Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN
A. Kasus
Perilaku Kekerasan
B. Proses terjadinya masalah
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain (Yosep, 2009). Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan
dimana seseorang melakukan tindakan yang membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri, orang lain, orang lain, maupun lingkungan (fitria, 2009).
Perilaku

kekerasan

adalah

keadaan

dimana

individu-individu

beresiko

menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain


(Carpenito, 2000).
Klien dengan perilaku kekerasan umumnya dibawa oleh keluarganya dengan
paksa ke RSJ dan seringkali klien diperlakukan secara tidak manusiawi, diikat,
disertai bentakan, kata-kata kasar, dan pengawalan oleh anggota keluarga.
Kemarahan adalah emosi yang normal pada manusia yakni respons
emosional yang kuat dan tidak menyenangkan terhadap suatu provokasi baik
nyata ataupun yang dipersepsikan individu (Videbeck, 2008). Kemarahan adalah
perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan
sebagai ancaman (Stuart dan Sunden, dalam Yosep, 2009).
2. Rentang respon
Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang
dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat difluktuasi sepanjang rentang
adaptif dan maladaptif.
Adaptif
Asertif

Maladaptif
Frustasi

Pasif

Agresif

Gambar 1
Rentang Respon Kemarahan

Keterangan :

Kekerasan

a. Asertif, merupakan ungkapan rasa tidak setuju atau kemarahan yang


dinyatakan atau diungkapkan tanpa menyakiti orang lain sehingga akan
memberikan kelegaan dan tidak menimbulkan masalah. Asertif merupakan
bentuk perilaku untuk menyampaikan perasaan diri dengan kepastian dan
memperhatikan komunikasi yang menunjukkan respek pada orang lain
(Stuart dan Laraia, 2008).
b. Frustasi, adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan yang tidak
realistis atau hambatan dalam pencapaian tujuan
c. Pasif, merupakan kelanjutan dari frustasi, dalam keadaan ini individu tidak
menemukan alternatif lain penyelesaian masalah, sehingga terlihat pasif dan
tidak mampu mengungkapkan perasaannya.
d. Agresif, adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan
untuk bertindak destruktif tapi masih terkontrol. Perilaku yang tampak
berupa muka masam, bicara kasar, menuntut, dan kasar.
e. Amuk (perilaku kekerasan), yaitu perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
disertai kehilangan kontrol diri, sehingga individu dapat merusak diri sendiri,
orang lain dan lingkungan.
3. Manifestasi klinis
Menurut Keliat (2006) adalah:
a. Klien mengatakan benci / kesal dengan seseorang
b. Suka membentak
c. Menyerang orang yang sedang mengusiknya jika sedang kesal atau kesal
d. Mata merah dan wajah agak merah
e. Nada suara tinggi dan keras
f. Bicara menguasai
g. Pandangan tajam
h. Suka merampas barang milik orang lain
i. Ekspresi marah saat memnicarakan orang
4. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Menurut Riyadi dan Purwanto (2009) faktor-faktor yang mendukung
terjadinya perilaku kekerasan adalah :
a. Faktor Biologis
1) Instinctual Drive Theory ( teori dorongan naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh
suatu dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
2) Psycomatic Theory (teori psikomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis terhadap
stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini
system limbic berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan
maupun menghambat rasa marah.
b. Faktor psikologis
1) Frusstasion Aggression Theory (teori agresi frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi
frustasi yang terjadi apabilakeinginan individu untuk mencapai
sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan tersebut dapat mendorong

individu berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan berkurang


melalui perilaku kekerasan.
2) Behavioral Theory (teori perilaku)
Kemarahn adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia
fasilitas atau situasi yang mendukung reinforcement yang di terima
pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di
rumah atau di luar rumah. Semua aspek ini menstimulasi individu
mengadopsi perilaku kekerasan.
3) Existential Theory (teori eksistensi)
Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat di penuhi melalui perilaku konstruktif
makan individu akan memenuhi kebutuhannya melalui perilaku
destruktif.
c. Faktor Sosio Cultural
1) Teori lingkungan
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Budaya tertutupdan membalas secara diam
(pasif agresif) dan control sosial yang tidak pasti terhadap perilaku
kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.
2) Teori belajar sosial
Perilaku kekerasan dapat di pelajari secara langsung maupun melalui
proses sosialisasi.
2. Faktor Presipitasi
a. Internal adalah semua faktor yang dapat menimbulkan kelemahan,
menurunnya percaya diri, rasa takut sakit, hilang control dan lain-lain.
b. Eksternal adalah penganiayaan fisik, kehilangan orang dicintai, krisis dan
lain-lain.
5. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang
orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien dengan
perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan lingkungan
6. Pohon masalah
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan/amuk
Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah
1. Fase Fase Perilaku Kekerasan
a. Triggering Incidents
Ditandai dengan adanya pemicu sehingga muncul agresi klien. Beberapa
faktor yang dapat menjadi pemicu agresi antara lain : provokasi, respon
3

terhadap kegagalan, komunikasi yang buruk, situasi yang menyebabkan


frustasi, pelanggaran batas terhadap jarak personal, dan harapan yang
tidak terpenuhi. Pada fase ini klien dan keluarga baru datang.
b. Escalation Phase
Ditandai dengan kebangkitan fisik dan emosional, dapat disetarakan
dengan respon fight or flight.
c. Crisis Point
Sebagai lanjutan dari fase escalasi apabila negosiasi dan teknik de
escalation gagal mencapai tujuannya. Pada fase ini klien sudah
melakukan tindakan kekerasan.
7. Cara Mengatasi Masalah
1) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan saat jengkel atau marah
2) Bantu klien mengidentifikasi penyebab marah atau jengkel
3) Bicarakan dengan klien akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan
4) Bantu klien untuk memilih cara yang paling tepat dan bantu klien
mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih
8. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga dapat
membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang kontruktif
dalam mengekspresikan kemarahannya. Mekanisme koping yang umum
digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi,
proyeksi, represif, denial dan reaksi formasi.
Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang
berkepanjangan dari seseorang karena ditinggal oleh orang yang dianggap sangat
berpengaruh dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak teratasi, maka dapat
menyebabkan seseorang rendah diri (harga diri rendah), sehingga sulit untuk
bergaul dengan orang lain. Bila ketidakmampuan bergaul dengan orang lain ini
tidak diatasi akan memunculkan halusinasi berupa suara-suara atau bayangan
yang meminta klien untuk melakukan tindak kekerasan. Hal tersebut akan
berdampak pada keselamatan dirinya dan orang lain (resiko tinggi mencederai
diri,

orang

lain

dan

lingkungan).

Selain

diakibatkan

berduka

yang

berkepanjangan, dukungan keluarga yang kurang baik dalam menghadapi kondisi


klien dapat mempengaruhi perkembangan klien (koping keluarga tidak efektif).
Hal ini tentunya menyebabkan klien sering keluar masuk RS atau menimbulkan
kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal (regimen terapeutik
inefektif).
9. Kolaborasi Terapi Medis
Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa. Menurut Depkes (2000),
jenis obat psikofarmaka adalah :
1. Clorpromazine (CPZ, Largactile)
4

Indikasi untuk mensupresi gejala-gejala psikosa : agitasi, ansietas,


ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejalagejala
lain yang bisanya terdapat pda penderita skizofrenia, manic depresif,
gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa kecil. Cara
pemberian untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau suntikan
intramuskuler. Dosis permulaan ada lah 25 100 mg dan diikuti peningkatan
dosis hingga mencapai 300 mg perhari.
Dosis ini dipertahankan selama satu minggu. Pemberian dapat dilakukan
satu kali pada malam hari atau dapat diberikan tiga kali sehari. Bila gejala
psikosa belum hilang, dosis dapat dinaikkan secara perlahan-lahan sampai
600 900 mg perhari
2. Trihexiphenidyl (THP, Artane, Tremin)
Indikasinya untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala
skizofrenia. Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya rendah
(12,5 mg) diberikan tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan, dosis
ditingkatkan 25 mg dan interval pemberian diperpanjang 3 6 mg setiap kali
suntikan, tergantung dari respon klien. Bila pemberian melebihi 50 mg sekali
suntikan sebaiknya peningkatan perlahan-lahan.
Kontra indikasinya pada depresi susunan saraf pusat yang hebat,
hipersensitif terhadap fluphenazine atau ada riwayat sensitif ter hadap
phenotiazine. Intoksikasi biasanya terjadi gejala-gejala sesuai dengan efek
samping yang hebat. Pengobatan over dosis; hentikan obat berikan terapi
simptomatis dan suportif, atasi hipotensi dengan levarterenol hindari
menggunakan ephineprine.
3. Terapi kejang listrik/Electro Compulsive Therapy (ECT)
Electroshock Therapy atau biasa disebut juga dengan Elektro Convulsive
Therapy merupakan terapi untuk menciptakan seizure ( kejang) di otak
menggunakan listrik yang dikenakan pada pasien yang telah dibius. ECT
biasanya diterapkan ke pasien melalui beberapa kali pertemuan (6-12) dalam
waktu lebih dari 2 minggu. Pasien ECT adalah mereka yang memiliki
depresi akut dimana sudah tidak bisa diobati dengan obat obatan anti
depressan dan mood swing medication. Sebelum diberi terapi pasien akan
dibius supaya tidak sadarkan diri dan kemudian diberi obat untuk
melemaskan otot.
Hal ini diperuntukkan agar tidak ada otot maupun sumsum tulang
belakang yang rusak. Paien juga diberi blok karet dimulutnya untuk
menghindari penggigitan lidah ketika diberi terapi. Kemudian dokter akan
mengalirkan listrik keotak pada voltase tertentu yang menyebabkan sipasien
akan mengalami kejang (seizure) selama beberapa saat entah kejang diotak
5

saja maupun yang terlihat di tubuh juga. Setelah itu pasien akan didiamkan
sampai tersadar dengan sendirinya.
4. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
Dalam keperawatan jiwa kita selalu menemui pasien yang mengalami
berbagai macam gangguan jiwa misalnya pasien dengan gangguan halusinasi,
harga diri rendah, menarik diri, kekerasan dan lain-lain. Dari contoh tersebut
hal yang sangat merugikan adalah tindakan kekerasan baik dari individu itu
sendiri maupun orang lain. Untuk mengatasi pasien yang sering
menggunakan tindakan kekerasan kita sebagai tenaga perawat dapat
melakukan terapi aktivitas kelompok persepsi kekerasan dimana didalam
melakukan terapi tersebut dilakukan secara berkelompok dalam waktu yang
berbersamaan yang dibimbing oleh seorang pelatih yang akan membantu
mereka agar bisa mengontrol kekerasan yang akan dilakukan.
Pelatih TAK tersebut akan memberikan pemahaman tentang masalah
serta bagaimana pasien tersebut menanganinya. Disini pasien disuruh
mengekplorasi problem tentang penyebab mengapa dia marah. Setelah itu
melakukan

klarifikasi

apakah

dengan

marah

dapat

menyelesaikan

masalahnya.
10. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri
1. Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain
2. Isolasi sosial
3. Kerusakan interaksi sosial
4. Kerusakan komunikasi verbal
5. Harga diri rendah kronik
6. Koping ineffective
11. Cara Mengatasi Masalah
1) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan saat jengkel atau marah
2) Bantu klien mengidentifikasi penyebab marah atau jengkel
3) Bicarakan dengan klien akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan
4) Bantu klien untuk memilih cara yang paling tepat dan bantu klien
mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih
12.

Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri, orang lain atau lingkungan
berhubungan dengan riwayat perilaku kekerasan
2. Harga diri rendah
3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tingkat kontrol emosi
tidak adekuat
4. Kerusakan Interaksi sosial berhubungan dengan perubahan proses pikir

L. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


NURSING CARE PLANE
DX
Kriteria Hasil
Intervensi
Keperawatan
( NOC)
(NIC)
Resiko perilaku Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x pertemuan Anger control assistance
kekerasan

pada diharapkan pasien dapat menurunkan perilaku kekerasan pada diri 1. bhsp

diri sendiri dan sendiri dan orang lain dengan kriteria hasil :
orang

lain Menunjukkan Pengendalian Implus : kemampuan untuk menahan 3. observasi tanda-tanda perilaku kekerasan

berhubungan
dengan

2. pertahankan sikap terbuka

perilaku kompulsif atau impulsif. Ditandai dengan indicator sebagai 4. prinsip komunikasi terapeutik

riwayat berikut :

5. dukung dan fasilitasi klien untuk mencari bantuan saat

perilaku

1 = Tidak Pernah, 2 = Jarang, 3 = Kadang-Kadang, 4 = Sering, 5=

kekerasan

Dilakukan Secara Konsisten.

6. jelaskan pada klien tentang respon marah

1. Klien mampu untuk mengeluarkan perasaan negative secara tepat.

7. bantu klien mengidentifikasi tanda-tanda perilaku

2. Klien mampu mengidentifikasikan perasaan atau perilaku tindakan

marah

kekerasan

impulsive untuk diri sendiri atau orang lain


3. Klien mampu untuk menghindari lingkungan dan situasi beresiko Mood Management 5330
tinggi
4. Klien mampu untuk mengunggakapkan secara verbal tentang
pengendalian terhadap implus.

1. Monitor kemampuan perawatan diri pasien


2. Monitor status fisik pasien
3. Kenali saat pasien menunjukkan dalam keadaan tidak

Menunjukkan Pengendalian Agresi : kemampuan menahan untuk


melakukan serangan, melawan atau perilaku yang membahayakan

emosi
4. Monitor dan atur level aktivitas dan stimulasi pasien
di lingkungan sesuai dengan kebutuhan pasien
5. Bantu pasien mengidentifikasi faktor penyebab

orang lain.
1. Menahan diri dari ledakan emosi secara verbal.
2. Menahan diri dari kekerasan pada pribadi orang lain.
3. Menahan diri dari menghancurkan benda.
4. Menahan diri dari menekan orang lain.
5. Secara verbal mampu mengontrol impuls.
6. Mengidentifikasi kapan saat marah.
7. Mengkomunikasikan kebutuhan dengan tepat.
8. Mengidentifikasi situasi yang memicu permusuhan.
9. Menahan diri dari membahayakan orang lain.
10. Mengidentifikasi kapan perasaan agresif.
11. Menyalurkan perasaan negatif dengan cara yang tepat.
12. Mentaati kontrak untuk menahan diri dari perilaku agresif.
13. Memelihara kontrol diri tanpa pengawasan.

perubahaan mood
6. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
7.
8.
9.
10.

perasaannya
Ajarkan teknik koping baru pada pasien
Bantu pasien mengatur perasaannya pada saat marah
Berikan motivasi pada klien untuk berubah
Berikan reinforcemen positif atas kemajuan klien

Risk Control:
1. Monitor lingkungan yang membawa faktor resiko
2. Monitor perilaku klien yang memiliki faktor resiko
3. Gunakan

system

dukungan

yang

sesuai

untuk

mengontrol resiko perilaku kekerasan


4. Mengenali perubahan dalam status kesehatan
5. Monitor perubahan status kesehatan klien

Environmental
(6487)
8

management

violence

prevention

1.

Tempatkan klien di ruangan yang dekat dengan


perawat

2.

Jauhkan faktor penyebab dari lingkungan

3.

Jauhkan hal-hal

yang

mendorong

potensial

kekerasan
4.

Monitor keadaan klien ataupun orang lain yang


dekat dengan orang lain

5.

Sediakan ruangan untuk klien dengan resiko


kekerasan

6.

Siapkan

ruangan

yang

aman

jika

terjadi

kekambuhan
7.

Tempatkan klien dalam ruangan yang tenang dan


nyaman serta bisa diobservasi

Medication administration (2300)


1. Siapkan prosedur yang aman dan tepat dalam dalam
pemberian obat
2. Gunakan 6 benar dalam pengobatan
3. Siapkan obat sesuai dengan tehnik dan dosis
penggunaan
4. Monitor keadaan pasien karena efek obat

5. Monitor vs dan lab sebelum pengobatan


6. Monitor

klien

jika

memerlukan

penggunaan

pengobatan lain
7. Dokumentasi pengobatan dan respon klien

DiagnosaKeperawatan

Harga diri rendah kronik

Perencanaan
KriteriaHasil

Intervensi

( NOC)
(NIC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x Self Esteem Enhancement
1. Kaji tingkat kepercayaan diri pasien
pertemuan diharapkan harga diri rendah kronik dapat
2. Bantu mengidentifikasi respon aktif dari orang lain
teratasi dengan criteria hasil :
3. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang akan
Self Esteem
1. Secara verbal dapat menerima diri sendiri
2. Menerima keterbatasan diri sendiri
3. Mempertahankan kontak mata
4. Mampu mendidkripsikan sdiri sendiri
5. Menghormati orang lain
6. Membuka hubungan komunikasi
7. Mempertahankan kerapian dan kebersihan diri

10

meningkatkan harga diri


4. Instruksikan tentang pentingnya ketertarikan dan
dukungan dari keluarga terhadap pasien
5. Monitor frekuensi verbalisasi pikiran negatif pasien
terhadap diri sendiri
6. Monitor kemampuan pasien tentang penilain diri
Self Esteem Enhancement
1. Kaji tingkat kepercayaan diri pasien
2. Bantu mengidentifikasi respon aktif dari orang lain
3. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang akan

8. Menyeimbangakn

antara

partisipasi

dan

mendengarkan dalam suatu kelompok

meningkatkan harga diri


4. Instruksikan tentang pentingnya ketertarikan dan
dukungan dari keluarga terhadap pasien
5. Monitor frekuensi verbalisasi pikiran negatif pasien

9. Nyaman dalam suatu situasi


10. Menerima masukan dari orang lain
11. Menerima respon/masukan dari orang lain
12. Mendeskripsikan kesuksesan dalampekerjaan dan

terhadap diri sendiri


6. Monitor kemampuan pasien tentang penilain diri
7. Berikan reinforcement terhadap kemampuan pasien
melakukan
Support System Enhancement
1. Kaji respon psikologis terhadap adanya support

hubungan social
13. Menghargai diri sendiri

2.
3.
4.
5.

system
Berikan lingkungan yang adekuat
Identifikasi support system
Identifikasi kemampuan finansial keluarga
Berikan bantuan pada pasien dukungan sosial yang

dapat dimanfaatkan pasien


6. Jelaskan pasien pentingnya beraktivitas
7. Manfaatkan kelompok untuk dapat memabntu pasien
meningkatkan kemampuan dirinya
8. Pilih komunitas yang dapat mengajak, mencegah
memberikan teratmen dan rehabilisasi terhadap
pasien
9. Libatkan keluarga dalam perawatan
10. Libatkan lingkungan dalam menbantu meningkatkan

11

harga diri pasien


Mood Management
1. Evaluasi mood pasien terhadap treatment progress
2. Mengkaji dan mengevaluasi mood pasien (tanda,
3.
4.
5.
6.
7.

gejala, personal hystory)


Bantu perawatan diri pasien sesuai kemampuan
Monitor status fisik
Kaji efek medikasi terhadap perubahan mood pasien
Monitor fungsi kognitif
Kaji apakah ada faktor resiko yang membahayakan

diri pasien atau yang lainnya


8. Kaji tentang efek hospitalisasi terhadap pasien
mengenai gangguan mood
9. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti selama
berinteraksi
10. Ajarkan kepada pasien bagaimana cara mengambil
kepeutusan
11. Bantu pasien menyadari tentang mood yang terjadi
12. Bantu pasien mengidentifikasi mood atau
perasaannya saat ini
13. Bantu pasien mengidentifikasi faktor pencetus
perubahan mood
14. Berikan dukungan untuk mengatasi perubahan mood
15. Ajarkan tentang koping baru dan cara menyelesaikan
masalah
16. Atur dan berikan terapi untuk mengatasi halusinasi
12

yang dapat mempengaruhi mood pasien


17. Monitor medikasi yang diberikan pada pasien

Diagnosa
Keperawatan

Perencanaan
Kriteria Hasil

Intervensi

( NOC)
(NIC)
Koping individu Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X pertemuan Anxiety reduction
tidak efektif b/d diharapkan koping indifidu efektif. Kriteria hasil :

1.

gunakan pendekatan yang kalem dan memberikan jaminan

tingkat

2.

jelaskan tingkah laku pasien yang diharapkan

3.

jelaskan semua prosedur, meliputi sensasi yang mungkin

emosi
adekuat

kontrol Aggresion control


tidak 1.

mengungkapkan kebutuhan secara tepat (5)

2.

identifikasi frustasi (5)

dialami selama prosedur

3.

identifikasi situasi sebagai pencetus (5)

4.

pahami perspektif pasien atau situasi yang penuh stress

4.

mengungkapkan perasaan secara tepat (5)

5.

sediakan informasi factual tentang diagnosis, penanganan

5.

identifikasi pentingnya control respon (5)

dan proknosis

Coping

6.

1.

identifikasi koping yang efektif (5)

2.

mengungkapkan kemungkinan masalah (stress) (5)

temani

pasien

untuk

mendukung

keamanan

menurunkan rasa takut

13

7.

sediakan objek yang menandakan keamanan

dan

3.

penerimaan keadaan (5)

8.

dukung aktifitas yang tidak kompetitif, dengan cara yang

4.

modifikasi gaya hidup (5)

5.

dukungan social adekuat (5)

9.

jagalah alat penanganan jauh dari pandangan

6.

identifikasi koping yang tidak efektif (5)

10.

dengarkan dengan penuh perhatian

7.

mengungkapkan kemampuan mengendalikan diri (5)

11.

kuatkan tingkah laku dengan cara yang benar

8.

kebutuhan akan bantuan (5)

12.

ciptakan lingkungan yang nyaman untuk memfasilitasi

tepat

rasa percaya
Information processing

13.

dukung verbalisasi dari perasaan, persepsi, dan rasa takut

1. identifikasi objek sederhana (5)

14.

identifikasi kapan saat tingkat cemas berubah

2.

15.

tentukan kemampuan pasien untuk mengambil keputusan

paham kalimat singkat/paragraph (5)

3. mengungkapkan pesan secara koheren (5)

Complex relationship building ( membina hubungan yang

4. menunjukkan proses pikir yang utuh (5)

kompleks)
1.
Identifikasi perilaku sendiri terhadap pasiern dan situasi
2.
Mengatur perasaan pribadi yang ditimbulkan oleh pasien

5. menunjukan proses pikir yang logis (5)

3.
4.
5.

yang mempunyai efek negative pada interaksi terapeutik


Ciptakan iklim yang hangat dan menerima secara tepat
Sediakan kenyamanan fisik sebelum berinteraksi
Diskusikan kerahasiaan informasi yang disampaikan,

dengan cara yang tepat


6.
Monitor pesan nonverbal klien
7.
Mencari klarifikasi dari pesan nonverbal secara tepat
8.
Berespon pada pesan nonverbal klien dengan cara yang
tepat
14

9.

Atur jarak fisik antar perawat dank lien dengan cara yang

tepat
10.
Memelihara postur tubuh terbuka
11.
Gunakan periode diam untuk mengkomunikasikan
ketertartarikan dengan cara yang tepat
12.
Berikan jaminan klien tentang ketertarikan anda padanya
13.
14.

dengan cara yang tepat


Gunakan membuka diri dengan cara yang tepat
Bina persetujuan yang saling dapat diterima dalam hal
waktu pertemuan dan dalam pertemuan dengan cara yang

tepat
15.
Bantu klien untuk mengidentifikasi perasaan
16.
Atur pembatasan dari tingkah laku yang dapat diterima
selama sesi terapeutik dengan cara yang tepat
17.
Repleksikan ide utama kembali kepada klien dengan
18.
19.
20.

kata-kata kita sendiri


Identifikasi topic dari ketertarikan
Kenalkan dirimu pada SO klien dengan cara yang tepat
Buatlah waktu untuk interaksi berikutnya sebelum sesaat

meninggalkan klien
21.
Simpulkan pembicaraan pada akhir dari diskusi
22.
Gunakan kesimpulan untuk memulai pembicaraan
selanjutnya
23.
Kembali pada waktu yang telah dibuat sebelumnya untuk
mendemonstrasikan ketertarika anda pada klien
15

24.

Diskusikan tanggung jawab klien untuk berhubungan 1-1

perawat klien
25.
Siapkan terminasi dengan cara yang tepat
26.
Dukung klien utnuk berinteraksi dengan yanmg lain
dengan menggunaklan perilaku yang positif.
Coping enhancement
1.
hargai penilaian klien terhadap perubahan dalam
gambaran diri sesuai indikasi
2.
hargai dampak dari situasi hidup klien terhadap peran dan
3.

hubungan
dukung klien untuk mengidentifikasi deskripsi realistis

4.
5.
6.

dalam perubahan peran


hargai pemahaman klien tentang proses penyakit
hargai dan diskusikan alternative respon terhadap situasi
gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan

7.
8.

jaminan
sediakan atmosfer penerimaan
Bantu pasien dalam mengembangkan penghargaan yang

objektif terhadap kejadian


9.
Bantu pasien mengidentifikasi informasi yan paling
10.

menarik untuk didapatkan


sediakan
informasi

factual

tentang

diagnosis,

penanganan, dan prognosis


11.
sediakan pilihan yang realistic tentang aspek perawatan
saat ini
16

12.

dukung perilaku dan harapan yang realistic sebagai jalan

untuk mengatasi perasaan tidak ada yang membantu


13.
evaluasi kemampuan klien membuat keputusan
14.
cari pemahaman perspektif pasien terhadap situasi
stressful
15.
turunkan kegiatan pengambilan keputusan saat klien
16.
17.
18.

berada pada stress berat


dukung penguasaan situasi secara berangsur
dukung kesabaran dalam mengembangkan hubungan
dukung hubungan dengan seseorang yang mempunyai

ketertarikan dan tujuan yang sama


19.
dukung aktivitas social dan komunikasi
20.
dukung penerimaan terhadap adanya keterbatasan pada
orang lain
21.
akui latar belakang spiritual/budaya
22.
dukung menggunakan sumber spiritual, jika diinginkan
23.
eksplorasi prestasi sukses pasien sebelumnya
24.
dorong mengeluarkan marah dan bermusuhan dengan
kontruktif
25.
menatur situasi yang mendukung otonom pasien
26.
Bantu klien dalam mengidentifikasi respon positif dari
orang lain
27.
dukung identifikasi nilai hidup spesifik
28.
kenalkan pasien pada orang yang pernah mengalami
29.
17

kesuksesan dengan pengalaman yang sama


dukung penggunaan mekanisme defensive yang tepat

30.
31.

dukung verbalisasi perasaan, persepsi dan takut


diskusikan konsekuensi bila tidak mengatasi rasa

32.

bersalah dan malu


dukung klien untuk mengidentifikasi kekuatan dan

kemampuan diri
33.
Bantu klien mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan
34.

jangka panjang yang tepat


Bantu klien memecah tujuan yang kompleks menjadi

lebih kecil dengan tahapan yang dapat diatur


35.
Bantu pasien memeriksa sumber-sumber

untuk

memenuhi tujuan
36.
menurunkan

dapat

37.

stimuli

lingkungan

yang

disalahartikan sebagai ancaman


hargai kebutuhan/keinginan klien mendapatkan dukungan

social
38.
tentukan resiko aktivitas menyakiti diri pasien
39.
sediakan latihan ketrampilan social yang tepat
40.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positif
untuk mengatasi keterbatasan dan mengelola gaya hidup atau

18

41.

perubahan peran
Bantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan

42.

menggunakan tingkah laku yang konstruktif


dukung pasien untuk mengevaluasi tingkah laku sendiri.

DiagnosaKeperawatan

Kerusakan interaksi social

Perencanaan
KriteriaHasil

Intervensi

( NOC)
(NIC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x Behavior modification social skill

berhubungan dengan perubahan pertemuan diharapkan kemampuan interaksi social klien 1. Bina hubungan saling percaya.
proses pikir

meningkat dengan criteria hasil :

2. Bantu

Social Interaction skills

mengidentifikasi

masalah

dari

kurangnya

keterampilan sosial.

1. Klien mampu menerima interaksi dengan orang 3. Dorong untuk memverbalisasikan perasaannya berkaitan
lain(5)
2. Kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain
(5)
3. Klien menunjukkan kepercayaan pada orang lain(5)
4. Klien mampu bekerjasama dengan orang lain(5)
5. Kemampuan untuk bersikap relaks(5)
Social involvement
1. Mengidentifikasi tingkah laku problematik yang

menyendiri
4. Bantu mengidentifikasi kemungkinan tindakan dan
konsekwensi dari hubungan interpersonal
5. Bantu mengidentifikasi keterampilan sosial yang spesifik.
6. Bantu

mengidentifikasi

langkah-langkah

mencapai

keterampilan sosial tersebut.

menghalangi sosialisasi
2. Klien mampu mengganti

dengan masalah interpersonal yang mengakibatkan

tingkah laku distruptif

7. Bantu bermain peran dalam setiap step tingkah laku


8. Berikan umpan balik positif jika klien menunjukan

menjadi konstruktif
3. Klien dapat berkomunikasi dengan orang lain.

19

kemampuan dalam keterampilan sosial yang ditargetkan.

4. Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas

9. Dukung klien untuk mengevaluasi hasil dari interaksi,

Skala:

memberikan reward atas keberhasilan.

1. Tidak ada

Sosialization enhancement

2. Jarang

1.

3. Kadang-kadang

Dukung

pengembangan

keterlibatan

dalam

hubungan yang telah terbina

4. Sering

2.

5. Selalu

Meningkatkan kesabaran dalam mengembangkan


hubungan

Child Development : Adolescence

3.

Meningkatkan

hubungan

dengan

orang

yang

1.

Mempraktikkan kebiasaan hidup sehat

mempunyai ketertarikan dan tujuan yang sama

2.

mendeskripsikan perkembangan

4.

Dukung aktivitas social dan komunitas

3.

mengungkapkan kepuasaan identitas

5.

Dukung pasien untuk membagi masalah yang

4.

penggunaan ketrampilan pemecahan masalah

5.

membina hubungan baik dengan sesama

6.

menjauhi alcohol, abat-obatan

7.

aktivitas sesuai perkembangan dan kemampuan

dimiliki dengan orang lain


6. Dukung kejujuran dalam menunjukan jati diri pasien
pada orang lain
7. Dukung ketertarikan baru secara menyeluruh

Skala

8. Dukung menghormati hak orang lain

1 = menolak

9. Rujuk pasien pada grup analisa transaksional atau

2 = sering menolak

program dimana memahami transaksi dapat ditingkatkan

3 = kadang-kadang menolak

dengan tepat

4 = jarang menolak

10. Mengijinkan pengetesan dari batasan hubungan

20

5 = tidak menolak

11. Memberikan umpan balik tentang kemajuan dalam


perawatan mengenai penampilan personal atau aktifitas

Play Participation

lain

1. Ikutsertakan dalam permainan

12. Bantu

pasien

meningkatkan

kesadaran

mengenai

2. Berekspresi gembira dalam permainan

kekuatan dan batasan dalam berkomunikasi dengan

3. Gunakan permainan untuk kemampuan sosial

orang lain

4. Ekspresikan perasaan selama bermain

13. Mengkonfrontasikan mengenai kerusakan penilaian oleh


pasien dengan cara yang tepat

Role Performance
1.
kemampuan menggunakan peran yang diharapkan
2.
mengetahui akan peran yang sesuai
3.
menunjukkan peran dalam keluarga
4.
menunjukkan peran dalam kelompok/masyarakat
5.
menunjukkan peran dalam lingkungan kerja
6.
mendiskripsikan perubahan perilaku karena
ketidakmampuan

14. Meminta dan mengharapkan komunikasi verbal


15. Memberikan umpan balik positif pada saat pasien
mampu memahami hal lain
16. Dukung pasien untuk mengubah lingkungan
17. Memfasilitasi masukan dari pasien dan perencanaan
untuk aktifitas di masa depan

21

Anda mungkin juga menyukai