PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Proses belajar-mengajar merupakan kegiatan utama sekolah.
bukan
mengetahuinya.
Pembelajaran
yang
mengingat
anak
jangka
memecahkan
pendek
tetapi
persoalan
gagal
dalam
dalam
kehidupan
jangka panjang.
Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan
bahwa Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang
bermartabat
dalam
rangka
mencerdaskan
kehidupan
merupakan
konsep
belajar
yang
membantu
guru
konsep
ini,
hasil
pembelajaran
diharapkan
lebih
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi
dan
kontekstual?
f) Bagaimana menyusun
Rencana
kelemahan
pembelajaran
Pembelajran
Berbasis
Kontekstual?
g) Apa saja perbedaan pembelajaran kontekstual dengan
pembelajaran tradisional?
h) Bagaimana penerapan pembelajaran kontekstual dalam
pembelajaran matematika?
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah
1.3.
yang
diajukan,
maka
dengan
pembelajaran kontekstual.
b) Untuk mengerahui apa sajakah komponen pembelajaran
kontekstual.
c) Untuk mengerahui bagaimana bentuk-bentuk pembelajaran
kontekstual.
2
d) Untuk
mengerahui
apa
saja
karakteristik
dan
kriteria
pembelajaran kontekstual.
e) Untuk mengerahui apa saja kelebihan dan kelemahan
pembelajaran kontekstual.
f) Untuk
mengerahui
bagaimana
menyusun
Rencana
pembelajaran
Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah kita dapat memahami,
BAB II
PEMBAHASAN
tetapi
mengatur
lingkungan
dan
strategi
pembelajaran
yang
sebagai
yang
paling
didik dapat mempraktekkan secara langsung apa yang telah mereka pelajari.
Pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk memahami hakikat, makna,
dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan mereka rajin, dan termotivasi untuk
senantiasa belajar, bahkan kecanduan untuk belajar. Kondisi ini akan terwujud,
ketika siswa menyadari tentang apa yang mereka perlukan untuk hidup, dan
bagaimana cara untuk menggapainya.
2.2. Komponen Pembelajaran Kontekstual
Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama yaitu :
a) kontruktivisme (contructivism), merupakan landasan berpikir (filosofi)
pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas
(sempit). Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah
yang siap untuk diambil dan diingat. Siswa perlu dibiasakan untuk
memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan
bergelut dengan ide-ide. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan
dibenak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa
siswa harus menemukan dan mentransformasikan satu informasi komplek ke
situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik sendiri.
b) bertanya (questioning), suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh
siswa untuk menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan. Bertanya
merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual. Bertanya
dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing dan menilai keterampilan berpikir siswa. Hal ini merupakan
bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu
menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan
mengarahkan pada aspek yang belum diketahuinya.
c) menemukan (inquiry), merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengikat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari
7
pendekatan
proses
antara
lain
kemampuan
kecakapan
hidup
adalah
pendidikan
yang
memberikan
utama
dari
pendekatan
inkuiri
adalah
membantu
siswa
belajar
mengembangkan
melalui
kemampuan
pemecahan
peserta
masalah
didik
bermanfaat
dalam
untuk
mengidentifikasi,
mengembangkan kemampuan berfikir alternatif yang tersedia. Kemampuankemampuan ini adalah kemampuan yang melibatkan proses tingi.
Pembelajaran berbasis masalah adlah pembelajaran melalui pemecahan
masalah.
Langkah
kegiata
pembelajran
dilakukan
melalui
tahapan
untuk
10
f)
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di
anatara sesame dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang
terdiri atas dua orang atau lebih. Strategi ini menenpatkan siswa sebagai bagian
dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai hasil belajar yang optimal.
Pembelajaran
ini
mendorong
siswa
ntuk
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran
kontekstual
ini
memiliki
11
proses
pembelajaannya
juga
memiliki
11
kontekstual
adalah
pembelajaran
(understanding
knowledge)
knowledge).
Artinya,
pengetahuan
dan
knowledge)
terhadap
umpan
balik
untuk
proses
perbaikan
dan
penyempurnaan strategi.
Sedangkan Kriteria Pembelajaran Metode Kontekstual/CTL,
sebagai berikut:
a) Siswa sebagai subjek belajar.
b) Siswa belajar melalui kegiatan kelompok.
c) Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata.
d) Kemampuan didasarkan atas pengalaman.
e) Tujuan akhir kepuasan diri.
f) Prilaku dibangun atas kesadaran.
g) Pengetahuan yang dimiliki individu berkembang sesuai
dengan pengalaman yang dialaminya.
h) Siswa
bertanggungjawab
dalam
memonitor
dan
mengembangkan pembelajaran.
i) Pembelajaran bisa terjadi dimana saja.
j) Keberhasilan pembelajaran dapat diukur dengan berbagai
cara.
2.5. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual
12
siswa
karena
metode
pembelajaran
CTL menganut
aliran
pembelajaran
Kontekstual
dapat
menciptakan
suasana
13
Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Konvensional
Siswa terlibat aktif dalam proses Siswa hanya menerima informasi
2.
3.
pada masalah
Perubahan perilaku siswa dibangun Perubahan perilaku siswa dibangun
5.
6.
7.
kepuasan diri
Siswa tidak
8.
9.
komunikatif
satu arah (struktural)
Belajar dari apa yang sudah dikenal Belajar dari sesuatu yang asing atau
10.
siswa
tidak dikenal siswa
Adanya kemampuan proses dalam Hanya berlaku pasif menerima
11.
pembelajaran
informasi
Pengetahuan yang ada dibangun Pengetahuan
berperilaku
atas kebiasaan
yang Memperoleh keterampilan
angka/nilai
jelek Siswa tidak
berperilaku
yang
jelek
didasarkan
pada
serangkaian
fakta,
penangkapan
12.
13.
siswa
Hasil belajar diukur berdasarkan Hasil belajar diukur berdasarkan
14.
proses
hanya hasil tes.
Pembelajaran tidak terbatas pada Pembelajaran hanya
15.
ruang kelas
Adanya upaya pemecahan masalah
terjadi
di
ruang kelas
Tidak adanya upaya pemecahan
masalah
yang
dimiliki
pendekatan
kontekstual.
Namun
demikian,
15
utama
pendekatan
kontekstual
tersebut..
Ketujuh
komponen
itu,
dalam
rencana
pembelajaran
juga
dirancang
bagaimana
16
Bagian ini memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus
dicapai siswa melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
3. Indikator
Bagian ini memuat indikator-indikator, yakni karakteristik, ciri-ciri,
perbuatan, atau respon siswa berkaitan dengan kompetensi dasar untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
4. Materi pokok
Bagian ini berisi materi pokok yang dipilih sebagai sarana bagi siswa untuk
mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Pada bagian ini dapat pula
disertai uraian singkat materi pokok.
5. Media pembelajaran.
Bagian ini menjelaskan mengenai media yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran yang akan menunjang pencapaian standar kompetensi atau
kompetensi dasar yang ditentukan.
6. Pendekatan atau metode pembelajaran
Bagian ini memuat jenis pendekatan atau metode yang dipilih atau digunakan.
7. Kegiatan pembelajaran
Pada bagian ini diuraikan mengenai langkah-langkah kegiatan pembelajaran,
yang mengakomodasi 7 komponen pendekatan kontekstual dan pengintegrasian
life skill dalam kegiatan pembelajaran. Secara umum, kegiatan pembelajaran
terdiri atas 3 tahap, yakni kegiatan pendahuluan, kegiatan pokok, dan kegiatan
penutup.
a. Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
mengkondisikan siswa agar siap secara mental untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran. Yang termasuk dalam kegiatan ini adalah memotivasi siswa
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, seperti memberikan contoh
manfaat topik yang akan dipelajari, mengaitkan materi pelajaran dengan
dunia nyata, menyampaikan standar kompetensi dan kompetensi standar
yang harus dicapai siswa melalui kegiatan pembelajaran, dan langkahlangkah kegiatan pembelajaran yang akan diikuti siswa. Pada bagian ini
pula dilakukan pembahasan pekerjaan rumah dan apersepsi, yakni
17
Contoh
: Penerapan Model CTL pada Bahan Ajar Geometri dan
Pengukuran di Kelas Tinggi Berdasarkan RPP
Kelas/ Semester
: VI/I
18
Kompetensi Dasar
Indikator
19
3. Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 orang. Guru
menjelaskan
kegiatan
yang
akan
dilakukan
siswa
yaitu
secara
memperagakan
kembali
di
depan
kelas.
Siswa
lainnya
20
CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia
nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai
salah satu strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran berbasis
kompetensi. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa
mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
ber-sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).
Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.
Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pembelajaran kontekstual.
Hal-hal yang diperlukan untuk mencapai sejumlah hasil yang diharapkan
dalam penerapan pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut :
a. Guru yang berwawasan
Maksudnya yaitu guru yang berwawasan dalam penerapan dan pendekatan.
b. Materi dalam pembelajaran
Dalam hal ini guru harus bisa mencari materi pembelajaran yang dijiwai oleh
konteks perlu disusun agar bermakna bagi siswa.
c. Strategi metode dan teknik belajar dan mengajar
Dalam hal ini adalah bagaimana seorang guru membuat siswa bersemangat
belajar, yang lebih konkret, yang menggunakan realitas, lebih aktual, nyata/riil,
dsb.
d. Media pembelajaran
21
Media yang digunakan dapat berupa situasi alamiah, benda nyata, alat peraga,
film nyata yang mana perlu dipilih dan dirancang agar sesuai dan belajar lebih
bermakna.
e. Fasilitas
Media
pendukung
pembelajaran
kontekstual
seperti
peralatan
dan
22
luas persegi panjang dan menentukan atau menghitung luas persegi panjang.
Penggalan proses pembelajaran akan dilakukan oleh guru yang pasif, guru yang
aktif, dan guru yang realistik untuk pertama kalinya membelajarkan menemukan
rumus dan menentukan atau menghitung luas persegi panjang pada siswa.
1. Guru Pasif
23
Langkah 1
Guru memberikan penjelasan pada siswa bahwa: Luas persegi panjang dapat
ditentukan dengan menghitung banyaknya persegi satuan yang ada dalam persegi
panjang tersebut.
Langkah 2
Untuk menuju ke konsep rumus luas persegi panjang, guru dapat memberikan
lembar kerja pada siswa: Selesaikan Lembar Kerja (LK) berikut secara
berkelompok.
Langkah 3
Guru memberi penjelasan pada siswa bahwa: Luas persegi panjang dapat
diperoleh dengan mengalikan panjang dan lebarnya atau Luas = panjang x lebar.
2. Guru Aktif
Guru yang aktif memulai pembelajaran menemukan rumus luas persegi
panjang dengan menggambar atau memperlihatkan gambar di papan tulis, seperti
contoh berikut.
Langkah 1
24
Guru memberikan penjelasan pada siswa bahwa :Luas persegi panjang dapat
ditentukan dengan menghitung banyaknya persegi satuan yang ada dalam persegi
panjang tersebut.
Langkah 2
Untuk menuju ke konsep rumus luas persegi panjang, guru dapat memberikan
lembar kerja pada siswa: Selesaikan Lembar Kerja (LK) berikut secara
berkelompok.
25
26
Langkah 3
Guru dengan menggunakan peragaan memperjelas rumus luas persegi panjang
yang ditemukan siswa dari lembar kerja yang diberikan guru.
3. Guru Realistik
Guru yang realistik memulai pembelajaran menemukan rumus luas persegi
panjang dengan memberikan masalah kontekstual pada siswa untuk diselesaikan
secara bekelompok, seperti contoh berikut.
Langkah 1
Guru mengajak siswa menghitung luas lantai yang dibatasi dengan tali
membentuk persegi panjang dengan menghitung banyaknya ubin yang dibatasi
oleh tali tersebut, contoh:
27
Langkah 2
Guru dapat menggambarkan persegi panjang yang di lantai pada papan tulis atau
guru menggambarkannya pada lembar kertas yang telah disiapkan guru
sebelumnya. Selanjutnya siswa disuruh menghitung luas persegi panjang apabila 1
ubin merupakan satu satuan luas.
Langkah 3
Guru memberikan kebebasan pada siswa untuk menyelesaikan masalah dengan
caranya sendiri untuk mendapatkan luas persegi panjang. Kemudian guru
meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan jawabannya di papan tulis
dan sekaligus mengkomunikasikan dengan kelompok lain dari mana jawaban
tersebut diperoleh atau alasannya mendapatkan jawaban tersebut. Maka alternatif
jawaban siswa adalah sebagai berikut.
Alternatif 1
Dengan membilang satu persatu persegi satuan, maka diperoleh jawaban siswa:
28
29
atau luas ruang kelas sekolah kita?. Nah tentunya untuk mempermudah kita
menghitungnya kita perlu mencari cara, yaitu dengan menemukan cara atau rumus
menghitung luas persegi panjang atau persegi (ini merupakan cara guru membawa
siswa dari matematika horizontal kepada matematika vertikalnya).
Langkah 5
Bertitik tolak dari jawaban siswa (jawaban Alternatif 1,2 dan 3), guru mengajak
siswa menemukan rumus luas persegi panjang. Sebagai contoh seperti berikut ini.
Catatan:
Untuk menemukan rumus luas persegi panjang, setelah langkah 1 s.d. 5 guru
realistik dapat memberikan lembar kerja yang digunakan guru aktif pada langkah2 dan 3.
Langkah selanjutnya, untuk mencapai indikator ke-2 yaitu: menentukan atau
menghitung luas persegi panjang, guru pasif, guru aktif, maupun guru realistik
dapat memberikan lembar tugas kepada siswa untuk diselesaikan. Contoh lembar
tugas adalah sebagai berikut.
30
konsep perkalian bilangan. Hal ini berbeda dengan permasalahan kontekstual atau
realistik
yang
dikemukakan
guru
untuk
memulai
pembelajaran,
yaitu
permasalahan yang harus diselesaikan siswa yang mana siswa belum mengenal
konsep perkalian bilangan.
Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah contoh penggalan proses pembelajaran
yang dilakukan oleh guru pasif, guru aktif, dan guru yang realistik dalam
membelajarkan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan 2 angka untuk pertama
kalinya pada siswa.
1. Guru Pasif
Guru pasif memulai pembelajaran perkalian bilangan yang hasilnya
bilangan 2 angka sebagai berikut.
Langkah 1
Guru menuliskan kalimat penjumlahan di papan tulis, contoh: 4+4+4 = ..... Guru
menanyakan pada siswa: Berapa kali bilangan 4 dituliskan? Jawaban siswa: 3
kali. Guru kemudian akan melanjutkan: Jadi penjumlahan tersebut dapat ditulis
dalam kalimat perkalian: 3x4, jadi 3x4 = 4+4+4=12. Selanjutnya guru
menuliskan kembali di papan tulis bentuk penjumlahan berulang dan bertanya
31
Langkah 2
Guru melanjutkan penjelasannya pada siswa bagaimana mengubah bentuk
penjumlahan berulang kedalam kalimat perkalian, seperti contoh berikut.
32
33
Alternatif 3
4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 5 x 4 =20
Jawaban siswa ini merupakan jawaban formal yang merupakan definisi
matematika.
34
Langkah 3
Guru harus dapat menyikapi jawaban siswa yang salah maupun yang benar.
Apabila jawaban siswa salah guru tidak boleh langsung menyalahkan tetapi harus
melihat alasan jawaban dari siswa, baru dari jawaban siswa ini siswa digiring atau
dimotivasi kepada jawaban yang benar.
Untuk alternatif semua jawaban yang benar seperti contoh di atas maka guru
membenarkan semua jawaban, kemudian guru member kesempatan berpikir siswa
dari semua alternatif jawaban yang benar, jawaban mana yang paling mudah
dan gampang dikerjakan.
Guru perlu mendengarkan jawaban siswa dan memberikan gambaran pada
siswa yang bisa menjadi pertimbangan pada siswa. Sebagai contoh : Andaikan
kita disuruh menghitung banyaknya kaki yang dimiliki 15 ekor sapi, apakah kita
harus menghitung satu persatu kaki sapi yang ada? sambil menunjuk jawaban
Alternatif 1) atau kita harus menjumlahkan kaki yang dimiliki masing-masing
sapi? Bagaimana dengan jawaban pada Alternatif 3?.
Guru kemudian memperluas permasalahan: Bagaimana kalau kita disuruh
menghitung puluhan atau ribuan sapi?. Nah tentunya untuk mempermudah kita
menghitungnya kita perlu mencari cara yang paling mudah, yaitu dengan
mengubah kalimat penjumlahan kedalam bentuk perkalian (ini merupakan cara
guru membawa siswa dari matematika horisontal kepada matematika vertikalnya).
Langkah 4
Bertitik tolak dari jawaban siswa (jawaban alternatif-1, 2 dan 3), guru mengajak
siswa bagaimana mengubah bentuk penjumlahan berulang kedalam bentuk
perkalian seperti contoh seperti berikut ini.
Formal 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 5 x 4 =20 Definisi matematika
Langkah 5
Guru dapat memberikan latihan atau soal-soal pada siswa berkaitan dengan
mengubah bentuk penjumlahan berulang kedalam bentuk perkalian atau
sebaliknya.
35
36
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke
siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses
berpengalaman dalam kehidupan nyata. Kelas dalam pembelajaran CTL bukan
sebagai tempat untuk memperoleh informasi tetapi sebagai tempat untuk menguji
data hasil temuan peserta didik di lapangan. Ada beberapa perbedaan antara
strategi pembelajaran CTL dan konvensional yang membuktikan bahwa CTL
lebih efektif dan mampu menjadi alternatif pilihan strategi pembelajaran yang
diterapkan guru di sekolah. Diperlukan pola dan langkah pembelajaran CTL di
kelas agar strategi CTL dapat diterapkan secara efektif dan sesuai materi pelajaran
yang telah ditetapkan dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD).
3.2.
Saran
Dengan pemahaman tentang Contextual Teaching and Learning (CTL) ini
berbasis
kontekstual
sehingga
dalam
penerapannya
dapat
37
mendorong siswa aktif belajar. Hal yang dapat dilakukan guru yaitu :
meningkatkan kreativitas dalam merancang atau memadukan model dan metode
pembelajaran dengan baik sehingga mampu membuat pembelajaran tersebut
menyenangkan untuk siswa. Selain itu, kreativitas guru dalam menyajikan materi
pelajaran juga harus ditingkatkan yaitu dengan mengkolaborasikan materi dengan
kenyataan
dan
penerapannya
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Guru
juga
38