Kelompok 8-Makalah Faktor Sistem Kardio
Kelompok 8-Makalah Faktor Sistem Kardio
KARDIOVASKULAR
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kebutuhan Oksigenasi I
Dosen Pembimbing : Ns. Henni Kusuma, S. Kep., M. Kep., Sp.KMB
Oleh
Andrian Setyo Hutomo
(22020111130040)
Bunga Anggraini
(22020111130027)
(22020111130039)
(22020111110104)
Thatit Sinubawardani
(22020111130052)
Wulan Suciningrum M
(22020111130097)
Sensor baroreseptor
Tekanan darah secara terus-menerus dipantau oleh sensor-sensor yang
disebut baroreseptor (mekanoreseptor). Refleks ini berperan penting dalam
menentukan kontrol regulasi denyut jantung dan tekanan darah.
Baroreseptor sensistif terhadap perubahan tekanan dan regangan arteri.
Baroreseptor menerima rangsangan berupa peregangan atau perubahan tekanan
arteri yang berlokasi di arkus aorta dan sinus karotikus. Reseptor ini juga
dirangsang oleh peregangan dinding aorta atau arteri karotis. Pada saat tekanan
darah arteri meningkat dan arteri meregang, reseptor-reseptor ini dengan cepat
mengirim impulsnya ke pusat vasomotor. Pusat vasomotor di hambat,
mengakibatkan vasodilatasi pada arteriol dan vena sehingga tekanan darah
menurun.
Dilatasi arteriol menurunkan tahanan perifer dan dilatasi vena
menyebabkan darah menumpuk pada vena sehinga mengurangi aliran balik vena
dan menurunkan curah jantung. Impuls aferen dari baroreseptor juga mencapai
pusat jantung di mana akan merangsang aktivitas pusat parasimpatis dan
darah kulit.
Mempertahankan tekanan arteri rata-rata (mean arteri pressure-MAP)
yang adekuat dengan memengaruhi diameter pembuluh darah. Sedikit
perubahan pada diameter pembuluh darah dapat menyebabkan perubahan
yang bermakna pada tekanan darah. Penurunan volume darah dapat
menyebabkan konstriksi pembuluh darah di seluruh tubuh kecuali
pembuluh darah yang memperdarahi jantung dan otak. Tujuannya adalah
untuk mengalirkan darah ke organ organ vital sebanyak mungkin.
Umumnya kontrol sistem persarafan terhadap tekanan darah
arteriol hampir selalu dalam keadaan konstriksi sedang yang disebut dengan
tonus vasomotor.
Derajat konstriksi setiap organ bervariasi. Umumnya pembuluh darah
arteriol kulit dan sistem pencernaan menerima impuls vasomotor lebih
sering dan cenderung berkonstriksi lebih kuat dibandingkan pembuluh
arteriol pada otot rangka. Peningkatan aktivitas simpatis menyebabkan
vasokonstriksi menyeluruh dan meningkatkan tekanan darah. Sebaliknya,
penurunan aktivitas simpatis memungkinkan relaksasi otot polos pembuluh
darah dan menyebabkan penurunan tekanan darah sampai pada nilai basal.
Umumnya serabut vasomotor mengeluarkan epinefrin yang merupakan
vasokonstriktor kuat, akan tetapi pada otot rangka beberapa serabut
vasomotor mengeluarkan asetilkolin yang menyebabkan dilatasi pembuluh
darah.
Kontrol Kimia
Kandungan oksigen atau pH darah turun atau kadar karbondioksida
dalam darah meningkat, maka kemoreseptor yang ada di arkus aorta dan
pembuluh-pembuluh darah besar di leher mengirim impuls ke pusat
vasomotor dan terjadilah vaasokonstriksi. Selanjutnya peningkatan tekanan
darah membantu mempercepat darah kembali ke jantung dan ke paru. Selain
itu sejumlah kimia darah yang terdapat pada otot polos atau pusat vasomotor
juga mempengaruhi tekanan darah. Hormon yang berfungsi sebagai kontrol
kimia adalah :
a. Hormon yang dikeluarkan oleh Medula Adrenal
Selama masa stress, kelenjar adrenal melepaskan norepinefrin dan
epinefrin ke dalam darah dan kedua hormon ini meningkatkan respons
fight or fight.
b. Faktor Natriuretik Atrium
Dinding atrium jantung mengeluarkan hormon peptide yang disebut
dengan faktor natriuretik atrial yang menyebabkan volume darah dan
tekanan darah menurun. Hormon ini adalah antagonis aldosterone dan
menyebabkan ginjal mengeluarkan garam dan air yang lebih banyak dari
tubuh, dengan demikian menurunkan volume darah. Hormon ini juga
menyebabkan dilatasi menyeluruh dan menurunkan pembentukan cairan
serebrospinal di otak.
c. ADH (Hormon Antidiuretik)
akan memicu
Angiotensin
II
juga
merangsang
korteks
adrenal
untuk
kerja
menghambat
tekanan
darah
melalui
beberapa
mekanisme
yaitu
Keterangan :
Angka-angka perubahan karena usia antara laki-laki dibanding
perempuan akan menunjukkan bahwa HDL pada laki-laki relatif tetap
pada angka yang sama, sedangkan pada perempuan menunjukkan adanya
kenaikan. Untuk total kolesterol dan LDL keduanya menunjukkan
adanya kenaikan dengan laju kecepatan yang sama.
Gender
Gender merupakan faktor yang berpengaruh karena perempuan
tampaknya lebih cepat dalam hal pertumbuhan fisiologis di segala usia.
Hipertensi
Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko yang paling
membahayakan karena biasanya tidak menunjukkan gejala sampai
kondisi telah menjadi lanjut atau kronis. Tekanan darah tinggi
menyebabkan tingginya gradient tekanan yang harus dilawan oleh
ventrikel kiri saat memompa darah. Tekanan tinggi yang tidak dikontrol
dapat menyebabkan suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat.
Merokok
Risiko merokok bergantung pada jumlah rokok yang digunakan
per hari, bukan pada lamanya seseorang merokok. Seseorang yang
merokok lebih dari satu bungkus rokok berisiko mengalami masalah
kesehatan, khususnya gangguan jantung daripada orang yang tidak
pernah merokok. 3 cara rokok memperburuk kondisi penyakit arteri
coroner :
1
sehingga
jantung
bekerja
lebih
berat
untuk
trombosit,
mengakibatkan
Diabetes Melitus
Penderita diabetes mellitus cenderung memiliki prevalensi
arteriosklerosis yang lebih tinggi, demikian pula pada kasus
arteriosclerosis
coroner
premature
dan
berat.
Hiperglikemia
Diet
Diet yang tinggi kalori, lemak total, lemak jenuh, gula dan garam
merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam timbulnya
penyakit hiperlipoproteinemia dan obesitas. Obesitas meningkatkan
beban kerja jantung. Orang yang mengalami obesitas juga berisiko
menderita infark miokardium Akut (IMA) yang disebabkan karena
tidak adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut pada arteri
coroner.
Homocysteine
Peran normal homocysteine (kadar homocysteine normal: 9
mg/dl)
adalah
mengendalikan
pertumbuhan
dan
menyokong
meningkatkan
trigliserida
dan
membentuk
LDL
untuk
penyakit
arterosklerosis
adalah
hiperhomosisteinemia.
Obat-obatan
Sistem sirkulasi terdiri atas jantung dan pembuluh darah sehingga
disebut juga sistem kardiovaskular. Banyak obat yang mempengaruhi
fungsi fisiologis dan biokimia kardiovaskular seperti stimulansia SSP,
depresansia SSP., dan obat otonom. Obat kardiovaskular adalah obat
yang mempunyai efek utama pada jantung dan pembuluh darah. Obat
yang termasuk dalam golongan obat-obatan kardiovaskular ialah:
1.
2.
3.
4.
5.
pH darah
Pusat kontrol pernapasan (brathing control center) kita berlokasi
di dua daerah otak, yaitu medula oblongata dan pons. Dibantu oleh
pusat kontrol di pons, pusat medula menentukan irama dasar
pernapasan. Ketika kita bernapas dalam-dalam, mekasnisme umpanbalik negatif mencegah paru-paru kita supaya tidak membesar secara
berlebihan; sensor peregangan dalam jaringan paru-paru mengirimkan
impuls saraf kembali ke medula, yang akan menhambat pusat kontrol
pernapasannya.
Pusat kontrol yang ada di medula oblongata juga membantu
mempertahankan homeostasis dengan cara memonitor kadar CO2 dalam
darah dan mengatur jumlah CO2 yang dibuang oleh alveoli ketika kita
menhembuskan napas. Petunjuk utama mengenai konsentrasi CO 2
datang dari munculnya sedikit perubahan pH darah dan cairan jaringan
(cairan serebrospinal) yang menggenangi otak. Karbon dioksida
bereaksi dengan air untuk membentuk asam karbonat, yang akan
menurunkan pH. Ketika pusat kontrol yang ada di medula oblongata
mendeteksi
sedikit
penurunan
pH
(peningkatan
CO2)
cairan
melalui
proses
yang
sama
dengan
proses
yang
dapat
dikelabui
dengan
ventilasi
yang
berlebihan
tubuh
mengalami
kekurangan
cairan.
Kondisi
ini
memeriksa
konsentrasi
kalium
serum.
Jika
tersedia,
Alkohol
Mengkonsumsi
inotropik
negative,
alkohol
dan
mengubah
dapat
keseimbangan
memperburuk
hipertensi,
cairan,
serta
DAFTAR PUSTAKA
Campbeli, Neil A. 2004. BIOLOGI Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Dalimartha, Setiawan., dkk. 2008. Care Your Self, Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus+.
Davey, Patrick. 2005. At A Glance Medicine. Jakarta: Erlangga
F. Roizen, Michael., C.Oz., Mehmet. 2007. You The Owners Manual. Yogyakarta: BFirst
Gray, Huon H dkk. 2003. Lecturer Notes: Kardiologi. Jakarta: Erlangga
Guyton AC, Hall JE.2007 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 11. Jakarta: EGC.
Guyton & hall. 1997. Kalium Dalam Cairan Ekstraselular. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika
Oman, Kathleen S. 2008. Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta : EGC
Planck, Nina. 2007. Real Food : Hidup Bebas Penyakit dengan Makanan Alami.
Yogyakarta: B-First
Saptawati, Lilik. 2009. Bersahabat dengan Penyakit Jantung. Yogyakarta: Kanisius
Timmreck, Thomas C. 2004. Epidemiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: EGC.