Anda di halaman 1dari 4

Hard News

Menurut Globacan (2002) di seluruh dunia setiap tahun ada 493.243 wanita terdiagnosa
kanker serviks, 273.505 meninggal. Di dunia, lebih dari 700 wanita meninggal setiap hari
karena kanker serviks. Di Indonesia, kanker serviks menempati urutan pertama kanker
pada wanita.
Setiap hari di Indonesia ada 40 orang wanita terdiagnosa dan 20 wanita meninggal karena
kanker serviks. Karena kanker serviks merupakan penyakit yang telah diketahui
penyebabnya dan telah diketahui perjalanan penyakitnya. Ditambah juga sudah ada
metode deteksi dini kanker serviks dan adanya pencegahan dengan vaksinasi, seharusnya
angka kejadian dan kematian akibat kanker servik dapat diturun. Banyaknya kasus kanker
serviks di Indonesia disebabkan pengetahuan tentang kanker servik yang kurang sehingga
kesadaran masyarakat untuk deteksi dini pun masih rendah.
PENYEBAB KANKER SERVIKS
Hingga saat ini Human Papilloma Virus (HPV) merupakan penyebab 99,7% kanker
serviks. Virus papilloma ini berukuran kecil, diameter virus kurang lebih 55 nm. Terdapat
lebih dari 100 tipe HPV, HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56 dan 58 sering
ditemukan pada kanker maupun lesi pra kanker serviks. HPV tipe 16 dan 18 merupakan
70 % penyebab kanker serviks.
Sebenarnya sebagian besar virus HPV akan menghilang sendiri karena ada system
kekebalan tubuh alami, tetapi ada sebagian yang tidak menghilang dan menetap. HPV
yang menetap inilah yang menyebabkan perubahan sel leher rahim menjadi kanker
serviks. Perjalanan kanker serviks dari infeksi HPV, tahap pre kanker hingga menjadi
kanker serviks memakan waktu 10 - 20 thn.
PERKEMBANGAN KANKER LEHER RAHIM
Dari infeksi virus HPV sampai menjadi kanker serviks memerlukan waktu bertahun-
tahun, bahkan lebih dari 10 tahun. Pada tahap awal infeksi virus akan menyebabkan
perubahan sel-sel epitel pada mulut rahim, sel-sel menjadi tidak terkendali
perkembangannya dan bila berlanjut akan menjadi kanker.
Pada tahan awal infeksi sebelum menjadi kanker didahului oleh adanya lesi prakanker
yang disebut Cervical Intraepthelial Neoplasia (CIN) atau Neoplasia Intraepitel
Serviks (NIS). Lesi prakanker ini berlangsung cukup lama yaitu memakan waktu antara
10 - 20 tahun. Dalam perjalanannya CIN I (NIS I) akan berkembang menjadi CIN II
(NIS II) kemudian menjadi CIN III (NIS III) yang bila penyakit berlanjut maka akan
berkembang menjadi kanker serviks.
Konsep regresi spontan serta lesi yang persiten menyatakan bahwa tidak semua lesi pra
kanker akan berkembang menjadi lesi invasive atau kanker serviks, sehingga diakui
masih banyak faktor yang mempengaruhi. CIN I (NIS I) hanya 12 % saja yang
berkembang ke derajat yang lebih berat, sedangkan CIN II (NIS II) dan CIN III (NIS III)
mempunyai risiko berkembang menjadi kanker invasif bila tidak mendapatkan
penanganan.
KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI
2 bentuk kanker serviks yang paling sering dijumpai yaitu karsinoma sel skuamosa dan
adenokarsinoma. 85% merupakan karsinoma skuamosa (epidermoid), 10% merupakan
jenis adenokarsinoma dan 5% merupakan adenoskuamosa, clear cell, small
cell danverucous.
BAGAIMANA ORANG BISA TERKENA INFEKSI HPV?
Setiap orang bisa terinfeksi HPV baik pada wanita maupun pria, infeksi HPV ditularkan
melalui kontak kelamin, bukan hanya melalui hubungan seks. Infeksi ini mudah menular
sehingga semua wanita yang sudah melakukan hubungan seks berisiko terkena kanker
leher rahim. Resiko menderita kanker leher rahim meningkat pada wanita perokok,
berganti-ganti pasangan seksual, menikah usia muda dan penderita dengan penurunan
kekebalan tubuh/HIV+ (AIDS).
Soft News
KANKER leher rahim atau kanker serviks membunuh satu wanita dalam setiap satu jam.
Kanker yang mucul tanpa gejala ini membuat banyak perempuan kurang waspada
sehingga penanganan medis baru dilakukan pada stadium yang sudah gawat. Hal inilah
yang menyebabkan kanker serviks menjadi momok yang mematikan.
Namun, kini ada kabar gembira bagi kaum perempuan. Dunia kedokteran telah
menemukan imunisasi yang dapat mencegah kanker serviks.
Vaksinasi dianggap cara yang paling efektif untuk mencegah inkubasi virus dalam tubuh
manusia, termasuk Human papilloma virus (HPV) yang menyebabkan kanker leher
rahim. Selama ini, kanker leher rahim sulit dideteksi secara dini karena tidak
menunjukkan gejala khusus. Biasanya kanker ini baru bisa dideteksi apabila sudah
memasuki stadium lanjut. Hal inilah yang menyebabkan kanker leher rahim ini menjadi
pembunuh nomor satu bagi kaum perempuan.
Dengan temuan vaksin ini, kanker leher rahim bisa dicegah. Sama seperti imunisasi yang
selama ini dikenal, di dalam tubuh vaksinasi yang diberikan melalui suntikan akan
membentuk sistem kekebalan tubuh. Ini menjadi pertahanan agar virus HPV tidak masuk
ke dalam leher rahim sehingga virus HPV tidak dapat tumbuh dan membesar di dalam
tubuh.
Imunisasi HPV akan diberikan pada perempuan usia 12--14 tahun melalui suntikan
sebanyak tiga kali berturut-turut di bagian lengan setiap dua bulan sekali. Selanjutnya
akan dilakukan pengulangan setelah sepuluh tahun kemudian.
Angka keberhasilan vaksin ini cukup tinggi. Namun sayang, harganya cukup mahal. Hal
ini disebabkan karena teknologi rekombinan yang digunakan untuk memproduksi vaksin
adalah teknologi biologi molekuler yang masih sangat mahal. Vaksin HPV dapat bekerja
secara efektif di dalam tubuh perempuan di semua umur, dengan catatan, perempuan
tersebut belum pernah terekspose atau terinfeksi oleh HPV.
Konsultan Puskesmas Perawatan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, Tjahaya Putra
Utama, mengatakan kanker serviks ini biasanya menyerang wanita usia 30--50 tahun
yang merupakan puncak usia reproduktif perempuan. Sehingga, hal tersebut dapat
menyebabkan gangguan kualitas hidup secara fisik, kejiwaan, dan seksual.
Faktor-faktor yang mendukung timbulnya kanker serviks ini antara lain menikah di usia
muda, merokok, penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang, kehamilan yang sering,
dan penyakit menular seksual. Hal tersebut disampaikan dalam seminar ilmiah
memperingati Hari Kesehatan Nasional 2009 dengan tema Kanker leher rahim, Apa dan
bagaimana cara mencegahnya di Hotel Sahid, Rabu (11-11).
Menurut Tjahaya, kanker serviks terjadi saat sel normal di serviks berubah menjadi sel
kanker. Perubahan ini biasanya memakan waktu 10--15 tahun sampai terjadi kanker.
Sebenarnya terdapat kesempatan yang cukup lama untuk mendeteksi
melalui screeningdan menanganinya sebelum menjadi kanker serviks.
Namun, biasanya penderita baru memeriksakan diri setelah kanker masuk pada stadium
IV, dengan gejala-gejala seperti pendarahan di liang sanggama, timbulnya keputihan
yang bercampur darah dan berbau, nyeri pinggul, dan tidak bisa buang air kecil.
Selain vaksinasi, kanker serviks bisa dideteksi sejak dini melalui pemeriksaan rutin pap
smear atau inspeksi visual. "Bagi wanita yang sudah menikah, aktif berhubungan seksual,
harus rutin melakukan pap smear satu sekali setahun," ujar Tjayaha.

Anda mungkin juga menyukai