Biota Vol. V (3)
ISSN 0853-8670
107 - 114, Oktober 2000
Analisis Ekologi Kebiasaan Makan Kadal (Mabuya multifasciata) Di Kebun
Raya Indonesia Cabang Bali (Lacertilia : Scinidae)
(Ecological Feeding Analysis of (Mabuya multifasciata ) from Indonesian Botanical
Garden in Bali (Lacertilia : Seincidae))
Helen Kurniati, Agus H. Tjakrawidjaja & Ibnu Maryanto
Puslitbang Biologi-LIPI, Jin. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor
Abstract
The study of food habit of Mabuya multfasciata at Botanical Garden in Bali was carried
out. Quantitatively, the skin mainly feeds on insect; they were found that the proportion on
insect in their stomach were 84,59% and 3,40% of the others resources food were plant
‘materials. In general, skins tended to be opportunist food habit, but based on intraspesific
approach females tended to choose flying insect. More over based on grouping of sex (male
and female), body length and mounth width that there were no significant difference in
selection of particular size of prey. Pianka’s Index to reveal whether there was an
‘overlapping utilization of food resources among groups e.g. subadults, adult males ang
adult female. The result revealed that Pianka’s Index between adult males and adult
‘females tended to be different on foraging strategy.
Key words : skink, ecology, food habit, botanical garden.
Diterima : 5 Juli 1999; disetujui : 20 Oktober 1999
Pendahuluan
Pada lokasi Kebun Raya Indonesia
cabang Bali dijumpai kadal jenis Mabuya
multifasciata, Jenis kadal ini termasuk dalam
anggota suku Scinidae, Menurut Rooij (1915),
penyebarannya di Indonesia meliputi seluruh
kepulauan dan pada daerah dataran rendah
sampai ketinggian 1200 meter d.pl. Jenis kadal
i umumnya banyak dijumpai pada lantai
hutan yang terbuka yang ditutupi serasah daun,
oleh sebab itu kadal ini dikenal juga dengan
nama Kadal Kebun.
Keadaan habitat Kebun Raya Indonesia
cabang Bali adalah areal pada ketinggian
sekitar 1325 meter d.pl., yang ditumbuhi
tanaman perdu dengan lantai hutannya lembab
dan penuh serasah tumbuhan,
Dilihat dari perilaku berburu, sifat
mencar makan reptilia terbagi tiga, yaitu a)
duduk dan menunggu (sit and wait foragers),
contoh kelompok bunglon; b) berjalan simpang
siur (cruising foragers), contoh kelompok
cicak; dan c) pemburu intensif (intensive
foragers), kelompok kadal dan biawak
Kelompok kadal yang jelas sckali mempunyai
sift pemburu intensif adalah anggota suku
Scincidae (Regal, 1978). Selain itu Vitt (1991)
juga berpendapat bahwa suku Scincidae
‘mempunyai sifat bekemampuan mencari pakan
pada daerah yang luas (widely foragers).
Pada beberapa jenis kadal ternyata
berpengaruh terhadap memilih pakan berupa
invertebrata atau vertebrata Kecil. Selain itu
proporsi pakan terpilihnya juga bervariasi
(Avery, 1996; Kurniati & Maryanto, 1997; Vitt
dan Cooper, 1986).
Tujuan dari penelitian imi adalah
mengungkapkan ekologi kadal Mf multifasciata
yang berasal dari populasi Kebun Raya
Indonesia cabang Bali yang berdasarkan
kepada: (1) macam pakan dan spesifikasinya;
(2) pengaruh dimorfisme seksual terhadap polaAnalisis Ekologi Kebiasaan Makan Kadal
relung pakan alami dari lingkungan buatan
manusia,
Metode Penelitian
Semua contoh spesimen diperoleh dari
koleksi Museum Zoologi Bogor yang berasal
dari Kebun Raya Indonesia cabang Bali
Pengambilan contoh spesimen _dilakukan
dengan menggunakan alat perangkap “drift
fence” yang dipasang dalam areal penelitian
yaitu habitat yang ditumbuhi tanaman perdu
dengan lantai hutan lembab dan banyak serasah
daun, Lamanya pengambilan contoh sekitar
tiga bulan; berlangsung pada bulan Agustus
sampai Oktober 1984. Pemeriksaan perangkap
dilakukan pada jam 8.00 — 18.00 WITA.
Jumlah contoh spesimen Kadal M.
‘multifasciata yang diperoleh sebanyak 41 ekor
yang terdiri dari 15 ekor jantan, 17 ekor betina
dan 9 ekor pradewasa atau anakan. Contoh
spesimen dimdsukkan dalam —_kelompok
pradewasa bila belum terlihat tanda perbedaan
kelamin pada alat genetalia bagian dalam.
Semua contoh spesimen yang diperoleh di
lapangan dibius dengan eter, kemudian
direndam dalam formalin 10% untuk difiksasi.
Setelah sampai di laboratorium direndam
dalam alkohol 70%, termasuk lambung yang
telah diisolasi.
Parameter yang diukur adalah panjang
badan (moncong sampai anus atau SVL), leber
mulut (ML), jumlah mangsa dalam lambung,
panjang dan lebar mangsa, serla volume
mangsa. Identifikasi mangsa menggunakan
mikroskop binokuler yang —_dilengkapi
mikrometer pada lensanya.
Cara perhitungan jumlah — mangsa
mengikuti cara Berry (1965), yaitu kategori
bentuk mangsa dalam lambung terbagi dua
(1) mangsa berada dalam bentuk uth atau
hampir utuh dan (2) potongan kaki, sclerit,
sayap, kepala elytra, ovipositor, dan bentuk
Jainnya, Pethitungan untuk kategori 2 dengan
melihat jumlah kepala, jumlah pasangan sayap,
atau jumlah pasangan elytra untuk kelompok
kumbang.
108
Untuk perhitungan nilai tumpang tindih
relung digunakan Index Pianka (Krebs, 1989),
vyaitu
On __ Epi Pu
Ep oa
Keterangan :
Oj, = Index Pianka untuk tumpang tindih
relung jenis j dan k.
Pj; = perbandingan mangsa i yang
digunakan jenis j.
Px = perbandingan mangsa i yang
digunakan jenis k.
n= jumlah keseluruhan mangsa yang
igunakan oleh jenis j dan k.
Index Pianka (O) berkisar dari 0,00
(tidak ada tumpang tindih dalam pemilihan
lokasi pakan) sampai 1,00 (tumpang tindih
penuh dalam pemilihan pakan).
Untuk penghitungan volume mangsa
mengikuti Vit (1991) dengan menggunakan
rumus volume untuk benda bentuk “ovoid
spheroid”, yaitu :
V=4/3 (1/2) (wi2)
Keterangan
1 = panjang mangsa
w = lebar mangsa
Untuk —mengetahui pola —_bentuk
pengelompokan pakan yang dikonsumsi antara
Jantan dewasa , betina dewasa, dan pradewasa
‘maka digunakan analisa Komponen utama
menggunakan program paket SPSS-PC.
Hasil dan Pembahasan
Analisis isi lambung
Komposisi macam paka kadal_ M.
multifasciata dapat dilihat pada Tabel 1. Pada
tabel tersebut terlihat scrangga merupakan
sumber pakan utama (84,59%).
Biota Vol. V (3), Oktober 2000Helen Kurniati, etal
Avertebrata lain yang menjadi pakan mereka
adalah Isopoda, Diplopoda, —_Araneida,
Oligochaeta (cacing tanah), dan Moluska yang
mencapai 10.94%; selain itu juga dijumpai
material tumbuhan berupa daun, umbi, rumput,
dan buah pohon beringin sebanyak 3,40%
Urutan tiga besar macam pakan utama
dari kelompok serangga adalah Orthoptera
(19,62%), kemudian Hymenoptera (13,96%),
dan larva Coleoptera (10,57%). Urutan
presentase jumlah pakan terbanyak dalam
lambung ternyata berbeda dengan urutan
presentase jumlah lambung dari masing-
masing kelompok tiga besar macam pakan
tersebut, yaitu Orthoptera (60,46%), Hemiptera
(32,56%) dan Araneida (25,58%). Secara
intraspesifik (anggota kelompok dalam satu
jenis), komposisi macam pakan adalah sebagai
berikut (Tabel 2): kelompok betina dewasa
mengkonsumsi serangga 89,35%, dengan tiga
kelompok berpresentase besar Hymenoptera
(25,66%), Orthoptera (23,89%), dan Hemiptera
(16,81%); kelompok jantan dewasa mengkon-
sumsi serangga 85,06%, dengan tiga kelompok
berpresentase besar adalah _—Orthoptera
(24,14%), larva Lepidoptera (11,49%), dan
Fomicidae (9,19%); sedangkan _kelompok
pradewasa mengkonsumsi serangga 80,00%,
dengan tiga kelompok berpersentase besar
adalah Coleoptera (24,61%), Coleoptera
(20,00%), dan larva Lapidoptera (9,23%). Nilai
persentase serangga terbang yang dikonsumsi
pada kelompok jantan dewasa adalah 54,04%;
kelompok pradewasa mengkonsumsi 41,54%;
sedangkan kelompok —betina ~— dewasa
mengkonsumsi 77,85%. Dari hasil ini terlihat
kelompok betina dewasa cenderung untuk
mengkonsumsi serangga terbang lebih banyak
dibandingkan kelompok —pradewasa_ dan
kelompok jantan dewasa. Macam pakan selain
Arthropoda, kelompok —_betina. ~ dewasa
mengkonsumsi material tumbuhan sebanyak
7,07%, yaitu berupa umbi rumput dan buah
beringin; sedangkan kelompok jantan dewasa
sebanyak 1,15%. Dijumpainya material
tumbuhan dalam lambung M. multifasciata
juga dijumpai pada beberapa jenis kadal
berukuran tubuh besar dari anggota Scinidae
yang terdapat di Australia (Brown, 1991).
Index Pianka dilihat secara intraspesifik
antara betina dewasa dan jantan dewasa adalah
Biota Vol. V (3), Oktober 2000
0,29; antara betina dewasa dan pradewasa 0,74;
dan antara jantan dewasa dan pradewasa 0,73.
Terlihat kompetisi intraspesifik pada betina
dewasa dengan jantan dewasa sangat lemah
dibandingkan antarajantan dewasa dan
pradewasa. Perbedaan ini disebabkan berbeda
pemilihan sifat pakan kelompok dewasa.
Hasil pengukuran parameter panjang
tubuh (SVL) adalah sebagai berikut : betina
dewasa__mempunyai_—panjang —_tubuh
92,89412,27 mm (79,22 — 130,48 mm), jantan
dewasa 92,58#12,22 mm (77,34 - 127,50 mm),
dan pradewasa 72,14 + 8,16 mm (61,33 -
106,79 mm); sedangkan untuk parameter lebar
mulut (ML) betina dewasa mempunyai panjang
13,6742,32 mm (10,95 — 19,35 mm), jantan
dewasa 13,64#1,98 mm (10,65 — 19,63 mm),
jantan dewasa 10,9641,53 mm (8,62-15,50
mm).
Hasil analisis univarian (hanya pada
kelompok dewasa) dari kedua parameter di atas
ternyata tidak terdapat dimorfisme seksual
Hasil uji korelasi antara panjang tubuh dengan
volume pakan pada kelompok betina dewasa
tidak ada _(r° = 0,0001), pada kelompok jantan
dewasa tidak ada (r* = 0,1158), dan kelompok
pradewasa lemah sekali (1° = 0,2347); begitu
pula korelasi antara lebar mulut dengan volume
pakan pada kelompok betina dewasa tidak ada
(? = 0,1014), dan kelompok pradewasa lemah
sekali (P = 0,2110). Ukuran volume pakan
pada ketiga kelompok kadal sangat bervariasi:
pada kelompok pradewasa rata-rata 155,14
mm’, dengan rata-rata 432,33 mm’, dengan
kisaran antara 2,62-4105,01 mm’, sedangkan
pada kelompok betina dewasa rata-rata 134,91
mm’, dengan kisaran antara 0,78-2356,19 mm’.
Jumlah pakan dalam lambung pada
ketiga kelompok juga sangat bervariasi; kisaran
yang diambil dari data asli pada kelompok
pradewasa antara 1-21 individu, kelompok
Jantan dewasa antara 1-13 individu dan
kelompok betina dewasa antara 1-19 individu.
Hasil uji t antara jumlah pakan dalam lambung
dengan kelompok umur (betina dewasa, jantan
dewasa dan pradewasa) ternyata tidak berbeda
nyata (p>0,5). Hasil ini menunjukkan bahwa
jenis kelamin tidak berpengaruh kepada sedikit
banyaknya pakan yang ditelan
Dilihat dari macam pakan yang dipilih,
kelompok populasi kadal M. multifasciata
109Analisis Ekologi Kebiasaan Makan Kadal
cenderung dikategorikan sebagai _pemangsa
oportunis (tidak memilih mangsa yang akan
dimakan); tetapi_jika dilihat_—_secara
intraspesific, kelompok jantan dewasa dan
kelompok pradewasa cenderung_bersifat
oportunis, Karena tidak ada spesifikasi dalam
pemilihan macam pakan; sedangkan kelompok
betina dewasa cenderung bersifat selektif,
karena kelompok ini lebih memilih serangga
terbang sebagai pakan. Kebiasaan makan
kelompok kadal M. multifasciata sedikit
berbeda dengan kelompok kadal Emoia
baudini yang berasal dari dataran_ tinggi
Jayawijaya, Irian Jaya. Secara populasi kadal
E, baudini cenderung bersifat selektif, karena
lebih memilih serangga terbang sebagai pakan,
sedangkan secara individu mereka cenderung
bersifat oportunis, karena tidak berpengaruh-
nya antara pakan dengan ukuran tubuh kadal
(Kumniati & Maryanto, 1996). Pendapat Shine
(1988) yang menyatakan semakin besar ukuran
tubuh maka jenis tersebut semakin bersifat
oportunis tidak terbukti pada populasi kadal M.
multifasciata Karena pada kelompok kadal ini
kelompok betina dewasa berukuran tubuh rata-
rata lebih besar dibandingkan _kelompok
pradewasa cenderung bersifat selektif dalam
pemilihan pakan, sedangkan antara jantan
dewas yang mempunyai ukuran tubuh lebih
besar rata-rata dibandingkan —_pradewasa
cenderung sama-sama bersifat oportunis.
Menurut Shine (1993) yang banyak
mempelajari dimorfisme _seksual__pada
Kurniati dan Maryanto (1996)
dan Kumiati & Semiadi (1997) yang
mempelajari pengaruh dimorfisme seksual
terhadap relung pakan menyatakan bahwa
semakin besar perbedaan dimorfisme seksual
maka kelompok ular atau kadal_ tersebut
semakin berbeda dalam pemakaian mikro
habitat. Pada kelompok kadal M. multifasciata
dimorfisme seksual hampir dikatakan tidak ada
pada panjang tubuh dan lebar mulut, tetapi
terjadi perbedaan relung pakan cukup besar
antara betina dewasa dan jantan dewasa yang
ditandai oleh Indeks Pianka 0,29. Perbedaan ini
disebabkan kelompok betina dewasa cenderung
bersifat selektif, sedangkan Kelompok jantan
dewasa cenderung bersifat oportunis. Sifat
dimorfisme seksual pada kelompok kadal
M, multifasciata kemungkinan besar terdapat
110
pada anggota tubuh lain. Untuk membuktikan
hipotesis ini perlu dibuktikan lebih lanjut dari
ukuran tubuh selain panjang tubuh (SVL) dan
lebar mulut (ML).
Nilai Indeks Pianka antara betina dewasa
dan jantan dewasa kecil sekali, yaitu 0,29.
Menurut Vitt & Cooper (1986), nilai Indeks
Pianka yang kecil antara jantan dan betina
menunjukkan adanya perbedaan dalam strategi
mencari mangsa, misalnya _—_perbedaan
mikrohabitat tempat mencari mangsa atau
perbedaan waktu mencari mangsa, kecuali
pada saat musim kawin. Kecilnya nilai Indeks
Pianka ini bila mengikuti pendapat Vitt &
Cooper (1986) kemungkinan besar karena
adanya perbedaan dalam strategi _mencari
mangsa; kelompok betina dewasa cenderung
tertarik kepada mangsa bergerak cepat
(Serangga terbang), sedangkan _kelompok
jantan dewasa cenderung tidak —memilih
spesifikasi sifat mangsa.
Dijumpainya macam pakan berupa
‘material tumbuhan terdapat pada kelompok
betina dewas (7,07%) dan kelompok jantan
dewasa (1,15%), sedangkan pada kelompok
pradewasa tidak terdapat. Perbedaan ini hanya
dapat dijelaskan dari panjang tubuh (SVL).
Menurut Brown (1991) besarnya derajat sifat
herbivora pada anggota jenis suku Scincidae
yang terdapat di Australia tergantung kepada
ukuran tubuh, semakin besar ukuran tubuh
maka jenis tersebut_ semakin banyak
mengkonsumsi material tanaman. Panjang
tubuh pradewasa kadala M. multifasciata
memang rata-rata jauh dibawah panjang tubuh
kelompok betina dewasa dan kelompok jantan
dewasa.
Kesimpulan
Dari hasil analisis isi lambung kadal M
multifasciata dapat disimpulkan bahwa : (1)
secara intraspesific kelompok pradewasa dan
Jantan dewasa cenderung bersifat_pemangsa
oportunis, sedangkan kelompok betina dewasa
cenderung bersifat pemangsa selektif, (2)
pemilihan mangsa tidak dipengaruhi oleh
volume mangsa, hanya sifat mangsa (serangga
terbang) cenderung berpengaruh kepada
kebiasaan makan kelompok betina dewasa.
Biota Vol. V (3), Oktober 2000Helen Kurniati, etal
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih kami sampaikan
kepada Drs. Rosichon Ubaidillah yang telah
banyak membantu dalam identifikasi isi
lambung.
Daftar Pustaka
Avery, R.A. 1996. Food and Feeding Habits of
The Common Lizard —(Lacertilia
vivipara) in The West of England.
Journal Zoological London 149 : 115 ~
121.
Berry, P.Y. 1965. The Diet of Some Singapore
‘Anura (Amphibia). Proceeding
Zoological Society of London. 144 (1) :
163 ~ 167.
Brown, G.W. 1991. Ecological Feeding,
Analysis of Southastern Australian
Scincids (Reptilia Lacertilia).
Australian Journal Zoology. 39: 9 — 29.
Krebs, C.J. 1989. Ecblogical Methodology,
Harper and Row Publishers. New York.
Kumiati, H. & I. Maryanto. 1996, Studi
Pendahuluan Ekologi Dua Kadal
Simpatrik Emoia ~ Ditinjau Dari
Pakannya. Zoo Indonesia. (27) : 1-9.
Kumiati, H. & G. Semiadi. 1997. Perbedaan
Relung Dua Jenis Kadal_ Simpatrik
Emolia Asal Dataran Tinggi Jayawijaya,
Biota Vol. V (3), Oktober 2000
Irian Jaya: Ditinjau
Morfometrik (Lacertilia
Zoo Indonesia. 31 : 1 —11.
Regal, PJ. 1978. Behaviour Differences
Between Reptiles and Mamals : An
Analysis of Activity and Mental
Capabilities In : Greenberg, N & P.D.
Maclean (eds.). Behavior and Neurology
of Lizards. Pp 183 ~ 202. National
Institute of Mental Health. Maryland.
Rooij, N. de. 1915. The Reptiles of The Indo-
Australian Archipelago 1, Lacertilia,
Chelonia, Emydosauria. E.J. Brill
Leiden.
Shine, R. 1988. Food Habits and Reproductive
Biology of Small Australian Anakes of
The Genera Unechis and Suta (Elapidae).
Journal of Herpetology 22 (3): 307 ~
315.
Shine, R. 1993. Sexual Dimorphism in Snake
In: R.A. Seigel dan J.T. Collins. Snakes
Ecology and Behavior. pp. 49 — 86.
McGraw-Hill, Inc. New York.
LJ. 1991, An Introduction to The
Ecology of Cerrado Lizards. Journal of
Herpetology. 25 (1): 79 ~ 90.
LJ. & WE. Cooper. 1986. Feeding
Respons of Skinks (Eumeces laticeps) to
Velvet Ants (Dasymutilla occidentalis),
Journal of Herpetology. 22 (4) : 485 —
488,
Dari Variasi
Scincidae).
Vitt,
Vitt,
Wl