NIM
: 1313142013
Kelompok
: II (dua)
Kelas
:B
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten yang
bersangkutan dan dinyatakan diterima.
Makassar,
Januari 2015
Koordinator asisten
Asisten
Andi Candra
Andi Candra
Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab
Prof.Dr.Sudding, M.Si
NIP. 196031 198601 1 007
I.
Judul Percobaan
Penentuan Kadar Vitamin C
Semakin tinggi suhu air, maka proses kelarutan vitamin C semakin cepat dan
semakin cepat pula penguapannya ( Asgar, 2006: 250).
IV.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
4 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
4 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
u.
1 buah
2.
a.
b.
c.
d.
e.
Bahan
Vitamin C
Asam Sulfat 2 N
Larutan Iod 0,1 N
Larutan Natrium Tiosulfat
Larutan Kalium Permanganat
(C6H6O6)
(H2SO4)
(I2)
(Na2S2O3)
(KMnO4)
f.
Aquadest
(H2O)
g.
h.
i.
j.
Amilum
Tissue
Korek api
Spiritus
V. Prosedur Kerja
1. Sampel vitamin C
a. Digerus tablet vitamin C dan ditimbang sebanyak 0,3 gram ke dalam labu
Erlenmeyer.
b. Ditambahkan dengan 20 ml aquadest dingin yang telah dipanaskan.
c.
d.
e.
f.
muda.
g. Setelah larutan berubah warna menjadi agak muda ditambahkan indicator
amilum beberapa tetes.
h. Larutan kemudian dititrasi kembali hingga iod dalam larutan habis.
i. Dilakukan 3 kali penitaran (triplo).
j. Mencatat volume penitar yang digunakan .
2.
a.
b.
c.
d.
Blanko
Dimasukkan 20 ml aquadest ke dalam labu Erlenmeyer.
Ditambahkan dengan 5 ml H2SO4 2 N.
Ditambahkan 10 ml larutan Iod 0,1 N.
Dititrasi dengan larutan Natrium Tiosulfat hingga larutan berwarna kuning
muda.
e. Setelah larutan berubah warna menjadi agak muda ditambahkan indicator
amilum beberapa tetes.
f. Larutan kemudian dititrasi kembali hingga iod dalam larutan habis.
g. Mencatat volume penitar yang digunakan.
VI. Hasil Pengamatan
1. Sampel Vitamin C
No.
Perlakuan
1. 300 mg vitamin C + 20 ml air
(kuning)
(bening)
2.
Larutan + 5 ml H2SO4 2 N
(bening)
3.
4.
Pengamatan
Erlenmeyer I : larutan kuning
Erlenmeyer II : larutan kuning
Erlenmeyer III: larutan kuning
5.
2.
Blanko
No.
Perlakuan
1. 20 ml air + 5 ml H2SO4 2 N
(bening)
2.
Pengamatan
larutan bening
(bening)
(coklat)
4.
5.
Larutan bening
Volume penitar = 9,8 ml
Larutan bening
O H
O H
I2
H 2O
O H
O H
CH
CH
O H
CH
CH2OH
O H
O H
CH
CH2OH
Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah indicator amilum yang
akan berwarna biru bila bereaksi dengan iod. Larutan dititrasi dengan Na2S2O3
sebanyak tiga kali (triplo). Dari hasil percobaan didapatkan volume rata-rata
penitaran adalah 1,63 ml. Dilakukan pula penitaran blanko ( tanpa vitamin C),
didapatkan volume penitaran adalah 9,80 ml. Penggunaan Na2S2O3 lebih banyak
oleh blanko dari sampel karena iod telah terikat oleh vitamin C pada sampel
sedangkan pada blanko tidak menggunakan vitamin C. Berdassarkan hasil
perhitungan diperoleh kadar vitamin C yaitu 47,93%. Reaksinya :
oksidasi: 2S2O32S4O62- + 2e
reduksi : I2 + 2e
2I2I2 + 2S2O3
S4O62- + 2IReaksi lengkap: I2 + 2Na2S2O3
IX. Penutup
2NaI + Na2S2O3
1.
Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
kadar vitamin C dalam sampel vitamin C adalah 47,93%.
2.
Saran
Disarankan kepada praktikan agar lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan percobaan agar diperoleh hasil yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Asgar, dkk. 2006. Optimalisasi Cara, Suhu, Dan Lama Blansing Sebelum
Pengeringan Pada Wortel. Jurnal Hort. Vol. 16 Nomor 3
Behrman,dkk. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC
Emma. 2013. Agar Tetap Sehat, Cantik, Dan Bahagia Di Masa Menopause.
Jakarta: Gramedia
Hery. 2009. Antioksidan Alami Dan Radikal Bebas. Jakarta: Layar Ilmu