Anda di halaman 1dari 15

A.

Latar Belakang
Bayi dengan badan lahir rendah akan meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian
bayi. Berat badan lahir sangat menentukan prognosa dan komplikasi yang terjadi. Hal ini
akan bertambah buruk jika berat badan tidak bertambah untuk waktu yang lama.
Masalah yang mengancam pada BBLR dan BBLSR adalah resiko kehilangan panas dan ir
yang relative lebih besar karena permukaan tubuh reltif luas, jaringan lemak subkutan lebih
tipis, sehingga resiko kehilangan panas melalui kulit dan kekurangan cadangan energi lebih
besar. Daya tahan tubuh relative rendah karena prematuritas dan malnutisinya, juga fungsi
organ belum baik (terutama UK < 34 minggu), misalnya : system pernafasan, saluran cerna,
hati , ginjal, metabolisme dan system kekebalan. Bayi BBLSR mempunyai insiden
perumahsakitan kembali yang lebih tinggi selama tahun pertama kehidupan, jika dibanding
dengan bayi yang lebih besar, sebagai akibat dari hernia inguinalis, infeksi, pengobatan sisa
akibat prematuritas dan gangguan perawatan
B. Fenomena
Masalah kesehatan anak di tiap Negara berbeda, karena perbedaan lingkungan yang
mempengaruhinya. Namun secara garis besar masalah tersebut dikelompokkan menjadi dua
kategori. Masalah anak di Negara maju dan masalah anak di Negara berkembang. Pola
penyakit di Negara maju antara lain : keganasan, kecelakaan, kelainan genetic dan gangguan
psikologik. Sedangkan masalah anak di Negara berkembang yang saat ini terjadi adalah
penyakit infeksi, infeksi parasit dan penyakit kurang gizi. Dimana pola penyakit di Negara
berkembang juga pernah dialami oleh kelompok Negara maju 50-100 tahun yang lalu.
Indonesia dikategorikan dalam Negara berkembang, apalagi dengan adannya krisis ekonomi
yang berdampak pada aspek kesehatan. Tingkat social ekonomi yang rendah sering
dihubungkan dengan kelahiran bayi berat lahir rendah. Jadi baik tidaknya keadaan sosial
ekonomi suatu tempat dapat dilihat dari tinggi rendahnya angka kematian bayi (AKB). Di
Indonesia pada tahun 1980 AKB mencapai 46,0 % sedangkan di Singapura pada tahun yang
sama AKB 13,5 %.
C. Insidden
Frekuensi kejadian bayi lahir kurang dari masa gestasi 37 minggu (menurut U.S.
Collaborative Perinatal Study) adalah 7,1 % untuk kulit putih dan 17,9 % untuk kulit
berwarna. Kira-kira 1/3 bayi berat lahir rendah mempunyai masa gestasi 37 minggu atau
lebih. Kejadian bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram bervariasi antara 6 16 %.
Di bangsal Neonatus RSCM (1986) penyebab kematian neonatus adalah : cacat bawaan,
sindrom gawat nafas, infeksi, asfiksia, imaturitas (Markum, AH, 2002).
Tabel : Penyebab kematian Neonatus di Bangsal Neonatus RSCM Jakarta Tahun 1986
Penyebab
Kematian
Neonatus ( % )
Cacat bawaan
33.8
Sindrom gawat nafas
20.1
Infeksi
19.4
Asfiksia
17.7
Imaturitas (tidak spesifik)
6.3
Penyebab lain
3.2

BAB II
TINJAUAN TEORI
A.Definisi
Bayi berat lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
( berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir ).
Ada dua macam BBLR yaitu :
1. Bayi yang kurang bulan ( KB / SMK ) : bayi yang dilahirkan dengan umur kurang
dari 37 minggu.
2. Bayi kecil masa kehamilan ( KMK ) : bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir
kurang dari persentie ke-10 kurva pertumbuhan janin.
Sedangkan Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram disebut bayi berat lahir sangat
rendah ( BBLSR ).
B.Etiologi
Faktor Ibu :
1.
o Paritas
o Infertilitas
o Abortus spontan sebelumnya
o Bahan teratogonik ( alcohol, radiasi, obat )
o Penyakit kronis
o Keadaan penyebab Infusifiensi plasenta ( penyakit jantung, ginjal, paru,
hipertensi, dll )
Faktor Plasenta

Penyakit Vaskuler

Kehamilan ganda

Malformasi

Tumor

Faktor Janin

Kelainan kromosom

Malformasi

Infeksi congenital ( missal : rubella )

Kehamilan ganda

C. Tanda Klinis
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :

Berat kurang dari 2500 gram

Panjang kurang dari 45 cm

Lingkar dada kurang dari 30 cm

Lingkar kepala kurang dari 33 cm

Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

Kepala lebih besar

Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang

Otot hipotonik lemah

Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea

Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus

Kepala tidak mampu tegak

Pernapasan 40 50 kali / menit

Nadi 100 140 kali / menit

D. Pemeriksaan Diaknosis

Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia

Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan

Titer Torch sesuai indikasi

Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi

Pemantauan elektrolit

Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )

E. Penatalaksanaan
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi
harus dilakukan didalam incubator
2. Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh.
Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d
370 C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya
dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam
suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu
perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C
untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat
dilakukan melalui jendela atau lengan baju. Sebelum memasukkan bayi kedalam
incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan
berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian,
observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
4. Pemberin oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak
adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan
menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjangakan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang,
ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah
infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat
bayi.
6.Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya
hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui
kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat
lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.
Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan
Umur/hari
Jmlh ml/kg BB
1
50- 65
2
100
3
125
4
150

5
6
7
14
21
28

160
175
200
225
175
150

F. Prognosis
Pada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1501- 2500 gram adalah 95 %, tetapi berat
bayi kurang dari 1500 gram masih mempunyai angka kematian yang tinggi. Kematian diduga
karena displasia bronkhopulmonal, enterokolitis nekrotikans, atau infeksi sekunder.
BBLR yang tidak mempunyai cacat bawaan selama 2 tahun pertama akan mengalami
pertumbuhan fisik yang mendekati bayi cukup bulan dengan berat sesuai masa gestasi.
Pada BBLR , makin imatur dan makin rendah berat lahir bayi, makin besar kemungkinan
terjadi kecerdasan berkurang dan gangguan neurologik
G. Memulangkan Bayi
Sebelum pulang bayi sudah harus mampu minum sendiri, baik dengan botol maupum putting
susu ibu. Selain itu kenaikan berat badan berkisar antara 10 30 gram / hari dan suhu tubuh
tetap normal diruang biasa. Biasanya bayi dipulangkan dengan berat badan lebih dari 2000
gram dan semua masalah berat sudah teratasi.

Daftar Pustaka
1. Rustam Muchtar (1998). Sinopsis Obstetri, EGC. Jakarta.
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (1985), Ilmu Kesehatan Anak,
Jilid III, Jakarta, Balai Penerbit FKUI.
3. Saifudin, Abdul Bari dkk (2002), Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Edisi 1, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo,
Jakarta.
4. Wholey and Wong (1997), Essential of Pediatric Nursing, St. Louis
Mosby.
5. Rosa M Sacharin ( 1996 ), Prinsip Keperawatan Pediatrik, Jakarta, EGC
6. Sarwono P ( 1986 ), Ilmu Kebidanan, Edisi II, Cetakan 3, Jakarta,
Yayasan Bina Pustaka.
2.1 Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1
(satu) jam setelah lahir (3).

2.2 Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di
dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara

berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian


BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram

(4)

. BBLR termasuk

faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi
dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa
depan

(1,2)

. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan

daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter
diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan
analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target
BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat

2010 yakni maksimal 7% (2,3).


2.3 Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain
adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya

BBLR (3).
(1) Faktor ibu
a. Penyakit
Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
b. Komplikasi pada kehamilan.
Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-

eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.


c. Usia Ibu dan paritas
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu

dengan usia <>


d. Faktor kebiasaan ibu
Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan

ibu pengguna narkotika.


(2) Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
(3) Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-

ekonomi dan paparan zat-zat racun (4,7).


2.4 Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain (8):
Hipotermia

Hipoglikemia

Gangguan cairan dan elektrolit

Hiperbilirubinemia

Sindroma gawat nafas

Paten duktus arteriosus

Infeksi

Perdarahan intraventrikuler

Apnea of Prematurity

Anemia

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir

rendah (BBLR) antara lain (3,8):


Gangguan perkembangan

Gangguan pertumbuhan

Gangguan penglihatan (Retinopati)

Gangguan pendengaran

Penyakit paru kronis

Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit

Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

2.5 Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka
waktu <> dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang (8).


2.5.1 Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari

etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR (3):


Umur ibu

Riwayat hari pertama haid terakir

Riwayat persalinan sebelumnya

Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

Kenaikan berat badan selama hamil

Aktivitas

Penyakit yang diderita selama hamil

Obat-obatan yang diminum selama hamil

2.5.2 Pemeriksaan Fisik


Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain (3):
Berat badan <>

Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).

2.5.3 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain (3):
Pemeriksaan skor ballard

Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan

Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.

Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan

terjadi sindrom gawat nafas.


USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan <>

2.6 Penatalaksanaan/ terapi


2.6.1 Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 (3):
Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau

Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-

10 hari, dan umur 4-6 minggu)


2.6.2 Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan
pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan
memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap
sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil

yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama (6):


Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan
cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap

paling kurang sehari sekali.


Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari

selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.


Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan

keadaan bayi adalah sebagai berikut (3):


a. Berat lahir 1750 2500 gram
- Bayi Sehat
Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah
merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2
jam) bila perlu.

Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan

menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.


- Bayi Sakit
Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan

minum seperti pada bayi sehat.


Apabila bayi memerlukan cairan intravena:

Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama


Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil.
Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap

untuk menyusu.
Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas,

kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :


o Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah
mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan
ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan
bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau

tersedak.
b. Berat lahir 1500-1749 gram
- Bayi Sehat
Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak
dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke
dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan
dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa
batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya

memakan waktu lebih dari 1 minggu)


Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,


coba untuk menyusui langsung.
- Bayi Sakit
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan

IV secara perlahan.
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan

ASI setiap kali minum.


Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi

bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,

coba untuk menyusui langsung.


c. Berat lahir 1250-1499 gram
- Bayi Sehat
Beri ASI peras melalui pipa lambung

Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan

ASI setiap kali minum


Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
- Bayi Sakit
Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.

Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan

intravena secara perlahan.


Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap

kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
d. Berat lahir <>tidak tergantung kondisi)
Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama

Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian

cairan intravena secara perlahan.


Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan

ASI setiap kali minum


Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,

coba untuk menyusui langsung.


2.6.3 Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3):
Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,
seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau

ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
Ukur suhu tubuh dengan berkala

Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :


Jaga dan pantau patensi jalan nafas

Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit

Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,

gangguan nafas, hiperbilirubinemia)


Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu
berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
2.7 Pemantauan (Monitoring)
2.7.1 Pemantauan saat dirawat
a. Terapi
Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
b. Tumbuh kembang
Pantau berat badan bayi secara periodik

Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk

bayi dengan berat lair 1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500>
Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat

lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :


- Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari
- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar jumlah

pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari


- Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI

hingga 200 ml/kg/hari


- Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu.
2.7.2 Pemantauan setelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan
mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang
sebagai berikut (3,4):

Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.

Hitung umur koreksi

Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.

Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)

Awasi adanya kelainan bawaan

2.8 Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah

yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan (3):


1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko,
terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,

dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim,
tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar

mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi

sehat (20-34 tahun)


4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses

terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil
DAFTAR PUSTAKA
1. United Nations Childrens Fund/World Health Organization. Low Birthweight.
UNICEF,

New

York,

2004.

Avaliable

from

http://www.childinfo.org/areas/birthweight.htm. Last Update : Nov 2007 [diakses

tanggal 2 Desember 2007].


2. Setyowati T. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan
Rendah (Analisa data SDKI 1994). Badan Litbang Kesehatan, 1996. Avaliable from :
http://www.digilib.litbang.depkes.go.id. Last Update : 2003 [diakses tanggal 2

Desember 2007].
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar
Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ; 307-313.

4. World Health Organization (WHO). Development of a strategy towards promoting


optimal

fetal

growth.

Avaliable

from

http://www.who.int/nutrition/topics/feto_maternal/en.html. Last update : January 2007

[diakses pada tanggal 10 Desember 2007].


5. Mutalazimah. Hunbungan Lingkar Lengan Atas dan Kadar Hb Ibu Hamil dengan
Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Dalam : Jurnal Penelitian

Sains & Teknologi. Vol. 6. 2005; 114-126.


6. Suradi R. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Melihat situasi dan kondisi bayi. Avaliable
from : http://www.IDAI.or.id. Last Update : 2006. [diakses pada tanggal 10 Desember

2007].
7. Sitohang NA. Asuhan keperawatan pada bayi berat lahir rendah. Medan :
Universitas Sumatera Utara. 2004.

Anda mungkin juga menyukai