BELLS PALSY
IDENTITAS PASIEN
Nama
Bp. S
Umur
75 tahun
Jenis Kelamin
Laki - laki
Alamat
Salatiga
Pekerjaan
Tidak bekerja
Tanggal Periksa
05 08 2015
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Mulut terasa mencong ke sisi sebelah kanan
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu
PEMERIKSAAN
Vital Sign
TD
: 140 / 100 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Pemeriksaan Fisik
- Mata
: CA -/-, SI -/- Telinga
: dbn
- Hidung
: dbn
- Thorax
: dbn
-Abdomen : dbn
- extermitas : dbn
PEMERIKSAAN
STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran
: Compos mentis
Kuantitatif (GCS)
: E4V5M6
Orientasi
(tempat, waktu, orang, sekitar) : Baik
Daya ingat kejadian
: Baik
Kemampuan bicara
: Baik
Sikap tubuh
: Baik
Cara berjalan
: Normal
PEMERIKSAAN
NERVUS KRANIALIS
Nervus I
Nervus II
dbn
Berkurang pada
jarak jauh
Nervus III,IV,VI
dbn
Nervus V
Nervus V (Trigeminus)
Dextra
Sinistra
Menggigit
+ (tidak simetris)
Membuka mulut
Nervus VIII
+ (tidak simetris)
dbn
Nervus IX
dbn
Nervus X
dbn
Nervus XI
dbn
Inspeksi:
Mata : sklera tampak hiperemis, tampak air mata terkumpul di
sudut mata sebelah kiri
Kerutan dahi sisi kanan ++ di sisi kiri wajah -, sisi wajah
tampak sedikit tidak simetris, mulut tampak mencong ke kanan.
Palpasi : hangat (-), nyeri tekan (-)
N. VII ( Fasialis )
Dextra
Sinitra
Mengerutkan dahi
Kerutan dahi
kurang
Tidak
Sempurna
Sudut
nasolabialis
tidak sempurna
-
Bersiul
Mengedip
Meringis
Menutup mata
Tidak
sempurna
+
Sudut
nasolabialis
(+)
+
PEMERIKSAAN
UGO FISCH
POSISI
NILAI
PERSENTASE (%)
SKOR
20
70%
14
Mengerutkan
10
30%
Menutup Mata
30
0%
Tersenyum
30
30%
Bersiul
10
30%
Dahi
TOTAL
29
PEMERIKSAAN
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : paresis N. VII sinistra
Diagnosis Topis : N. VII perifer
Diagnosis Etiologis : Susp. Bells palsy
TERAPI
Metylprednison tab 3 x 8 mg
Acyclovir tab 3 x 400 mg
Mecobalamain 2 x 1 tablet
RUMUSAN MASALAH
Apakah
DEFINISI
Bells palsy merupakan kelemahan wajah
dengan tipe lower motor neuron yang
disebabkan oleh keterlibatan saraf fasialis
idiopatik di luar sistem saraf pusat, tanpa
adanya penyakit neurologik lainnya. Sindrom
ini pertama sekali dideskripsikan pada tahun
1821 oleh seorang anatomis dan dokter bedah
bernama Sir Charles Bell.
ANATOMI
Serabut
somatomotorik
Serabut
Viseromotorik
Serabut Viserosensorik
Serabut somato
sensorik
ETIOLOGI
Teori Iskemik
Vaskuler
ETIOLOGI
Teori Immunologi
Teori Herediter
PATOFISIOLOGI
2.
3.
4.
Lesi
saraf
setelah
keluar
foramen
stylomastoideus : gejala motorik kelumpuhan
otot wajah 1 sisi.
Lesi pada canalis facialis : gejala motorik spt no
1 diatas + hilangnya sensasi 2/3 anterior lidah,
penurunan produksi saliva, hiperacusis (efek
persarafan m. stapedius)
Lesi pada ganglion geniculatum : semua gejala
no 1 & 2 diatas + rasa nyeri dibelakang telinga
Lesi intrakranial atau dekat meatus acusticus
internus : gejala no 1, 2, 3 diatas + ketulian
(deafness) karena terkenanya N VIII
GAMBARAN KLINIS
Seringnya akut, hampir selalu unilateral, sering
diketahui setelah bangun tidur
Kelumpuhan semua otot mimik
Waktu diam :
kerutan dahi hilang
Alis lebih rendah
Lipatan nasolabial hilang
Bentuk lubang hidung tidak simetris
DIAGNOSIS
Anamnesis
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan neurologis ditemukan parese N.VII tipe
perifer.
Gerakan volunteer yang diperiksa, dianjurkan minimal:
Mengerutkan dahi
Memejamkan mata kelopak mata pada sisi yang
lumpuh tetap terbuka (lagoftalmus) dan bola mata
berputar ke atas (phenomena Bell)
Mengembangkan cuping hidung
Tersenyum
Bersiul
Mengencangkan kedua bibir
Interpretasi Nilai
Derajad
1 (100) : Normal
Derajad 2 ( 75 99) : Kelumpuhan ringan
Derajad 3 ( 50 74) :( Kelumpuhan sedang
Derajad 4 (25 49) : Kelumpuhan sedang berat
Derajad 5 (1 24) : Kelumpuhan berat
Derajad 6 (0) : kelumpuhan total
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang
Bells
palsy merupakan diagnosis klinis sehingga
pemeriksaan
penunjang
perlu
dilakukan
untuk
menyingkirkan etiologi sekunder dari paralisis saraf
kranialis.
Pemeriksaan radiologis dengan CT-scan atau radiografi
polos dapat dilakukan untuk menyingkirkan fraktur,
metastasis tulang, dan keterlibatan sistem saraf pusat (SSP)
Pemeriksaan MRI dilakukan pada pasien yang dicurigai
neoplasma di tulang temporal, otak, glandula parotis, atau
untuk mengevaluasi sklerosis multipel. Selain itu, MRI
dapat memvisualisasi perjalanan dan penyengatan kontras
saraf fasialis.
DIAGNOSIS BANDING
Otitis
GBS
media
Myastenia
Tumor
Gravis
metastase
Multiple sklerosis
TERAPI
FARMAKOLOGI
TERAPI
OPERATIF
REHABILITASI
MEDIK
FARMAKOLOGI
Kortikosteroid
OPERATIF
Terapi
REHABILITASI MEDIK
Tujuan rehabilitasi medik pada Bells palsy adalah
untuk
mengurangi/mencegah
paresis
menjadi
bertambah dan membantu mengatasi problem sosial
serta psikologinya agar penderita tetap dapat
melaksanakan aktivitas kegiatan sehari-hari.
Fisioterapi
Pemanasan
PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis Bells palsy baik: sekitar 80
90%.
Faktor resiko yang memperburuk prognosis Bells palsy
adalah :
Usia di atas 60 tahun
Paralisis komplit
Menurunnya fungsi pengecapan atau aliran saliva pada
sisi yang lumpuh
Nyeri pada bagian belakang telinga, dan
Berkurangnya air mata
PEMBAHASAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PEMBAHASAN
N. VII ( Fasialis )
Dextra
Sinitra
Mengerutkan dahi
+
Tidak
sempurna
Kerutan dahi
kurang
Tidak
Sempurna
+
Sudut
nasolabialis
(+)
Sudut
nasolabialis
tidak sempurna
Bersiul
Mengedip
Meringis
PEMERIKSAAN
UGO FISCH
POSISI
NILAI
PERSENTASE (%)
SKOR
20
70%
14
Mengerutkan
10
30%
Menutup Mata
30
0%
Tersenyum
30
30%
Bersiul
10
30%
Dahi
TOTAL
29
Derajad 4 (25 49) : Kelumpuhan
sedang berat
TERIMA KASIH