Oleh:
dr Herliana Sembiring
Pembimbing:
dr. R.M.Faisal, Sp.Rad
DEPARTEMEN RADIOLOGI
RUMAH SAKIT MOH. HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Germ cells tumor cell merupakan sel-sel di dalam tubuh yang berkembang
menjadi sperma dan sel telur. Mayoritas sel-sel ini ditemukan di dalam ovarium
atau testis namun terkadang sel ini juga bisa tertinggal di bagian tubuh lain ketika
janin berkembang di dalam rahim seperti di dada, otak atau bagian belakang perut
(kanker retroperitoneal). Germ cells tumor yang paling banyak ditemukan pada
anak yaitu adalah yolk sac tumor.
Berbagai kelainan hematologi dapat menyertai penderita kanker salah satunya
yaitu trombositosis. Trombositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah trombosit
lebih besar dari 450 x 109/L. Trombositosis ini umumnya terlihat sebagai suatu
reaksi terhadap penyakit akut atau kronik (reaktif trombositosis). Penyebab
trombositosis dapat bersifat primer (kelainan myeloproliferatif) dimana jumlah
trombosit tinggi tetapi terdapat gangguan fungsi ataupun bersifat sekunder yang
meliputi : kehilangan darah akut dan kronik, keganasan, penyakit inflamatori
kronik (contoh rhematoid arthritis), pasca spleenektomi dan anemia defisiensi
besi. Khusus pada penyakit keganasan, trombositosis dapat digunakan untuk
menentukan prognosis. Pada penelitian Gusfer dan Tukimo dari Turki menemukan
penderita yang mengalami trombositosis meningkat sebanyak 17% seiring
peningkatan
stadium.
Selain
dapat
memperkirakan
stadium
penyakit,
BAB II
LAPORAN KASUS
II.1. IDENTIFIKASI
Nama
: Hidayat
Usia
: 11 tahun
: Lahat
MRS
: 7 Agustus 2014
Riwayat sosioekonomi
-
Ayah penderita bekerja sebagai buruh harian lepas. Ibu penderita bekerja
sebagai ibu rumah tangga..
Riwayat kelahiran
Penderita lahir spontan, cukup bulan, ditolong bidan, lahir langsung menangis
A/S (?) berat badan lahir 2.800 gr, ibu penderita tidak minum jamu-jamuan selama
kehamilan dan selalu kontrol teratur ke bidan
Riwayat imunisasi
BCG (+), scar (+), DPT I, II (+) III (-), Hepatitis I, II (+) III (-), Polio I, II (+) III
(-), campak (-)
Kesan: imunisasi dasar tidak lengkap.
Riwayat makan
ASI
Bubur
Tengkurap
: Usia 4 bulan
Merangkak
Berjalan
: Usia 7 bulan
: Usia 13 bulan
: kompos mentis
Tekanan Darah
: 100/70 mmHg
Nadi
Pernafasan
: 26 kali permenit,
Suhu
: 36,7oC
Berat Badan
: 22 kg
Tinggi Badan
: 115 cm
Status gizi
: baik
Keadaan spesifik:
Kepala
: NCH (+), normosefali, pupil bulat isokor, 3/3 mm, refleks cahaya +/
+, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), sianosis mukosa bibir(-)
wajah dismorfik (-)
Thoraks
Pulmo
Jantung
Abdomen : cembung, lemas, hepar teraba 2cm bac dan lien tak teraba, BU (+)N
Ekstremitas: akral pucat (+), sianosis(-),CRT<3
Genitalia : benjolan sebesar telur ayam pada skrotum kanan, mobile, batas jelas,
eritem (-), nyeri (-).
Status neurologis:
Lengan kanan
Lengan kiri
Luas
Tungkai Kanan
Luas
Tungkai kiri
Luas
Luas
5
Eutoni
5
Eutoni
+ normal
-
+ normal
-
5
Eutoni
+ normal
-
5
Eutoni
+ normal
-
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Klonus
R/ fisiologis
R/ patologis
Follow up di bangsal
Tanggal
Catatan Kemajuan
08/08/14
Sens : CM
N : 98x/mnt
TD : 100/70 mmhg
RR : 24x/mnt
T : 36.8oC
Kepala
Thorax
Pulmo
cor
Persiapan kemoterapi
Sakit kepala (+) penderita kejang 2x, umum, tonik klonik
Sens : CM
N : 128x/mnt
TD : 110/70 mmhg
RR : 28x/mnt
T : 36.8oC
Kepala
Thorax
Pulmo
cor
Abdomen : datar, lemas, hepar teraba 2c, bac, lien tak teraba,BU(+) N.
15/08/14
Sens : CM
N : 98x/mnt
TD : 100/70 mmhg
RR : 24x/mnt
T : 36.8oC
Kepala
Thorax
Pulmo
Cor
Abdomen : datar, lemas, hepar teraba 2c, bac, lien tak teraba,BU(+) N.
Extremitas : akral hangat, CRT<2.
Genitalia : benjolan di skrotum(+)
Hasil Laboratorium
Hb : 11 g/dl; Leukosit : 13.600/mm3; Tr : 347.000/L; DC : 0/0/0/81/13/6
Ureum : 20 mg/dl; creatinin : 0.3 mg/dl; albumin : 3,2 g/dl.protein total
6,3 g/dl, SGOT: 24, SGPT : 6 , Natrium : 133 mmol/l; Kalium : 3,4
mmol/l, BSS : 73 mg/dl;
A
08/09/14
Depaken 2x2,5cc
Rencana kemoterapi
Kejang (+) 2x umum tonik klonik, demam (-), pandangan tiba-tiba gelap,
muntah (+)
Sens : Somnolen
N : 108x/mnt
TD : 150/100 mmhg
RR : 26x/mnt
T : 36.8oC
Kepala
Thorax
Pulmo
Cor
Abdomen : datar, lemas, hepar teraba 2c, bac, lien tak teraba,BU(+) N.
Extremitas : akral hangat, CRT<2.
Genitalia : benjolan di skrotum(+)
A
09/09/14
Sens : CM
N : 98x/mnt
TD : 110/80 mmhg
RR : 24x/mnt
T : 36.8oC
Kepala
Thorax
Pulmo
cor
Hasil Laboratorium
Hb : 12.2 g/dl; Leukosit : 7.800/mm3; Tr : 910.000/L;
LED : 93 mm/jam; DC : 0/0/1/59/21/19 Ureum : 24 mg/dl; creatinin : 0.5
mg/dl; albumin : 3,2 g/dl.protein total 6,4 g/dl, SGOT: 27, SGPT : 6 ,
Natrium : 134 mmol/l; Kalium : 3,8 mmol/l, BSS : 88 mg/dl
A
11/09/14
Sens : CM
N : 98x/mnt
TD : 90/60 mmhg
RR : 24x/mnt
T : 36.8oC
Kepala
Thorax
Pulmo
cor
Abdomen : datar, lemas, hepar teraba 2c, bac, lien tak teraba,BU(+) N.
Extremitas : akral hangat, CRT<2.
Genitalia : benjolan di skrotum(+)
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
11
Mixed Germ Cell Tumor merupakan salah satu bentuk tumor yang terdiri dari 3
komponen tumor utama, yaitu komponen seminoma, immature teratoma, dan
embryonal carcinoma.
III. I.2. KLASIFIKASI
Berdasarkan histologinya, diklasifikasikan menjadi dua jenis :
a. Seminomatous Germ Cell Tumor (SGCT)
Merupakan jenis dari germ cell tumor testis yang paling sering ditemukan
pada laki-laki di usia 15-35 tahun. Seminoma ini merupakan salah satu jenis
karsinoma prognosis paling baik (most highly curable) dengan survival rate
diatas 95% jika ditemukan pada stadium awal. Perkembangan dari seminoma
cenderung lebih lambat dan terbatas hanya pada testis.
b. Non Seminomatous Germ Cell Tumor (NSGCT)
Merupakan jenis germ cell tumor yang paling cepat perkembangan dan
penyebarannya. Biasanya perkembangan non-seminoma telah menyebar ke
kelenjar limfe ketika terdiagnosa. Non-seminoma dibagi dalam sub kategori :
- Embryonal Carcinoma
Terjadi pada usia 20-30 tahun dan sangat ganas. Tipe sel ini berkembang
sangat cepat dan menyebar di luar testis. Sel ini tidak dapat terdeteksi hanya
dengan melakukan pemeriksaan tumor marker AFP dan hCG
- Yolk Sac Carcinoma
Jenis ini terjadi pada anak-anak dibawah umur 3 tahun. Disebut yolk sac
karena bentuknya seperti embryo baru dan merupakan jenis yang paling
banyak ditemui pada kasus Ca testis pada anak. Yolk sac melepaskan alphafetoprotein (AFP) sehingga diagnosis dapat diketahui dengan pemeriksaan
tumor marker AFP.
- Choriocarcinoma
Jenis ini jarang ditemukan, sangat ganas serta bersifat agresif (cepat
menyebar ke area disekitarnya). Choriocarcinoma melepaskan human
chorionic gonadotropin (hCG) di dalam aliran darah, sehingga tingkat kadar
hCG yang tinggi bermakna ketika diagnosis dan selama proses terapi.
- Teratoma
12
13
14
III.2.3. EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian stroke non hemoragik lebih sering terjadi dibandingkan dengan
stroke hemoragik. Insidensi terjadinya stroke dapat mengenai semua umur, tetapi
secara keseluruhan mulai meningkat pada usia dekade ke-4. Insidensi juga
berbeda menurut jenis gangguan. Gangguan pembuluh darah otak pada penderita
yang lebih muda paling banyak terjadi akibat infark karena emboli.
III.2.4. ETIOLOGI
Penyebab dari stroke non-hemoragik,antara lain:
a. Infark serebri
b. Emboli (15-20%)
Emboli dapat terbentuk dari gumpalan darah, kolesterol, lemak, fibrin,
trombosit, udara, tumor, metastase, bakteri, atau benda asing.
c. Trombosis (75-80%)
Oklusi vaskular hampir selalu disebabkan oleh trombus, yang terdiri dari
trombosit fibrin, sel eritrosit, dan leukosit.
- Penyakit ekstrakranial (a. karotis interna, a.vertebralis)
- Penyakit intrakranial( a.karotis interna, a.serebri media, a. basilaris)
d. Penyebab lain (dapat menimbulkan infark atau perdarahan)
- Trombosis sinus dura
- Diseksi arteri karotis atau vertebralis,
- Vaskulitis sistem saraf pusat
- Penyakit moya-moya
- Kondisi hiperkoagulasi
15
Otak disuplai oleh dua a. Carotis interna dan dua a. Vertebralis. Keempat arteri
ini beranastomosis pada permukaan inferior otak dan membentuk circulus Willisi
(circulus arteriosus). A.carotis interna keluar dari sinus cavernosus pada sisi
medial processus clinoideus anterior dengan menmbus duramater. Kemudian
arteri ini membelok ke belakang menuju sulcus cerebri lateralis dan bercabang
menjadi a.cerebri anterior dan a.cerebri media.
A.cerebri media, adalah cabang terbesar dari a.carotis interna, berjalan ke
lateral dalam sulcus lateralis. Cabang-cabang cortical menyuplai seluruh
permukaan lateral hemisfer, kecuali daerah sempit yang disuplai oleh a.cerebri
anterior, polus occipitalis dan permukaan inferolateral hemisfer yang disuplai oleh
a.cerebri posterior.
A.vertebralis, cabang dari bagian pertamaa a.subclavia, berjalan ke atas melalui
foramen processus transversa vertebra C1-6. Pembuluh ini masuk melalui
foramen magnum dan berjalan ke atas, depan, dan medial medula oblongata. Pada
bagian bawah pons, arteri ini bergabung dengan arteri dari sisi lainnya
membentuk a.basilaris. Arteri Basilaris pada pinggir atas pons bercabang dua
menjadi a.cerebri posterior. A.cerebri posterior pada masing-masing sisi
melengkung ke lateral dan belakang di sekeliling mesencephalon. Cabang-cabang
kortikal menyuplai permukaan inferolateral lobus temporalis dan permukaan
lateral dan medial lobus occipitalis.
Circulus Willisi, terletak di dalam fossa interpeduncularis pada dasar otak.
Circulus ini dibentuk oleh anastomosis antara kedua a.carotis interna dan kedua
a.vertebralis. A.communicans anterior, a.cerebri anterior, a.carotis interna,
a.communicans posterior, a.cerebri posterior, dan a.basilaris ikut membentuk
circulus ini. Circulus Willisi ini memungkinkan darah yang masuk melalui
a.carotis interna atau a.vertebralis didistribusikan ke setiap bagian dari kedua
hemisferium cerebri.
b. Vena Otak
Vena-vena otak keluar dari otak dan bermuara ke dalam sinus venosus cranialis.
Terdapat vena-vena cerebri, cerebelli, dan batang otak. V.magna cerebri dibentuk
dari gabungan kedua v.interna cerebri dan bermuara ke dalam sinus rectus.
16
17
18
Gangguan untuk berbicara baik berupa sulit mengeluarkan kata-kata atau sulit
mengerti pembicaraan orang lain, ataupun keduanya (afasia)
Gangguan pengelihatan dapat berupa kebutaan satu sisi, atau separuh lapangan
pandang (hemianopsia) misal mata selalu melirik ke satu sisi
Kesadaran menurun
Tidak mengenal orang-orang yang sebelumnya dikenalnya
Pada cabangnya yang menuju otak bagian depan (a.serebri anterior) :
Kelumpuhan salah satu tungkai dan gangguan saraf perasa
Ngompol (inkontinensia urin)
Penurunan kesadaran
Gangguan mengungkapkan maksud
Pada cabangnya yang menuju otak bagian belakang (a.serebri posterior) :
Kebutaan seluruh lapangan pandang satu sisi atau separuh lapangan pandang
pada satu sisi atau separuh lapangan pandang pada kedua mata. Bila bilateral
disebut cortical blindness.
Rasa nyeri spontan atau hilangnya persepsi nyeri dan getar pada separuh sisi
tubuh.
Kesulitan memahami barang yang dilihat, namun dapat mengerti jika meraba
atau mendengar suaranya.
b. Gangguan pada sistem vertebrobasilaris
-Gangguan pada sistem vertebrobasilaris dapat menyebabkan gangguan
penglihatan, pandangan kabur atau buta bila gangguan pada lobus oksipital,
gangguan nervus kranialis bila mengenai batang otak, gangguan motorik,
gangguan koordinasi, drop attack, gangguan sensorik dan gangguan kesadaran.
Gangguan gerak bola mata/diplopia
Kehilangan keseimbangan
Bila lesi di kortikal, akan terjadi gejala klinik seperti afasia, gangguan sensorik
kortikal, muka dan lengan lebih lumpuh, deviasi mata, hemiparese yang disertai
kejang. Bila lesi di subkortikal, akan timbul tanda seperti; muka, lengan dan
tungkai sama berat lumpuhnya, distonic posture, gangguan sensoris nyeri dan raba
pada muka lengan dan tungkai (tampak pada lesi di talamus). Bila disertai
hemiplegi, ini berarti terdapat lesi pada kapsula interna.
19
Bila lesi di batang otak, gambaran klinis berupa hemiplegi alternans, tandatanda serebelar, nistagmus, dan gangguan pendengaran. Selain itu juga dapat
terjadi gangguan sensoris, disartri, gangguan menelan, dan deviasi lidah.
III.2.8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan darah perifer lengkap, gula darah sewaktu, fungsi ginjal
(ureum, kreatinin, dan asam urat), fungsi hati (GOT/GPT), protein darah
(albumin, globulin), profil lipid (kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida), analisa
gas darah, dan elektrolit.
b. Radiologis
Pemeriksaan rontgen dada untuk melihat ada atau tidaknya infeksi paru maupun
kelainan jantung. Sedangkan pada pemeriksaan CT Scan Kepala: dapat dilihat
adanya daerah hipodens yang menunjukkan infark/iskemik dan edema.
Pada kasus stroke iskemik hiperakut (0-6 jam setelah onset), CT scan biasanya
tidak sensitif mengidentifikasi infark serebri karena terlihat normal pada >50%
pasien sehingga diperlukan pemeriksaan lebih lanjut dengan MRI. Akan tetapi,
CT scan cukup sensitif untuk mengidentifikasi perdarahan intrakranial akut
dan/atau lesi lain yang merupakan kriteria eksklusi terapi trombolitik.
Gambaran CT scan yang khas untuk stroke iskemik yaitu :
- Gambaran pendangkalan sulcus serebri (sulcal eff acement)
Gambaran ini tampak akibat adanya edema difus di hemisfer serebri. Infark
serebral akut menyebabkan hipoperfusi dan edema sitotoksik. Berkurangnya kadar
oksigen dan glukosa seluler dengan cepat menyebabkan kegagalan pompa
natrium-kalium, yang menyebabkan berpindahnya cairan dari ekstraseluler ke
intraseluler dan edema sitotoksik yang lebih lanjut. Edema serebri dapat dideteksi
dalam 1-2 jam setelah gejala muncul. Pada CT scan terdeteksi sebagai
pembengkakan girus dan pendangkalan sulcus serebri.
20
Gambar 1. Infark luas pada area arteri serebri media kanan\ dengan gambaran edema difus hemisfer serebri
kanan yang bermanifestasi sebagai pendangkalan sulcus serebri dan obliterasi fissura Sylvii kanan
Gambar 2. Hipodensitas insula serebri kiri pada infark arteri serebri media kiri (panah putih)
21
terlihat pada cabang proksimal (segmen M1) arteri serebri media, walaupun
sebenarnya bisa didapatkan pada semua arteri. Arteri serebri media merupakan
pembuluh darah yang paling banyak mensuplai darah ke otak. Karena itu, oklusi
arteri serebri media merupakan penyebab terbanyak stroke yang berat.
Peningkatan densitas ini diduga akibat melambatnya aliran pembuluh darah lokal
karena adanya trombus intravaskular atau menggambarkan secara langsung
trombus yang menyumbat itu sendiri. Gambaran ini disebut sebagai tanda
hiperdensitas arteri serebri media.
Gambar 3. Tanda hiperdensitas arteri serebri media, hiperdensitas linear pada segmen proksimal arteri serebri
media (tanda panah)
Gambar 4. Tanda Sylvian dot, tampak titik hiperdens pada fisura Sylvii (tanda panah)
III.2.9. PENATALAKSANAAN
Stroke adalah suatu kejadian yang bersifat progresif sehingga dibutuhkan
intervensi yang cepat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Pendekatan terapi
22
memiliki tiga tujuan: (1) mencegah cedera otak akut dengan memulihkan perfusi
kedaerah iskemik noninfark, (2) memperbaiki cedera saraf sedapat mungkin, (3)
mencegah cedera neurologik lebih lanjut dengan melindungi sel dari daerah
penumbra iskemik dari kerusakan lebih lanjut oleh jenjang glutamat.
Pada stroke iskemik akut, dalam batas-batas waktu tertentu sebagian besar
cedera jaringan neuron dapat dipulihkan.Mempertahankan fungsi jaringan dengan
pemberian
neuroprotektor:
piracetam,
cithicolin,
nimodipin.
Pemberian
antikoagulan yaitu Asam salisilat 80 mg per hari secara oral 48 jam pertama
setelah onset dan diberikan berkala dengan pemantauan ketat fungsi koagulasi.
III.2.10. PROGNOSIS
Prognosis stroke secara umum adalah ad vitam. Tergantung berat stroke dan
komplikasi yang timbul. Sekitar 10% pasien dengan stroke iskemik akan
membaik dengan fungsi normal. Prognosis lebih buruk pada pasien dengan
kegagalan jantung kongestif dan keganasan.
23