Anda di halaman 1dari 57

EKONOMI ISLAM

DALAM PERSPEKTIF
ZAKAT-INFAK DAN SADAQAH
Daftar Isi
1. Pendahuluan
2. Konsep Dasar Ekonomi Islam
3. Prinsip Dasar Ekonomi Islam
4. Ekonomi Islam Perspektif ZIS
5. Penutup
Oleh : DR. Moch. Surjani MM. MBA

I. PENDAHULUAN
1.Zakat dalam perspektif Al-Islam
2. Sistem Zakat
3. Paradigma pengembangan modal manusia

KEDUDUKAN ZAKAT DALAM PERSPEKTIF SISTEM AD-DIENUL


ISLAM

IBADAH

&
MUAMMALAT

AQIDAH

AKHLAQ

SYAHADAT
SHALAT
ZAKAT
SHIYAM
HAJJI
ALLAH
MALAIKAT
KITAB
RASUL
HARI KIAMAT
TAQDIR

ALLAH
DIDEPAN MU
ALLAH
MELIHAT- MU
SELALU

ISLAM

IMAN

ICHSAN

AD
ADDIEN
DIEN
AL-ISLAM
AL-ISLAM

Perspektif Ekonomi Islam


Ekonomi berasal kata dari kata Yunanai yaitu oikos (rumah tangga) dan
nomos (mengatur). Jadi secara garis besar ekonomi sebagai mengatur
atau mengelola rumah tangga.
Yang kemudian ekonomi bukan mengatur rumah tangga suatu keluarga
saja namun sudah bisa berarti ekonomi suatu desa, kota dan bahkan
suatu negara.

Ilmu ekonomi merupakan suatu ilmu yang mempelajari


bagaimana setiap rumah tangga atau masyarakat mengelola
sumber daya yang mereka miliki, untuk memenuhi kebutuhan
mereka.

Konsep Dasar Ekonomi Islam


Dalam Pandangan Islam, ekonomi atau Iqtishad berarti keseimbangan
(equilibrium) dan keadilan ( equally balanced).
Iqtishat/keseimbangan dimaknai pula dengan sederhana
Iqtishad dimaknai juga dengan pertengahan. Yaitu pertengahan Maka
dalam bekerja, yang berarti tidak bakhil, pelit dan berlebih-lebihan.
Iqtishad berarti : jalan lurus, dekat, hemat
Islam berarti damai atau selamat, ekonomi Islam harus dibangun atas
dasar agama Islam, dan ekonomi Islam harus mengikuti agama Islam
dalam berbagai aspek. Sebagaimana sabda Nabi saw: jadikanlah
pekerjaanmu itu menjadi lurus dan kuat.

Peran Zakat, Infak dan Sadaqah


Zakat dapat memberikan solusi pada :
1. masalah kemiskinan ,
2. masalah pengangguran
3. pemerataan ekonomi
hal tsb bisa, apabila dilakukan secara optimal
( Dr Yusuf Qardawi dalam Norma dan Etika Ekonomi Islam)

1)
2)
3)

Pemerataan ekonomi dapat dilaksanakan bila:


Jumlah zakat terhimpun harus besar ?
Zakat dikelola dengan profesional?
Harus didukung regulasi yang kondusif di setiap level

pemerintahan?
4) Pemerintah pusat dan daerah harus berperan aktif dan
bertanggung jawab atas keberhasilan pengelolaan zakat di
wilayah masing-masing?

2. Manajemen Institusi Zakat

Fungsi Institusi Zakat ( BAZ/LAZ) di pusat maupun daerah


adalah memfokuskan program yang bersifat strategis
Contoh : - Program perbaikan pendidikan ummat
- Peningkatan kesehatan ummat
- Pemberdayaan ekonomi ummat

Program yang langsung menangani kemiskinan didaerah


dapat dilakukan oleh Amil Zakat Kecamatan

Keterlibatan ulama , umara dan aghniya terhadap


permasalahan perzakatan di suatu daerah mutlak diperlukan
guna kemudahan dan keadilan.

Zakat mempunyai peluang besar mengentaskan kemiskinan


Sehingga kemiskinan di wilayah daerah tsb. Akan dapat
diatasi, sudah saatnya strategi menyiasati pelaksanaan
program mustahiq menjadi muzaki.

Peran Pemerintah dalam Manajemen


Socio Ekonomi Zakat
Peran Pemerintah sangat strategis
dalam mendorong keberhasilan
pengelolaan zakat di Indonesia
Wilayah zakat bukan sebagai aspek
sosial dan agama saja tetapi pada
wilayah ekonomi dan negara

Harapan terhadap Pengelolaan Zakat


Zakat dapat menjadi peluang penegakan tiang socio
ekonomi bagi kemaslahatan ummat
Sosialisasi zakat melalui amil zakat harus terus
digencarkan
Zakat harus menjadi komitmen sosial umat Islam
Negara berkewajiban mensejahterakan masyarakatnya
Negara harus bijak dalam penghimpunan dan
pentasharrufkan Zakat lewat amil zakat
Zaman Rasulullah saw dan khulafaurrasyidin zakat mampu
sebagai instrumen kesejahteraan umat, semua sukses
karena : Aturan yang jelas , Aparat yang jujur dan amanah,
Penegakan hukum berjalan dengan baik dan Kesadaran
ber-islam masyarakat tumbuh & berkembang dengan baik

Revitalisasi Pengelolaan Zakat

MUZAKI
Segmentasi,Targeting dan
posisioning pada Muzaki
Manajemen
Pengumpulan
Manajemen Kepuasan
Muzaki

MUSTAHIQ

AMIL ZAKAT
(BAZ/LAZ)
Manajemen
Admtrsi & Keuangan
Manajemen
Kompetensi Amil

Segmentasi,Targeting dan
posisioning pada Mustahiq

Manajemen Pendayagunaan
(Pemberdayaan)

Manajemen
Kinerja
Manajemen
Aset & Pengetahuan

BADAN AMIL ZAKAT


LEMBAGA AMIL ZAKAT

Manajemen distribusi

Sistem Aktivitas Organisasi Pengelola Zakat


5

People
People
(AMILIN)
(AMILIN)

Layanan Zakat
profesional

Loyalitas

Core
Core Customer
Customer
6

(Muzaki
(MuzakiMustahik)
Mustahik)

Muzaki & Mustahik

Kerja Sistem
1
memberikan
sesuatu yang
bernilai

Rasa memiliki
Organisasi

Penghargaan terhadap
Pengabdian Amilin

BAZ/LAZ
BAZ/LAZ
(Sistem Tata-Kelola
3

(Sistem Tata-Kelola
Organisasi)
Organisasi)

2
Kecintaan Jangka
Panjang

Titik Kritis Pelayanan Zakat

Muzaki need
Muzaki want
Muzaki Expectation
Muzaki Perception
Muzaki Complaint
Muzaki Preference
Muzaki Satisfaction
Muzaki Feedback
Voice of Muzaki

BAZ/LAZ
Manager

PIMPINAN
TERAS

Pimpinan
Bidang

Supervisor

Pimpinan
Bagian

Front
Liner
5

Staf
Garis
Depan

Mustahik need
Mustahik want
Mustahik Expectation
Mustahik Perception
Mustahik Complaint
Mustahik Preference
Mustahik Satisfaction
Mustahik Feedback
Voice of Mustahik

Komunikasi Eksternal & Umpan Balik

II. Konsep Dasar Ekonomi Islam


1.Pengertian, dasar dan tujuan ekonomi Islam
2.Pilosofi dan metodologi ekonomi Islam
3.Karakteristik Ekonomi Islam
4.Maqashid Syariah dan Al-Maslahah dalam Ekonomi
Islam

II.

Konsep Dasar Ekonomi Islam

1.Pengertian, Dasar, Fondasi dan Tujuan


Ekonomi Islam
Pengertian EI:
Imu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi masyarakat yang
diilhami nilai-nilai Islam (M. Abdul Manan)
Ekonomi Islam bertujuan untuk melakukan
kajian tentang kebahagiaan hidup manusia
yang dicapai dengan mengorganisasikan
sumber daya alam atas dasar kerja sama dan
partisipasi (m.Akram Khan)

Dasar Ekonomi Islam


Dasar Ekonomi Islam
1. Dalam pandangan Tauhid, manusia sebagai pelaku
ekonomi hanyalah sekadar trustee (pemegang amanah).
Karena itu manusia harus mengikuti ketentuan Allah dalam
segala aktivitasnya termasuk ekonomi. Semua kegiatan
ekonomi yang dilakukan manusia dalam rangka beribadah
kepada Allah.
2. Semua aktivitas ekonomi yang dilakukan manusia
haruslah membawa kemaslahatan bagi manusia dengan
cara pengelolaan dan pemanfaatan segala sumber daya
alam dengan sebaik-baiknya.
3. Perlunya penghayatan dalam sekala aktivitas ekonomi
bahwa semuanya yang ada di dunia ini milik Allah. Manusia
memperoleh hak untuk memanfaatkannya, demi
terciptanya kemaslahatan individu dan masyarakat

Fondasi Ekonomi Islam


Fondasi Ekonomi Islam
1. Aqidah : semua kegiatan ekonomi yang dilakukan
manusia dalam rangka beribadah kepada Allah.(ekonomi
ilahiyah) untuk kemaslahatan umat manusia (ekonomi
robbaniyah)
2. Syariah: segala sesuatu (pada muammalat) boleh
dilakukan sampai ada dalil yang mengharamkannya.
Semua aturan dalam IE ditegakkan untuk mewujudkan
kemaslahatan dan meniadakan kerusakan ( mafsadah)
3. Akhlak: menegakkan norma dan etika yang merupakah
ruh ekonomi Islam, dengan cara mentransformasikan etika
transendental ( berbasis Al Quran dan As-Sunnah) dalam
segala aktivitas ekonomi.

Tujuan Ekonomi Islam


Tujuan ekonomi Islam adalah maslahah yaitu
kemaslahatan bagi umat:
Mengusahakan
segala
aktivitas
demi
tercapainya hal yang berakibat pada adanya
kemaslahatan bagi manusia.
Mengusahakan aktivitas yang secara langsung
dapat merealisasikan kemaslahatan umat.
Menghindarkan diri dari segala hal yang
membawa mafsadah (kerusakan) bagi manusia

III. Prinsip Dasar Ekonomi Islam


1.Prinsip Dasar Produksi
2.Prinsip Dasar Distribusi
3.Prinsip Dasar Konsumsi
4.Prinsip Dasar manajemen SDM

Prinsip Dasar Produksi Ekonomi Islam

Ekonomi
Islamdasar adalah fardhu kifayah.
Produksi kebutuhan

Produksi adalah pengerahan maksimal sumber daya


alam oleh sumber daya manusia, agar menjadi barang
yang bermanfaat bagi manusia (Al-Ghazali).
Faktor- Produksi dalam Islam: Tanah, Tenaga kerja,
Modal, manajemen produksi, Teknologi dan bahan
baku.
Efisiensi Sumber Daya dan menghindari negatif
externalities
Melakukan berbagai macam inovasi
Aktivitas produksi bertujuan untuk maslahah

Prinsip Dasar Distribusi Ekonomi Islam


2. Prinsip Dasar Distribusi

Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat melalui Keadilan


Distribusi
Distribusi Kekayaan dalam Rumah Tangga
(1) nafaqah,
(2) Zakat (82 ayat Al-Quran) ttg sholat & Zakat
(3) Hukum warisan,
(4) Hukum Wasiat,
(5) Hukum Wakaf
(6) Zakat Fitri,
(7) Infaq,
(8) Sadakah,
(9) Qard-Hasan,
(10) Memberi makan kaum miskin,
(11) Kurban dan Aqiah,
(12) Musaadah (membantu orang lain),huquq jiran (hak
tetangga) , dan huquq dhuyuf( hak tamu).

3. Prinsip Dasar Konsumsi


Konsep kebutuhan dalam Islam untuk kemaslahatan
masyarakat al:
(1) memenuhi kebutuhan hidup seseorang secara sederhana
(2) memenuhi kebutuhan keluarga
(3) memenuhi kebutuhan jangka panjang
(4) Menyediakan kebutuhan keluarga yang ditinggalkan
(5) Memberikan bantuan sosial dan sumbangan fi sabilillah

Konsep maslahah dalam konsumsi


sesuai kebutuhan (need) bukan keinginan (want)
untuk kepuasan berlebih-lebih-an dan mubadzir.
Maslahah untuk kebutuhan dlaruriyat, hajiyat dan
tahsiniyat dengan maqasith syariah yaitu penjagaan
terhadap lima hal yaitu agama, jiwa,akal, keturunan
dan harta benda
Maslahah dalam income (yang halal) dan expenditure
(pembelanjaaan) yang wajib (nafaqah dan amal
kebajikan) dan tidak wajib (simpanan-saving,
investasi)

4.

Prinsip Dasar Manajemen SDM

Karakteristik SDM dalam Ekonomi Islam

(1) perangkat SDM :owners, directors, managers,


workforce), (2) perangkat keras dan (3) perangkat lunak)

Human capital dalam Islam

(1) Seorang hamba yang diberi rizki oleh Allah berupa harta-benda
dan ilmu, ia bertakwa, selalu menghubungkan silaturrahim dan
mengetahui hak Allah, ini derajat paling utama.
(2) Seorang hamba diberi rezeki berupa ilmu, tetapi tidak berupa
harta, dan dengan niat tulua ia mengatakan sekiranya aku
mempunyai hart, aku akan melakukan perbuatan si fulan itu. Itu
niatny amaka pahala orang itu sama
(3) Seorang hamba diberi rezeki berupa harta , tetapi tidak diberi
ilmu. Ia mengendapkan hartanya tanpa ilmu dan tidak bertakwa
kepada Allah. Ia juga tidak menghubungkan silaturrahim dan juga
tidak mengetahui hak Allah atas hartanya . Ini adalah derajat yang
paling hina.
(4) Seorang hamba yang tidak diberi rezeki berupa harta, dan tidak
pula berupa ilmu. Tetapi ia berkata: sekiranya aku mempunyai
harta, aku betul-betul melakukan perbuatan tercela si fulan. Itulah
niatnya, maka dosa keduanya sama.a.

4.

Prinsip Dasar Manajemen SDM

Keteladanan Rasulullah saw sebagai dasar human


capital management
bermodalkan intangible assets : kejujuran, kompetensi
tinggi, kerja-sama harmonis, berkinerja ekselen.
profesionalisme dengan pembagian tugas serta pencatatan
yang seksama (semua aset, semua hasil, semua distribusi).

Human capital dan kesejahteraan masyarakat

Pengetahuan tentang agama termasuk juga segala macam ilmu


tentang dunia yang berorientasikan untuk kehidupan akhirat.
Tanpa kesejahteraan dunia maka akan mempersulit pencapaian
kesejahteraan di akhirat.

Human capital dan maqashid al-syariah

Membentuk insan yang berkarakter dan berkompetensi yang


baik merupakan kewajiban.
Dunia industri dan bisnis kini perlu sosok sdm yang kapabel agar
bisa memajukan perekonomian yang berdampak kepada
kemajuan perekonomian suatu negara.
Dalam maqashid syariah , penjagaan agama,jiwa,akal, keturunan dan
harta memerlukan sdm yang unggul, integritas motivasi dan
kompetensi tinggi serta ketrampilan yang memadai.

IV. Ekonomi Islam dalam perspektif ZIS


1.Sistem Zakat
2.Manajemen Pengumpulan Dana ZIS
3.Dukungan administrasi Zakat
4.Manajemen Akuntansi Zakat
5.Manajemen Distribusi Zakat
6.Manajemen Pemberdayaan Mustahik
7.Membangun ekonomi Zakat

1.3 Obyek dan subyek zakat


Harta tertentu

1. Zakat Harta Kekayaan (Zakat al Nuqud):


emas , perak, mata uang, uang kertas dll

beras, gandum, jagung dll


5.Zakat barang tambang (zakat al tsar
wa al madaniyyah wa al bahriyyah ) :
Penghasilan barang dari tambang dan
penghasilan dari lautan
6. Zakat saham dan bursa ( zakat al

1.Orang-orang

fakir

2. Orang-orang miskin

unta ,sapi kerbau, kambing, domba

4. Zakat Pertanian (Zakat al Ziraah):

Kelompok Individu:
(Fuqara)

2. Zakat Ternak ( Zakat al An-am):


3. Zakat Perdagangan ( Zakat al Tijarah)
segala macam barang dagangan

(Masakin)
3. Pengurus Zakat (Amilin)
4. Orang-orang yang perlu
dihibur hatinya (Para
Muallaf)
5.Orang-orang yang terikat
oleh hutang (Gharimin)

pekerjaan bebas ( zakat kasbi al amali


wal mihani al harrah) : seperti
pengacara, akuntan, konsultan, dokter ,
para pejabat , Dosen, Guru, Usahawan dll
8.

Zakat Perusahaan

Islam

Merdeka

Harta

nisab

dalam perjalanan (Ibn


Sabil)

yang dimiliki

telah mencapai

6. Orang yang terlantar

Kepemilikian
penuh

ashumi wa al sanadati)
7. Zakat profesi atas segala usaha dan

Tertentu Syarat &


Waktu tertentu

Untuk Orang /Golongan


Tertentu

Kepentingan Umum
7. Untuk membebaskan dan
memerdekakan individu,
golongan, bangsa (Riqab)
8. Untuk pembelaan
perjuangan pada jalan Allah
(Fisabilillah)

Telah

melewati

haul (satu tahun),


kecuali zakat
tanaman

25

1.4 Sistem Pengelolaan Zakat


ATAP

Tujuan Pengelolaan Zakat:


1. Meningkatkan

efektivitas dan efisiensi pelayanan pengelolaan

zakat
2. Meningkatkan

manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan


masyarakan dan penanggulangan kemiskinan.

Tiang

Pengelolaan Zakat: Baznas & Upz-nya dan LAZ


Fungsi Manajemen Zakat: Manajemen (Planning,
Executing,Controlling , Reporting & Responsibility) :
1) Pengumpulan zakat;
2) Pendistribusian zakat dan

Pondasi

3) Pendayagunaan zakat
Asas Pengelolaan Zakat:
1) Syariat Islam;
2) Amanah ;
3) Kemanfaatan;
4) Keadilan
5) Kepastian Hukum,
6) Terintegrasi dan
7) Akuntabilitas

26

1.5 Tujuh Azas Manajemen Zakat:


Azas adalah fondasi yang menentukan kuatlemahnya , besar-kecilnya dan bagus-buruknya
bangunan di atasnya.
1. Pengelolaan zakat harus dipahami dan diniatkan
sebagai penegakan rukun Islam dan pelaksanaan
Ibadah yang sekurang-kurangnya mencakup
a. Menunaikan zakat berarti menegakkan Islam dan
mengingkari zakat berarti menghancurkan Islam
b. Pembayaran zakat oleh muzaki dan penyaluran
kepada mustahik harus memenuhi syarat dan rukun
karena zakat adalah ibadah dan bukan sumbangan
yang dapat dilakukan sekehendak muzaki/amil

2. Zakat sebagai kewajiban harta yang harus diambil


memerlukan peran negara.
Sebagaimana fatwa MUI no.8 /2011 tentang Amil Zakat
bahwa amil zakat adalah
a. Seseorang atau sekelompok orang yang diangkat
oleh Pemerintah atau
b. Seseorang atau sekelompok orang yang dibentuk
oleh masyarakat dan disahkn oleh Pemerintah untuk
mengelola pelaksanaan syariat zakat.
3. Pengelola zakat (amil) adalah perantara muzaki
dengan mustahik dan bukan pemilik harta zakat.
Pemenuhan kebutuhan amil tidak boleh melebihi hak
amil apalagi mengorbankan hak mustahik.

4. Amil harus dapat dipercaya sebagai bukti ia amanah.


Dan agar dipercaya, maka amil harus memiliki
kompetensi dalam pengelolaan zakat, jujur,
transparan dan merupakan badan/lembaga resmi
yang mendapat izin. Kompetensi yang harus dimiliki
amil meliputi pengetahuan dan kemampuan teknis
tentang hukum-hukum zakat dan hal lain yang terkait
dengan tugas amil sebagai pengelola (manajemen)
zakat.
5. Penyaluran zakat harus memberikan sebesarbesarnya manfaat bagi mustahik dan dilakukan
secara adil. Penyaluran zakat harus mencakup
mustahik yang meminta maupun yang menahan diri
dari meminta ( QS Al Maarij 24-25). Oleh karena itu,
beberapa hal berikut sangat penting untuk para
pengelola zakat dalam pentasharufan zakat:

Menjadi kebutuhan mendesak para pengelola zakat


memiliki data base mustahik yang lengkap dan
terintegrasi.
a.Berbagai bentuk program yang digulirkan sebgai
pelaksanaan penyaluran harus berbasis kebutuhan para
mustahik dalam rangka mewujudkan kesejahte raan
masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
b.Standar kriteria dan pelayanan mustahik yang berlaku
di setiap pengelola zakat harus sama sehingga mereka
marasa nyaman.

6. Dalam pengelolaan zakat harus terdapat jaminan


kepastian hukum bagi mustahik dan muzaki. Setiap
pembayaran zakat dari muzaki dicatat dan disalurkan
oleh pengelola zakat sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
7.

Pengelolaan zakat dilaksanakan secara hirarkis dalam


upaya meningkatkan pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat. Herarkis bermakna bahwa Baznas
yang berwenang melaksanakan tugas pengelolaan zakat
secara nasional dan masyarakat melalui Baznas/LAZ.
Herarki tidak berarti sentralisasi dan dilaksanakan dalam
bentuk rekomendasi proses pemberian izin dan pelaporan
pengelolaan zakat secara berjenjang. Oleh karena perlu
standar yang sama dan sinergi antara pengelola zakat
dalam pengelolaan zakat nasional

8. Pengelolan zakat harus dapat dipertanggung


jawabkan dan diakses oleh masyarakat.
Asas akuntabilitas yaitu :
a. Setiap pengelola zakat harus memiliki standard
Operating procedure yang jelas dan tertulis.
b. Setiap pengelola zakat wajib membuat laporan
tahunan , baik laporan keuangan maupun laporan
kinerja.
c. Laporan keuangan dan manajemen kinerja diaudit
dan mendapat opini dari pengawas syariah
d. Laporan tahunan disampaikan sesuai ketentuan dan
dipublikasi seluas-luasnya melalui berbagai media
informasi.
e. Setiap pengelola zakat memiliki pejabat pengelola
informasi dan data guna mewujudkan keterbukaan
informasi publik.

1.5. Organisasi dan Fungsi Amil Zakat


1.Undang-undang tentang pengelolaan zakat
menetapkan bahwa Baznas merupakan lembaga yang
berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara
nasional
2.Disamping itu masyarakat dapat membentuk lembaga
amil zakat (LAZ).
3.Amil zakat bukan orang per seorangan melainkan badan
atau lembaga, yakni Baznas atau LaZ.
4.Baznas dan Laz sebagai pelaku utama yang mendapat
amanah mewujudkan tujuan pengelolaan zakat.
5.UPZ Baznas yang berasal dari Kementrian, BUMN,
Masjid, dan Lembaga Pendidikan memiliki peran yang
sama bahkan menjadi ujung tombak BAZNAS

6. BAZNAS dan LAZ menyelenggarakan fungsi


Perencanaan, Pelaksanaan, Pengendalian,
Pelaporan dan pertanggung jawaban atas
pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan atas zakat sesuai posisi masingmasing.
7. Kewajiban BAZNAS dan LAZ untuk
melaksanakan fungsi tsb dengan dijiwai asas
pengelolaan zakat dan menerapkan kaidahkaidah manajemen yang efektif dan efisien
sehingga terwujud Tujuan pengelolaan zakat.

2.

KONSEPSI
TATA-KELOLA YANG BAIK
(GOOD GOVERNANCE)

35

2.1 Peran Sistem Tata-kelola


Sistem tata kelola yang buruk diistilahkan dengan suatu etika yang
buruk, karena tata-kelolanya dalam membangun kemajuan
masyarakat tidak mencapai kemaslahatan bagi keberjalanjutan atas
sumber daya alam dan lingkungan.
Sedangkan tata-kelola yang baik diistilahkan mempunyai etika yang
baik dalam membangun lingkungan sumberdaya alam dan
lingkungan yang sehat.
Prasyarat minimal mencapai good governance adalah :
1) Transparansi (tranparancy)
2) Tanggung-jawab (responsibility
3) Akuntabilitas (accountability)
4) Keadilan (fairness)
5) Independen (independency)
36

2.4 Transparansi dalam Pengelolaan Zakat


Menjaga obyektivitas dalam menjalankan aktivitas OPZ

Prinsip Dasar

OPZ menyediakan informasi yang relevan dan mudah diakses


Berinisiatif mengungkapkan hal penting bagi seluruh pemangku
kepentingan (stakeholder)

Pedoman
pokok
pelaksanaan

1.

OPZ menyediakan informsi secara tepat waktu,


memadai , jelas, akurat dan dapat diberbandingkan
serta mudah diakses

2.

Informasi selengkap mungkin dan semuanya berbasis


kepatuhan terhadap norma dan aturan organisasi

3.

Prinsip keterbukaan tidak mengurangi hal-hal yang


bersifat kerahasiaan (perundangan, rahasia jabatan
dll)

4.

Kebijakan OPZ harus tertulis dan secara proporsional


dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan

37

2.5 Responsibilitas dalam Pengelolaan Zakat


Prinsip Dasar

OPZ harus mematuhi peraturan perundang-undangan


serta melaksanakan tanggung jawab terhadap
masyaraat (mustahik) dan lingkungan masyarakat
sehingga dapat terpelihara kisinambungan usaha dalam
jangka panjang
1. OPZ harus berpegang pada prinsip kehati-

hatian dan memastikan kepatuhan terhadap


peraturan perundang-undangan, anggaran dasar
dan peraturan organisasi.

Pedoman
pokok
pelaksanaan

2. OPZ harus melaksanakan tanggung jawab sosial


- peduli pada lingkungan mustahik
- peduli pada kelestarian lingkungan

38

2.6 Akuntabilitas dalam Pengelolaan Zakat


OPZ harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjany secara
transparan dan wajar

Prinsip Dasar

Oleh karenanya OPZ harus dikelola secara benar, terukur


dan sesuai dengan kepentingan OPZ
Akuntabilitas merupakan prasarat yng diperlukan untuk
mencaai kinerja yang berkesinambungan

Pedoman
pokok
pelaksanaan

1.

OPZ harus menentukan rincian tugas dan tanggung


jawab masing-masing unit kerjanya yang selaras
dengan visi,misi, sasaran serta value maupun strategi
organisasi

2.

OPZ harus meyakini bahwa semua organisasi serta


karyawannya mempunyai kompetensi sesuai dengan
tugas, tanggung jawab dan perannya dalam
pelaksanaan good governance.

3.

OPZ memastikan adanya sistem pengendalian


internal yang efektif

4.

OPZ harus memiliki ukuran kinerja untuk semua


jajaran organisasi yang konsisten dengn nilai
39 OPZnya,
serta memiliki sistem reward & recognizenya

2.7 Kesetaraan dan kewajaran (Fairness) dalam


Pengelolaan Zakat
OPZ dalam melaksanakan kegiatan operasinya , harus
senantiasa memperhatikan kepentingan mustahik (layaknya
pemegang saham ), dan pemangku kepentingan lainnya (para
muzaki, lingkungan dan masyarakat, serta pemerintah &
wakil rakyat,berdasarkan kewajaran dan kesetaraan

Prinsip Dasar

Pedoman
pokok
pelaksanaan

1.

OPZ harus memberi kesempatan pada para pemanggu


kepentingan untuk memberikan masukan dan
menyampaikan pendapat bagi kepentingan OPZ serta
membuka akses informasi.

2.

OPZ harus memberikan perlakuan setara dan wajar


kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat
dan kontribusi terbaiknya pada OPZ.

3.

OPZ memberikan kesempatan yang sama dalam


penerimaan petugas/amil , berkarir dan
melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa
membedakan suku, ras, jender dan kondisi fisik.
40

2.8 Independensi dalam Pengelolaan Zakat


Untuk melancarkan pelaksanaan asas tata kelola yang baik,
OPZ harus dikelola secara independen (bebas dari
kepentingan politik praktis) sehingga masing-masing organ
OPZ tidak saling mendominasi dan tidak diintervensi oleh
pihak lain

Prinsip Dasar

1.

Masing-masing level maupun subordinat OPZ harus


menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun,
tidak terpengaruh oleh kepentingan (politik praktis)
tertentu, bebas dari benturan kepentingan dari
segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan
keputusan dapat dilakukan secara obyektif dan
maslahat bagi umat (mustahik)

2.

Masing-masing level maupun subordinat harus


melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan
anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan,
tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung
jawab antara satu dengan yang lain sehingga
41
terwujud sistem pengendalian internal yang efektif

Pedoman
pokok
pelaksanaan

4.9 Laporan Keuangan dalam pengelolaan zakat


Laporan keuangan Amil bertujuan untuk menyediakan
informasi yang menyangkut pelaporan atas penghimpunan,
pendistribusian, dan pendayagunaan ZIS dan dana sosial
keagamaan lainnya yang bermanfaat dalam pengambilan
keputusan
Laporan keuangan Amil juga bertujuan sebagai alat
pertanggungjawaban (akuntabilitas) dan transparansi
pengelolaan keuangan kepada para pemangku kepentingan
(stakeholders) , serta sebagai alat untuk evaluasi kinerja
manajerial dan organisasi
Suatu laporan keuangan bermanfaat apabila informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami,
relevan, andal, dan dapat diperbandingkan
42

KONSEP DASAR AKUNTANSI ZAKAT

MUZAKI

ASHNAF 8

Jumlah
Alokasi

Diterima dari
muzaki
Rp. 10.000,00

Rp. 10.000,00

Rp. 10.000

KONSUMTIF
(40%)

Jumlah
Alokasi

Rp. 10.000,00

Pendidik
an
30%

Kese
-hatan
40%

Kemanusiaan
30%

PRODUKTIF
(60%)
Pendampingan
30%

Modal
kerja
70%

TOTAL

100%

Rp 9.000

Saldo
Akhir

Rp.1000

2. PEMBERDAYAAN MUSTAHIK MELALUI


ZAKAT1
PENYADARAN

2.
PENGKAPASITASAN
( Capacity Building)

3
PEMBERDAYAAN

PENYADARAN
Pencerahan
Pemberian pengetahuan
Penyadaran dari diri sendiri

2.
PENGKAPASITASAN ( Capacity Building)
Memampukan agar cakap berketrampilan
Memberikan kapasitas agar individu dan kelompok
manusia mampu menerima daya atau kekuasaan
yang akan diberikan
Proses Pengkapasitasan :
(1) Manusia ( memampu & memaukan manusianya)
(2) Organisasi (wadah/medium manajemen)
(3) Sistem Nilai
( aturan main/ Ad & Art/peraturan & norma)

3 . PEMBERDAYAAN
Pemberian Peluang otoritas kekuasaan
- untuk lebih berdaya
- untuk bisa mandiri menolong diri sendiri
Pemberdayaan disesuaikan dengan kecakapan
penerima dalam melaksanakan upaya menuju
kemandirian
PEMBERDAYAAN
(1) PELATIHAN
(2) PEMAGANGAN
(3) PENUGASAN
(4) PENDAMPINGAN
(5) PELEPASAN

LIMA PERSYARATAN DALAM


PENDEKATAN PEMBERDAYAAN
KOMUNITAS BERBASIS ZIS

KOLEKTIVITAS
KOLEKTIVITAS

Keterlibatan
Keterlibatan
Komunitas
Komunitas
secarakolektif
kolektif
secara
berbasisakar
akar
berbasis
rumput
rumput
berbasis
berbasis
budaya
budaya
religiousdan
dan
religious
kebersamaan
kebersamaan

KEMUDAHAN
KEMUDAHAN
AKSES
AKSES
MODAL
MODAL
PENDANAAN
PENDANAAN

Zakat
ZakatInfaq
Infaq
dan
danSadaqah
Sadaqah
adalah
adalah
alternatif
alternatif
pemberian
pemberian
modal
modalbagi
bagi
ekonomi
ekonomi
produktif
produktif

KESADARAN
KESADARAN
AKAN
AKAN

TANGGUNG
TANGGUNG
JAWAB
JAWAB

MANFAAT
MANFAAT
MODAL
MODAL
SOSIAL
SOSIAL
PEDESAAN
PEDESAAN

DAN
DAN
DEDIKASI
DEDIKASI
APARAT
APARAT
SEBAGAI
SEBAGAI
FASILITAFASILITATOR
TORUNTUK
UNTUK
MENSEJAHMENSEJAHTERAKAN
TERAKAN
MASYARA
MASYARA
KAT-NYA
KAT-NYA

PERAN
PERAN
KETELADANAN
KETELADANAN
PARA
PARA
PEMIMPIN
PEMIMPIN
DAN
DAN
TOKOH
TOKOH
MASYARAKAT
MASYARAKAT

Distribusi dan Pendayagunaan Zakat


Pemberian natura (beras, minyak, perbaikan rumah, dll )
1. KONSUMTIF
TRADISIONAL

2. KONSUMTIF
KREATIF

Pemberian yang berdampak pada manfaat masa depan


(Beasiswa sekolah, Peralatan sekolah, Pakaian sekolah,
kesehatan ibu & anak ) dll

Pemberian barang yang bisa berkembang


3. PRODUKTIF
TRADISIONAL ( Mesin jahit, alat cukur, jala, sapi, kambing , kelinci dll)

4. PRODUKTIF
KREATIF

Bentuk modal kerja sehingga mustahiq dapat


mengembangkan usahanya lebih maju

Zakat , Mustahiq dan Muzaki dalam


fenomena Kemiskinan ?
Zakat
Zakat yang
yang terhimpun
terhimpun sebagai
sebagai
trigger
trigger
Program
Program harus
harus sistematis,
sistematis,
terencana
terencana dan
dan berkesimbungan
berkesimbungan

Pentasharuffan
Pentasharuffan Zakat
Zakat Produktif
Produktif
Peluang
Peluang Mustahiq
Mustahiq menjadi
menjadi Muzaki
Muzaki

2.
PENGKAPASITASAN ( Capacity Building)
Memampukan agar cakap berketrampilan
Memberikan kapasitas agar individu dan kelompok
manusia mampu menerima daya atau kekuasaan
yang akan diberikan
Proses Pengkapasitasan :
(1) Manusia ( memampu & memaukan manusianya)
(2) Organisasi (wadah/medium manajemen)
(3) Sistem Nilai
( aturan main/ Ad & Art/peraturan & norma)

3 . PEMBERDAYAAN
Pemberian Peluang otoritas kekuasaan
- untuk lebih berdaya
- untuk bisa mandiri menolong diri sendiri
Pemberdayaan disesuaikan dengan kecakapan
penerima dalam melaksanakan upaya menuju
kemandirian
PEMBERDAYAAN
(1) PELATIHAN
(2) PEMAGANGAN
(3) PENUGASAN
(4) PENDAMPINGAN
(5) PELEPASAN

LIMA PERSYARATAN DALAM


PENDEKATAN PEMBERDAYAAN
KOMUNITAS BERBASIS ZIS

KOLEKTIVITAS
KOLEKTIVITAS

Keterlibatan
Keterlibatan
Komunitas
Komunitas
secarakolektif
kolektif
secara
berbasisakar
akar
berbasis
rumput
rumput
berbasis
berbasis
budaya
budaya
religiousdan
dan
religious
kebersamaan
kebersamaan

KEMUDAHAN
KEMUDAHAN
AKSES
AKSES
MODAL
MODAL
PENDANAAN
PENDANAAN

Zakat
ZakatInfaq
Infaq
dan
danSadaqah
Sadaqah
adalah
adalah
alternatif
alternatif
pemberian
pemberian
modal
modalbagi
bagi
ekonomi
ekonomi
produktif
produktif

KESADARAN
KESADARAN
AKAN
AKAN

TANGGUNG
TANGGUNG
JAWAB
JAWAB

MANFAAT
MANFAAT
MODAL
MODAL
SOSIAL
SOSIAL
PEDESAAN
PEDESAAN

DAN
DAN
DEDIKASI
DEDIKASI
APARAT
APARAT
SEBAGAI
SEBAGAI
FASILITAFASILITATOR
TORUNTUK
UNTUK
MENSEJAHMENSEJAHTERAKAN
TERAKAN
MASYARA
MASYARA
KAT-NYA
KAT-NYA

PERAN
PERAN
KETELADANAN
KETELADANAN
PARA
PARA
PEMIMPIN
PEMIMPIN
DAN
DAN
TOKOH
TOKOH
MASYARAKAT
MASYARAKAT

Distribusi dan Pendayagunaan Zakat


Pemberian natura (beras, minyak, perbaikan rumah, dll )
1. KONSUMTIF
TRADISIONAL

2. KONSUMTIF
KREATIF

Pemberian yang berdampak pada manfaat masa depan


(Beasiswa sekolah, Peralatan sekolah, Pakaian sekolah,
kesehatan ibu & anak ) dll

Pemberian barang yang bisa berkembang


3. PRODUKTIF
TRADISIONAL ( Mesin jahit, alat cukur, jala, sapi, kambing , kelinci dll)

4. PRODUKTIF
KREATIF

Bentuk modal kerja sehingga mustahiq dapat


mengembangkan usahanya lebih maju

Zakat , Mustahiq dan Muzaki dalam


fenomena Kemiskinan ?
Zakat
Zakat yang
yang terhimpun
terhimpun sebagai
sebagai
trigger
trigger
Program
Program harus
harus sistematis,
sistematis,
terencana
terencana dan
dan berkesimbungan
berkesimbungan

Pentasharuffan
Pentasharuffan Zakat
Zakat Produktif
Produktif
Peluang
Peluang Mustahiq
Mustahiq menjadi
menjadi Muzaki
Muzaki

V. Penutup
1.Berbisnis dengan Allah
2.Membangun desa peradaban Zakat

Anda mungkin juga menyukai