Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK

BLOK VIII
KEHAMILAN PATOLOGIS
MODUL 2 : TIDAK TERIMA JOB MANGGUNG DULU

Disusun oleh : Kelompok I

Tutor : dr. Evi Fitriani, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013/2014
KATA PENGANTAR
1

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nyalah makalah Modul 2 tentang Kehamilan Patologis dengan judul skenario TIDAK
TERIMA JOB MANGGUNG DULU ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari diskusi kelompok kecil (DKK) kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini, antara lain :
1. Dr. Evi Fitriani, M.Kes. selaku tutor yang telah membimbing kami dalam melaksanakan
diskusi kelompok kecil (DKK).
2. Teman-teman kelompok I yang telah mencurahkan pikiran dan tenaganya sehingga
diskusi kelompok kecil (DKK) 1 dan 2 dapat berjalan dengan baik dan dapat
menyelesaikan makalah hasil diskusi kelompok kecil (DKK) kelompok I.
3. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman angkatan 2012
dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Akhirnya, seperti pepatah mengatakan tiada gading yang tak retak, tentunya makalah
ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran serta kritik yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari isi makalah hasil diskusi kelompok
kecil (DKK) ini.

Samarinda, 24 Oktober 2013


Penyusun

Kelompok I
DAFTAR ISI

Halaman judul.........................................................................................................1
Kata pengantar.........................................................................................................2
Daftar isi..................................................................................................................3
BAB.I

PENDAHULUAN
Latar Belakang.....................4
Manfaat ...........................4

BAB.II ISI
Skenario ......5
Step 1...6
Step 2...6
Step 3.......6
Step 4.......13
Step 5.......14
Step 6.......
Step 7.......

BAB.III PENUTUP
Kesimpulan.
Saran ..
Daftar pustaka........
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa kehamilan awal merupakan masa yang rentan bagi seorang calon ibu. Berbagai
kelainan baik yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan kehamilan dapat
mengancam wanita hamil beserta janin yang dikandungnya. antara lain hiperemesis
gravidarum, abortus, kehamilan ektopik terganggu, serta mola hidatidosa. Penting bagi
mahasiswa kedokteran untuk memahami prinsip-prinsip pada kelainan tersebut, dari etiologi,
patogenesis, gejala klinis, diagnosis banding, sampai bagaimana penatalaksanaannya. Pada
makalah ini, bahasan kami batasi hanya pada kelainan yang berhubungan langsung dengan
kehamilan.

1.2 Manfaat Modul


Pada modul 2 ini skenario yang ditawarkan sangat jelas dan saling melengkapi antara
kuliah dan diskusi kelompok kecil. Berdasarkan skenario pada modul 2 ini, kami akan
mempelajari tentang kehamilan patologis yang meliputi hiperemesis gravidarum, kehamilan
ektopik, abortus dan mola hidatidosa.

BAB II
ISI

SKENARIO
TIDAK TERIMA JOB MANGGUNG DULU
Dalam wawancaranya dengan wartawan infotainment, manajer Wulan Jamilah
menyatakan bahwa kliennya tidak akan menerima job manggung dalam beberapa bulan kedepan.
Penyanyi dangdut yang baru berusia 20 tahun tersebut belakangan menjadi bahan pemberitaan,
seputar pernikahan diam-diamnya dengan seorang produser musik, yang merupakan duda
beranak tiga. Ia bercerita bahwa kemarin Wulan dibawa ke UGD RS dengan kondisi lemah dan
terlihat pucat setelah mengalami mual-mual dan muntah sepanjang hari disertai nyeri perut.
Wulan menyatakan bahwa dalam 4 minggu terakhir ia mengalami mual-mual terutama pagi hari,
dan sejak 1 minggu ini terasa semakin berat karena mengalami muntah sepanjang hari lebih dari
10 kali sehari.
Dokter Novia yang memeriksa mendapatkan kalau Wulan ternyata mengalami
perdarahan pervaginam sejak 5 hari yang lalu. Pada mulanya keluar sedikit-sedikit berupa bercak
yang disangka Wulan karena haid, namun berlangsung hanya 1 hari. Sejak 2 hari ini timbul
perdarahan lagi disertai nyeri dan perasaan mulas pada perut bagian bawah. Kali ini keluar darah
lebih banyak, bahkan sesaat sebelum dibawa ke RS keluar gumpalan darah bercampur jaringan.
Wulan menuturkan kalau ia tidak haid sejak 2 bulan lalu setelah melepas kontrasepsi. Karena
riwayat amenore tersebut Dokter Novia kemudian meminta dilakukan tes kehamilan, dan dari
pemeriksaan urine memang menunjukkan hasil positif. Dokter Novia menyatakan bahwa
kelainan yang dialami Wulan tersebut berhubungan langsung dengan kehamilannya, sekaligus
meminta agar Wulan bisa dirawat inap dan dilakukan penatalaksanaan sesuai protap.

2.1 STEP 1: TERMINOLOGI SULIT


1. Perdarahan Pervaginam

: perdarahan yang melaui vagina, dibagi menjadi


antepartum maupun postpartum

2. Amenorea

: tidak terjadi haid pada seorang perempuan


5

3. Protap

prosedur

tetap,

penatalaksanaan

setelah

terdiagnosisnya suatu penyakit.


4. Kontrasepsi

usaha-usaha

yang

dilakukan

untuk

mencegah

kehamilan
2.2 STEP 2: IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa penyebab mual dan muntah dengan frekuensi yang meningkat?
2. Apa penyebab terjadinya perdarahan pervaginam?
3. Jaringan apa yang keluar bersamaan dengan darah?
4. Mengapa terjadi nyeri dan mulas pada perut bagian bawah Wulan?
5. Mengapa Wulan terlihat pucat dan lemah?
6. Apa perbedaan pada perdarahan yang terjadi pada Wulan 5 hari yang lalu dengan perdarahan
yang terjadi saat ini?
7. Bagaimana diagnosa yang mungkin terjadi pada Wulan?
8. Protap apa yang dapat dilakukan pada Wulan?
9. Apa saja resiko yang dapat terjadi pada hamil muda?

2.3 STEP 3: ANALISA MASALAH


1.

- Mual dan muntah dapat dialami oleh ibu hamil karena ketidakstabilan hormon pada saat
kehamilan. Mual dan muntah merupakan gejala yang fisiologis terjadi pada kehamilan
trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari (Morning Sickness), tetapi dapat
pula timbul pada setiap saat ataupun malam hari. Mual dan muntah terjadi pada 60-80%
primigravida dan 40-60% pada multigravida. Perasaan mual ini disebabkan oleh
meningkatnya kadar estrogen, progesteron dan HCG dalam darah

yang langsung

merangsang pusat muntah dan mual pada otak.


6

-Selain itu, refleks mual muntah dapat disebabkan oleh menurunnya tonus sfingter
esophageal bagian bawah, meningkatnya tekanan intragastrik, menurunnya tonus sfingter
pilori

dan

kegagalan

mengeluarkan

asam

lambung,

meyebabkan

terjadinya

gastroesofageal refluks.
-Mual dan muntah ibu hamil juga dapat terjadi karena faktor psikologis si ibu.
2. Pendarahan Pervaginam
Sekitar 20% wanita hamil pernah mengalami perdarahan pada awal kehamilan dan
separuhnya mengalami abortus. Penyebab perdarahan pada kehamilan trimester I sering
sulit ditentukan walaupun telah dilakukan pemeriksaan lengkap. Pada beberapa wanita
hamil dapat terjadi pula perdarahan dalam jumlah sedikit yang disebabkan oleh
penembusan villi khorialis ke dalam desidua saat implantasi ovum.
Kemungkinan penyebab terjadinya perdarahan pada kasus skenario diatas, yaitu:
a) Abortus
Abortus dipakai untuk menunjukan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut
abortus spontan. Abortus buatan adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu
dengan tindakan. Abortus terapeutik ialah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi
medik.
Pada awal abortus terjadi perdarahan pada desidua basalis kemudian diikuti
nekrosis jaringan disekitarnya. Hal itu menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian
atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini
menyebabkan uterus berkontraksi untuk melepaskan isinya. Pada kehamilan kurang
dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena vili khoriales
belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8-14 minggu, vili
khoriales menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak
dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan
14 minggu ke atas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin,

kemudian disusul plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas
dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
kalanya kantung amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk
yang jelas (blighted ovum), mungkin pula janin yang lama mati (missed abortion).
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini
menjadi mola karnosa bila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi
organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola
tuberose, dalam hal ini, amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma
antara amnion dan korion.
Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh
tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami keterlambatan haid; sering pula
rasa mules. Kecurigaan tersebut diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada
pemeriksaan bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis atau imunologik.
Harus diperhatikan macam dan banyaknya perdarahan, pembukaan serviks dan adanya
jaringan dalam cavum uteri atau vagina.
Macam-macam Abortus Spontan :
1) Abortus imminens
Merupakan peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi
serviks. Diagnosis aborus imminens ditentukan karena wanita pada wamita hamil
terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak
sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka
dan tes kehamilan positif.
2) Abortus insipiens

Merupakan peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan 20 minggu dengan adanya


dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah.
3) Abortus inkompletus
Merupakan pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal,
kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau
kadang-kadang sudah menonjol dari osteum uteri eksternum. Perdarahan pada
abortus inkompletus dapat banyak sekali, sehingga menyebabkan syok dan
perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan.
4) Abortus kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita
ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah
banyak mengecil.
5) Abortus servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium
uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis
servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang-lebih bundar, dengan dinding
menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri
eksternum teraba jaringan.
6) Missed abortion
Missed abortion ialah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati
itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak
diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesteron.
7) Abortus habitualis
Merupakan abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturutturut.
9

8) Abortus infeksiosus, abortus septic


Merupakan abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedang abortus septic ialah
abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran
darah atau peritoneum.
b) Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah
dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari 95%
kehamilan ektopik berada di saluran telur (tuba Fallopi). Sisanya bisa terjadi pada
serviks, ovarium, maupun abdomen.
Gejala-gejala kehamilan ektopik beraneka ragam, sehingga pembuatan diagnosis
kadang-kadang menimbulkan kesulitan, khususnya kehamilan ektopik yang belum
terganggu sulit untuk dibuat diagnosis. Yang penting dalam pembuatan diagnosis
kehamilan ektopik adalah supaya pada pemeriksaan penderita selalu waspada
terhadap kemungkinan kehamilan ini.
1) Adanya amenorea: amenorea sering ditemukan walaupun hanya pendek saja
sebelum diikuti oleh perdarahan, malah kadang-kadang tidak ada amenorea.
2) Perdarahan: gangguan kehamilan sedikit saja sudah dapat menimbulkan
perdarahan yang berasal dari uterus. Perdarahan dapat berlangsung kontinu dan
biasanya berwarna hitam. Jika mudigah mati, desidua dapat dikeluarkan
seluruhnya; desidua itu tidak mengandung villus seluruhnya. Perdarahan dapat
terjadi akibat rupture, maupun invasi sinsiotrofoblas terhadap dinding tubuh yang
dijadikan tempat implantasi blastokista.
3) Rasa nyeri: nyeri perut merupakan gejala penting. Pada kehamilan ektopik yang
terganggu rasa nyeri perut bawah bertambah sering dan keras.Rasa nyeri ini
diakibatkan peregangan, rupture, maupun invasi sinsiotrofoblas terhadap bagian
tubuh yang dijadikan tempat implantasi blastokista.
4) Keadaan umum penderita : tergantung dari banyaknya darah yang keluar dari
tuba, keadaan umum ialah kurang lebih normal sampai gawat dengan syok berat
dan anemi. Pada abortus tuba yang sudah berlangsung beberapa waktu suhu badan
10

agak meningkat dan terdapat leukositosis. Hb dan hematokrit perlu diperiksa pada
dugaan kehamilan ektopik terganggu.
5) Perut, pada abortus tuba terdapat nyeri tekan di bagian perut bagian bawah di sisi
uterus, dan pada pemeriksaan luar atau bimanual di temukan tumor yang tidak
behitu padat, nyeri tekan dan dengan batas-batas yang tidak rata di samping
uterus.
c) Mola hidatidosa
Merupakan suatu kehamilan abnormal dimana tidak ditemukan janin dan hampir
semua villi korialis mengalami perubahan hidropik. Secara makroskopik, mola
hidatidosa dikenali sebagai gelembung gelembung putih yang tembus pandang dan
berisi cairan jernih. Gambaran histopatologik yang khas dari mola hidatidosa adalah
berupa edema stroma villi, tidak ada pembuluh darah pada villi dan proliferasi sel
sel trofoblas.
Mola hidatidosa memiliki tanda tanda seperti kehamilan normal yaitu: enek,
muntah, pusing. Pada perkembangan selanjutnya terkadang uterus tampak lebih besar
dari ukuran yang seharusnya pada usia kehamilan yang sama, namun pada beberapa
kasus ukuran uterus tampak sam atau bahkan lebih kecil.
Diagnosis mola hidatidosa patut diajukan ketika terdapat beberapa gejala berupa
amenorea, perdarahan per vaginam, uterus yang lebih besar dari ukuran pada usia
kehamilan normalnya yang disertai dengan tidak ditemukannya tanda kehamilan janin
yang pasti seperti balotemen dan detak jantung janin.
3. Jaringan yang keluar bersama darah bisa berupa jaringan tubuh janin, maupun jaringanjaringan lain yang mendukung kesejahteraan janin, seperti kantong kehamilan, sel
desidua, dan lain-lain. Pengeluaran jaringan tergantung penyebab dan perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut.

4. Nyeri pada bagian bawah perut dapat terjadi pada abortus maupun kehamilan ektopik.
Kemungkinan dikarenakan peregangan, ruptur, terjadinya perdarahan yang membuat
perut bagian bawah terasa nyeri.

11

5. Pucat dan lemah diakibatkan Wulan mengalami mual dan muntah yang berlebihan
sehingga ia kehilangan banyak elektrolit, dan nutrisi dalam tubuhnya yang menyebabkan
ia terlihat lemas. Selain itu, Wulan juga mengalami perdarahan yang menyebabkan darah
dalam tubuh Wulan sehingga Wulan terlihat pucat.

6. Kemungkinan terjadinya perubahan dari perdarahan yang pertama hanya berupa bercak
hingga menjadi perdarahan yang lebih banyak ditambah adanya jaringan pada perdarahan
yang kedua merupakan proses dari penyebab gangguan kehamilan patologi yang tidak
ditangani segera.

7. Diagnosis banding yang terjadi pada Wulan yaitu, abortus, mola hidatidosa, maupun
kehamilan ektopik.

8. Protap yang dapat dilakukan pada Wulan:


- Pemeriksaan USG
- Kuretase
- Antibiotic
- Uterotonika
- Cairan melalui IV dan transfusi darah
9. Resiko yang dapat terjadi pada hamil muda:
- Hiperemesis gravidarum
- Abortus
- Kehamilan ektopik
- Mola hidatidosa
2.4 STEP 4: MIND MAPPING

12

2.5 STEP 5: LEARNING OBJECTIVE


1. Membahas secara lengkap mengenai hiperemesis gravidarum
2. Membahas secara lengkap mengenai kehamilan ektopik
3. Membahas secara lengkap mengenai mola hidatidosa
4. Membahas secara lengkap mengenai abortus

13

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pada modul kali ini kelompok kami membahas tentang keadaan patologis pada
kehamilan di usia muda atau kehamilan pada trimester I. Keadaan patologis ini umumnya
berupa perdarahan pervaginam, dikarenakan abortus, kehamilan ektopik dan mola hidatidosa
(kehamilan anggur) disertai dengan adanya gejala hiperemesis.

14

Abortus ialah pengeluaran hasil konsepsi sebelum dapat hidup di luar kandungan. Saat ini
janin yang dapat hidup di luar kandungan berat badannya 297 gram waktu lahir. Abortus
yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan. Abortus buatan ialah pengakhiran
kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan. Abortus terapeutik ialah abortus buatan yang
dilakukan atas indikasi medik.
Kehamilan ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar
endometrium kavum uteri. Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi pada tuba, sehingga
dapat dibagi menjadi kehamilan pars interstisialis tubae, kehamilan pars isthmika tubae,
kehamilan pars ampullaris tubae, dan kehamilan infundibulum tubae. Kehamilan di luar tuba
antaralain kehamilan ovarial, kehamilan intraligamenter, kehamilan servikal, dan kehamilan
abdominal yang bisa primer atau sekunder.
Mola hidatidosa merupakan suatu kehamilan abnormal dimana tidak ditemukan janin dan
hampir semua villi korialis mengalami perubahan hidropik. Secara makroskopik, mola
hidatidosa dikenali sebagai gelembung gelembung putih yang tembus pandang dan berisi
cairan jernih. Gambaran histopatologik yang khas dari mola hidatidosa adalah berupa edema
stroma villi, tidak ada pembuluh darah pada villi dan proliferasi sel sel tropoblas,
sedangkan gambaran sitogeniknya adalah 46 XX.
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan seharihari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah merupakan gangguan
yang paling sering terjadi pada kehamilan trimester I,kurang lebih pada 6 minggu setelah
haid terakhir selama 10 minggu.Sekitar 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida
mengalami mual dan muntah,namun gejala ini menjadi lebih berat hanya pada 1 dari 1000
kehamilan.

3.2 SARAN
Mengingat bahwa makalah ini jauh dari sempurna, kami menerima kritik dan saran dari
para pembaca guna perbaikan penulisan makalah untuk topik modul yang lain kedepannya.

15

16

Anda mungkin juga menyukai