Sumber penularan adalah
penderita TB BTA positif.
(2010), sewaktu batuk atau bersin, kuman akan tersebar ke udara dalam bentuk
droplet ataupun percikan dahak. Droplet yang mengandungi kuman dapat bertahan di
udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Jika droplet tersebut terhirup ke dalam
saluran pernapasan, orang lain dapat terinfeksi. Selama kuman TB masuk ke dalam
tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru
kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran
napas atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya. Banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari paru menentukan daya penularan dari seorang penderita.
Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita
tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita
tersebut dianggap tidak menular.
Hanya 10% dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita TB.
Dari
keterangan tersebut diatas, dapat diperkirakan bahwa daerah dengan ARTI 1%, maka
diantara 100.000 penduduk, rata-rata terjadi 100 penderita tuberkulosis setiap tahun,
dimana 50% penderita adalah BTA positif (Saroso S., 2005).
2.1.4 Patogenesis
Pada patogenesis Tuberkulosis primer, kuman Tuberkulosis akan masuk
melalui saluran napas dan akan bersarang di jaringan paru.
Kemudian, akan
terbentuk suatu sarang pneumonik yang disebut sarang primer atau afek primer.
Sarang primer ini bisa timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang
reaktivasi. Dari sarang primer, akan kelihatan peradangan saluran getah bening yang
menuju hilus (limfangitis lokal).
penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang
membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas yang bersangkutan
dengan akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus
yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada
lobus yang atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis. Selain itu,
kuman ini bisa menyebar melalui penyebaran secara bronkogen, baik di paru
bersangkutan maupun ke paru sebelahnya atau tertelan. Ada juga yang menyebar
secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan dengan daya tahan tubuh,
jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan,
akan tetetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan
menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis
tuberkulosa dan typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan
tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia
dan sebagainya (PDPI, 2005).
Pada fase Tuberkulosis pasca primer, dari tuberkulosis primer ini akan
muncul bertahun-tahun kemudian tuberkulosis post-primer, biasanya pada usia 15-40
tahun. Tuberkulosis post primer mempunyai nama yang bermacam macam antaranya
adalah tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis dan tuberkulosis menahun.
Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi problem kesehatan rakyat, karena
dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis post-primer dimulai dengan sarang
dini, yang umumnya terletak di segmen apikal dari lobus superior maupun lobus
inferior. Sarang dini ini pada awalnya berbentuk suatu sarang pneumonik kecil.
Nasib sarang pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sama ada melalui
diresopsi kembali dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacat ataupun
sarang tadi pada mulanya meluas, tetapi segera terjadi proses penyembuhan dengan
penyebukan jaringan fibrosis. Ia selanjutnya akan membungkus diri menjadi lebih
keras, terjadi perkapuran dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sebaliknya
dapat juga sarang tersebut menjadi aktif kembali, membentuk jaringan keju dan
menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan keluar.
Ada juga sarang pneumonik yang meluas, membentuk jaringan keju (jaringan
kaseosa). Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti
awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik).
Nasib kaviti ini mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik baru.
Sarang pneumonik ini akan mengikuti pola.
Perjalanan seperti yang disebutkan diatas, ia dapat pula memadat dan
membungkus diri (encapsulated), dan disebut tuberkuloma.
Tuberkuloma dapat
mengapur dan menyembuh, tetapi mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan
menjadi kaviti lagi. Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut
open healed cavity atau kaviti menyembuh dengan membungkus diri lalu akhirnya
mengecil.
penghuni di dalamnya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab
disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota
keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga
yang lain. Antara kelompok yang beresiko untuk menularkan penyakit Tuberkulosis
adalah pelajar-pelajar di asrama sekolah.
Kondisi rumah juga menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit TB.
Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan kuman. Lantai
dan dinding yag sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu, sehingga
akan dijadikan sebagai media yang baik bagi berkembangbiaknya kuman
Mycrobacterium tuberculosis.
Faktor resiko penularan penyakit Tuberkulosis yang seterusnya adalah status
gizi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati LY (2002) terhadap pasien
Tuberkulosis, terdapat 96,7% responden mempunyai kecukupan energi kurang.
Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan
tubuh dan respon immunologik terhadap penyakit.
Keadaan sosial ekonomi juga berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan
sanitasi lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan.
Penurunan
Kadang-kadang
serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Gejala umum lain
adalah penurunan nafsu makan dan berat badan serta batuk-batuk selama lebih dari 3
minggu (dapat disertai dengan darah). Bisa juga dirasakan perasaan tidak enak atau
malaise dan lemah (PDPI, 2002).
Gejala-gejala khusus atau khas pula tergantung dari organ tubuh mana yang
terkena. Bila terjadi sumbatan di sebagian bronkus akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar, ia akan menimbulkan suara "mengi" yaitu suara nafas
melemah yang disertai sesak. Jika ada cairan dirongga pleura, ia dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara
pada kulit di atasnya. Pada muara ini akan keluar cairan nanah. Pada anak-anak,
dapat mengenai otak dan terjadinya meningitis (radang selaput otak). Gejalanya
adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Tabel 2.1.
Kandung kemih
Otak
Pericardium
Persendian
Ginjal
Organ reproduksi pria
Organ reproduksi wanita
Tulang belakang
2.1.7 Pengobatan
Obat anti TB (OAT) untuk lini pertama adalah Rifampisin, Isoniazid (INH),
Pirazinamid, Streptomisin dan Etambutol. Obat tambahan lainnya ataupun obat lini 2
adalah Kanamisin, Amikasin dan Kuinolon (PDPI, 2005). Biasanya, Isoniazid
diberikan selama 6-9 bulan melalui oral. Pengobatan rifampin pula diberikan selama
4-9 bulan (Federal Bureau of Prisons, 2010).
Tabel 2.2.
Kategori TB
1. Kasus baru TB
positif
2. TB
ekstra
berbahaya
3. Negatif
TB
berbahaya
4. TB paru positif
sudah diobati
paru
paru
paru
yang
1. 2 bulan H3R3Z3E3S3 /
2 bulan H3R3Z3E3
2. 2 bulan HRZES / 1
bulan HRZE
1. 2 bulan H3R3Z3E3
2. 2 bulan HRZE
R Rifampin
E Etambutol
S Streptomisin
1. 5 bulan H3R3E3
2. 5 bulan HRE
1. 4 bulan H3R3
2. 4 bulan HR
3. 6 bulan HE
Z Pirazinamid
2.1.8 Komplikasi
Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi, baik sebelum
pengobatan dalam masa pengobatan ataupun setelah selesai pengobatan. Beberapa
komplikasi dini yang mungkin timbul adalah batuk berdarah, pneumotoraks, luluh
paru, gagal napas, gagal jantung dan efusi pleura. Komplikasi lanjut pada penyakit
Tuberkulosis pula bisa jadi obstruksi jalan napas, kor pulmonal, amiloidosis dan
karsinoma paru (Taufik A., 2009).
2.1.9 Pencegahan
Penyakit Tuberkulosis ini bias dicegah. Seperti yang diketahui, mencegah
lebih baik dari mengobati.
dilakukan oleh masyarakat adalah ventilasi dan pencahayaan rumah yang baik serta
menutup mulut saat batuk. Selain itu, masyarakat juga perlulah menjaga kebersihan
lingkungan termasuk alat makan dan tidak meludah di sembarang tempat (Rahmawati
VK, 2009).
Selain pencegahan dinyatakan di atas, terdapat juga vaksinasi yang bisa
mencegah daripada terjadinya penyakit Tuberkulosis ini yaitu vaksin BCG (Squire
B., 2009).
2.2
Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil penginderaan manusia terhadap objek melalui
indra yang dimilikinya seperti mata, hidung, telinga dan alat indera lainnya. Dengan
sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek tersebut
(Natoatmodjo, 2005).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Pengetahuan yang dicakup di
dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu boleh diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Hal yang termasuk dalam tingkat pengetahuan ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang itu tahu tentang apa yang
2. Memahami (comprehension)
Memahami boleh diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan dan
dapat menginterpretasikan secara benar tentang obejek/materi yang
diketahuinya. Orang yang telah paham tentang objek/materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi boleh diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.
4. Analisis (analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu
struktur oraganisasi yang masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata
lain, sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dan formulasi-formulasi yang sedia ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
teradap suatu obejek/materi. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau dengan menggunakan kriteria yang telah ada.
yang
diperolehi
dapat
memperluaskan
pengetahuan
seseorang.
2. Umur
Pertambahan umur seseorang akan menyebabkan proses perkembangan
metalnya semakin bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika
berusia belasan tahun.
3. Tingkat pendidikan.
Tingkat pendidikan seseorang dapat memperluas pengetahuan dan
wawasan seseorang.
4. Keyakinan
Keyakinan biasanya diperoleh secara turun temurun dan tanpa ada
pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini biasanya akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang, baik dari segi positifnya maupun yang negatifnya.
5. Sumber informasi
Sumber informasi yang baik akan meningkatkan pengetahuan seseorang
meskipun seseorang itu memiliki pendidikan yang rendah.
Sumber
6. Penghasilan
Sebenarnya, penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap tingkat
pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang mempunyai penghasilan
yang cukup besar, maka beliau akan mampu untuk menyediakan fasilitasfasilitas sumber informasi.
7. Sosial budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi
pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu.