Anda di halaman 1dari 10

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Biokimia dengan judul Penentuan Kadar


Vitamin C yang disusun oleh :
Nama

: Fajar Hadianita Hernika

NIM

: 1313142013

Kelompok

: II (dua)

Kelas

:B

telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten yang
bersangkutan dan dinyatakan diterima.

Makassar,

Januari 2015

Koordinator asisten

Asisten

Andi Candra

Andi Candra
Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab

Prof.Dr.Sudding, M.Si
NIP. 196031 198601 1 007

I.

Judul Percobaan
Penentuan Kadar Vitamin C

II. Tujuan Percobaan


Dapat mengetahui kadar vitamin C dalam sampel dengan menggunakan
metode iodometri.
III. Landasan Teori
Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan antioksidan yang larut dalam
air (aqueous antioxidant). Senyawa ini, merupakan bagian dari sistem pertahanan
tubuh terhadap senyawa oksigen reaktif dalam plasma dan sel. Dalam keadaan
murni, vitamin C berbentuk kristal putih dengan berat molekul 176,13 dan rumus
molekul C6H6O6. Vitamin C juga mudah teroksidasi secara reversible membentuk
asam dihidro-L-asam askorbat dan kehilangan 2 atom hydrogen. Vitamin C
memiliki struktur yang mirip dengan struktur monosakarida, tetapi mengandung
gugus enadiol. Secara alami bentuk vitamin C adalah isomer-L. Isomer ini
memiliki aktivitas lebih besar dibandingkan dengan bentuk isomer-D. Aktivitas
vitamin C bentuk isomer D hanya 10% dari aktivitas isomer L (Behrman, 2007:
137).
Vitamin C atau asam askorbat dapat pula berfungsi sebagai pengawet
makanan. Makanan yang telah diberi vitamin C dapat bertahan selama beberapa
hari. Vitamin C merupakan antioksidan, sehingga selama makanan tersebut masih
mengandung vitamin C, maka yang akan teroksidasi adalah vitamin C nya dahulu.
Vitamin C sering di tambahkan pada minuman kemasan (Hery, 2009 : 48).
Asupan vitamin C kira-kira 120 sampai 180 mg per hari akan membuat
tubuh dapat membangun benteng menghadang berbagai serangan penyakit.
Vitamin C dapat mengatasi berbagai penyakit yang rentan hinggap pada wanita
menopause seperti serangan jantung. Beberapa jenis kanker dan katarak. Selain itu
dapat meningkatkan kadar HDL (kolesterol baik), menurunkan tekanan darah
tinggi serta mencegah kegemukan, kencing manis, dan radang sendi. Vitamin C
merupakan salah satu sumber antioksidan yang dapat memperlambat proses

penuaan dan mengatasi beberapa sindrom menopause seperti membantu


menghilangkan tekanan keadaan emosi yang labil (Emma, 2013: 46).
Asam askorbat sangat penting untuk pembentukan kolagen normal, defek
pada struktur kolagen berasal dari defisiensi vitamin yang menghasilkan banyak
manifestasi kolagen sebagian karena kegagalan menggabungkan hidrosiprolin dan
prolin. Vitamin C merupakan agen pereduksi kuat yang dengan mudah dioksidasi
dan dihancurkan dengan pemanasan. Adrenal dan lensa terutama mengandung
vitamin C tinggi. Fungsi asam askorbat pada sejumlah aktivitas enzimatik.
Tirosinemia sementara pada masa neonatal. Defisiensi asam askorbat dapat juga
merupakan faktor pada beberapa kasus anemia mengaloblastik dengan
mengganggu perubahan asam folat atau konjugasi lain (Hery, 2009: 225).
Vitamin C merupakan vitamin yang mudah larut dalam air. Vitamin ini perlu
dikonsumsi setiap hari untuk memenuhi kebutuhan zat gizi. Namun jangan
khawatir, karena hamper semua sayur dan buah mengandung vitamin C walaupun
dengan jumlah yang berbeda. Vitamin C sangat dibutuhkan oleh tubuh sebagai zat
antioksidan yang berguna untuk melawan radikal bebas. Vitamin C juga dapat
melindungi asam lemak tak jenuh rantai panjang. Vitamin C juga memiliki
peranan penting dalam meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus. Vitamin
peningkat tenaga yang penting ini sangat diperlukan untuk menjaga sistem
kekebalan tubuh agar sehat dan kuat. Vitamin C membantu tubuh menyerap zat
besi dari sayuran. Vitamin ini juga membantu melawan penyakit flu dan pilek.
Kelebihan vitamin C dalam tubuh akan di keluarkan setiap anda buang air kecil.
Ketika tubuh anda tidak mampu untuk menyimpan atau memproduksi vitamin ini,
pemenuhannya tergantung pada asupan harian anda yang seimbang (Emma, 2013:
49).
Beberapa sumber alami terbaik vitamin C adalah rosehip, blackcurrant,
berbagai jenis jeruk, berry, dan brokoli. Meskipun demikian, vitamin ini juga
terdapat pada buah-buah dan sayuran segar lainnya. Vitamin C dibuang setelah
dua atau tiga jam. Kebutuhan tubuh akan vitamin C pun meningkat tergantung apa
yang dikonsumsi seperti alkohol dan merokok. Vitamin C tergolong jenis vitamin
yang tidak stabil dan mudah rusak oleh panas, jadi sebaiknya makanlah buah dan
sayuran segar dan mentah. Vitamin C disebut juga asam askorbat. Untuk

membantu pertumbuhan jaringan, penyembuhan luka, pencegahan penyumbatan


aliran darah, dan pembentukan memar. Vitamin ini merupakan antioksidan yang
sangat baik dan jika dikonsumsi bersama vitamin E, dapat membantu
menghilangkan dampak polusi pada tubuh. Kekurangan vitamin C berakibat pada
penyerapan air, kurang tenaga, gangguan pencernaan, flu, dan infeksi
tenggorokan. Beberapa makanan yang merupakan sumber vitamin C yang baik
termasuk buah berry. Buah-buahan sitrus, sayuran berdaun hijau, jambu biji,
tomat, melon, dan cabai (Behrman, 2007: 139).
Kandungan vitamin C tertinggi pada cabai adalah 59,9 mg/100 ml. Cabai
diberi perlakuan penyimpanan pada suhu 10oC selama 15 hari, rata-rata
kandungan vitamin C mengalami penurunan yaitu dari 43,6 mg/100 ml menjadi
35,2 mg/100 ml. perlakuan suhu 20oC selama 15 hari penyimpanan, rata-rata
kandungan vitamin C mengalami penurunan yaitu dari 40,9 mg/100 ml menjadi
31,6 mg/100 ml. Perlakuan suhu 10oC dan 20oC penurunan rata-rata
kandunganvitamin C relative konstan. Hal ini dikarenakan suhu yang rendah
dapat menghambat respirasi, aktivitas enzim dan reaksi metabolisme ( Rani, 2009:
38).
Vitamin C disebut juga asam askorbat, merupakan vitamin yang paling
sederhana, mudah berubah akibat oksidasi, tetapi amat berguna bagi manusia.
Struktur kimianya terdiri dari rantai 6 atom C dan kedudukannya tidak stabil
(C6H6O6). Karena mudah bereaksi dengan O2 di udara menjadi asam
dehidroaskorbat. Vitamin ini merupakan fresh food vitamin karena sumber
utamanya adalah buah-buahan dan sayuran segar. Berbagai sumbernya adalah
jeruk, brokoli, brussel sprout, kubis, lobak dan strowberi. Bagi tumbuhan sendiri
fungsi vitamin C belum diketahui. Vitamin C pada tumbuhan merupakan
metabolit sekunder. Karena terbentuk dari glukosa melalui jalur asam Dglukoronat dan L-gulonat. Pada manusia, binatang menyusui tingkat tinggi, dan
marmot, biosintesis ini tidak terjadi karena adanya hambatan biosintetik
( Nurhayati, 2007: 40).
Semakin rendah suhu dan waktu penyimpanan dan pengolahan, maka akan
mempengaruhi kadar vitamin C dalam makanan. Sifat vitamin C yang tidak stabil
dan mudah larut dalam air. Laju kelarutan vitamin C bergantung pada suhu air.

Semakin tinggi suhu air, maka proses kelarutan vitamin C semakin cepat dan
semakin cepat pula penguapannya ( Asgar, 2006: 250).
IV.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.

Alat dan Bahan


Alat
Erlenmeyer asah
Mortal dan Lumpang
Gelas kimia 250 ml
Gelas kimia 100 ml
Buret 25 ml
Statif dan klem
Pipet volume 10 ml
Bulb
Gelas ukur 10 ml
Gelas ukur 50 ml
Neraca analitik
Pipet tetes
Batang pengaduk
Spatula
Corong biasa
Labu semprot
Gelas kimia 500 ml
Pembakar spiritus
Lap kasar
Lap halus

4 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
4 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah

u.

Kaki tiga dan kasa asbes

1 buah

2.
a.
b.
c.
d.
e.

Bahan
Vitamin C
Asam Sulfat 2 N
Larutan Iod 0,1 N
Larutan Natrium Tiosulfat
Larutan Kalium Permanganat

(C6H6O6)
(H2SO4)
(I2)
(Na2S2O3)
(KMnO4)

f.

Aquadest

(H2O)

g.
h.
i.
j.

Amilum
Tissue
Korek api
Spiritus

V. Prosedur Kerja
1. Sampel vitamin C
a. Digerus tablet vitamin C dan ditimbang sebanyak 0,3 gram ke dalam labu
Erlenmeyer.
b. Ditambahkan dengan 20 ml aquadest dingin yang telah dipanaskan.

c.
d.
e.
f.

Dikocok hingga vitamin C larut.


Ditambahkan 5 ml H2SO4 2 N .
Ditambahkan 10 ml larutan iod 0,1 N.
Dititrasi dengan larutan Natrium Tiosulfat hingga larutan berwarna kuning

muda.
g. Setelah larutan berubah warna menjadi agak muda ditambahkan indicator
amilum beberapa tetes.
h. Larutan kemudian dititrasi kembali hingga iod dalam larutan habis.
i. Dilakukan 3 kali penitaran (triplo).
j. Mencatat volume penitar yang digunakan .
2.
a.
b.
c.
d.

Blanko
Dimasukkan 20 ml aquadest ke dalam labu Erlenmeyer.
Ditambahkan dengan 5 ml H2SO4 2 N.
Ditambahkan 10 ml larutan Iod 0,1 N.
Dititrasi dengan larutan Natrium Tiosulfat hingga larutan berwarna kuning

muda.
e. Setelah larutan berubah warna menjadi agak muda ditambahkan indicator
amilum beberapa tetes.
f. Larutan kemudian dititrasi kembali hingga iod dalam larutan habis.
g. Mencatat volume penitar yang digunakan.
VI. Hasil Pengamatan
1. Sampel Vitamin C
No.
Perlakuan
1. 300 mg vitamin C + 20 ml air
(kuning)

(bening)

Yang telah dipanaskan

2.

Larutan + 5 ml H2SO4 2 N
(bening)

3.

Campuran + 10 ml Iod 0,1 N


(coklat)

4.

Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N


( bening)

Pengamatan
Erlenmeyer I : larutan kuning
Erlenmeyer II : larutan kuning
Erlenmeyer III: larutan kuning

Erlenmeyer I : larutan kuning


Erlenmeyer II : larutan kuning
Erlenmeyer III: larutan kuning
Erlenmeyer I : larutan coklat
pekat
Erlenmeyer II : larutan coklat
pekat
Erlenmeyer III: larutan coklat pekat
Erlenmeyer I : V = 1,8 ml
Erlenmeyer II : V = 1,5 ml
Erlenmeyer III: V = 1,6 ml

5.

Campuran + beberapa tetes amilum

Erlenmeyer I : larutan hijau


kekuning
Erlenmeyer II : larutan hijau
kekuning
Erlenmeyer III: larutan hijau
kekuning

2.

Blanko

No.
Perlakuan
1. 20 ml air + 5 ml H2SO4 2 N
(bening)

2.

Pengamatan
larutan bening

(bening)

Campuran + 10 ml Iod 0,1 N

larutan berwarna merah

(coklat)

4.

Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N


( bening)

5.

Ditambahkan beberapa tetes amilum

Larutan bening
Volume penitar = 9,8 ml
Larutan bening

VII. Analisis Data


Kadar vitamin C
Diketahui :
Mr vitamin C
: 176 mg/ mmol
Massa vitamin C
: 300 mg / 0,300 gram
Volume rata-rata penitar : 1,63 ml
Volume blanko
: 9,8 ml
Ditanyakan :
Kadar vitamin C..?
Penyelesaian :
Mg vitamin C
= (N x V) tio x Mr vitamin C
n
= 0,1 meq/ml x 176 mg/mmol
1 meq/mmol
= 17,6 mg
jadi, 1 ml Na2S2O3 0,1 N 17,6 mg vitamin C. Sehingga :
Berat praktek vitamin C
= (v blanko-v vitamin C) x mg vitamin C
= (9,8 ml- 1,63 ml) x 17,6 mg/ml
= 8,17 ml x 17,6 mg/ml = 143,792 mg
Kadar vitamin C
= berat praktek x 100 %
berat teori
= 143,792 mg x 100 %
300 mg
= 47,93 %
VIII. Pembahasan

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar vitamin C dan


membandingkan jumlah volume Natrium Tiosulfat yang digunakan antara sampel
dan blanko. sebelum dilarutkan, vitamin C digerus terlebih dahulu agar mudah
larut.Aquadest yang digunakan untuk melarutkan adalah aquadest dingin yang
telah dipanaskan terlebih dahulu agar tidak ad alai zat-zat pengotor yang dapat
mengganggu jalannya reaksi. Setelah vitamin C larut ditambahkan dengan H2SO4
2 N yang berfungsi untuk menghambat terjadinya oksidasi dengan member
suasana asam pada larutan. Karena H2SO4 merupakan asam kuat yang bila di
larutkan dalam air dapat memperbesar konsentrasi ion H+ . Lalu ditambahkan juga
dengan larutan Iod 0,1 N yang berfungsi untuk memutuskan ikatan rangkap antara
atom C nomor 2 dan atom C nomor 3, reaksinya:
O

O H

O H

I2

H 2O

O H

O H

CH

CH
O H

CH
CH2OH

O H

O H

CH
CH2OH

Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah indicator amilum yang
akan berwarna biru bila bereaksi dengan iod. Larutan dititrasi dengan Na2S2O3
sebanyak tiga kali (triplo). Dari hasil percobaan didapatkan volume rata-rata
penitaran adalah 1,63 ml. Dilakukan pula penitaran blanko ( tanpa vitamin C),
didapatkan volume penitaran adalah 9,80 ml. Penggunaan Na2S2O3 lebih banyak
oleh blanko dari sampel karena iod telah terikat oleh vitamin C pada sampel
sedangkan pada blanko tidak menggunakan vitamin C. Berdassarkan hasil
perhitungan diperoleh kadar vitamin C yaitu 47,93%. Reaksinya :
oksidasi: 2S2O32S4O62- + 2e
reduksi : I2 + 2e
2I2I2 + 2S2O3
S4O62- + 2IReaksi lengkap: I2 + 2Na2S2O3

IX. Penutup

2NaI + Na2S2O3

1.

Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
kadar vitamin C dalam sampel vitamin C adalah 47,93%.

2.

Saran
Disarankan kepada praktikan agar lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan percobaan agar diperoleh hasil yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Asgar, dkk. 2006. Optimalisasi Cara, Suhu, Dan Lama Blansing Sebelum
Pengeringan Pada Wortel. Jurnal Hort. Vol. 16 Nomor 3
Behrman,dkk. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC
Emma. 2013. Agar Tetap Sehat, Cantik, Dan Bahagia Di Masa Menopause.
Jakarta: Gramedia
Hery. 2009. Antioksidan Alami Dan Radikal Bebas. Jakarta: Layar Ilmu

Nurhayati,dkk. 2007. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap


Penurunan Kadar Vitamin C Brokoli. Jurnal Anatomi Dan Fisiologi. Vol.
XV Nomor 2
Rani,dkk. 2009. Pengaruh Suhu Dan Lama Penyimpanan Terhadap Kandungan
Vitamin C Pada Cabai Rawit putih. Jurnal Biologi Vol. XIII Nomor 2

Anda mungkin juga menyukai