FRAKTUR
Pembimbing
dr.Alif Noerliyanto Rahman Sp.OT
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktural tulang.Fraktur dapat bersifat total
ataupun parsial yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan, sering diikuti oleh
kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot
dan persarafan. Fraktur dapat berupa retakan, patah, atau serpihan dari korteks; sering
patahan terjadi sempurna dan bagian tulang bergeser.
Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma
tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi
fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah
yang lebih jauh dari daerah fraktur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1 Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktural tulang.Fraktur dapat bersifat total
ataupun parsial yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan, sering diikuti oleh
kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot
dan persarafan. Fraktur dapat berupa retakan, patah, atau serpihan dari korteks; sering
patahan terjadi sempurna dan bagian tulang bergeser.
Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma
tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi
fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah
yang lebih jauh dari daerah fraktur.
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur
pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan
keterbatasan gerak dan ketidakseimbangan berat badan. Fraktur yang terjadi dapat berupa
fraktur tertutup ataupun fraktur terbuka. Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan
lunak disekitarnya sedangkan fraktur terbuka biasanya disertai kerusakan jarigan lunak
seperti otot, tendon, ligamen, dan pembuluh darah.
Tekanan yang kuat atau berlebihan dapat mengakibatkan fraktur terbuka karena dapat
menyebabkan fragmen tulang keluar menembus kulit sehingga akan menjadikan luka terbuka
dan akan menyebabkan peradangan dan memungkinkan untuk terjadinya infeksi. Keluarnya
darah dari luka terbuka dapat mempercepat pertumbuhan bakteri. Tertariknya segmen tulang
disebabkan karena adanya kejang otot pada daerah fraktur menyebabkan disposisi pada
tulang, sebab tulang berada pada posisi yang kaku.
Etiologi Fraktur
Fraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut
kekuatannya melebihi kekuatan tulang. Dua faktor mempengaruhi terjadinya fraktur:
Ekstrinsik : meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan
kekuatan trauma.
menghadapi stress dengan kekuatan tertentu. Fraktur berasal dari: (1) cedera; (2) stress
berulang; (3) fraktur patologis.1
A. Fraktur yang disebabkan oleh cedera1
Sebagian besar fraktur disebabkan oeh tenaga berlebihan yang tiba-tiba, dapat secara
langsung ataupun tidak langsung.
Dengan tenaga langsung tulang patah pada titik kejadian; jaringan lunak juga rusak.
Pukulan langsung biasanya mematahkan tulang secara transversal atau membengkokkan
tulang melebihi titik tupunya sehingga terjadi patahan dengan fragmen butterfly. Kerusakan
pada kulit diluarnya sering terjadi; jika crush injury terjadi, pola faktur dapat kominutif
dengan kerusakan jaringan lunak ekstensif.
Dengan tenaga tidak langsung, tulang patah jauh dari dimana tenaga dierikan;
kerusakan jaringan lunak pada tempat fraktur jarang terjadi. Walaupun sebagian besar fraktur
Deskripsi diatas merupakan deskripsi untuk tulang panjang. Tulang kecil jika terkena
gaya yang cukup, akan terbelah atau hancur menjadi bentuk yang abnormal.
B. Fatigue atau stress fracture1
Fraktur ini terjadi pada tulang normal yang menjadi subjek tumpuan berat berulang,
seperti pada atlet, penari, atau anggota militer yang menjalani program berat. Beban ini
menciptakan perubahan bentuk yang memicu proses normal remodelingkombinasi dari
esorpsi tulang dan pembentukan tulang baru menurut hukum Wolff. Ketika pajanan terjadap
stress dan perubahan bentuk terjadi berulang dan dalam jangka panjang, resorpsi terjadi lebih
cepat dari pergantian tulang, mengakibatkan daerah tersebut rentan terjadi fraktur. Masalah
yang sama terjadi pada individu dengan pengobatan yang mengganggu keseimbangan normal
resorpsi dan pergantian tulang; stress fracture meningkat pada penyakit inflamasi kronik dan
pasien dengan pengobatan steroid atau methotrexate.
C. Fraktur patologis1
Fraktur dapat terjadi pada tekanan normal jika tulang telah lemah karena perubahan
strukturnya (seperti pada osteoporosis, osteogenesis imperfekta, atau Pagets disease) atau
melalui lesi litik (contoh: kista tulang, atau metastasis).
Fraktur dapat disebabkan oleh trauma minor berulang dibawah ambang batas cedera
yang menyebabkan fraktur, mengakibatkan fraktur stress (fatigue fracture).3 Fraktur juga
dapat disebabkan oleh trauma langsung bertenaga tinggi seperti pada kecelakaan sepeda
motor. Fraktur dapat disebabkan oleh trauma tidak langsung dimana gaya ditransmisikan
melalui tulang dengan terpuntir atau tertekuk.2
Cedera bertenaga rendah mengakibatkan cedera jaringan lunak yang terbatas dan pola
fraktur sederhana. Tenaga yang besar mengakibatkan absorpsi energi yang lebih besar
6
sehingga menyebabkan trauma jaringan lunak yang lebih berat dan kominutif yang berat.
Kombinasi kedua mekanisme ini dapat terjadi.4
Prognosisnya ditentukan oleh derajat keparahan cedera jaringan lunak, jenis fraktur,
yang keduanya bergantung pada jumlah tenaga yang ditangkap ekstrimitas saat cedera.1
Tipe Fraktur
Fraktur untuk alasan praktis dibagi menjadi beberapa kelompok.1
A Fraktur komplit
Tulang terbagi menjadi dua atau lebih fragmen. Pola fraktur pada rontgen dapat
membantu memprediksi tindakan setelah reduksi: jika fraktur transversal patahan
biasanya akan tetap pada tempatnya setelah reduksi; jika fraktu oblique atau spiral,
tulang cenderung memendek dan kembali berubah posisi walaupun tulang dibidai. Jia
terjadi fraktur impaksi, fragmen terhimpit bersama dan garis fraktur tidak jelas.
Fraktur kominutif dimana terdapat lebih dari 2 fragmen tulang; karena jeleknya
hubungan antara permukaan tulang, cenderung tidak stabil.
B Faktur inkomplit
Disini tulang tidak secara total terbagi dan periosteum tetap intak. Pada fraktur
greenstick tulang membengkok; hal ini terjadi pada anak-anak yang tulangnya lebih
lentur dibandingkan dewasa. Anak-anak juga dapat bertahan terhadap cedera dimana
tulang berubah bentuk tanpa terlihat retakan jelas pada foto rontgen.
2. Klasifikasi Fraktur3
Klasifikasi etiologis
o Fraktur traumatik : terjadi karena trauma yang tiba-tiba
o Fraktur patologis : terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat
kelainan patologis di dalam tulang
o Fraktur stres : terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu
tempat tertentu
Klasifikasi klinis
o Fraktur tertutup (simple fracture) : suatu fraktur yang tidak mempunyai
hubungan dengan dunia luar
o Fraktur terbuka (compound fracture) : fraktur yang mempunyai hubungan
dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk
from within (dari dalam) atau from without (dari luar).
7
tulang
Klasifikasi radiologis
Klasifikasi ini berdasarkan atas :
o Lokalisasi
Diafisial
Metafisial
Intra-artikuler
Fraktur dengan dislokasi
o Konfigurasi
Fraktur transversal
Fraktur oblik
Fraktur spiral
Fraktur Z
Fraktur segmental
Fraktur komunitif, fraktur lebih dari dua fragmen
Fraktur baji biasanya pada vertebra karena trauma kompresi
Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo misalnya
tengkorak
Fraktur impaksi
Fraktur pecah (burst) dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah
o Menurut eksistensi
Fraktur total
Fraktur tidak total (fraktur crack)
Fraktur buckle atau torus
Fraktur garis rambut
Fraktur green stick
o Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya
Tidak bergeser (undisplaced)
Bergeser (displaced) dapat terjadi dalam 6 cara :
Bersampingan
Angulasi
Rotasi
Distraksi
Over-riding
Impaksi
Klasifikasi Nicol
Klasifikasi The American Society of Internal Fixation, yang dikembangkan oleh
Muller et al telah diterima di seluruh dunia; klasifikasi ini kemudian dimodifikasi oleh Johner
dan Wruhs dengan menambahkan mekanisme cedera, patahan, dan derajat keparahan cedera
jaringan lunak. Klasifikasi ini digunakan untuk reduksi terbuka dengan fiksasi plate and
screw.2
Anamnesis
Biasanya pasien datang dengan suatu trauma, baik yang hebat maupun trauma ringan
dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan anggota gerak. Pasien
biasanya datang karena adanya nyeri yang terlokalisir dimana nyeri tersebut
bertambah bila digerakkan, pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak,
Nyeri tekan nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh
hati
Pemeriksaan vaskular pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis,
arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang
terkena. Dinilai juga refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada
pergerakannya
Untuk menentukan teknik pengobatan
Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak
Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler
Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang
Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru
Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan yakni foto polos, CT-Scan, MRI,
tomografi, dan radioisotop scanning. Umumnya dengan foto polos kita dapat
mendiagnosis fraktur.
3. Tatalaksana Fraktur1,3,5
11
Penatalaksanaan awal
Sebelum dilakukan pengobatan definitif pada satu fraktur, maka diperlukan :
1. Pertolongan pertama
Pada pasien dengan fraktur yang penting dilakukan adalah membersihkan jalan
nafas, menutup luka dengan verban yang bersih, dan imobilisasi fraktur pada
anggota gerak yang terkena agar pasien merasa nyaman dan mengurangi nyeri
sebelum diangkut dengan ambulans. Bila terdapat pendarahan dapat dilakukan
pertolongan dengan penekanan setempat.
2. Penilaian klinis
Sebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaian klinis, apakah luka
itu luka tembus tulang, adakah trauma pembuluh darah/ saraf ataukah ada trauma
alat-alat dalam yang lain.
3. Resusitasi
Kebanyakan pasien dengan fraktur multipel tiba di rumah sakit dengan syok,
sehingga diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi pada frakturnya sendiri
berupa pemberian transfusi darah dan cairan lainnya serta obat-obat anti nyeri.
12
ketidakstabilan reduksi.
Untuk mengusahakan terjadinya penyatuan tulang (union)
Pada kebanyakan fraktur, proses penyatuan tulang merupakan proses
penyembuhan yang terjadi secara alami. Namun pada beberapa kasus,
misalnya dengan robekan periosteum berat dan jaringan lunak atau dengan
nekrosis avaskular pada satu atau dua fragmen, proses penyatuan tulang
harus dengan autogenous bone grafts, pada tahap penyembuhan awal atau
lanjut.
Untuk mengembalikan fungsi secara optimal
Saat periode imobilisasi dalam penyembuhan fraktur, diuse atrophy pada
otot regional harus dicegah dengan latihan aktif statik (isometrik) pada otot
tersebut dengan mengkontrol imobilisasi sendi dan latihan aktif dinamik
(isotonik) pada seluruh otot lainnya di tubuh. Setelah periode imobilisasi,
pengobatan.
Reduction; reduksi fraktur apabila perlu
Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat
diterima. Pada fraktur intra-artikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat
mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti
kekakuan, deformitas, serta perubahan osteoartritis di kemudian hari.
Posisi yang baik adalah alignment yang sempurna dan aposisi yang sempurna.
Fraktur seperti fraktur klavikula, iga, dan fraktur impaksi dari humerus tidak
memerlukan reduksi. Angulasi <5 pada tulang panjang anggota gerak bawah
dan lengan atas dan angulasi sampai 10 pada humerus dapat diterima.
Terdapat kontak sekurang-kurangnya 50%, dan over-riding tidak melebihi 0,5
inchi pada fraktur femur. Adanya rotasi tidak dapat diterima dimanapun
lokalisasi fraktur.
Retention; imobilisasi fraktur
Rehabilitation; mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin
Penatalaksanaan fraktur meliputi reposisi dan imobilisasi fraktur dengan splint. Status
neurologis dan vaskuler di bagian distal harus diperiksa baik sebelum maupun sesudah
reposisi dan imobilisasi. Pada pasien dengan multipel trauma, sebaiknya dilakukan stabilisasi
awal fraktur tulang panjang setelah hemodinamis pasien stabil. Sedangkan penatalaksanaan
definitif fraktur adalah dengan menggunakan gips atau dilakukan operasi dengan ORIF
maupun OREF.
Tujuan pengobatan fraktur yaitu :
a. REPOSISI dengan tujuan mengembalikan fragmen keposisi anatomi. Teknik reposisi
terdiri dari reposisi tertutup dan terbuka. Reposisi tertutup dapat dilakukan dengan fiksasi
eksterna atau traksi kulit dan skeletal. Cara lain yaitu dengan reposisi terbuka yang dilakukan
pada pasien yang telah mengalami gagal reposisi tertutup, fragmen bergeser, mobilisasi dini,
fraktur multipel, dan fraktur patologis.
14
Traksi
Jenis traksi :
Skin traksi
Tujuan menarik otot dari jaringan sekitar fraktur sehingga fragmen akan kembali
ke posisi semula. Beban maksimal 4-5 kg karena bila kelebihan kulit akan lepas
tempat
masuknya pin.
Indikasi OREF :
Fraktur Kominutif
Fraktur Pelvis
15
Non Union
Trauma multipel
4.Penyembuhan Fraktur
Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu :1,3
1. Fase hematoma
Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang
melewati kanalikuli dalam sistem Haversian mengalami robekan pada daerah fraktur dan
akan membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma yang besar diliputi oleh
periosteum. Periosteum akan terdorong dan dapat mengalami robekan akibat tekanan
hematoma yang terjadi sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak.
16
Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah fraktur akan
kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah cincin avaskuler tulang
yang mati pada sisi-sisi fraktur segera setelah trauma.
2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal
Pada fase ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi
penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel osteogenik yang
berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah endosteum
membentuk kalus interna sebagai aktifitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi
robekan yang hebat pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari diferensiasi sel-sel
mesenkimal yang tidak berdiferensiasi ke dalam jaringan lunak. Pada tahap awal dari
penyembuhan fraktur ini terjadi pertambahan jumlah dari sel-sel osteogenik yang memberi
pertumbuhan yang cepat pada jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas.
Pembentukan jaringan seluler tidak terbentuk dari organisasi pembekuan hematoma suatu
daerah fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa
yang meliputi jaringan osteogenik. Pada pemeriksaan radiologis kalus belum mengandung
tulang sehingga merupakan suatu daerah radiolusen.
3. Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis)
Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel dasar
yang berasal dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk tulang rawan. Tempat
osteoblast diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlengketan polisakarida oleh
garam-garam kalsium membentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut
sebagai woven bone. Pada pemeriksaan radiologi kalus atau woven bone sudah terlihat dan
merupakan indikasi radiologik pertama terjadinya penyembuhan fraktur.
4. Fase konsolidasi (fase union secara radiologik)
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan diubah menjadi
tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur lamelar dan
kelebihan kalus akan diresorpsi secara bertahap.
5. Fase remodelling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk bagian yang
menyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fase
17
remodelling ini, perlahan-lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetap terjadi proses
osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna secara perlahan-lahan menghilang. Kalus
intermediat berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi sistem Haversian dan kalus
bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk membentuk ruang sumsum.
18
oleh pemeriksa atau oleh penderita sendiri. Apabila tidak ditemukan adanya gerakan, maka
secara klinis telah terjadi union dari fraktur.
Union secara radiologis dinilai dengan pemeriksaan rontgen pada daerah fraktur dan
dilihat adanya garis fraktur atau kalus dan mungkin dapat ditemukan adanya trabekulasi yang
sudah menyambung pada kedua fragmen. Pada tingkat lanjut dapat dilihat adanya medulla
atau ruangan dalam daerah fraktur.
Salah satu tanda proses penyembuhan fraktur adalah dengan terbentuknya kalus yang
menyeberangi celah fraktur (bridging callus) untuk menyatukan kembali fragmen-fragmen
tulang yang fraktur). Pembentukan bridging callus dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
jarak antara fragmen, stabilitas fraktur, vaskularisasi, keadaan umum penderita, umur, lokasi
fraktur, infeksi dan lain-lain. Vaskularisasi daerah fraktur dapat berasal dari periosteum,
endosteum dan medulla.
Penelitian tentang perubahan densitas kalus pernah dilakukan oleh Siregar (1998,
Bandung) dengan membandingkan pertumbuhan kalus pada penderita paska operasi internal
19
fiksasi dengan menggunakan plate dan screw dengan K-nail pada pasien fraktur femur dan
peneliti ini melakukan kriteria penilaian gambaran radiologi serta membaginya menjadi:
Grade 0 : Kalus belum / tidak terbentuk / non union
Grade 1+: Bintik-bintik radioopak pada daerah fraktur
Grade 2+ : Bintik-bintik atau garis radioopak dengan lusensi sama dengan lusensi
medulla.
Grade 3+: Bintik-bintik atau garis radioopak dengan lusensi antara medulla dengan
korteks.
Grade 4+: Densitas kalus sama dengan atau lebih radioopak dari pada korteks.
Pada penelitian berikut ini diamati proses pertumbuhan kalus pada penderita fraktur
tulang panjang Humerus, Radius, Ulna, Femur, Tibia, dan Fibula. Sampai saat ini belum
ditemukan data awal tentang pertumbuhan kalus pada masing masing tulang panjang
tersebut.6
5.Komplikasi Fraktur
Komplikasi fraktur dapat diakibatkan oleh trauma itu sendiri atau akibat penanganan
fraktur yang disebut komplikasi iatrogenik.
a. Komplikasi umum1,2
Syok karena perdarahan ataupun oleh karena nyeri, koagulopati diffus dan gangguan
fungsi pernafasan.
Ketiga macam komplikasi tersebut diatas dapat terjadi dalam 24 jam pertama pasca
trauma dan setelah beberapa hari atau minggu akan terjadi gangguan metabolisme, berupa
peningkatan katabolisme. Komplikasi umum lain dapat berupa emboli lemak, trombosis vena
dalam (DVT), tetanus atau gas gangren.
b.
Komplikasi Lokal1
Komplikasi dini
20
Komplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu pasca trauma, sedangkan
apabila kejadiannya sesudah satu minggu pasca trauma disebut komplikasi lanjut.
Pada Tulang
1.
2.
Osteomielitis dapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tindakan operasi pada
fraktur tertutup. Keadaan ini dapat menimbulkan delayed union atau bahkan non union
Komplikasi sendi dan tulang dapat berupa artritis supuratif yang sering terjadi pada fraktur
terbuka atau pasca operasi yang melibatkan sendi sehingga terjadi kerusakan kartilago sendi
dan berakhir dengan degenerasi.
1.
Lepuh , Kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit superfisial karena edema.
Terapinya adalah dengan menutup kasa steril kering dan melakukan pemasangan elastik.
2.
Dekubitus. terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips. Oleh karena itu
Pada Otot
Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif otot tersebut terganggu.
Hal ini terjadi karena serabut otot yang robek melekat pada serabut yang utuh, kapsul sendi
dan tulang. Kehancuran otot akibat trauma dan terjepit dalam waktu cukup lama akan
menimbulkan sindroma crush atau thrombus.
Pada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus menerus. Sedangkan pada
robekan yang komplit ujung pembuluh darah mengalami retraksi dan perdarahan berhenti
spontan.
Pada jaringan distal dari lesi akan mengalami iskemi bahkan nekrosis. Trauma atau
manipulasi sewaktu melakukan reposisi dapat menimbulkan tarikan mendadak pada
pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan spasme. Lapisan intima pembuluh darah
tersebut terlepas dan terjadi trombus. Pada kompresi arteri yang lama seperti pemasangan
21
torniquet dapat terjadi sindrome crush. Pembuluh vena yang putus perlu dilakukan repair
untuk mencegah kongesti bagian distal lesi.
Sindroma kompartemen terjadi akibat tekanan intra kompartemen otot pada tungkai
atas maupun tungkai bawah sehingga terjadi penekanan neurovaskuler sekitarnya. Fenomena
ini disebut Iskhemi Volkmann. Ini dapat terjadi pada pemasangan gips yang terlalu ketat
sehingga dapat menggangu aliran darah dan terjadi edema dalam otot.
Apabila iskemi dalam 6 jam pertama tidak mendapat tindakan dapat menimbulkan
kematian/nekrosis otot yang nantinya akan diganti dengan jaringan fibrus yang secara
periahan-lahan menjadi pendek dan disebut dengan kontraktur volkmann. Gejala klinisnya
adalah 5 P yaitu Pain (nyeri), Parestesia, Pallor (pucat), Pulseness (denyut nadi hilang) dan
Paralisis
Pada saraf
22
Tipe II (atrophic non union) disebut juga sendi palsu (pseudoartrosis) terdapat
jaringan sinovial sebagai kapsul sendi beserta rongga sinovial yang berisi cairan, proses
union tidak akan dicapai walaupun dilakukan imobilisasi lama.
Beberapa faktor yang menimbulkan non union seperti disrupsi periosteum yang luas,
hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur, waktu imobilisasi yang tidak memadai,
implant atau gips yang tidak memadai, distraksi interposisi, infeksi dan penyakit tulang
(fraktur patologis)
Mal union
Penyambungan fraktur tidak normal sehingga menimbukan deformitas. Tindakan
refraktur atau osteotomi koreksi.
Osteomielitis
Osteomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur terbuka atau tindakan operasi pada
fraktur tertutup sehingga dapat menimbulkan delayed union sampai non union (infected non
union). Imobilisasi anggota gerak yang mengalami osteomielitis mengakibatkan terjadinya
atropi tulang berupa osteoporosis dan atropi otot.
Kekakuan sendi
Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan imobilisasi lama,
sehingga terjadi perlengketan peri artikuler, perlengketan intraartikuler, perlengketan antara
otot dan tendon. Pencegahannya berupa memperpendek waktu imobilisasi dan melakukan
latihan aktif dan pasif pada sendi. Pembebasan periengketan secara pembedahan hanya
dilakukan pada penderita dengan kekakuan sendi menetap.
23
BAB III
FRAKTUR PADA TULANG PANJANG EKSTREMITAS ATAS
Fraktur leher
Fraktur tuberkulum mayus
Fraktur diafisis
Fraktur suprakondiler
Fraktur kondiler
Fraktur epikondilus medialis
24
Fraktur leher humerus umumnya terjadi pada wanita tua yang telah mengalami
-
bahu.
Fraktur tuberkulum mayus humerus
Fraktur dapat terjadi bersama dengan dislokasi humerus atau merupakan fraktur
tersendiri akibat trauma langsung di daerah sendi bahu. Biasanya terjadi pada orang
dapat bersifat memuntir yang menyebabkan fraktur spiral dan bila trauma bersifat
langsung dapat menyebabkan fraktur transversal, oblik pendek, atau komunitif.
-
Pengobatan
25
Prinsip pengobatan adalah konservatif karena angulasi dapat tertutup oleh otot
dan secara fungsional tidak terjadi gangguan, disamping itu 1/3 kontak cukup
memadai untuk terjadinya union.
Pengobatan konservatif dibagi atas :
Pemasangan U slab
Pemasangan gips tergantung (hanging cast)
Pengobatan operatif dengan pemasangan plate dan screw atau pin dari Rush atau
pada fraktur terbuka dengan fiksasi eksterna.
Indikasi operasi yaitu :
Fraktur terbuka
Terjadi lesi nervus radialis setelah dilakukan reposisi (jepitan nervus radialis)
Nonunion
Pasien yang segera ingin kembali bekerja secara aktif
Fraktur suprakondiler humerus
Fraktur ini lebih sering terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Pengobatannya
seperti pada fraktur diafisis humerus.
Fraktur kondilus humerus
Fraktur ini jarang terjadi pada orang dewasa dan lebih sering pada anak-anak.
- Mekanisme trauma
Biasanya terjadi pada saat tangan dalam posisi out stretched dan sendi siku dalam
posisi fleksi dengan trauma pada bagian lateral atau medial. Fraktur kondilus
-
26
Fraktur ini terjadi pada saat seseorang jatuh dengan posisi tangan dalam out stretched.
Klasifikasi dibagi dalam :
o
o
o
o
Untuk tatalaksananya, pada fraktur tipe 1 dan 2 dengan sudut kemiringan yang tidak
terlalu besar diatasi dengan mengistirahatkan sendi siku menggunakan mitela. Fraktur
yang pecah sebaiknya dilakukan eksisi. Komplikasi yang dapat terjadi yaitu kekauan
sendi dan osteoartritis.
Fraktur Monteggia
27
Fraktur Monteggia sering ditemukan pada orang dewasa dan merupakan fraktur 1/3
proksimal ulna disertai dislokasi radius proksimal.
Pada orang dewasa sebaiknya dilakukan operasi dengan fiksasi interna yang rigid dan
mobilisasi segera sendi siku.
Klasifikasi Fraktur dislokasi Monteggia menurut Bado:
Fraktur 1/3 tengah / proksimal ulna dengan angulasi anterior disertai dislokasi
28
Fraktur radius sendiri biasanya terjadi karena trauma langsung. Untuk tatalaksananya,
fraktur yang tidak bergeser diatasi dengan gips di atas siku dan fleksi pada siku,
sedangkan yang bergeser sebaiknya dengan memasang fiksasi interna.
Fraktur ulna sering terjadi pada seseorang yang menangkis benda keras. Untuk
tatalaksananya, sama seperti fraktur radius.
Fraktur diafisis radius dan ulna terjadi karena trauma memuntir yang mengakibatkan
fraktur oblik atau spiral pada daerah ulna dan radius dengan ketinggian yang berbeda,
sedangkan trauma langsung menyebabkan fraktur dengan garis transversal. Karena
adanya hubungan yang erat pada posisi supinasi dan pronasi, maka fraktur kedua
tulang harus direposisi secara akurat baik rotasi maupun kesejajarannya.
Gambaran klinisnya yakni terdapat pembengkakan dan nyeri tekan serta deformitas
pada lengan bawah.
-
Pengobatan
Pengobatan fraktur yang tidak bergeser berupa pemasangan gips di atas siku
dengan meletakkan lengan bawah dalam posisi pronasi pada fraktur 1/3 distal,
posisi netral pada fraktur 1/3 tengah dan pada fraktur 1/3 proksimal dengan
pemasangan gips di atas siku dalam posisi supinasi. Apabila ada kelainan
perlekatan otot pronator dan supinator tulang radius dan ulna, reduksi serta
imobilisasi yang baik sulit dilakukan. Reduksi yang akurat sangat diperlukan
karena tangan mempunyai fungsi untuk pronasi dan supinasi. Pengobatan yang
paling baik adalah dengan pemasangan fiksasi rigid dengan operasi yang
29
Fraktur Galeazzi pertama kali diuraikan oleh Riccardo Galeazzi yaitu fraktur pada 1/3
-
30
Mekanisme trauma
Fraktur terjadi bila terjatuh dalam posisi tangan out stretched pada orang
tua dengan tulang yang sudah osteoporosis.
Fraktur Colles terdiri atas fraktur radius 1 inci di atas pergelangan tangan,
angulasi dorsal fragmen distal, pergeseran ke dorsal dari fragmen distal, dan
fraktur prosesus stiloid ulna.
Gambaran klinis
Terdapat riwayat trauma dengan pembengkakan pergelangan tangan pada
orang yang berumur lebih dari 50 tahun, nyeri dan deformitas berbentuk
garpu. Gambaran ini terjadi karena adanya angulasi dan pergeseran ke
31
o Fraktur Smith
Biasa disebut juga sebagai fraktur Colles terbalik. Fraktur jenis ini lebih sering
ditemukan pada pria daripada wanita. Fraktur Smith pertama kali
dikemukakan oleh R.W. Smith. Ditemukan deformitas dengan fragmen distal
-
Merupakan fraktur pada radius distal dengan fragmen distal melalui sendi dan
terjadi pergeseran fraktur serta seluruh komponen sendi ke arah volar. Untuk
tatalaksananya, seperti pada fraktur Smith.
32
BAB IV
FRAKTUR PADA TULANG PANJANG EKSTREMITAS BAWAH
trochanters
Tingkat kejadian yang tinngi karena faktor usia yang merupakan akibat dari
furosemid
Kebanyakan hanya berkaitan dengan trauma kecil
Fraktur Intracapsular diklasifikasikan
o Grade I
: Incomplete, korteks inferior tidak sepenuhnya rusak
o Grade II
: Complete, korteks inferior rusak, tapi trabekulum tidak
o
angulasi
Grade III
o Grade IV
kontinuitas tulang
Tertutup
34
Terbuka, ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang patah
dengan dunia luar dibagi dalam tiga derajat, yaitu ;
Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil, biasanya
diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam menembus keluar.
Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm) luka ini disebabkan karena benturan dari
luar.
Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak banyak
yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah)
Gambaran Klinis
Penderita pada umumnya dewasa muda. Ditemukan pembengkakan dan
deformitas pada tungkai atas berupa rotasi eksterna dan pemendekan tungkai dan
mungkin datang dalam keadaan syok.
-
Penatalaksanaan
A Terapi konservatif
-
Traksi tulang berimbang dengan bagian Pearson pada sendi lutut. Indikasi traksi
terutama yang bersifat kominutif dan segmental.
Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah terjadi union fraktur secara klinis
B Terapi operatif
Pemasangan plate and screw terutama pada fraktur proksimal dan distal femur
Mempergunakan K-nail, AO-nail atau jenis-jenis lain baik dengan operasi tertutup
ataupun terbuka. Indikasi K-nail, AO-nail terutama pada fraktur diafisis.
35
Gambar
Gambar
Femoral
shaft
fracture
postinternal
fixation.
Supracondylar
Nondisplaced
Displaced
Impacted
Continuited
Condylar
Intercondylar
Mekanisme trauma
Fraktur kondilus lateralis terjadi karena adanya abduksi tibia terhadap femur dimana
kaki terfiksasi pada dasar, misalnya trauma sewaktu mengendarai mobil
-
Fraktur tidak bergeser apabila depresi kurang dari 4mm, sedangkan yang bergeser
apabila depresi melebihi 4mm
Gambaran Klinis
Pada anamnesis terdapat riwayat trauma pada lutut, pembengkakan dan nyeri
serta hemartosi. Terdapat gangguan dalam pergerakan sendi lutut.
37
Pemeriksaan radiologis
Dengan foto rontgen posisi AP dan lateral dapat diketahui jenis fraktur, tetapi
kadang-kadang diperlukan pula foto oblik dan pemeriksaan laminagram.
Pengobatan
1. Konservatif
Pada fraktur yang tidak bergeser dimana depresi kurang dari 4mm dapat
dilakukan beberapa pilihan pengobatan, antara lain:
Verban elastis
Traksi
Gips sirkuler
Prinsip pengobatan adalah mencegah bertambahnya depresi, tidak menahan
beban dan segera mobilisasi pada sendi lutus agar tidak terjadi kekauan sendi
2. Operatif
Depresi yang lebih dari 4 mm dilakukan operasi mengangkat bagian depresi
dan ditopang dengan bone graft. Pada fraktur split dapat dilakukan
pemasangan screw atau kombinasi screw dan plate untuk menahan bagian
fragmen terhadap tibia.
Komplikasi
1. Genu valgium ; terjadi oleh karena depresi yang tidak direduksi dengan baik
2. Kekakuan lutut ; terjadi karena tidak dilakukan latihan lebih awal
3. Osteoartritis ; terjadi karena adanya kerusakan pada permukaan sendi
sehingga bersifat ireguler yang menyebabkan inkonkruensi sendi lutut
Fraktur diafisis tibia dan fibula lebih sering ditemukan bersama-sama. Fraktur dapat
juga terjadi hanya pada tibia atau fibula saja.
-
Mekanisme trauma
Fraktur diafisis tibia dan fibula terjadi karena adanya trauma angulasi yang akan
menimbulkan fraktur tipe transversal atau oblik pendek, sedangkan trauma rotasi
akan menimbulkan fraktur tipe spiral. Fraktur tibia biasanya terjadi pada batas
antara 1/3 bagian tengah dan 1/3 bagian distal sedangkan fraktur fibula pada batas
1/3 bagian tengah dengan 1/3 bagian proksimal, sehingga fraktur tidak terjadi
pada ketinggian yang sama. Tungkai bawah bagian depan sangat sedikit ditutupi
otot sehingga fraktur pada daerah tibia sering bersifat terbuka. Penyebab utama
terjadinya fraktur adalah akibat kecelakaan lalu lintas.
Gambaran klinis
Ditemukan gejala fraktur berupa pembengkakan, nyeri dan sering ditemukan
penonjolan tulang keluar kulut
Pemeriksaan radiologis
Dengan pemeriksaan radiologis dapat ditentukan lokasi fraktur, jenis fraktur,
apakah fraktur pada tibia dan fibula atau hanya pada tibia saja atau fibula saja.
Juga dapat ditentukan apakah fraktur bersifat segmental.
Pengobatan
1. Konservatif
Pengobatan standar dengan cara konservatif berupa reduksi fraktur dengan
manipulasi tertutup dengan pembiusan umum. Pemasangan gips sirkuler untuk
imobilisasi, dipasang sampai di atas lutut.
Prinsip reposisi:
o
o
o
o
Fraktur tertutup
Ada kontak 70% atau lebih
Tidak ada angulasi
Tidak ada rotasi
39
Apabila ada angulasi, dapat dilakukan koreksi setelah 3 minggu (union secara
fibrosa). Pada fraktur oblik atau spiral imobilisasi dengan gips biasanya sulit
dipertahankan, sehingga mungkin diperlukan tindakan operasi.
Cast bracing adalah teknik pemasangan gips sirkuler dengan tumpuan pada tendo
patella (gips Sarmiento) yang biasanya dipergunakan setelah pembengkakan
mereda atau telah terjadi union secara fibrosa.
2. Operatif
Terapi operatif dilakukan pada:
o
o
o
o
Fraktur terbuka
Kegagalan dalam terapi konservatif
Fraktur tidak stabil
Adanya malunion
Fraktur tibia dan fibula semata-mata perlu diwaspadai sebab sering mengganggu
terjadinya union hingga diperlukan osteotomi pada salah satu tulang.
BAB V
KESIMPULAN
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis,
baik yang bersifat total maupun parsial.
Tulang cukup mudah patah, namun mempunyai kekuatan dan ketahanan untuk
menghadapi stress dengan kekuatan tertentu. Fraktur berasal dari: (1) cedera; (2) stress
berulang; (3) fraktur patologis.
41
DAFTAR PUSTAKA
4. Konowalchuk BK, editor. Tibia shaft fractures [online]. 2012. [cited 2012 Feb 28].
Available from: http://www.emedicine.medscape.com/article/1249984
5. Salter RB. Textbook of disorders and injuries of the muesculoskeletal system. USA:
Williams & Wilkins; 1999. p. 436-8.
6. Universitas
sumatera
utara.
Fraktur.
Available
at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33107/5/Chapter%20I.pdf. Accessed
on January 4th, 2015.
7. Weissleder, R., Wittenberg, J., Harisinghani, Mukesh G., Musculoskeletal Imaging in
Primer of Diagnostic Imaging.4th Edition. United States: Mosby Elsevier; 2007.
8. Holmes, Erskin J., A-Z of Emergency Radiology. Cambridge University; 2004.
9. Sjamsuhidat. R., De Jong., Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah.. Edisi 2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran; 2003.
43